Anda di halaman 1dari 46

USULAN PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT


JAHE MERAH TERHADAP TINGKAT NYERI
PADA PASIEN GOUT ARTHRITI S
DI KELURAHAN M AHAWU
MANADO

DISUSUN OLEH :

RATNA NOVITASARI

1701041

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MUHAMMADIYAH MANADO

2021
DAFTAR ISI

Contents
Sampul Dalam…………………………………………………………...…………….i
Lembar Persetujuan………………………………………………………….………..ii

Daftar Isi……………………………………………………………...……….…..….iii
Daftar Lampiran.………………………………………………………………………

v
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................5
C. Tujuan Penelitian................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................6
BAB II. TINAJUAN PUSTAKA................................................................................8
A. Konsep Nyeri......................................................................................................8
B. Konsep Gout Atritis..........................................................................................14
C. Konsep Kompres Hangat Jahe Merah..............................................................21
D. Kompres hangat................................................................................................26
E. Keterkaitan Antara Variabel.............................................................................29
F. Jurnal Terkait....................................................................................................30
BAB III. KERANGKA KONSEP...........................................................................33
A. Kerangka konsep..............................................................................................33
B. Hipotesa............................................................................................................33
C. Variable Inpenelitian........................................................................................34
D. Defenisi oprasional...........................................................................................34
BAB IV. METODE PENELITIAN.........................................................................36
A. Desain penelitian..............................................................................................36

iii
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian..........................................................36
C. Pupilasi Dan Sampel Penelitian........................................................................37
D. Instrumen Penelitian.........................................................................................38
E. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................39
F. Teknik Pengolaan Data.....................................................................................39
G. Analisa Data.....................................................................................................40
H. Etika Penelitian.................................................................................................41

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gout arthritis adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya kadar

asam urat dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah melebihi

batas normal menyebabkan penumpukan asam urat didalam persendian dan

organ tubuh lainnya dengan nilai kadar asam urat pada perempuan adalah 2,4-6

mg/dl sedangkan pada laki-laki 3.5-7.2 mg/dl (Noviyanti, 2015).

Gout arthritis yaitu penyakit yang ditandai dengan nyeri yang terjadi

berulang-ulang yang disebabkan adanya endapan kristal monosodium urat yang

tertumpuk di dalam sendi sebagai akibat tingginya kadar asam urat di dalam

darah (Muttaqin, 2015).

Prevelansi penyakit gout arthritis dilaporkan meningkat di banyak negara. Di

Amerika Serikat angka tersebut mencapai 3.9% (8,3 juta jiwa) selama setahun

2007-2008 (Hendriani&Sukandar, 2016). Kejadian tahunan gout adalah 2.68%

per 1000 orang. Hal ini terjadi pada pria 2-6 lipatan lebih dari perempuan. Di

seluruh dunia insiden gout meningkat secara bertahap karena kebiasaan yang

buruk seperti makanan cepat, kurangnya latihan, peningkatan insiden obesitas

dan metabolik sindrom (Ragab et all., 2017).

Berdasarkan data World Health Organization, prevalensi gout arthritis didunia

sebanyak 34,2%. Gout arthritis sering terjadi dinegara maju seperti amerika.
Prevalensi gout arthritis di Negara amerika sebesar 26,3% dari total penduduk.

Peningkatan kejadian gout arthritis tidak hanya terjadi di negara maju saja.

Namun, peningkatan juga terjadi di negara berkembang, salah satunya di Negara

Indonesia (WHO, 2017)

Hasil RISKESDAS (2018) Tercata bahwa prevalensi penyakit sendi di

Indonesia berdasarkan hasil wawancara diagnosis dokter (7,3%). Seiring dengan

bertambahnya umur, demikian juga yang di diagnosis dokter prevelensi tertinggi

pada umur ≥ 75 tahun (18,9%). Prevalensi berdasarkan umur yang di diagnosis

dokter lebih tinggi pada perempuan (8,5%) di banding laki-laki (6,1%) riskesdas
(2018)

Data yang di dapatkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun

2018 menunjukkan bahwa jumlah penderita asam urat pada kelompok umur

lansia tercatat sebanyak 3.995 penderita. Data dari Dinas Kesehatan Kota

Manado pada tahun 2018 sebanyak 1.428 penderita.

Rasa nyeri merupakan gejala penyakit gout yang paling sering menyebabkan

seseorang mencari pertolongan medis. Nyeri adalah pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual

dan potensial. Nyeri sangat mengganggu menyulitkan banyak orang dibanding

suatu penyakit manapun (Smeltzer, 2015).

2
Gejala yang di timbulkan diantaranya nyeri sendi mendadak, kemerahan, area

yang nyeri dan membengkak akan terasa panas, demam, kedinginan, dan detak

jantung meningkat, muncul nodul (pembengkakan parah yang memerah di kulit).

Kadar asam urat yang tinggi dan tidak dilakukan pengobatan, maka akan

mengakibatkan terjadinya gout atritis kronis sehingga terjadi kelumpuhan karena

persendian terasa kaku dan tidak dapat di tekuk lagi (Novianti, 2015).

Dalam tubuh seseorang pasti akan ditemui zat purin, ada yang normal dan ada

pula yang berlebih. Apabila kadar purin berlebih, maka mengakibatkan kerja

ginjal tidak akan mampu mengeluarkan zat tersebut. Kristal asam urat akan

menumpuk dipersendian sehingga menimbulkan efek rasa nyeri pada pasien

Gout Atrhtritis nyeri dapat timbul berulang dan terus menerus (Simbolon, Nagoklan,
& Ringo, 2019).

Dampak dari rasa nyeri yang berulang yaitu terjadinya respon stress yang

antara lain berupa meningkatkan rasa cemas, denyut jantung, tekanan darah, dan

frekuensi nafas. Nyeri yang berlanjut atau tidak ditangani secara adekuat,

memicu respon stress yang berkepanjangan, yang akan menurunkan daya tahan

tubuh dengan menurunkan fungsi imun, mempercepat kerusakan jaringan, laju

metabolisme, pembekuan darah dan retensi cairan, sehingga akhirnya akan

memperburuk kualitas kesehatan. Selama ini bila terjadi nyeri terutama nyeri

sendi asam urat, kebanyakan petugas kesehatan di rumah sakit ataupun

puskesmas langsung memberikan tindakan medis (terapi farmakologi)

3
dibandingkan dengan melakukan tindakan mandiri (terapi non-farmakologi)

seperti memberikan kompres (Hartwig & Wilson,2014).

