PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mulai tahun 2015, proporsi penduduk dunia di atas 60 tahun adalah
kurang lebih 15%, dan diperkirakan tiga tahun berikutnya meningkat hingga
22% (Kaneda, 2018). Jumlah lansia usia 60 tahun ke atas di Indonesia
sebesar 10,8 persen atau sekitar 29,3 juta orang dan angka tersebut
diperkirakan terus mengalami peningkatan hingga mencapai 19,9 persen pada
tahun 2045 (Badan Pusat Statik, 2021). Bertambahnya usia dan proses
penuaan menyebabkan seluruh sistem organ mengalami penurunan. Salah
satu keluhan terbanyak yang dialami lansia adalah masalah pada sistem
muskuloskeletal. Penyakit yang berhubungan dengan sistem muskuloskeletal
antara lain Osteoarthritis, Arthritis Remathoid dan Gout Arthritis (Noviyanti
& Azwar, 2021).
Peningkatan kadar asam urat dalam darah disebut hiperurisemia yang
mengakibatkan terjadi endapan kristal monosodium urat dan terjadi
penumpukan di dalam sendi yang mengakibatkan terjadinya gout (Noor,
2016). Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2018),
prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak 33,3% dan WHO memperkirakan
sekitar 335 juta orang di dunia mengindap penyakit Gout Arthritis. Prevalensi
penyakit Gout Arthritis pada populasi di United States of America (USA)
diperkirakan 13,6/100.000 penduduk (Sukarmin, 2018).
Menurut RISKESDAS 2018, di Indonesia angka kejadian penyakit
sendi mencapai 11,9% dari total penduduk. Prevalensi berdasarkan umur
yang didiagnosis dokter lebih tinggi pada perempuan (8.5%) dibanding laki-
laki (6.1%) (RISKESDAS, 2018). Prevalensi penyakit sendi di Riau
sebesar (29%) dan paling tinggi ditemukan di Kampar (44,1%) diikuti
Pekanbaru sebesar (39%), Indragiri Hilir (9,3%), Rokan Hilir (5,5%) dan
Indragiri Hilir (4,7%) (Riskesdas Provinsi Riau, 2017).
1
2
untuk menurunkan nyeri pada penderita gout atrhritis. Menurut Fenia et all
(2022) kompres hangat kayu manis yang diberikan selama 15 menit efektif
untuk menurunkan skala nyeri pada pasien Atrhitis Gout.
Kompres kayu manis menggunakan (+15 gram), air untuk merebus
kayu manis sebanyak 200 cc kemudian campurkan kayu manis dan air hangat
dengan suhu +40-45 oC dan handuk kecil diletakkan di wadah/mangkok dan
diaduk seperti bubur dikompreskan pada area yang sakit selama 15-20 menit.
Skala nyeri yang dirasakan oleh lansia diukur dengan menggunakan NRS
(Numerical Ranting Scale) (Hartutik dan Gati, 2021).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartutik (2021) menunjukan
bahwa terapi kompres hangat kayu manis selama 15-20 menit dengan
menggunakan kayu manis lebih kurang 15 gr, lalu air untuk merebus kayu
manis sebanyak 200 cc kemudian didihkan dan di tunggu agar tidak terlalu
panas, lalu dkompres pada sendi lansia penderita Arthritis Gout yang
mengalami nyeri, dan hasilnya ada pengaruh kompres kayu manis terhadap
penurunan skala nyeri Arthritis Gout pada sekelomopk yang sudah
melakukan penberian kompres kayu manis. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Febriyona (2023) yang menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh kompres kayu manis terhadap nyeri Arthritis Gout pada lanjut usia
di Desa Tihu Kecamatan Bone Pantai.
Berdasarkan studi pendahuluan yang di dapatkan di poli RSD Madani
Kota Pekanbaru pada tahun 2023 berjumlah 100 kasus dengan pasien yang
didiagnosis dengant Arthriti Gout. Jumlah ini masih fluktuatif saat ini dan
kemungkinan akan terjadi peningkatan dikarenakan pasien yang berobat ke
RSD Madani mayoritas berusia >50 tahun. Keluhan pasien masuk Rumah
Sakit dengan nyeri di bagian sendi hebat, serta sulit untuk melakukan
aktivitas sehari-hari. Keluhan yang dirasakan oleh pasien jika tidak diatasi
akan berdampak pada menurunnya kulitas hidup lansia. Terapi non
farmakologi kompres hangat kayu manis merupakan terapi yang dapat di
lakukan secara mandiri oleh pasien dan keluarga dalam mengatasi nyeri yang
dialami oleh lansia, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.
