Muhammad Saw, melalui perantara malaikat Jibril. 1 Tentu dalam hal ini
al-Qur’an sendiri sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Saw hingga beliau
yang sempat ditulis baik oleh para profesional, santri maupun para ulama.
Hingga kini proses penyalinan al-Qur’an pun terus berlangsung baik melalui
tahapan tulis tangan hingga tahapan cetak batu atau moderen.3 Sejak berabad
lampau, ketika mushaf Al-Qur’an masih disalin satu per satu secara manual,
para penyalin mushaf Nusantara telah berkarya dengan baik. Banyak mushaf
telah ditemukan, tersebar dari Aceh hingga Ternate, atau bahkan Raja Ampat
1
Amirulloh Syarbini dan Sumantri Jamhari, Kedahsyatan Membaca Al-Qur’an,
(Bandung: Ruangkata Imprint Kawan Pustaka, 2012), hlm. 3.
2
Zaennal Muttaqin, Sejarah Dan Rasm Mushaf Al-Qur’an Pojok Menara Kudus (UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010), hlm. 3.
3
Abdul Hakim, “Al-Qur’an Cetak di Indonesia Tinjauan Kronologis Pertengahan Abad
ke-19 Hingga Awal Abad Ke-20”, Suhuf, Vol. 5, No. 2, 2012, hlm. 232.
1
mencantumkan namanya di dalam mushaf hasil karyanya barangkali agar
dunia setidaknya setiap tahun ribuan al-Qur’an dicetak di bumi pertiwi ini.
Ada perusahaan lawas yang secara evolutif tergerus mengalami gulung tikar,
Nusantara yang memeluk Islam melalui pengislaman sang raja yaitu Sultan
Malik as-Saleh.4 Meski patut disayangkan, jejak mushaf pada masa itu tak
terlacak, Hal ini karena pada masa itu belum ada teknologi untuk
menggandakan naskah dalam jumlah yang banyak dan al-Qur’an tertua dari
kawasan Nusantara yang diketahui sampai saat ini berasal dari akhir abad
yang diperoleh di Johor pada tahun 1606, dengan kolofon berbahasa jawa dan
tanpa tanggal.
4
Fadhal AR. Bafadhal (ed.), dkk. Mushaf-mushaf Kuno Indonesia, hlm. vii.
5
Hamam Faizin, Sejarah Pencetakan al-Qur’an, hlm. 144.
2
Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Kementrian Agama RI juga
mengoleksi mushaf yang ditulis oleh penulis wanita yaitu Nur Cahya pada
tahun 1590 di Gunung Wawane, dekat Ambon. Al-Qur’an ini ditulis pada
kertas Eropa dengan halaman yang ditulis berukuran 18x11 cm, dan tebal 9
cm. Ciri lainnya adalah tidak adanya penomeran halaman dan beberapa surat
yang terakhir terlepas. Al-Qur’an ini masih dapat dibaca dan disimpan oleh
semangat mengajarkan al-Qur’an dan atas perintah sang raja. Abdullah bin
jumlah yang cukup banyak.7 Tercatat ada sekitar 450 mushaf yang tersimpan
mushaf, dengan jumlah 650 yang hal itu jelas masih terbilang sementara,
6
M Ibnan Syarif, Ketika Mushaf Menjadi Indah, (Semarang: AINI, 2003), hlm. 61.
7
Hamam Faizin, Sejarah Pencetakan al-Qur’an, hlm. 145.
3
yang di tonjolkan dari masing-masing mushaf pada masa tulis manual,
1. Mushaf Banten
Gaya khat yang digunakan adalah gaya naskhi yang kadang-kadang dekat
dilukis dengan teknik cap atau sablon. Latar emas ini benar-benar
Banten Muhammad Ali ad-Din ibn Sultan Muhammad Arif. Namun tidak
kraton diberi sebutan “Kanjeng Kyai” maka dari itu Kanjeng Kyai
kuno yang selesai ditulis pada tahun 1799 (abad ke 18) di Surakarta,
8
Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur’an Nusantara, hlm. 178.
4
Hadiningrat.9 Qira’at yang digunakan adalah qira’ah Imam Ashim yang
3. Mushaf Al-Banjari
hiasan dan lukisan yang sangat jarang ditemukan dalam tradisi penulisan
berarti tidak ada lagi proses produksi. Justru saat itulah mulai muncul teknik
9
Moh. Damami Zein. Kanjeng Kyai Al-Quran, Deskripsi Naskah dan Relevansinya
dengan Kehidupan Dewasa Ini, dalam “Kanjeng Kyai” AlQuran, Pusaka Keraton
Yogyakarta, (Yogyakarta: YKII-UIN Sunan Kalijaga. 2004), hlm. 53.
