DOSEN:
NS. SRI YULIANTI, S.KEP.,M.KEP
KELOMPOK II:
ANANDA SHESILIA LAMBE (2018 01 093)
INDAH SUWANDEWI (2018 01 109)
Penyusun
Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi...........................................................................................
B. Konsep Medis.................................................................................................
C. Terapi Komplementer....................................................................................
D. Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier.....................................................
E. Proses Keperawatan Secara Teori..................................................................
F. EBP/Hasil Penelitian......................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gout suatu penyakit metabolik yang merupakan salah satu jenis
penyakit reumatik dimana pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan
atau penurunan ekskresi asam urat (Arif, 2010).
Gout pada umumnya ditemukan pada laki-laki dewasa. Pada
perempuan penyakit ini terjadi setelah usia monopause. Rasio terjadinya
arthritis gout pada laki-laki dan perempuan adalah 9:1 dan paling banyak
pada usia 40-60 tahun. Studi Framingham di Massachusetts mendapatkan
bahwa lebih dari 1% populasi pernah mendapatkan serangan arthritis gout.
Prevalensi gout akan semakin meningkat sesuai penyakit komorbid
lainnya seperti sindroma metabolik, diabetes mellitus tipe II,
obesitas, hipertensi, dan gagal ginjal kronik.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi gout.
2. Untuk mengetahui definisi gout.
3. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya gout dan apa penyebabnya.
4. Untuk mengetahui tindakan apasaja yang akan dilakukan pada pasien
yang terkena penyakit gout.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi
1. Persendian/Artikulasio adalah persambungan tulang yang memungkinkan
tulang-tulang tetap bergerak atau tidakbergerak. Bagian sendi antara lain:
a. Kapsula sendi
b. Ligamen
c. Membran synovial
d. Tulang rawan artikularis
2. Cairan Sinovial
a. Berwarna bening kekunian di hasilkan oleh synovium, mengandung
lekosit.
b. Viskositas dipertahankan oleh asam Hialuronidase.
c. Untuk menutrisi tulang rawan sendi.
d. Sebagai bahan pelumas untuk bantalan tulang.
e. Fisiologis: ketika ada tekanan, cairan synovial akan bergeser ke
tekanan berkurang, cairan synovial kembali seperti semula.
3. Ligament adalah jaringan ikat fibrosa penghubung antara tulang.
a. Menentukan rentang gerakan
b. Perlindungan tulang dan sendi
c. Mempertahan postur tubuh
2) Ligamentum Arteriosum
B. Konsep Medis
1. Definisi
Gout yaitu Jenis artritis yang ditandai dengan nyeri parah,
kemerahan, dan nyeri di sendi.
Gout merupakan terjadinya penumpukan asam urat dalam tubuh
dan terjadi kelainan metabolisme purin. Gout merupakan kelompok
keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek genetik pada
metabolisme purin (hiperurisemia) (Brunner dan Suddarth, 2012).
Gout suatu penyakit metabolik yang merupakan salah satu jenis
penyakit reumatik dimana pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan
atau penurunan ekskresi asam urat (Arif, 2010).
2. Aspek Epidemiologi
Artritis gout menyebar secara merata di seluruh dunia. Prevalensi
bervariasi antar negara yang kemungkinan disebabkan oleh adanya
perbedaan lingkungan, diet, dan genetik (Rothschild, 2013). Di Inggris
dari tahun 2000 sampai 2007 kejadian artritis gout 2,68 per 1000
penduduk, dengan perbandingan 4,42 penderita pria dan 1,32 penderita
wanita dan meningkat seiring bertambahnya usia (Soriano et al, 2011). Di
Italia kejadian artritis gout meningkat dari 6,7 per 1000 penduduk pada
tahun 2005 menjadi 9,1 per 1000 penduduk pada tahun 2009 (Rothschild,
2013).
Sedangkan jumlah kejadian artritis gout di Indonesia masih belum
jelas karena data yang masih sedikit. Hal ini disebabkan karena Indonesia
memiliki berbagai macam jenis etnis dan kebudayaan, jadi sangat
memungkinkan jika Indonesia memiliki lebih banyak variasi jumlah
kejadian artritis gout (Talarima et al, 2012). Pada tahun 2009 di Maluku
Tengah ditemukan 132 kasus, dan terbanyak ada di Kota Masohi
berjumlah 54 kasus (Talarima et al, 2012). Prevalensi artritis gout di Desa
Sembiran, Bali sekitar 18,9%, sedangkan di Kota Denpasar sekitar 18,2%.