Berdasarkan penulis tertarik untuk dapat mengkaji secara mendalam akan
5
2. Responden
Karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai landasan dan sumber
informasi bagi pasien dan keluarga, sehingga dapat diaplikasikan oleh
pasien dan keluarga. Kemudian, kompres hangat kayu manis ini menjadi
intervensi yang perlu dilakukan bagi klien dengan keluhan nyeri pada
sendi
3. Penulis
Karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan referensi, landasan
dan tambahan sumber informasi bagi pihak-pihak yang akan melakukan
kajian yang serupa. Selain itu, dapat dijadikan referensi pembuktian
asuhan keperawatan dan perbaikan dalam pembuatan karya ilmiah ners
selanjutnya.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Lansia
a. Definisi
Lanjut usia merupakan individu yang telah menginjak usia 60
tahun atau lebih, namun tidak dapat bekerja sendiri untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-harinya (Ratnawati, 2017). Manusia lanjut usia atau
biasa disebut kelompok lanjut usia (ageing/elderly) adalah orang lanjut
usia yang mendapat perhatian atau pengelompokan terpisah ini
merupakan mereka yang telah berusia 60 tahun keatas (Bustan, 2015).
Proses menjadi tua akan dilalui oleh setiap individu dan menjadi tua
adalah tahap terakhir dari kehidupan. Saat masa tua ini, seseorang akan
mengalami kemunduran dari berbagai aspek seperti dari aspek fisik,
psikologis dan sosialnya, sehingga individu tidak mampu mengerjakan
pekerjaan setiap hari seperti biasanya. Menurut kebanyakan orang, masa
tua adalah masa yang tidak menyenangkan. Menurut definisi World
Health Organization (WHO), lansia merupakan orang yang sudah
mencapai usia 60 tahun. Merupakan golongan usia manusia tahap akhir
dalam hidupnya (WHO, 2016).
Lansia atau lanjut usia adalah akhir dari siklus hidup,yaitu masa
seseorang yang telah beranjak jauh dari masa sebelumnya yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu penuh manfaat (Sarwono,
2015).Lansia merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan,
manusia yang tidak menjadi tua secara tiba-tiba,tetapi berkembang mulai
dari bayi,anak-anak,remaja hingga menjadi tua(Pujianti,2016).Lanjut
usia merupakan tahapan siklus terakhir kehidupan yang akan dialami
oleh setiap orang dan tidak ada yang dapat menghindarinya.
13
sistem muskuloskeletal.
1) Usia
Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada
lakilaki mulai dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun,
sedangkan pada wanita serangan gout arthritis terjadi pada usia
lebih tua dari pada lakilaki, biasanya terjadi pada saat Menopause.
Karena wanita memiliki hormon estrogen, hormon inilah yang
dapat membantu proses pengeluaran asam urat melalui urin
sehingga asam urat didalam darah dapat terkontrol.
2) Jenis kelamin
4) Konsumsi alkohol
5) Obat - obatan
Serum asam urat dapat meningkat pula akibat salisitas dosis rendah
(kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat diuretik, serta
antihipertensi.
13
c. Patofisiologi
Asam urat ini merupakan suatu zat yang kelarutannya sangat rendah
sehingga cenderung membentuk kristal. Penimbunan asam urat paling
banyak terdapat di sendi dalam bentuk kristal monosodium urat.
