Anda di halaman 1dari 7

Manuskrip Al Qur`an di Subang Jawa Barat

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Linguistik dan Filologi

Dosen Pengampu:

Bapak Yafik Mursyid, S.Th.I, M.A

Disusun oleh :

Dicky Candra Firmansyah 18105030063 IAT C

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UIN SUNAN KALIJAGA 2018/2019
A. Pendahuluan

Dari berbagai jenis manuskrip yang ada di Indonesia, mushaf termasuk salah satu yang
paling banyak disalin oleh masyarakat, ini terkait karena Al Qur`an sebagai sumber utama Islam.
Sehingga berpengaruh terhadap tradisi pembacaan,pengajaran dan penyalinannya di masyarakat.
Pendidikan dan pengajaran baca dan tulis Al Qur`an umumnya dianggap sebagai pelajaran yang
paling mendasar. Setiap umat muslim dan muslimah dianjurkan untuk menamatkan bacaannya
dan dianjurkan pula memiliki mushaf Al Qur`an sendiri, maka dari itu menyalinan atau penulisan
mushaf bukan menjadi keniscayaan, akan tetapi sebuah kejadian yang sering terjadi dan
dilakukan masyarakat dari zaman dahulu.

Di jawa barat khususnya, inventarisasi mushaf sudah cukup banyak dilakukan, Katalog
induk naskah-naskah Nusantara jilid 5A:Jawa Barat : Koleksi Lima Lembaga , mencatat
sedikitnya ada Sembilan belas naskah Al Qur`an yang tersebar di sekitar Jawa Barat ini. Di
Dunia Melayu Nusantara,manuskrip mushaf yang berasal dari kawasan regional menyebar
diseluruh kawasan jawa barat ini. Kajian ini membahas naskah mushaf yang ditemukan di daerah
Subang yang merupakan salah satu kabupaten yang relative muda dibanding kabupaten yang
lainnya yang ada di Jawa Barat.

Umumnya teks tertulis Al Qur`an di dunia Islam pada periode awal hanya sebatas teks
asli berbahasa Arab, dan bukan terjemahan. Karenanya dengan ditemukannya beberapa mushaf
di Subang Jawa Barat ini memperkuat pendapat bahwa salah satu adat dan kebiasaan dalam
Islam adalah menyalin teks-teks pada zaman dahulu, untuk dibuktikan dengan cara mempelajari
sejarah penulisan teks tersebut.

B. Deskripsi Konteks Manuskrip

1. Mushaf Pertama

Mushaf yang pertama kita bahas adalah mushaf koleksi LPTQ kabupaten Subang dan
belum tercatat dalam katalog naskah. Sebagian naskah dalam mushaf ini sudah hilang,
sebagiannya sudah tercecer dan sisanya sudah terlepas dari benang karena tidak terjilid.
Umumnya halaman yang hilang, robek dan tercecer itu dari urutan awal surat Al-Fatihah hingga
Al-Imran. Jumlah keseluruhan halaman yang ada adalah 583 halaman terdapat dua halam kosong
sebelum surat Al-Kahf sebagai penanda pertengahan mushaf, salah satunya terdapat coretan tak
menentu penulisanya untuk berlatih dalam menulis huruf arab.

Tidak terdapat keterangan nama penyalin dan tempat tetapi di bagian akhir disebutkan
sumber dan tahun penyalinan dalam bahasa arab sebagai berikut:

Wa akhiratuna innaka ‘ala kull shai’ qadar. Qad faragha min tajrid hadha Alquran al-
Karim bifadlillah al-karim aqall al-kitab Baqir ibn Muhammad Musa al-Kashimri fi yawm al-
sabi’ min shahr safar al-muzaffar sanah alf wa mi’atayn wa thamanin min hijrah al-muqaddas
al-buwayti bitashih afsah qurra’ al-zaman al-hafiz Luqman salami la Allah al-Manan.

Kami mengakhirinya sesungguhnya engkau berkuasa atas segala sesuatu. Telah selesai
kupasan Al-Qur’anul karim ini dengan keutamaan Allah yang mulia saya menyalin kitab Baqir
bin Muhammad Musa al Kasimri pada hari ke 7 bulan safar yang penuh kemenangan tahun 1280
hijriah dengan tashih dari qura terbaik al-hafiz Luqman keselamatan atas Allah pemberi karunia

Setiap halaman mushaf tidak sama jumlah baris teksnya tetapi umumnya berkisar antara
17-19 baris. Terdapat ciri pemisah antar ayat dengan lingkaran kecil tanpa nomer. Tidak terdapat
penomoran halaman. Terdapat kata alihan (catch word) disetiap halaman verso pada bagian
bawah sebelah kiri (pojok kiri bawah). Teks Alquran umumnya ditulis dengan menggunakan
tinta berwarna hitam. Tinta merah digunakan juga untuk menandai awal surah dan awal juz.
Selain itu, warna merah juga digunakan untuk menandai lafazh Allah, sebuah ciri umum yang
terkait dengan Alquran India dari periode kesultanan hingga sesudahnya.