Tingginya prevalensi artritis gout di masyarakat Bali berkaitan dengan
kebiasaan makan makanan tinggi purin seperti lawar babi yang diolah dari
daging babi, betutu ayam/itik, pepes ayam/babi, sate babi, dan babi guling
(Hensen, 2007).
3. Etiologi
Etiologi arthritis gout adalah peningkatan kadar asam urat darah
yang berasal dari metabolisme purin. Peningkatan ini dapat disebabkan
oleh penurunan ekskresi maupun overproduksi asam urat.
Penurunan ekskresi asam urat dapat terjadi pada keadaan
insufisiensi renal, nefropati, dehidrasi, maupun konsumsi alkohol dalam
jangka waktu lama. Peningkatan produksi asam urat dapat terjadi pada
Sindroma Lesch-Nyhan, defisiensi glukosa-6-fosfat, dan superaktifitas
phosphoribosyl pyrophosphate synthetase. Peningkatan asam urat ini akan
menimbulkan pembentukan kristal monosodium urat yang terdeposit pada
sendi dan saluran kemih
4. Patofisiologi
Menurut Yatim (2006) serangan asam urat umumnya terasa secara
tiba-tiba (acute attack) tanpa disertai dengan gejala sebelumnya, dan
dimulai pada malam hari dengan lokasi utama pada sendi ibu jari kaki
(big toe joint), selain itu bisa juga mengenai tumit, lutut, pergelangan
tangan dan kaki, siku dan jari tangan. Karena itu dikenal empat tahap
gout:
a. Asymptomatic (tanpa gejala)
Pada tahap ini, kadar asam urat dalam darah meningkat tetapi tidak
ada sintom. Pada kondisi ini pasien tidak membutuhkan pengobatan.
Dalam beberapa hal, hiperurisemia dapat ditemukan beberapa tahun
sebelum serangan. Peningkatan asam urat biasanya terlihat pada
lakilaki sesudah puber dan pada perempuan setelah monopause.
Walau tidak semua pasien dengan hiperurisemia akan dapat serangan
gout artritis, tetapi pasien perlu waspada (Depkes, 2006).
b. Akut
Pada tahap ini, hiperurisemia menyebabkan mengendapnya kristal
asam urat di sendi. Ini menyebabkan rasa nyeri intens dan mendadak,
bengkak di sendi dan juga hangat dan peka terhadap sentuhan.
Serangan akut biasanya terjadi malam hari dan dapat dipicu oleh
keadaan stress, minum alkohol atau obat, atau adanya penyakit lain.
Serangan biasanya berhenti dalam 3-10 hari, meskipun tanpa
pengobatan, dan serangan berikutnya mungkin tidak akan terjadi
dalam beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Dengan berlanjutnya
waktu, bagaimanapun serangan dapat terjadi lebih lama dan lebih
sering (Depkes, 2006).
c. Interkritikal
Ini adalah saat di antara serangan akut. Pada tahap ini, pasien tidak
ada sintom, dan merasakan fungsi sendi yang normal. Pada tahap ini
pasien, harus tetap menjaga agar kadar asam urat terkendali (Depkes,
2006).
d. Kronis
Tahap ini adalah tahap yang paling menyebabkan ketidakmampuan
dan biasanya dapat terus berkembang misalnya selama 10 tahun. Pada
tahap ini, penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakan sendi yang
permanen dan kadang juga ginjal. Dengan pengobatan yang benar,
kebanyakan pasien gout tidak sampai ketahap ini (Depkes, 2006).
5. Pathway
6. Manifestasi Klinik
a. Artritis Akut
Artritis Akut ini bersifat sangat berat. Pasien tidak dapat berjalan
(kalau yang terkena adalah kaki) tidak dapat memakai sepatu,
perasaan sakit sangat hebat (Excruciating). Rasa sakit ini mencapai
puncaknya dalam 24 jam setelah mulai timbul gejala pertama.
b. Lokasi Sendi
Serangan akut biasanya bersifat monoartikular disertai gejala lengkap
proses inflamasi yaitu : merah, bengkak, teraba panas dan sakit.