Mekanismenya hingga saat ini masih belum diketahui.Adanya kristal
monosodium urat ini akan menyebabkan inflamasi. Penimbunan kristal
urat dan serangan yang berulang akan menyebabkan terbentuknya
endapan seperti kapur putih yang disebut tofi/tofus (tophus) di tulang
rawan dan kapsul sendi. Di tempat tersebut endapan akan memicu reaksi
peradangan granulomatosa, yang ditandai dengan massa urat amorf
(kristal) dikelilingi oleh makrofag, lomfosit, fibroblast, dan sel raksasa
benda asing. Peradangan kronis yang persisten dapat menyebabkan
fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat diikuti oleh fusi sendi
(ankilosis). Tofus dapat berbentuk di tempat lain (misalnya tendon,
13
b) Etiologi
Penyebab nyeri kronis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
(h) Keletihan
Keletihan/kelelahan yang dirasakan seseorang akan
meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan
koping individu
(b) Gelisah.
(b) Waspada
(d) Anoreksia
(2) Infeksi.
(5) Tumor.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
c. Pathway
Skema 1 Pathway Gout Atrhritis
Menurunya
ketegangan otot
Meningkatnya sirkulasi
darah kebagian nyeri
Terapi Komplementer
Non Farmakologis
Farmakologis
NSAID
a. Identitas
2) Diagnosa Keperawatan
TENS,hypnosis,
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgesik secara tepat
5. Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
13
rileksasi.
4. Mampu
mengidentifikasi
halhal yang
meningkatkan
tidur
13
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi pasien (Potter &
Perry, 2010).
35
BAB III
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. T
Tanggal masuk : 07 Desember 1954
Umur : 70 tahun
No. Rekam medik : 023547
Alamat Rumah : Jl. Uka Garuda Sakti
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Minang
B. RIWAYAT PENYAKIT
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Tn T yang berusia 70 tahun datang poli ke Penyakit Dalam
RSD Madani dengan keluhan nyeri dan sakit pada lutut, sering
merasa kesemutan dan kaku pada tangan dan kakinya ,rasa tidak
nyaman pada jari tangannya menetap dan tidak hilang dengan
durasi 1-2 jam, pada kedua lutut seperti di tusuk-tusuk, terasa
lemas,memerah dan bengkak saat meradang kuat
b. Riwayat penyakit dahulu
Tn T memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan Asam Urat
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada saat dilakuan pengkajian Tn T keadaan umum pasien
baik dengan keluhan nyeri dan sakit pada lutut, sering merasa
kesemutan dan kaku pada tangan dan kakinya,rasa tidak nyaman
pada jari tangannya menetap dan tidak hilang dengan durasi 1-2
jam, pada kedua lutut seperti di tusuk-tusuk, terasa lemas.,
36
c. Sosial
1. Dukungan keluarga :
Keluarga mendukung pengobatan, keluarga yang
membawa pasien ke Poli Penyakit Dalam ke RSD
Madani Pekanbaru
2. Hubungan antar keluarga :
Harmonis dan saling mendukung, tempat bertukar
pikian dan mendapatkan nasehat
3. Hubungan dengan orang lain : Baik,sosialisasi aktif
dimasyarakat
d. Spiritual
1. Pelaksanaan ibadah : sholat 5 waktu
2. Keyakinan tentang kesehatan :
Setiap penyakit pasti ada obatnya dan Allah maha
menyembuhkan segala penyakit.
D. PEMERIKSAAN FISIK
a) Tanda vital
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda tanda vital TD : 150/80 mmHg ,
Nadi: 97x/I, RR: 20x/ menit, T: 36.8C
4. Status gizi
Baik dengan Tinggi Badan: 152 cm dan BB: 65 Kg.
b) . Kebersihan perorangan
1. Kepala
a. Rambut : warna rambut beruban,bersih, dan bentuk
rambut ikal.
b. Mata : distribusi alis dan bulu mata merata, mata simetris,
kondisi tulang orbital normal, refleks kornea positif, tidak
ada lesi,pergerakan bola mata normal, konjungtiva tidak
anemis, lapang pandang baik
38
bagian kiri
d.Auskultasi:Bising usus normal, bising usus 17x/menit
g.)Muskuloskeletal :
Pemeriksaan tangan didapatkan tangan simetris kiri dan
kanan,CRT<3 detik, warna kulit sama dengan warna kulit
lainnya, tekstur kulit lembab, kekuatan otot tangan
baik,kekuatan otot kaki menurun jadi 4/4. rentang gerak
sendi terganggu, akral hangat, tidak ada massa, tidak ada
fraktur, memerah dan bengkak.