2. Mushaf kedua

Mushaf yang kedua adalah koleksi LPTQ Kabupaten Subang dan belum tercatat dfalam
daftar katalog naskah sebagian naskah dalam mushaf ini sudah hilang terutama di bagian awal
dan akhir. Sebagiannya hilang dan tercecer dari awal hingga akhir surat Al-Baqarah: 216. Di
bagian akhir surat yang hilang yaitu antara surat Al-Quraysh hingga surat Al-Nas uniknya
mushaf kedua ini menempatkan surat Al-Fatihah tidak di bagian awal, tetapi diletakkan dibagian
paling akhir setelah surat Al-Nas. Ini setidaknya mengingatkan kita pada tafsir Al-Jalalayn yang
juga menempatkan surat Al-Fatihah di bagian akhir penafsirannya.
Mushaf ini sudah sangat rapuh, selain sudah tidak berjilid, dibeberapa bagian juga
tampak rusak dan berlubang. Jumlah halaman yang tersisa adalah 296 halaman. Tidak terdapat
halaman kosong. Selain itu, tidak terdapat keterangan nama penyalin, tempat dan tahun
penyalinan. Dihalaman terakhir terdapat keterangan dalam dalam aksara pegon berbahasa sunda
dengan jenis tulisan berbeda tentang ijab kabul, jual beli.

Setiap halaman terdiri dari 17 baris. Terdapat ciri pemisah antar ayat dengan lingkaran
kecil tanpa nomor. Tidak terdapat penomoran halaman. Terdapat kata alihan (catch word) di
setiap halaman verso pada bagian bawahj sebelah kiri (pojok kiri bawah). Teks Al-Quran
umumnya ditulis dengan menggunakan tinta berwarna hitam. Tinta merah digunakan juga untuk
menandai awal surat, awal juz, dan tanda maqra atau marginal texts di bagian pinggir.

3. Mushaf ketiga

Mushaf yang ketiga adalah koleksi LPTQ Kabupaten Subang dan belum tercatat dalam
katalog naskah. Naskah ini masih cukup bagus dan lengkap. Tidak ada halaman yang hilang
meskipun jilidnya yang terbuat dari kulit tebal sudah mulai lepas di bagian sampul depan.
Jilidnya berwarna merah tiap dengan garis hitam dan hiasan bingkai berwarna emas. Jumlah
halaman keseluruhan adalah 150 halaman. Tidak terdapat halaman kosong. Selain itu, tidak
terdapat keterangan nama penyalin, tempat dan tahun penyalinan.

Setiap halaman terdiri dari 19 baris tidak terdapat penomoran halaman dan ayat sama
sekali. Pemisah antar ayat hanya ditandai dengan tanda titik. Tidak terdapat kata alihan (catch
word). Tes Al-Quran umumnya ditulis dengan menggunakan tinta berwarna hitam. Tinta merah
digunakan untuk menandai awal surat dan awal juz.

4. Mushaf keempat

Mushaf yang ke empat adalah koleksi LPTQ Kabupaten Subang dan belum tercatat
dalam katalog naskah sebagian naskah dalam mushaf ini sudah hilang dibagian akhir (dari surat
Al-Jumah ayat 2 hingga surat Al-Nas). Terdapat jilid yang terbuat dari kuli tebal sudah mulai
lepas. Jilidnya berwarna coklat tua dengan hiasan timbul. Mushaf ini cukup tebal bahan naskah
untuk alas teks adalah daluang (dluwang) yang terbuat dari kulit kayu pohon saeh. Salah satu
bahan naskah nusantara sehingga cenderung mengkilat ketika terkena cahaya. Warna bahan
naskah cenderung tampak berwarna kecoklatan karena keterbatasan, saya tidak bisa memastikan
ke akuratan warna tersebut, karna tidak menggunakan alat ukur warna dan pola warna yang
dikonfersil pada table warna yang dikeluarkan oleh Winsor dan Newton.

Ukuran mushaf ini 31.5 x 20 cm dengan ketebalan 8 cm. Kondisi kulit kayu sudah
berlubang sana sini dengan pengelupasan dibagian pinggir. Ketebalan kertasnya cenderung
beragam antara yang tebal dan tipis. Ini menunjukan bahan naskah tersebut dibuat secara
tradisional, bukan dibuat secara modern menghgunakan mesin pembuat kertas yang bisa
menghasilkan kertas dengan ketebalan yang sama berdasarkan mekanisme pembentuk kertas
yang presisi.