Penanganan rasa nyeri pada pasien dengan gout arthritis asam urat di

fokuskan pada cara mengontrol rasa sakit, mengurangi kerusakan sendi, dan

meningkatkan atau mempertahankan fungsi dan kualitas hidup (Potter & Perry,

2016). Cara-cara untuk menurunkan nyeri asam urat yaitu, dengan cara terapi

farmakologi dan non-farmakologi. Terapi farmakologi yaitu tindakan pemberian

obat sebagai penurunan nyeri.Pemberianobat-obat analgesik seperti obat Anti

Inflamasi dan Nonsteroid (OAINS) dan terapi non-farmakologi seperti

pemberian kompres jahe merah dan kompres hangat ini dapat di kombinasikan

dengan menggunakan jahe merah (Sukandar, 2015).

Pada jahe merah sering kali digunakan untuk menurunkan nyeri pada pasien

dengan gout arthritis karena kandungan gingerol dan shangoal yang ada

didalamnya menimbulkan efek hangat dan menurukan nyeri ketika kompres

hangat di lakukan dilakukan, selain itu kandungan skilooginase pada jahe merah

mampu menghambat prostaglandin untuk menghantar nyeri. Pada tahapan

fisiologis nyeri, kompres hangat jahe merah dapat menurunkan nyeri dengan

tahap transduksi, dimana pada tahap ini jahe memiliki kandungan gingerol yang

bisa menghambat terbentuknya prostaglandin sebagai mediator nyeri, sehingga

dapat menurunkan nyeri (Izza, 2014).

4
Kompres air hangat adalah intervensi keperawatan yang sudah lama

diaplikasikan oleh perawat, kompres air hangat dianjurkan untuk menurunkan

nyeri karena dapat meredamkan nyeri, meningkatkan relaksasi otot,

meningkatkan sirkulasi, meningkatkan relaksasi psikologis, dan memberi rasa

nyaman (Koizier & Erb,2015)

Berdasarkan hasil survey awal yang yang di lakukan pada tanggal 10 juni

2021 di Kelurahan Mahawu Manado, didapatkan bahwa jumlah warga dengan

gout atrhitis berjumlah 35 orang. Oleh karena itu, peneliti berniat untuk

melakukan penelitian.

Oleh karena itu, peneliti berminat untuk meneliti apakah ada “ pengaruh

pemberian kompres hangat jahe merah terhadap tingkat nyeri pasien gout

arthritis Di Manado. “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penilitian ini adalah apakah ada “ Apakah Ada Pengaruh Pemberian Kompres

Hangat Jahe Merah Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Gout Arthritis Di Kelurahan

Mahawu Manado ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat jahe merah terhadap

5
tingkat nyeri pada pasien gout arthritis Di Kelurahan Mahawu Manado.

2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi tingkat nyeri sebelum pemberian kompres hangat jahe

merah pada pasien gout arthritis Di Kelurahan Mahawu Manado.

2. Mengidentifikasi tingkat nyeri sesudah pemberian kompres hangat jahe

merah pada pasien gout arthritis Di Kelurahan Mahawu Manado.

3. Menganalisa pengaruh pemberian kompres jahe merah dan kompres

hangat dalam penurunan nyeri pada pasien gout arthritis Di Kelurahan

Mahawu Manado.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai penambah ilmu serta wawasan bagi peniliti tentang bagaimana

melakukan penanganan kompres hangat jahe merah terhadap tingkat nyeri

pada pasien gout arthritis.

2. Bagi Respondent

a. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan

tentang penanganan kompres hangat jahe merah terhadap tingkat nyeri

pada pasien gout arthritis.

b. Diharapkan dapat menerangkan serta dapat melakukan penanganan

kompres hangat jahe merah terhadap tingkat nyeri gout arthritis.

6
3. Bagi Institusi

Sebagai masukan bagi proses pembelajaran untuk optimalisasi

kemampuan dan pengetahuan peserta didik.

4. Bagi Tempat Penelitian

Di harapkan kepada para Masyarakat dapat untuk dapat mengaplikasikan

penanganan terapi nonfarmakologi kompres hangat jahe merah untuk

menurunkan rasa nyeri pada pasien Gout Arthritis.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nyeri

1. Pengertian nyeri

The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan

nyeri sebagai berikut nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional

yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan

jaringan.Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan dari

komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen subjektif

(aspek emosional dan psikologis) Sedangkan nyeri akut disebabkan oleh

stimulasi noxious akibat trauma, proses suatu penyakit atau akibat fungsi otot

atau viseral yang terganggu. Nyeri tipe ini berkaitan dengan stress

neuroendokrin yang sebanding dengan intensitasnya. Nyeri akut akan disertai

hiperaktifitas saraf otonom dan umumnya mereda dan hilang sesuai dengan

laju proses penyembuhan.

Secara umum nyeri adalah suatu rasa tidak nyaman, baik ringan maupun

berat. Nyeri di definisikan dalam suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

(Tamsuri, 2014). Nyeri sebagai suatu subjektif dan pengalaman emosional yang

tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual,

potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan


(Andarmoyo, 2014).
2. Klasifikasi nyeri

1. Klasifikasi nyeri berdasarkan durasi.

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut,

penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat

dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan

berlangsung untuk waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013).

Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan

menghilang tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali


(Prasetyo, 2010).

b. Nyeri Kronik

Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama 6 bulan.

Nyeri kronik berlangung di luar waktu penyembuhan yang

diperkirakan, karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon

terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Jdi nyeri

ini biasanya dikaitkan dengan kerusakan nyaringan (Guyton & Hall,


2015).

2. Klasifikasi berdasarkan asal

a. Nyeri Nosiseptif

Nyeri Nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh

aktivitas atau sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor

khusus yang mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013).

9
Nyeri Nosiseptif ini dapat terjadi karna adanya adanya stimulus

yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain
(Andarmoyo, 2013).

b. Nyeri Neoropatik

Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau

abnormalitas yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun

sentral , nyeri ini lebih sulit diobati (Andarmoyo, 2013).