Lokasi yang paling sering pada serangan pertama adalah sendi
metaatarso-falongeal pertama (MTP-I). Hampir semua kasus lokasi
artritis terutama ada sendi perifer dan jarang pada sendi sentral.
c. Remisi sempurna antara serangan akut (Inter Critical Gout)
Serangan akut dapat membaik pada serangan pertama dan selanjutnya
diikuti oleh remisi sempurna sampai serangan berikutnya. Apabila
hiperurisemia (kalau ada) tidak dikoreksi, akan timbul artritis gout
menahun.
d. Hiperurisemia
Keadaan hiperurisemia tidak selalu identik dengan artritis gout akut
artinya tidak selalu artritis gout akut disertai dengan peninggalan
kadar asam urat darah. Banyak orang dengan peninggian asam urat,
namun tidak pernah menderita serangan artritis gout ataupun terdapat
tofi. Thopy adalah penimbunan kristal urat pada jaringan. Mempunyai
sifat yang karakteristik sebagai benjolan dibawah kulit yang bening
dan tofi paling sering timbul pada seseorang yang menderita artritis
gout lebih dari 10 tahun.
7. Klasifikasi
a. Ada 3 klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik:
1) Gout artritis stadium akut
Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
Pasien tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa
sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat
monoartikular dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak,
terasa hangat, merah dengn gejala sistemik berupa demam,
menggigil dan merasa lelah. Apabila proses penyakit berlanjut,
dapat terkena sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut, dan
siku. Faktor pencetus serangan akut antara lain berupa trauma
lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi,
pemakaian obat diuretik dan lain-lain. Pemilihan regimen terapi
merekomendasikan pemberian monoterapi sebagai terapi awal
antara lain NSAIDs, kortikosteroid atau kolkisin oral. Kombinasi
8 diberikan berdasarkan tingkat keparahan sakitnya, jumlah sendi
yang terserang atau keterlibatan 1-2 sendi besar (Fatwa, 2014).
2) Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana
terjadi periode interkritik. Walaupun secara klinik tidak dapat
ditemukan tanda-tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi
ditemukan kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses
peradangan masih terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan (Fatwa,
2014).
3) Stadium artritis gout kronik
Stadium ini umumnya terdapat pada pasien yang mampu
mengobati dirinya sendiri (self medication). Sehingga dalam
waktu lama tidak mau berobat secara teratur pada dokter. Gout
artritis menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan
poliartikular. Tofi ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat.
Kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder. Secara umum
penanganan gout artritis adalah memberikan edukasi pengaturan
diet, istrahat sendi dan pengobatan. Pengobatan dilakukan dini
agar tidak terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lainnya.
Tujuan terapi meliputi terminasi serangan akut, mencegah
serangan di masa depan, mengatasi rasa sakit dan peradangan
dengan cepat dan aman, mencegah komplikasi seperti
terbentuknya tofi, batu ginjal, dan arthropati destruktif (Fatwa,
2014).
b. Klasifikasi berdasarkan penyebabnya
1) Gout primer
Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam
urat berlebihan, penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal. Gout
primer disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik
adalah faktor yang disebabkan oleh anggota keluarga yang
memiliki penyakit yang sama. Dan buruknya jika kita mengalami
penyakit yang disebabkan dari gen. Sulit sekali untuk
disembuhkan. Makannya untuk keluarga mana pun, harus
menjalankan kehidupan yang sehat, agar penyakit tidak
menyerang pada anggota keluarganya. Masih ada banyak lagi
penyakit yang disebabkan oleh faktor keturunan. pernyataan ini
adalah faktor penyebab asam urat tinggi
2) Gout sekunder
Gout sekunder disebabkan oleh penyakit maupun obat-
obatan. Obat-obatan Obat TBC seperti obat etambutol dan
pyrazinamide dapat menyebabkan kenaikan asam urat pada
beberapa pasien. Hal ini terjadi karena adanya efek dari obat ini
yang berefek terhambatnya seksresi dari ginjal, termasuk sekresi
asam urat yang menghasilkan terjadinya peningkatan asam urat
pada tubuh.
Penyakit lain Penyebab asam urat bisa terjadi jika memiliki
tekanan darah yang terlalu tinggi, atau pun memiliki kadar gula
darah yang terlalu tinggi, dan menimbulkan penyakit hipertensi
atau pun penyakit diabetes dan kolesterol dan penyakit tersebut
bisa menyebabkan organ tubuh menurunkan fungsi nya sehingga
tidak dapat mengeluarkan limbah tubuh dengan baik seperti
limbah asam urat, oleh sebab itu salah satu penyebab asam urat
akibat penyakit di dalam tubuh.