E. INFORMASI PENUNJANG
3. Rencana Keperawatan
Berdasarkan analisa data pada studi kasus ini, didapatkan masalah
keperawatan yang muncul yaitu nyeri kronis dan gangguan pola
tidur,gangguan mobilitas fisik, Intervensi yang diberikan selama
merawat pasien berfokus pada masalah keperawatan prioritas yaitu
nyeri kronis. Rencana keperawatan yang diberikan berdasarkan
panduan dari Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) serta pemberian terapi
non farmakologi berdasarkan Evidence Based Practice berupa
kompres hangat kayu manis untuk mengurangi nyeri Gout Arthritis
pada pasien.
Diagnosa SLKI SIKI
1. Nyeri Kronis Setelah dilakukan tindakan
Manajemen Nyeri (I.08238)
43
keperawatan, diharapkan
Observasi
nyeri dapat berkurang
1) Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil:
karakteristik, durasi,
(L.08066)
frekuensi, kualitas, intensitas
1) Keluhan Nyeri
nyeri
menurun
2) Identifikasi skala nyeri
2) Frekuensi nadi
3) Idenfitikasi respon nyeri non
membaik
verbal
3) Pola nafas membaik
4) Identifikasi faktor yang
4) Gelisah menurun
memperberat dan
5) Kesulian tidur
memperingan nyeri
membaik
5) Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
7) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
8) Monitor efek samping
penggunaan analgetik
a) Terapeutik
b) Memonitor tanda-tanda vital
c) Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (Terapi
kompres hangat kayu manis)
d) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis : suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
e) Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
f) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
g) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
h) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
44
4. Implementasi
Implementasi dimulai pada tanggal 5 - Januaru 2024 pada pukul
10.00 WIB. Implementasi dimulai dengan membina hubungan saling
percaya dengan pasien , lalu lanjutkan dengan melakukan pengkajian yang
setelah mengetahui permasalahan kesehatan pasien, penulis menyusun
analisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan prioritas yaitu nyeri
kronis. Kemudian dilanjutkan dengan kontrak waktu untuk melakukan
implementasi penatalaksanaan nyeri kornis berdasarkan standar intervensi
keperawatan indonesia (SIKI).
5. Evaluasi
Penerapan intervensi pertama yang dilakukan adalah menjelaskan
strategi mengatasi nyeri salah satu cara yang dapat menurunkan nyeri yaitu
kompres hangat kayu manis. Hasil evaluasi berdasarkan penerapan
implementasi adalah sebagai berikut :
45
3 Pre Implementasi
Post Implementasi
2
0
1 2 3 4 5 6 7
3 Pre Implementasi
Post Implementasi
2
0
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 hari 6
47
asam urat yang dapat mengganggu metabolisme tubuh hal ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
Pasien mengatakan nyeri asam urat yang sering dirasakan yaitu pada
saat bangun tidur hal ini sejalan dengan penelitian Hermayudi (2018)
pada penderita asam urat tidur tanpa ada gejala, pada saat bangun pagi
terasa sakit yang hebat. Biasanya bersifat monoartikuler dengan keluhan
berupa nyeri, bengkak, dan merasa lelah.
Diagnosis keperawatan yang muncul berdasarkan prioritas adalah
Nyeri kronis Gout arthritis. Keluhan utama yang paling banyak dirasakan
oleh penderita gout artritis adalah nyeri sendi hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Fenia et all (2022) menyatakan bahwa pasien
yang datang ke Puskesmas kedungmundu semarang dengan keluhan yang
terbanyak adalah nyeri sendi dengan tanda tanda seperti pembengkakan
pada area sendi, kemerahan, dan panas.