3. Klasifikasi Nyeri Bedasarkan Lokasi

a. Superviscial atau kutaneus

Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus

kulit. Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan

berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang tajam

(Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).Contohnya tertusuk jarum

suntik dan luka potong kecil atau laserasi.

b. Viseral Dalam

Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi

organ-organ internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri

ini bersifat difusi dan dapat menyebar kebeberapa arah.Contohnya

sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar

seperti pada ulkus lambung.

c. Nyeri alih ( referred pain )

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral

10
karna banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri

dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan

dapat terasa dengan berbagai karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam

Sulistyo, 2013). Contohnya nyeri yang terjadi pada infark miokard,

yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan kiri, batu empedu,

yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.

d. Radiasi nyeri

radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal

cedera ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo,

2013). Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh

bawah atau sepanjang kebagian tubuh.Contoh nyeri punggung

bagian bawah akibat diskusi interavertebral yang ruptur disertai

nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari iritasi saraf skiatik.

4. Alat Ukur Intensitas Nyeri

Nyeri Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat sangat

subjektif dan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan berbeda oleh

dua orang yang berbeda (Andarmoyo, 2013).

a. Skala deskripsi verbal

VDS merupakan garis yang terdiri atas tiga sampai lima kata

pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang

garis. Pendeskripsian ini dirangking dari tidak terasa nyeri sampai

11
terasa nyeri (nyeri yang tidak tertahankan).Pengukur menunjukkan

pada pasien skala tersebut atau memintanya untuk memilih intensitas

nyeri yang dirasakannya.

b. Skala intensitas nyeri Numerik ( Numerical Rating Scale )

NRS digunakan lebih sebagai pengganti atau pendamping

VDS, klien memberikan penilain 0 sampai 10. Nyeri pasien akan

dikategorikan tidak nyeri (0). Nyeri sedang (1-3) secara objektif

pasien dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri ringan (4-6) secara

objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, dapat mendiskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah

dengan baik.Nyeri berat (7-9) secara objektif klien terkadang tidak

dapat mengikuti perintah tapi masih merespon terhadap tindakan,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikannya,

serta tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang, dan

distraksi. Nyeri hebat (10) pasien sudah tidak mampu berkomunikasi

atau memukul.

c. Visual analog scale (VAS)

12
VAS merupakan alat pengukur tingkat nyeri yang lebih

sensitive karena pasien dapat mengidentifikasi setiap titik pada

rangkaian angka yang menurut mereka paling tepat dalam

menjelaskan tingkat nyeri yangdirasakan pada satu waktu. VAS tidak

melabelkan suatu divisi, tapi tediri dari sebuah garis lurus yang dibagi

secara merata menjadi 10 segmen dalam angka 0 sampai 10 dan

memiliki alat pendiskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien

diberitahu bahwa 0 menyatakan “tidak ada nyeri sama sekali” dan

sepuluh menyatakan “nyeri paling parah” yang klien dapat

bayangkan. Skala ini memberikan kebebasan kepada pasien untuk

mengidentifikasi keparahan nyeri (potter & perry,2015).

5. Manejemen penatalaksanaan nyeri.

a. Manajamen Non Farmakalogi

Manajemen nyeri non farmakologi merupakan tidakan

menurunkan respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakolgi.Dalam

melakukan intervensi keperawatan/kebidanan, manajemen non

farmakologi merupakan tindakan dalam mengatasi respon nyeri klien


(Sulistyo, 2013).

b. Menejemen farmakalogi

Manajemen nyeri farmakologi merupakan metode yang

mengunakan obat- obatan dalam praktik penanganannya. Cara dan

metode ini memerlukan instruksi dari medis. Ada beberapa strategi

13
menggunakan pendekatan farmakologis dengan manajemen nyeri

persalinan dengan penggunaan analgesia maupun anastesi (Sulistyo,


2013).

B. Konsep Gout Atritis

1. Pengertian Gout Atritis

Gout Atritis adalah penyakit yang timbul akibat kadar asam urat darah

yang berlebihan, yang menyebabkan kadar asam urat darah berlebihan

adalah produksi asam urat di dalam tubuh lebih banyak dari

pembuangannya, selain itu penyebab produksi asam urat di dalam tubuh

berlebihan dapat terjadi karena faktor genetik (bawaan), faktor makanan

dan faktor penyakit misalnya kanker darah (Kertia, 2009). Artritis gout lebih

banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan perempuan. Prevalensi gout

tertinggi pada kalangan lanjut usia dikaitkan dengan insufisiensi renal atau

gangguan metabolisme purin. Gejala yang khas pada artritis gout adalah

adanya keluhan nyeri, bengkak, dan terdapat tanda-tanda inflamasi pada

sendi metatarsal- phalangeal ibu jari kaki (atau yang disebut dengan pod

agra). Estimasi prevalensi menyatakan bahwa sebesar 8,5% artritis gout

terjadi pada perempuan dan 6,1% terjadi pada laki-laki (Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia, 2018)

Asam urat atau dikenal juga dengan istilah gout.Sementara penyakit

asam urat tinggi disebut dengan istilah arthritis gout.Asam urat merupakan

hasil metabolisme tubuh atau tepatnya hasil akhir dari katabolisme suatu

14
zat yang bernama purin.Zat purin merupakan salah satu unsur protein yang

ada dalam struktur rantai DNA dan RNA.Jadi, asam urat merupakan hasil

buangan Zat Purin yang ikut mengalir bersama darah dalam pembuluh

darah. Kelebihan kadar asam urat dalam cairan darah biasanya akan

dibuang melalui air seni. Asam urat dalam tubuh manusia sebenarnya

adalah sesuatu yang normal. Setiap orang memiliki asam urat yang

mengalir bersama darah dalam pembuluh darah, karena asam urat memang

merupakan hasil akhir dari proses metabolisme tubuh secara alami. Secara

rutin tubuh manusia memproduksi asam urat melaluin proses katabolisme

(pemecahan) purin. Asupan beberapa jenis makanan yang mengandung

purin juga berpotensi memicu meningkatnya kadar asam urat dalam tubuh
(Suriana,2014).