Setiap halaman terdiri 15 baris. Terdapat tanda pemisah dengan buatan, meski tanpa
nomor. Tidak terdapat penomoran halaman sama sekali. Tidak terdapat kata aliran (catch word).
Teks Al-Quran biasa ditulis dengan tinta berwarna hitam. Tinta merah digunakan juga untuk
menandai awal surat saja dan bulatan kecil pemisah ayat

C.Aspek Naskah

1. Halaman

Mushaf pertama, Setiap halaman mushaf tidak sama jumlah baris teksnya tetapi
umumnya berkisar antara 17-19 baris. Terdapat ciri pemisah antar ayat dengan lingkaran kecil
tanpa nomer. Tidak terdapat penomoran halaman. Terdapat kata alihan (catch word) disetiap
halaman verso pada bagian bawah sebelah kiri (pojok kiri bawah).

Mushaf kedua, Jumlah halam yang tersisa adalah 296 halaman. Tidak terdapat halaman
kosong. Selain itu, tidak terdapat keterangan nama penyalin, tempat dan tahun penyalinan.
Dihalaman terakhir terdapat keterangan dalam dalam aksara pegon berbahsa sunda dengan jenis
tulisan berbeda tentang ijab kabul, jual beli. Setiap halaman terdiri dari 17 baris.

Mushaf ketiga jumlah halaman keseluruhan adalah 150 halaman. Tidak terdapat halaman
kosong. Selain itu, tidak terdapat keterangan nama penyalin, tempat dan tahun penyalinan.Setiap
halaman terdiri dari 19 baris tidak terdapat penomoran halaman dan ayat sama sekali
Mushaf keempat, Setiap halaman terdiri 15 baris. Terdapat tanda pemisah dengan buatan,
meski tanpa nomor. Tidak terdapat penomoran halaman sama sekali. Tidak terdapat kata aliran
(catch word). Teks Al-Quran biasa ditulis dengan tinta berwarna hitam. Tinta merah digunakan
juga untuk menandai awal surat saja dan bulatan kecil pemisah ayat.

2. Kertas/Teks

Mushaf Pertama, Teks Alquran umumnya ditulis dengan menggunakan tinta berwarna
hitam. Tinta merah digunakan juga untuk menandai awal surah dan awal juz. Selain itu, warna
merah juga digunakan untuk menandai lafazh Allah, sebuah ciri umum yang terkait dengan
Alquran India dari periode kesultanan hingga sesudahnya

Mushaf kedua, Terdapat ciri pemisah antar ayat dengan lingkaran kecil tanpa nomor.
Tidak terdapat penomoran halaman. Terdapat kata alihan (catch word) di setiap halaman verso
pada bagian bawah sebelah kiri (pojok kiri bawah). Teks Al-Quran umumnya ditulpis dengan
menggunakan tinta berwarna hitam. Tinta merah digunakan juga untuk menandai awal surat,
awal juz, dan tanda maqra atau marginal texts di bagian pinggir.

Mushaf ketiga, baris tidak terdapat penomoran halaman dan ayat sama sekali. Pemisah
antar ayat hanya ditandai dengan tanda titik. Tidak terdapat kata alihan (catch word). Tes Al-
Quran umumnya ditulis dengan menggunakan tinta berwarna hitam. Tinta merah digunakan
untuk menandai awal surat dan awal juz.

Mushaf keempat, Terdapat tanda pemisah dengan buatan, meski tanpa nomor. Tidak
terdapat penomoran halaman sama sekali. Tidak terdapat kata aliran (catch word). Teks Al-
Quran biasa ditulis dengan tinta berwarna hitam. Tinta merah digunakan juga untuk menandai
awal surat saja dan bulatan kecil pemisah ayat

D. Aspek kritik Teks

Secara keseluruhan antar mushaf pertama hingga mushaf ke empat, terdapat berbagai
macam perbedaan, terutama dalam tata cara penulisan dan jumlah baris pada setiap mushaf.
Banyak mushaf yang sudah tidak lengkap dikarenakan umur mushaf yang sudah sangat lama.
Perawatan mushaf-mushaf yang ada kurang terjaga sehingga semakin banyak mushaf
yang rusak bahkan hilang. Banyak juga mushaf yang ada beberapa coretan dikarenakan penulis
yang belum pandai menulis menggunakan bahasa arab.

E. Kesimpulan

Mushaf yang ada di belahab Nusantara, dari Sabang sampai Merauke memiliki keunikan-
keunikan tersendiri, dikarenakan budaya bangsa Indonesia ini sangatlah beraneka ragam,
sehingga persebaran agama islam di Indonesia juga melalui berbagai adat dan istiadat, agama
islam tidak menentang adat dan istiadat selama tidak bertentangan dengan ajaran agama islam
dan sesuai dengan apa yang ada pada mushaf Al Qur`an.

Mushaf yang ada di daerah Subang Jawa Barat ini sudah bisa mencontohkan bahwa
bangsa Indonesia ini kaya akan budaya dan adat istiadat, sehingga penulisan gaya bahasa dan
barisnya pun berbeda-berda, walaupun makna yang terkandung dalam Kitab Al Qur`an adalah
sama.

Anda mungkin juga menyukai