8. Pencegahan
Pencegahan yang dapat kamu lakukan untuk mencegah asam urat
atau arthritis gout merupakan dengan melakukan perubahan gaya hidup
menjadi lebih sehat. Berikut upaya lain untuk mencegah kekambuhan
arthritis yang dianjurkan:
a. Minum banyak air (sekitar 2-4 liter sehari).
b. Menghindari minuman beralkohol.
c. Mengurangi makanan yang kaya akan protein.
d. Menurunkan berat badan, karena banyak pengidap arthritis gout yang
memiliki kelebihan berat badan. Apabila berat badan mereka
dikurangi, kadar asam urat dalam darah biasanya akan kembali normal
atau mendekati normal.
e. Mengonsumsi obat anti-peradangan non-steroid secara rutin juga
dapat mencegah terjadinya serangan. Terkadang kolkisin dan obat
anti-inflamasi non-steroid diberikan dalam waktu yang bersamaan.
Namun, kombinasi kedua obat ini tidak dapat mencegah maupun
memperbaiki kerusakan sendi karena pengendapan kristal dan berisiko
bagi pengidap yang memiliki penyakit ginjal atau hati.
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Serangan Akut
Obat yang diberikan :
1) Kolkisin merupakan pilihan utama dalam pengobatan serangan
artritis gout maupun pencegahan dengan dosis rendah.
2) Obat anti inflamasi non steroid (DAINS) yang paling sering
digunakan adalah indometasin.
3) Kortikosteroid
4) Analgesic (diberikan bila rasa nyeri sangat berat)
5) Tirah baring
b. Penatalaksanaan periode antara
Bertujuan mengurangi endapan urat dalam jaringan dan menurunkan
frekuensi serta keparahan serangan.
1) Diet
a) Hindari alcohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal,ikan
sarden, daging kambing, dsb)
b) Perbanyak minum air putih.
2) Hindari obat-obatan yang mengakibatkan hiperurisemia seperti
tiozid, diaretik, aspirin dan asam nikotinat yang menghambat
ekskresi asam urat dan ginjal.
3) Kolkisin secara teratur
a) Mencegah serangan gout yang akan datang.
b) Menekan serangan akut
10. Komplikasi
Penderita penyakit asam urat harus mewaspadai komplikasi yang
mungkin timbul dari penyakit ini, di antaranya:
a. Munculnya benjolan keras (tofi).
Tofi terbentuk akibat penumpukan kristal asam urat di bawah kulit,
dan dapat muncul di beberapa area tubuh, seperti jari, tangan, siku,
kaki, dan di sekitar mata kaki. Meski tidak menimbulkan rasa sakit,
tofi bisa membengkak dan mengeras saat serangan asam urat terjadi.
b. Asam urat kambuh.
Pada sejumlah kasus, serangan asam urat bisa terjadi beberapa kali
dalam setahun. Bila dibiarkan tidak tertangani, kondisi tersebut dapat
menyebabkan pengeroposan dan kerusakan pada sendi.
c. Penyakit batu ginjal.
Kristal asam urat bisa menumpuk di saluran kemih, dan
menyebabkan batu ginjal.
C. Terapi Komplementer
Penyakit gout merupakan metabolisme abnormal purin yang ditandai
dengan meningkatnya kadar asam urat darah, di masyarakat sering disebut
dengan asam urat penanganan alternatif non farmakologi terapi
komplementer yang dapat digunakan untuk mengurangi kadar asam urat
dalam darah pada penderita gout adalah dengan pranic healing yaitu teknik
terapi pengobatan memanfaatkan energi natural yang berada di alam semesta
dengan mengunakan terapi sentuhan tangan terapis.
Selain menggunakan terapi pranic healing untuk menurunkan asam
urat adalah daun sirsak. Daun sirsak dipercaya dapat menurukan asam urat
dan pembuatannya sangat mudah daun sirsak direbus,air rebusan tersebutlah
yang dapat diminum.
D. Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier
1. Pencegahan primer
a. Diet yang seimbang, rendah purin
b. Menurunkan BB
c. Olaraga
d. Menginformasikan tanda/ gejala penyakit rematik
2. Pencegahan sekunder
Deteksi dini dan ketersedian terapi yang tepat
3. Pencegahan tersier
Rehabilitasi
E. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Pada gout akut keluhan utamanya nyeri yang berat pada ibu jari
kaki atau sendi lain.