2. Klasifikasi Gout Atritis

Klasifikasi pada asam urat (Hidayat, 2015).

a. Gout Atritis akut

Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun

pada laki- laki, dan setelah 60 tahun pada perempuan.Sebelum 25 tahun

merupakan bentuk tidak lazim gout arthritis, yang mungkin merupakan

manifestasi adanya gangguan enzimetik spesifik, penyakit ginjal atau

penggunaan siklosporin, pada 85-90% kasus.Gejala yang muncul sangat

khas, yaitu radang sendi yang sangat akut dan timbul sangat cepat

dalam waktu singkat.Pasien tidur tanpa gejala apapun, kemudian

15
bangun tidur terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan.Keluhan

berupa nyeri, bengkak, merah dan hangat, disertai keluhan sistemik

berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Faktor pencetus serangan

akut antara lain trauma local, diet tinggi purin, minum alcohol,

kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian deuretik, pemakaian

obat yang meningkatkan atau menurunkan asamurat.

b. Stadium interkritika

Stadium ini merupakan kelanjutan stadium gout akut, dimana

secara klinik tidak muncul tanda-tanda radang akut, meskipun pada

aspirasi cairan sendi masih ditemukan Kristal urat, yang meunjukkan

proses kerusakan sendi yang terus berlangsung progresif. Stadium ini

bisa berlangsung beberapa tahun sampai 10 tahun tanpa serangan akut,

dan tanpa tatalaksana yang adekuat akan berlanjut ke stadium gout

kronik.

c. Atritis gout kronik

Stadium ini ditandai dengan adanya tofi dan terdapat di

poliartikuler, dengan predileksi cuping telinga, dan jari tangan. Tofi

sendiri tidak menimbulkan nyeri, tapi mudah terjadi inflamasi di

sekitarnya, dan menyebabkan destruksi yang progresif pada sendi serta

menimbulkan deformitas. Tofi juga sering pecah dan sulit sembuh, serta

terjadi infeksi sekunder. Kecepatam pembentukan deposit tofus

16
tergatung beratnya dan lamanya hiperurisemia, dan akan diperberat

dengan gangguan fungsi ginjal dan penggunaan diuretic.

3. Penyebab atritis gout

Asam urat terjadi akibat adanya presdisposisi genetic, yang

menimbulkan reaksi imunologis pada membrane sinoovial. Asam urat

lebih sering terjadi pada perempuan (rasio 3:1 dibanding laki-laki), serta

insiden tertinggi ditemukan pada usia 20-45 tahun. Selain pengaruh

genetik, faktor resiko yang lain adalah kemungkinan infeksi bacterial,

virus, serta kebiasaan merokok (Hidayat,2015).

Dunia medis dikenal istilah hiperurisemia, yaitu suatu kondisi ketika

terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah sehingga melewati

batas normal. Kadar asam urat normal dalam darah manusia adalah 2,4-6,0

mg/dL untuk wanita dan 3,0-7,0 mg/dL untuk laki-laki. Kadar asam urat

lebih dalam darah lebih dari 7,0 mg/dL, orang tersebut dikatan mengalami

hiperurisemia. Kondisi hiperurisemia ini sangat berpotensi menimbulkan

terjadinya serangan penyakit asam urat atau gout arthritis.Peningkatan

produksi asam urat, menyebabkan asam urat merembes ke organ-organ

disekitar jaringan pembuluh darah dan membentuk timbunan Kristal-kristal

asam urat. Timbunan Kristal asam urat ini umumnya terjadi pada beberapa

organ penting dan menyebabkan gejala penyakit yang berbeda, tidak selalu

asam urat (Suriana, 2014).

17
4. Patofisiologi

Penyakit asam urat merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi

yang paling sering ditemukan, ditandai dengan adanya penumpukan kristal

monosodium urat di dalam ataupun di sekitar persendian (Zahara, 2013).

Asam urat merupakan kristal putih tidak berbau dan tidak berasa lalu

mengalami dekomposisi dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN)

sehingga cairan ekstraseslular yang disebut sodium urat. Jumlah asam urat

dalam darah dipengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam urat dalam

tubuh, dan banyaknya ekskresi asam urat (Kumalasari, 2009).

Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara

produksi (10% pasien) dan ekskresi (90% pasien). Bila keseimbangan ini

terganggu maka dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam

urat dalam darah yang disebut dengan hiperurisemia (Manampiring, 2015).

Selain itu kadar asam urat dalam serum merupakan hasil

keseimbangan antara produksi dan sekresi, dan ketika terjadi ketidak

seimbangan dua proses tersebut maka terjadi hiperurisemia, yang

menimbulkan hipersaturasi asam urat di serum yang telah melewati

ambang batasnya, sehingga merangsang timbunan urat dalam bentuk

garamnya terutama monosodium urat di berbagai tempat atau jaringan.

Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur yang lebih rendah

seperti pada sendi perifer tangan dan kaki, dapat menjelaskan kenapa

Kristal MSU (Monosodium Urat) mudah diendapkan di pada kedua tempat

18
tersebut. Pengendapan Kristal MSU (Monosodium Urat) pada metatar

sofangaleal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang

berulang-ulang pada daerah tersebut. Awal serangan gout akut

berhubungan dengan perubahan kadarasam urat serum, meninggi atau

menurun. Kadar asam urat yang stabil jarang muncul serangan. gout akut.

Penurunan asam urat serum dapat mencetuskan pelepasan Kristal

monosodium urat dari depositnya di sinovium atau tofi (Crystal

Shedding). Pelepasan Kristal MSU akan merangsang proses inflamasi

dengan mengaktifkan kompleman melalui jalur klasik maupun alternative.

Sel makrofag juga (paling penting), netrofil dan sel radang lain juga

teraktivasi, yang akan menghasilkan mediator-mediator kimiawi yang

juga berperan pada proses inflamasi (Sudoyo, 2015).

5. Tanda dan gejala

Gejala klinis pada Nyeri Asam Urat menurut Purwoastuti (2015), yaitu :

a. Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan sekitarnya, selama 1 jam

sebelum perbaikanmaksimal.

b. Rasa nyeri dan pembengkakan pada persendian

c. Pembengkaan salah satu persendian tangan

d. Pembengkakan kepada kedua sendi yang sama

e. Di bawah kulit ada benjolan tulang

19
6. Kadar atriris gout normal

Setiap orang memiliki kadar asam urat dan tidak boleh melebihi kadar

normal. Kadar asam urat pada setiap orang memang berbeda. Untuk kadar

asam urat normal pada pria berkisar antara 3,5-7 mg/dl, dan pada wanita

2,6-6 mg/dl. Menurut tes enzimetik, kadar asam urat normal maksimal 7

mg/dl, sedangkan pada Teknik biasa, nilai normal maksimal 8 mg/dl.

Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan kadar asam urat melampaui

standar normal, maka dapat dipastikan menderita asam urat (Fitriana, 2015).