48
minggu mulai dari tangggal 5 Januari sampai 10 Januari 2024 pada
pukul 10.00 WIB dengan waktu pemberian selama 15 menit sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Antoni et all (2020) dan
menurut Fenia et all (2022) kompres hangat kayu manis yang diberikan
selama 15 menit efektif untuk menurunkan skala nyeri pada pasien
atrhitis Gout. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Setiawan dan Nur
(2020) yang telah membuktikan terapi kompres hangat kayu manis
efektif untuk menurunkan skala nyeri pada pasien arthritis gout atau
asam urat dan apabila dilakukan secara rutin dapat menurunkan skala
nyeri pada pasien asam urat karena bubuk kayu manis mengandung
sinamaldehid yang dapat menghambat kerja peradangan. Dan juga
dibuktikan oleh penelitian Fenia et all (2022). Kayu manis mengandung
bermacam-macam bahan yaitu minyak atsiri (1-4%) yang berisi
sinamaldehid (60-80%), eugenol (sampai 10%) dan trans asam
sinnamat (5-10%, senyawa fenol (4- 10%), tannin, katechin,
proanthocyanidin, monoterpen, dan sesquiterpen (pinene), kalsium
monoterpen oksalat, gum getah, resin, pati, gula, dan coumarin dan
kayu manis juga mempunyai kandungan kimia yang sangat berperan
sebagai antiiflamasi (Parwata et all 2020).
49
ini pada lansia maka dapat menimbulkan akibat yang buruk dan
membuat kondisi pasien menjadi menurun.
Terapi nonfarmakologi yang diterapkan oleh penulis kepada klien
dengan gout atrhitis yaitu terapi kompres hangat kayu manis, dimana
terapi ini bertyujuan untuk menurunkan skala nyeri gout atrhitis pada
klien. Menurut penelitian Hartutik dan gati (2021) tentang pengaruh
pemberian kompres hangat kayu manis terhadap skala nyeri got atrhitis
yang menunjukkan hasil yang signifikan pada skala nyeri gout atrhitis
pada lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi kompres hangat kayu
manis yaitu skala nyeri memiliki nilai p value (0,000 < 0,05). Pada saat
pemberian terapi kompres hangat kayu manis penulis mengalami
kelemahan yaitu klien masih mengkomsumsi obat yang mengakibatkan
terjadinya penurunan kadar asam urat dan skala nyeri yang dirasakan
pasien.
B. Rekomendasi
Penerapan asuhan keperawatan ini memberikan perkembangan yang
baik pada kondisi klien. Pada kondisi waktu dan jam yang tidak sama
pun sudah dapat memberikan efek yang baik terhadap klien. Hasil
terapi akan lebih baik lagi jika diberikan pada waktu dan jam yang
sama. Selain itu, rencana tindak lanjut pemberian terapi kompres
hangat kayu manis yang dilakukan secara mandiri seharusnya
dilakukan sesuai dengan EBN agar hasil yang dicapai lebih optimal.
Meskipun adanya keterbatasan gerak pasien sehingga penulis
merekomendasikan terapi ini sebaiknya melibatkan perawat atau
p a s i e n di ruangan untuk memantau keluhan dan terapi yang akan
dilakukan.
C. Implikasi
1. Pelayanan keperawatan
Penerapan asuhan keperawatan dengan terapi kompres
hangat kayu manis pada lansia dengan Gout Arthritis dapat
memberikan manfaat dalam menurunkan nyeri Gout Arthritis
50
(asam urat). Hal ini dibuktikan dengan penurunan skala nyeri
yang dirasakan yang dialami klien. Selain itu,terapi kompres
hangat kayu manis ini dapat memberikan rasa nyaman dan rileks
pada pasien. Kemudian, praktik asuhan keperawatan ini dapat
menjadi contoh pemberian asuhan keperawatan secara
komprehensif pada pasien.
2. Pendidikan keperawatan
Pendidikan keperawatan terus berkembang sejalan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan. Penerapan asuhan keperawatan ini
dapat menjadi penunjang ilmu pengetahuan terkait pengobatan
secara nonfarmakologis pada pasien Gout Arthritis.
3. Penelitian keperawatan
Penerapan asuhan keperawatan ini dapat menambah
referensi pada penelitian intervensi keperawatan dengan
penerapan terapi kompres hangat kayu manis terhadap
penurunan nyeri pada pasien Gout Arthritis. Selain itu, karya
ilmiah akhir ners ini dapat membuktikan penelitian lain terkait
penerapan terapi kompres hangat kayu manis untuk menurunkan
skala nyeri pada pasien Gout Arthritis.