2) Tanyakan pada pasien tentang pencegahan penyerangan dan
bagaimana cara mengatasi atau mengurangi serangan.
3) Adakah peningkatan berat badan?
4) Adakah riwayat gout artritis di dalam keluarga?
5) Apakah pasien memakai obat untuk mengatasi gout?
b. Data obyektif
1) Pasien tidak tahan terhadap sentuhan pada sendi dan mcnjaga
daerah sendi yang terkena.
2) Sendi bengkak dan merah (pertama metatarsal, sendi tarsal,
pergelangan kaki, lutut atau siku).
3) Adanya peningkatan suhu tubuh.
4) Adanya penpembengkakan nodul mungkin terilhat di jaringan
sub kutan di daerah sendi atau pada tulang rawan di helix telinga.
c. Data psikososial:
Gout sering, menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien akibat
nyeri yang timbul pada persendian. Cemas dan takut untuk
melakukan gerakan atau aktifitas. Merasakan dirinya tidak
melakukan mobilitas seperti sebelum sakit. Perawat dapat mengkaji
masalah-masalah psikologis tersebut yang mungkin dihadapinya.
d. Pemeriksaan Diagnostik:
1) Peningkatan kadar asm urat serum (hiperuricemia)
2) Peningkatan kadar asam urat pada urine 24 jam.
3) Cairan sinovial sendi menunjukkan adanya kristal urat
monosodium.
4) Kecepatan waktu pengendapan
5) Pemeriksan sinar X menampakakan perkembangan jaringan
lunak.
6) Pemeriksaan sel darah putih dan sedimentasi eritrosit meningkat
(selama fase akut).
7) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.
8) Keluhan utamanya nyeri yang berat pada ibu jari kaki atau sendi
lain
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman
pengobatan dan perawatan di rumah .
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu
bergerak, depresi.
3. Intervensi dan Rasional
1. Nyeri berhubungan 1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan 1. Membantu dalam mengendalikan
dengan proses penyakit intensitas (skala 0-10). Catat faktor- kebutuhan manajemen nyeri dan
yang nyeri (kaki) diistirahatkan dan setempat dan mengurangi pergerakan pada
efek vasodilatasi
4. Cegah agar tidak terjadi iritasi pada 4. Bila terjadi iriitasi maka akan semakin
yang keras.
tegangan otot.
2. Hambatan mobilitas 1. Kaji tingkat inflamasi atau rasa sakit 1. Tingkat aktifitas / latihan tergantung dari
ROM pada sendi yang terkena gout sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
berhubungan dengan mengungkapkan instruksi yang kognnitif klien dalam menerima informasi.
pengobatan dan 2. Berikan Jadwal obat yang harus di 2. Penjelasan ini dapat meningkatkan
perawatan di rumah . gunakan meliputi nama obat, dosis, koordinasi dan kesadaran pasien terhadap
berhubungan dengan sebelum timbul awitan/ eksaserbasi dengan melakukan adaptasi yang diperlukan
kerusakan penyakit dan potensial perubahan pada keterbatasan saat ini).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gout yaitu Jenis artritis yang ditandai dengan nyeri parah, kemerahan,
dan nyeri di sendi. Penurunan ekskresi asam urat dapat terjadi pada keadaan
insufisiensi renal, nefropati, dehidrasi, maupun konsumsi alkohol dalam
jangka waktu lama.
Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang
paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada
jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan
kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan
tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa
menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi
beberapa sendi.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan baik dalam sistematika penulisan maupun dari isi
makalah, oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini dan makalah-
makalah selanjutnya kami berharap saran dan kritik yang membangun demi
perbaikan dimasa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddath. 2012. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit
Buku Kedokteran. EGC: Jakarta
Ragab, G. et. al. (2017). Gout: An Old Disease in New Perspective – A Review. J
Adv Res. 8(5), pp. 495–511.
Junaidi, I. (2013). Rematik dan Asam Urat. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Sudoyo, Aru, W, dkk (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Disease (2016). Gout.
Badan penelitian dan pengembangan kesehatan RI. 2014. Riset Kesehatan Dasar.
Laporan Nasional.
Fitriana, Rahmatul. 2015. Cara Cepat Usir Asam Urat. Yogyakarta: Medika.
Azari RA. 2014. Journal Reading: Artritis Gout. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sultan Agung.