7. Komplikasi

Buku Pharmaceutical care (2013), komplikasi klinik pada pasien Nyeri Asam

Urat yaitu :

a. Serangan gout berulang setelah serangan awal menyebabkan ketidak

mampuan mobilitas selama 2-3 minggu.

b. Chronic tophaceous gout kerusakan sendi yang meluas

c. Nefroliatis menyerang abdominal bagian bawah nyeri selangkangan

dan hematuria

d. Nefropati urat menyebabkan insufisiensi ginjal dan hipertensi

e. Nefropati asam urat menyebabkan gagal ginjal akut biasanya berkaitan

dengan tumor dan kemoterapi

f. Hipersensitifitas allopurinol menyebabkan ruam pruritic, reaksi parah

berkaitan dengan vaskulitis dan hepatitis.

20
C. Konsep Kompres Hangat Jahe Merah

1. Deskripsi jahe merah

Jahe (Zingiber Officinale Roscoe) merupakan tanaman obat

berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Jahe termasuk dalam suku

temu-temuan (Zingiberacaae), satu family dengan temu-temuan lainnya

seperti temu Lawak (Curcuma Domestica), Kencur (Kaempferia

Galanga), Lengkuas (Languas Galanga), dan lain-lain (Feri Anwar, 2016).

2. Klasifikasi jahe merah

Klasifikasi Jahe Merah :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Musales

Family : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : ZingiberOfficinale

Secara umum terdapat tiga jenis tanaman jahe yang dapat

dibedakan dari aroma, warna, bentuk, dan besar panjang.Ketiga jenis

tanaman jahe tersebut adalah Jahe Putih Besar (Gajah), Jahe Putih Kecil

(Emprit), dan Jahe Merah (Feri Anwar, 2016).

1. Jahe putih.

21
Variates jahe ini banyak ditanam di masyarakat dan dikenal

dengan nama Zingiber Officinale var. officinale. Batang jahe gajah

berbentuk bulat, berwarna hijau muda, diselubungi pepelan daun,

sehingga agak keras. Tinggi tanaman 55.88 – 88,38 cm. dain tersusun

secara berselang seling dan teratur, permukaan dau bagian atas

berwarna hijau muda jika dibandingkan dengan bagian bawah. Jenis

jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur

tua, baik sebagai jahe segar maupun jahe olahan (Feri Anwar, 2016).

2. Jahe putih kecil

Jahe ini dikenal dengan nama latin Zinger Officinale var.

Rubrum, memiliki ramping dengan bobot berkisar antara 0.5 – 0.7

kg/rumpun. Tinggi tanaman jika diukur dari permukaan tanah sekitar

40 – 60 cm sedikit lebih pendek dari jahe besar. Bentuk batang bulat

dan warna batang hijau muda hampir sama dengan jahe besar, hanya

penampilannya lebih ramping dan jumlah batangnya lebih banyak.

Jahe ini selalu dipanen setelah berumur tua.Kandungan minyak

atsirinya lebih besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih

pedas, disamping tinggi seratnya tinggi.Jahe ini cocok untuk ramuan

obat-obatan, atau untuk diekstrak oleoresin dan minyak astirinya


(Anwar, 2016).

3. Jahe merah

22
Jahe merah atau jahe sunti (Zingiber Officinale var. Amarum)

memiliki rimpang dengan bobot antara 0.5 – 0.7 kg/rumpun. Struktur

rimpang jahe merah, kecil berlapis-lapis dan daging rimpangnya

berwarna merah jingga sampai merah, ukuran lebih kecil dari jahe

kecil. Jahe merah selalu dipanen setelah tua, dan juga memiliki

kandungan minyak atsiri yang lebih tinggi dibandingkan jahe kecil,

sehingga cocok untuk ramuan obat- obatan. Jahe merah memiliki

kegunaan yang paling banyak dibandingkan jahe yang lain. Jahe ini

merupakan bahan penting dalam industri jamu tradisional dan

umumnya dipasarkan dalam bentuk segar dan kering (Anwar, 2016).

Jahe merah memiliki kandungan minyak atsiri sekitar 2,58 s.d

3,90% dari berat kering. Jahe merah memiliki kandungan air 81%.

Selain itu jahe merah mempunyai kandungan oleoresin 5 s.d 10

%.Khusus untuk jahe merah, pemanenanya harus selalu dilakukan

setelah tua (Setyaningrum dan Saparinto, 2013).

Kandungan Jahe Merah (Anwar, 2016).

1. Minyak atsiri

Jahe tersusun atas ratusan senyawa kimia aktif.Senyawa

tersebut diketahui memiliki khasiat tertentu bagi tubuh.Senyawa

phenol misalnya, terbukti memiliki efek anti radang dan diketahui

ampuh mengusir penyakit sendi juga ketegangan yang dialami

23
otot.

2. Minyak jahe

Oleoresin adalah suatu produk yang berbentuk padat atau semi

padat, konsistensinya lengket yang terutama merupakan

campuran dari resin dan minyak atsiri.

No Bagian Tanaman Jahe Putih Jahe Putih Kecil/ Jahe Merah


(Gajah) (Emprit)
1. Rimpang
Struktur Besar berlapis Kecil berlapis Kecil berlapis
Warna (Irisan) Putih kekuningan Putih kekuningan Jingga muda
-putih kebiruan
Bobot/rumpun (kg) 0,18 – 2,08 0,10 – 1,58 0,20 – 1,40
Diameter (cm) 8,47 – 8,50 3,27 – 4,05 4,20 – 4,26
Tinggi (cm) 6,20 – 11,30 6,38 – 11,10 5,26 – 10,40
Panjang (cm) 15,83 – 32,75 6,13 – 31,70 12,33 – 12,60
2. Akar
Diameter (cm) 4,22 – 5,83 3,91 – 5,90 2,49 – 5,71
Panjang (cm) 9,43 – 24,80 15,35 – 36,20 17,03– 39,23
Bobot (kg) 0,02 – 0,03 0,02 – 0,07 0,07 – 0,34
Bentuk Bulat Bulat Bulat
3. Batang
Tinggi (cm) 55,88 – 81,38 41,87 – 56,45 34,18– 62,28
Jumlah 8,60 – 10,30 14,80 – 32,70 13,76– 17,53
Warna Hijau muda Hijau muda Hijau
kemerahan
Bentuk Bulat Bulat Bulat kecil
Sifat Agak keras Agak keras Agak keras
4. Daun
Kedudukan Berseling-seling Berseling-seling Berseling-seling
Teratur Teratur Teratur
Jumlah 24,01 – 30,99 20,37 – 29,03 20,10
Panjang (cm) 17,42 – 21,99 17,45 – 19,79 24,30 – 24,79
Lebar (mm) 20,00 – 36,50 22,40 – 32,60 27,90 – 31,18
Luas (mm) 24,87 – 27,52 14,36 – 20,50 32,55 – 51,18
Warna Hijau muda Hijau muda Hijau muda
Bentuk Laraoust Laraoust Laraoust
5. Mutu
Kadar atsiri (%) 0,82 – 3,25 1,50 – 3,50 2,58 – 3,90
Kadar pati (%) 39,39 – 55,10 40,63 – 54,70 44,99