10
Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur’an Nusantara, hlm. 179.
11
Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur’an Nusantara, hlm.180.
Abdul Hakim Syukrie, Mushaf Al-Qur’an Indonesia, (Jakarta: Puslitbang & Diklat
12
5
tekanan berat dalam mencetak nama-nama Allah.13 Litografi adalah teknik
yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois Senefelder dan berdasarkan
tolakan kimia minyak dan air. Pemilihan percetakan dengan teknik litografi
dalam dunia Islam sebab mushaf yang dicetak dengan teknik tifografi (sistem
susun satuan huruf dari logam) tidak banyak memuaskan kaum muslimin.
hingga kini tidaklah banyak, diantara mushaf yang paling tua dicetak di
Palembang tahun 1848 dan 1854 hasil cetakan batu oleh Haji Muhammad
Azhari bin Kemas Haji Abdullah pada 21 Ramadhan 1264 (21 Agustus
Palembang yang dimuat dalam TGB 1857. Berdasarkan catatan itu mushaf
13
Abdul Hakim, “Al-Qur’an Cetak di Indonesia Tinjauan Kronologis Pertengahan
Abad ke-19 hingga awal abad ke-20”, hlm. 233.
14
Abdul Hakim Syukrie, Mushaf Al-Qur’an Indonesia, hlm. 22.
15
Mushaf ini telah dikaji oleh Jeroen Peeters, “Palembang Revisited: Further Notes on
the Printing Establishment of Kemas Haji Muhammad Azhari, 1848” dalam IIAS Yearbook
1995, hlm. 181-190. Dikutip dari Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur’an Nusantara Perpaduan
Islam dan Budaya Lokal”, At-Tibyan, Vol. 1, No.1, Th. 2016, hlm. 182.
6
cetakan 1854 kini dalam koleksi Perpustakaan Nasional RI16 cerita tentang
seorang guru dan penulis Melayu bernama Abdullah bin Abdul Kadir
Munsyri, yang juga belajar tentang percetakan kepadanya. Pada tahun 1860
Menurut penelitian Fawzi A. Abdulrazak dan Ian Proud foot pada tahun
Singapura ketika mau kembali dari Makkah ke Sumatra. Namun ada yang
16
Mushaf cetakan yang sama belum lama ini saya temukan di Masjid Dog Jumeneng,
kompleks makam Sunan Gunung Jati, Cirebon. Bagian depan mushaf sudah tidak lengkap,
namun bagian belakang masih lengkap, termasuk catatan kolofon. Lenni Lestari, “Mushaf
Al-Qur’an Nusantara Perpaduan Islam dan Budaya Lokal”, hlm.183.
17
Hamam Faizin, Sejarah Pencetakan al-Qur’an, hlm. 147.
7
mengatakan bahwa yang mencetak adalah Ibrahim bin Husain di toko
pada tahun 1850 yang dipelopori oleh seorang penulis dan ulama, yakni Raja
Ali Haji.18 Kurang lebih satu abad berikutnya, tepatnya pada Rabi’ul Awal
cukup besar.19
1. Generasi 1930-1970
Abdullah bin Afif Cirebon yang telah memualai usahanya sejak tahun
penang serta Salim bin Sa’ad Nabhan yang berdiri tahun 1904 di
8
Jepang berjanji akan mencetak al-Qur’an di Indonesia, untuk
al-Qur’an yang akan dimuali pada 11 Juni 1945 di pimpin oleh Abdullah
Masyumi,21
sekutu dengan Jepang. Konferensi Nihon koku tono Heiwa Jayaku ini
tahun dengan cicilan US$20 juta setiap tahun dalam bentuk barang modal
21
Ahmad Saifuddin, “The Industrialization Of The Qur’an In Indonesia”, hlm. 97.
9
dan jasa, menghaus utang niaga sebesar US$176,920 juta, dan
22
Hendri, F. Isnaeni, “Alquran Cetakan Jepang Saudara Tua berperan dalam percetakan
Alquran”, diakses dari http://historia.id/agama/articles/alquran-cetakan-jepangP4KVv.
Tanggal 10 Juli 2019.
23
Ahmad Saifuddin, “The Industrialization Of The Qur’an In Indonesia,” hlm. 98.