51
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa studi kasus asuhan keperawatan pada pasien
dengan Gout Arthritis menggunakan proses keperawatan yang mencakup
pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa, perencanaan intervensi
keperawatan, implementasi sampai evaluasi, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: Hasil pengakajian pada lansia dengan Gout Arthritis ditemukan
keluhan nyeri yang didukung oleh data subjektif dan objektif. Data subjektif
antara lain, klien mengeluhkan nyeri di kedua lutut serta kebas dan kaku pada
jari-jari tangan. Nyeri yang dirasakan hilang timbul, rasanya seperti ditusuk-
tusuk dan menjalar sudah sejak 1 tahun yang lalu. Hasil pemeriksan
ditemukan wajah pasien tampang tegang, tampak ada kemerahan dan
pembekakkan pada sendi lutut. skala nyeri 5 NRS, Uric Acid 7,3 mg/dL.
Diagnosis keperawatan yang diangkat adalah nyeri kronis dan resiko
gangguan pola tidur. Intervensi keperawatan manajemen nyeri sesuai dengan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) Selanjutnya, penyelesaian
masalah menggunakan terapi non farmakologis dan edukasi. Terapi non
farmakologis pada studi kasus ini menggunakan terapi kompres hangat kayu
manis. yang disusun berdasarkan EBN untuk mengatasi keluhan nyeri yang
dirasakan klien. Evaluasi sesuai Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) dengan mengukur tingkat nyeri sebelum dan sesudah implementasi
nyeri kronis dan kompres hangat kayu manis. Tujuan dari penerapan terapi
kopmpres hangat kayu manis tercapai dengan kriteria hasil terjadinya
penurunan skala nyeri pada klien dari skala 5 NRS (nyeri sedang) menjadi
skala 0 NRS (tidak ada nyeri) hasil ini didapat setelah 7 hari dilakukan terapi.
Skala nyeri ini tidak bersifat menetap dan dapat meningkat kembali. skala 0
NRS diperkuat dengan respon subjektif klien yang mengatakan nyeri sudah
tidak ada dan terasa lutunya lebih ringan.
52
53
B. SARAN
1. Aplikatif
Pihak RSD Madani dapat menggunakan hasil penerapan asuhan
keperawatan ini sebagai bahan evaluasi dan pembuatan suatu ketentuan
atau peraturan terkait pelayanan dengan terapi kompres hangat kayu
manis. Bidang keperawatan dapat mengembangkan intervensi ini sebagai
pembuatan standar perawatan lansia, terutama pasien Gout Arthritis.
Setelah penerapan terapi kompres hangat kayu manis dibuat, kepala
Direktur RSD MadaniW dapat memastikan agar perawat pelaksana dapat
menjalankan intervensi ini dengan baik. Lansia dapat menerapkan serta
melanjutkan intervensi yang telah diberikan sebagai program tindak
lanjut atau terapi di wisma secara mandiri. Kemudian, penulis
merekomendasikan adanya pelatihan dan peningkatan pemberian
intervensi terapi kompres hangat kayu manis dalam perawatan lansia
agar dapat juga memenuhi kebutuhan kesehatan lansia.
2. Pendidikan
Karya Ilmiah Akhir Ners ini memberikan gambaran mengenai
penerapan intervensi dengan penerapan terapi kompres hangat kayu
manis untuk menurunkan skala nyeri pada pasien lansia dengan Gout
Arthritis. Penulis berharap Karya Ilmiah ini dapat menjadi contoh kasus
yang aplikatif dalam pembelajaran mata ajar keperawatan gerontik
nantinya, terutama dalam penerapan terapi non farmakologis.
3. Karya Ilmiah Akhir Profesi Ners
Pada penulis selanjutnya diharapkan dapat melakukan kompres
hangat kayu manis yang efektif dalam menurunkan nyeri Gout Arthritis
pada pasien dan dapat mempelajari hambatan dari Askep ini. Jadwal
pemberian terapi diberikan pada waktu berkunjung ke rumah pasien,
terapi ini sebaiknya dilakukan dengan pendampingan perawat agar
intervensi yang dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur
(SOP) yang disusun berdasarkan EBN agar mencapai hasil yang
maksimal.
36