24
Kadar serat (%) 6,44 – 9,57 5,92 – 9,28 7,1 – 7,6
Kadar abu (%) 3,40 – 4,80 3,30 – 5,45 6,1 – 7,0
Kadar air (%) 6,40 – 11,42 7,36 – 11,95 12,0

3. Manfaat jahe merah

Jahe memiliki banyak kegunaan.Penelitian untuk menguji

aktivitas farmakologi maupun untuk mengisolasi komponen aktif sudah

banyak dilakukan dan semakin berkembang. Pada pengobatan tradisional

China dan India, jahe digunakan untuk mengatasi penyakit batuk, diare,

mual, asma, gangguan pernafasan, sakit gigi, dyspepsia, dan gout athritis

atau asam urat. Efek farmakologi yang sudah diuji baik pada hewan coba

maupun secara in vitro adalah anti oksidan, anti ematik, anti kanker, anti

inflamasi akut maupun kronik, antipireti, dan analgesik (Lase,2015).

Menurut penelitian Anna R. R. Samsudin tahun 2016 dengan

judul Pengaruh pemberian kompres hangat jahe merah terhadap

penurunan skala nyeri asam urat / gout arthtritis di Desa Taleti Dua Kab.

Minahasa menyatakan bahwa didapatkan pengaruh kompres hangat jahe

merah terhadap penurunan skala nyeri pada penderita asam urat /

goutarthtritis.

4. Mekanisme kerja kompres hangat jahe merah

Jahe merah digunakan untuk menurunkan nyeri asam urat / gout

arthtritis karena kandungan gingeron dan shoagol.Tahapan fisiologis

nyeri, kompres hangat rebusan jahe merah menurunkan nyeri dengan

25
tahap transduksi, dimana pada tahapan ini jahe memiliki kandungan

gingerol yang bisa menghambat terbentuknya prostaglandin sebagai

mediator nyeri, sehingga dapat menurunkan nyeri sendi (Izza, 2014).

D. Kompres hangat

1. Pengertian

Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat

yang dapat menimbulkan efek fisiologis (Wahuningsih, 2013). Kompres hangat

adalah memberikan rasa hangat kepada pasien untuk mengurangi rasa nyeri

dengan menggunakan cairan yang berfungsi untuk melebarkan pembuluh

darah dan meningkatkan aliran darah lokal (fauziyah, 2013).

Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu

dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian

tubuh yang memerlukan (Price & Wilson, 2014).

Kompres hangat adalah tindakan yang dilakukan untuk melancarkan

sirkulasi darah juga untuk menghilangkan rasa sakit (Riyadi, 2014).

2. Manfaat

Manfaat pemberian kompres hangat adalah sebagai berikut (Kusyati, 2013).

1. Memeperlancar sirkulasi darah

2. Mengurangi rasa sakit

3. Memberikan rasa hangan dan nyaman

4. Merangsang peristaltic

26
5. Menjegah peradangan meluas

Kompres hangat digunakan secara luas dalam pengobatan karena

memiliki efek bermanfaat yang besar.Adapun manfaat efek kompres hangat

adalah efek fisik, efek kimia, dan efek biologis (Kozier,2014).

1. Efek fisik

Panas dapat menyebabkan zat cair, padat dan gas mengalami

pemuaian ke segala arah.

2. Efek kimia

Bahwa rata-rata kecapatan reaksi di dalam tubuh tergantung pada

temperature.Menurunnya reaksi kimia tubuh sering dengan menurunnya

temperature tubuh.Permeabilitas membrane sel akan meningkat sesuai

dengan peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi peningkatan

metabolism seiring dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh

dengan cairantubuh.

3. Efek biologis

Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang

mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh

terhadap panas yaitu menyebabkan pembuluh darah menurunkan

kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolism

jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari panas

inilah yang digunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan

keadaan yang terjadi dalam tubuh. Panas menyebabkan vasodilatasi

27
maksimum dalam waktu 15-20 menit, melakukan kompres selama 20

menit akan mengakibatkan kongesti jaringan dan klien akan beresiko

mengalami luka bakar karena pembuluh darah yang berkontriksi tidak

mampu membuang panas secara adekuat melalui sirkulasi darah (Kozier,


2014).

3. Prosedur kompres hangat

Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan

peningkatan sirkulasi darah.Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas

yaitu menyebabkan pembuluh darah menurunkan kekentalan darah,

menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolism jaringan dan

meningkatkan permeabilitas kapiler.Respon dari panas inilah yang digunakan

untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi dalam

tubuh. Panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam waktu 15-20

menit, melakukan kompres selama 20 menit akan mengakibatkan kongesti

jaringan dan klien akan beresiko mengalami luka bakar karena pembuluh

darah yang berkontriksi tidak mampu membuang panas secara adekuat

melalui sirkulasi darah (Kozier, 2014).

1. Persiapan alat dan bahan:

a. Kain atau waslap yang dapat menyerap air.

b. Air hangat dengan suhu 37-40 derajat celcius.

2. Tahap kerja.

a. Cuci tangan.

28
b. Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan.

c. Ukur suhu air dengan thermometer

d. Masukkan kain atau waslap pada air hangat, lalu diperas.

e. Tempelkan kain atau waslap yang sudah diperas pada daerah yang

akan dikompres.

f. Angkat kain atau waslap sestelah 15-20 menit, dan lakukan kompres

ulang jika nyeri belumteratasi.

g. Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan.

E. Keterkaitan Antara Variabel

Gout arthritis adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh tingginya

kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam darah

melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat didalam persendian

dan organ tubuh lainnya dengan nilai kadar asam urat pada perempuan adalah

2,4-6 mg/dl sedangkan pada laki-laki 3.5-7.2 mg/dl (Noviyanti, 2015). Pemberian

kompres hangat jahe merah dapat menurunkan tingkat nyeri arthritis gout.

Pemberian kompres hangat Dapat menyebabkan dilatasi pembuluh dara yang

mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah secara fisiologis respon tubuh

terhadap panas yang menyebabkan pembuluh darah menurunkan kekentalan

darah dan ketegangan otot sehingga mengurangi rasa sakit, jahe merah

digunakan untuk menurunkan nyeri asam urat karena kandungan gingeron dan

shoagal kompres hangat rebusan jahe merah menurunkan nyeri dengan tahap

29
transduksi di mana jahe memiliki kandungan gingerol yang bisa menghambat

terbentuknya prostaglandin sebagai mediator nyeri.

F. Jurnal Terkait

1. Jurnal terkait di lakukan oleh Anita, Jenican Astanta, Boi Olifu Lafau ,

Tiarnida (2020) Nababan dengan judul “pengaruh pemberian kompres

hangat menngunakan parutan jahe merah (zinger officinale roscoe var

rubrum) terhadap penuruanan skala nyeri padapenderita gout atrhitis di panti

jompo yayasan budi bakti medan tahun 2020. Jenis penelitian ini merupakan

penelitian pre-eksperimen maka penelitian menggunakan rancangan

oneqgroupqpre-test dan post-test design yaitu kelompok dimana subyek di

obervasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah

dilakukan intervensi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita

gout arthritis yang tidak mengkonsumsi terapi farmakologi jenis obat anti

inflamasi di Panti Jompo Yayasan Guna Budi Bakti Tahun 2020 berjumlah

25 orang. Sampel diambil dengan menggunakan total sampling yaitu

sebanyak 25 orang. Pengumpulan data menggunakan lembaran observasi.

Analisa data menggunakan uji Wilcoxon sign rank test dengan signifikasi

0,05. Hasil penelitian uji Wilcoxon sign rank test pada hasil akhir didapat

nilai p=value 0,000<α=0,05 sehingga dapat diambil. Kesimpulan bahwa

adanya pengaruh pemberian kompres hangat memakai parutan jahe merah

terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout arthritis. Saran untuk

30
peneliti selanjutnya dapat meneliti pengaruh pemberian kompres hangat

memakai parutan jahe merah pada penyakit lain seperti penyakit diabetes

mellitus, gagal jantung, dan persendian.

2. Jurnal Terkait dilakukan oleh Radhika Raharani (2020) dengan judul “

Kompres Jahe Hangat Dapat Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Paien Gout

Artritis “Metode : Menggunakan studi literatur dari jurnal baik nasional

maupun internasional dengan cara meringkas topik pembahasan dan

membandingkan hasil yang disajikan dalam artikel. Hasil : Kompres jahe

hangat dapat mengurangi nyeri pada gout artritis. Kompres jahe hangat

adalah pengobatan tradisional atau terapi alternatif untuk mengurangi nyeri

gout artritis. Jahe mengandung enzim siklo- oksigenasi yang dapat

mengurangi peradangan pada pasien dengan gout artritis , selain itu jahe

juga memiliki efek farmakologis berupa sensasi panas dan pedas, di mana

panas ini dapat meredakan rasa sakit, kekakuan dan kejang otot atau

terjadinya vasodilatasi pembuluh darah, manfaat maksimal akan dicapai

dalam waktu 20 menit setelah aplikasi kompres jahe hangat di lokasi nyeri.

Kesimpulan : Kompres jahe hangat dapat mengurangi nyeri radang pada

pasien gout artritis. Kompres jahe adalah pengobatan tradisional atau terapi

alternatif untuk mengurangi nyeri radang sendi gout. Kompres jahe hangat

mengandung enzim siklooksigenase yang dapat mengurangi peradangan

dan nyeri pada penderita gout artritis

31
3. Jurnal Terkait Dilakukan Oleh Zuriati (2017) dengan judul “ Efektifitas

Kompres Air Hangat Dan Kompres Jahe Merah Terhadap Penurunan Nyeri

Pada Pasien Asam Urat Di Puskemas Lubuk Begalung Tahun 2017.

Metode Penelitian ini menggunakan desain Quasy Experiment dengan

rancangan Pretest- Posttest dengan menggunakan uji T-test dependent.

Teknik pengambilan sampelmenggunakan Accidental sampling.Sampel

pada penelitian ini sebanyak 24orang dengan 12 kelompok kompres air

hangat dan 12 kelompok kompres jahe. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Februari s/d Juli 2017, pengumpulan data dilakukan pada tangga l13 s/d 30

Juni 2017 di Puskesmas Lubuk Begalung Padang. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat perbedaan efektifitas kompres air hangat dan

kompres jahe terhadap penurunan skala nyeri padapasien asam urat, dimana

untuk kompres air hangat dengan p value= 0.002 penurunan rerata skala

nyeri sebesar 1,167, dan pada kompres jahe dengan p value= 0.000

mengalami rerata penurunan skala nyeri sebesar 2. Disimpulkan bahwa

kompres air hangat dan kompres jahe berpengaruh dalam penurunan nyeri

asam urat. Harapan kepada penderita asam urat di Puskesmas Lubuk

Begalung agar dan mengaplikasikan kompres air hangat dan kompres jahe

sebagai obat nonfarmakologi yang mampu menurunkan skala nyeri.

32
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep menyatakan bahwa kerangka konsep akan menghubungkan

secara teoritis variabel-variabel penelitian yaitu antara variable independen dan

variable dependen (Sugiyono,2014).

Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian kompres Tingkat nyeri


hangat jahe merah pasien gout arthritis

Keterangan :

: Variabel yang di teliti

: Garis Penghubung

Gambar 3.1: Pengaruh pemberian kompres hangat jahe merah terhadap


tingkat nyeri gout arthritis Di Kelurahan Mahawu Manado.

B. Hipotesa

Hipotesa adalah jawaban sementara terhadap suatu rumusan masalah (Sugiyono,

2017). Hipotesa dalam penelitian ini yaitu:

Ha : Ada Pengaruh pemberian kompres hangat jahe merah terhadap tingkat nyeri
gout arthritis Di Kelurahan Mahawu Manado.

Ho : Tidak Ada Pengaruh pemberian kompres hangat jahe merah terhadap tingkat

nyeri gout arthritis Di Kelurahan Mahawu Manado.

C. Variable Inpenelitian

1. Variable dependen

Variabel independen adalah variable yang nilainya menetukan variable lain.

Variabel independen pada penelitian ini yaitu : kompres hangat jahe merah

2. Variable dependen

Variabel dependen adalah variable yang nilainya ditentukan oleh variable lain.

Variabel dependen pada penelitian ini yaitu : tingkat nyeri Gout Atritis

D. Defenisi oprasional

Tabel 3.1 : Definisi Operasional efektifitas antara pemberian kompres hangat


jahe merah terhadap penderita nyeri asam urat Di Kelurahan Mahawu Manado.
Variabel Definisi Parameter Instrumen Skala Skor

Operasional
Independent Kompres Air Hangat SOP - -
hangat jahe dengan suhu Kompres
Kompres merah dapat 37-40 derajat Hangat Jahe
hangat jahe menurunkan celcius. Merah
merah skala nyeri Jahe merah 5
gout athrtisi ruas

Dependent Nyeri yang di Penurunan Lembar Interval Skala Nyeri


alami oleh skala nyeri Observasi (0-10)
tingkat nyeri penderita pada skala nyeri
gout atritis asam urat penderita NRS
sebagai gout atritis (Numeric
akibat dari rating scale)
perubahan

34
patologis,
fisiologis,
dan
psikologis.

35
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian.

Suatu rancangan yang di gunakan untuk menyediakan informasi yang

berhubungan dengan prevelensi, distribusi dan pengaruh antar variable dalam

suatu populasi (Nursalam,2013)

Desain yang di pakai dalam penelitian ini adalah Quasy Eksperimen (one group

pretest and posttest design) yaitu penelitian yang menggunakan satu kelompok

subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian

di observasi lagi setelah intervensi (Nursalam,2013)

Pre Test Perlakuan Post Test


01 02 03

Keterangan :

01 : Tingkat nyeri sebelum di beri kompres hangat jahe merah

02 : Intervensi/perlakuan kompres hangat jahe merah

03 : Tingkat nyeri setelah di beri kompres hangat jahe merah

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini akan lakukan Di Kelurahan Mahawu Manado.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan di lakukan pada bulan Juni-Juli 2021


C. Pupilasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah objek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).

Populasi dalam penelitian ini adalah 35 masyarakat Kelurahan Mahau

dengan Gout Athritis.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Accidental Sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu konsumen yang secara kebetulan/insidental bertemu

dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang

yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2015).

Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang dengan gout

athritis Di Kelurahan Mahawu Manado. Jumlah sampel adalah 35 orang

dengan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Accidental

Sampling

a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti.

Yang menjadi kriteria inklusi adalah :

37
1. Masyarakat yang dengan Gout Athritis Di Kelurahan Mahawu

Manado.

2. Pasien yang bersedia jadi responden

b. Kriteria eksklusi

Kriteria Ekskluasi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.

Yang menjadi kriteria eksklusi adalah :

1. Masyarakat yang tidak dengan gout athritis Di Kelurahan Mahawu

Manado

2. Masyarakat yang tidak bisa baca tulis

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian observasi merupakan alat teknik pengumpulan data yang di

lakukan dengan cara memberikan seperangkat tertulis kepada responden untuk

dijawabnya (Wiratama,2014)

1. Variabel Independen

Variabel ini menggunakan SOP ( Standar Operasional Prosedur ) kompres

hangat jahe merah

2. Variable Dependen

Variabel ini menggunakan lembar observasi tingkat nyeri NRS ( Numerical

Rating Scale )

38
E. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari hasil

observasi

penilaian tentang pengaruh kompres hangat jahe merah terhadat

tingkat nyeri gout atritis.

2. Data Sekunder

Data Sekunder dalam penelitian ini adalah data dari klinik manadi

manado meliputi jumlah keseluruhan pasien dengan gout athritis Di

Kelurahan Mahawu Manado.

F. Teknik Pengolaan Data

Setelah lembaran observasi di isi oleh peneliti, akan dilihat kelengkapan

pengisiannya yang meliputi :

1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali data yang diperoleh atau

dikumpulkan. Editing dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah

data terkumpul

2. Coding merupakan kegiatan pemberian kode dapat numeric (angka), terhadap

data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting

bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam

pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code

book).

39
3. Entri data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam

master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekwensi

sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontigensi.

4. Tabulation data adalah kegiatan memasukan data ke dalam tabel-tabel dan

mengatur angka-angka yang diperoleh sehingga dapat dihitung distribusi dan

presentasinya serta dapat dianalisis secera inferensial.

5. Cleaning data bila ditemukan penomoran yang salah atau huruf yang kurang

jelas.

G. Analisa Data

Peneliti menggunakan analisis intervensial untuk mengetahui ada atau tidaknya

efektivitas antara pemberian kompres jahe merah dan kompres hangat terhadap

penderita nyeri asam urat Di Kelurahan Mahawu Manado. Analisa data peneliti

menggunakan:

1. Analisa Univariat

Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil

pungukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah

menjadi informasi yang berguna dan pengolahan datanya hanya satu variabel

saja, sehingga di namakan univariat. Data yang di olah yaitu usia, jenis

kelamin, tingkat nyeri sebelum di berikan kompres hangat jahe merah dan

tingkat nyeri sesudah di berikan kompres hangat jahe merah. Tabel distribusi

frekuensi di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

40
f
P= x 100
n

Ket :

P : Presentasi

F : Frekuensi

N : Jumlah sampel

2. Analisa Bivariat

Analisis data secara statistik dilakukan dengan menggunakan bantuan

aplikasi SPSS. Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui perubahan

penurunan tingkatan skala nyeri pada penderita asam urat menggunakan uji

Parred t-test dengan sebelumnya dilakukan Uji Normalitas data

menggunakan Uji Shapiro-Wilk dengan tingkat kemaknaan α<0,05, bila

distribusi data tidak normal maka menggunakan uji alternatif Wilcoxon.

H. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai objektif boleh

bertentangan dengan etika. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak peneliti

harus di lindungi (Nursalam, 2015).

1. Lembaran persetujuan menjadi responden (informed consent)

Informasi harus diberikan secara lengkap tentang rujuan peneliti yang

akan dilaksanakan, subjek mempunyai hak untuk bebas menolak atau

berpartisipasi menjadi responden.

41
2. Tahap nama (anonimity)

Kerahasian informasi yang diberikan oleh responden di jamin oleh

penelitiannya kelompok, data yang tertentu yang akan disajikan atau di

laporkan pada hasil penelitian.

3. Kerahasian (confidentiality)

Untuk menjaga kerahasian subjek maka nama subjek tidak di

cantumkan pada lembar kuesioner yang di teliti hanya di beri kode tertentu.

4. Harmless (Keamanan)

Yaitu untuk mencegah perburukan penelitian ketika peneliti

melakukan intervensi pada responden. Apabila terjadi reaksi yang tidak di

inginkan pada responden maka penelitian ini di hentikan

42

Anda mungkin juga menyukai