24
Hendri, F. Isnaeni, “Alquran Cetakan Jepang Saudara Tua berperan dalam percetakan
Alquran”,
10
yang menggarap proyek ini adalah Toppan Priniting Limited Paretnership,
yang didirikan oleh Muhammad bin Umar Bahartha pada tahun 1948.26
Islam menerbitkan mushaf pada tahun 1952. Bir & Company mencetak
25
Ahmad Saifuddin, “The Industrialization Of The Qur’an In Indonesia,” hlm. 98.
26
M Ibnan Syarif, Ketika Mushaf Menjadi Indah, hlm. 61.
27
Ibid hlm. 62.
28
Menurut informasi, Penerbit Menara Kudus memperoleh “Qur’an Pojok” yang
dicetaknya itu dari Kiai Arwani Amin, pengasuh Pesantren Yanbu’ul Qur’an, pesantren
khusus menghafal Qur’an yang terkenal di Kudus. Di bagian belakang mushaf terdapat
kolofon bahwa mushaf ini ditulis oleh Mustafa Nazif, dan telah ditashih oleh Hai’ah Tadqiq
11
Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam (Yaketunis) Yogyakarta,
dengan hanya mencetak beberapa ekslempar Juz Amma. Pada tahun 1968
2. Generasi 1970-1980
al-Masahif asy-Syarifah pemerintah Turki di Percetakan Usman Bik, Jumada al-Ula 1370 H
(FebruariMaret 1951). Lajnah.kemenag.go.id. Diakses tanggal 23 Juni 2019.
29
Hamam Faizin, Sejarah Pencetakan al-Qur’an, hlm. 153.
30
Ahmad Saifudin, The Industrialization Of The Qur’an In Indonesia, hlm. 101.
31
Ibid
12
serta beberapa penerbit kecil lainnya. Hingga dasawarsa tersebut, jenis
mushaf yang dicetak adalah mushaf asal Bombay yang berciri huruf tebal,
al-Qur’an, daftar surah, dan lain-lain, dalam tulisan Jawi (huruf arab
Melayu).32
3. Generasi 1990
4. Generasi 2000
32
Hamam Faizin, Sejarah Pencetakan al-Qur’an, hlm. 153.
33
Ibid.
13
EksamediaArkanleema), Penerbit Mizan, CV Fajar Utama Madani, CV
5. Generasi 2010
(Surabaya).36
34
Hamam Faizin, Sejarah Pencetakan al-Qur’an, hlm. 154
35
Ibid.
36
Ibid
14
Era baru dalam produksi mushaf mulai muncul sejak awal dasawarsa
baik oleh para penerbit. Perubahan itu sangat mencolok dalam hal kaligrafi
di Madinah. Tulisan karya kaligrafer asal Syria itu memenang terkenal cantik,
memberi warna khusus pada teks al-Qur’an yang berkaitan dengan tajwid.
Hal ini bertujuan untuk menuntun para pembaca al-Qur’an yang masih awam
Para penerbit mushaf era baru tampaknya tidak mau terikat dengan
“konvensi” desain kulit mushaf yang selama ini seakan-akan hanya berbentuk
37
Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur’an Nusantara Perpaduan Islam dan Budaya Lokal,”
hlm. 188.
38
Hamam Faizin, Sejarah Pencetakan al-Qur’an, hlm. 156.
39
Hamam Faizin, Sejarah Pencetakan al-Qur’an, hlm. 156.
40
Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur’an Nusantara Perpaduan Islam dan Budaya Lokal,”
hlm. 189.
15
persegi. Para penerbit mengeksplorasi bentuk-bentuk baru, ragam hias, dan
menggali ragam hias khas Nusantara. Para penerbit tampak tidak ragu-ragu
penerbit lainnya, baik dalam hal kover, isi, maupun kelengkapan teks
menyertai mushaf al-Qur’an. Selama ini jarang ada penerbit mushaf al-Qur’an
di Indonesia yang memberi credit hak cipta pada penulis khat, layouter,cover
41
Hamam Faizin, Sejarah Pencetakan al-Qur’an, hlm. 162.
42
Eva Nugraha, “Saat Mushaf Al-Qur’an Menjadi Komoditas,” Revleksi: Jurnal Ilmu
Usuluddin, Vol. 13, No. 6, 2014, hlm. 743.
16
Hak cipta merupakan suatu hak yang diciptakan untuk pempublikasian,
Undang-Undang No. 19 tahun 2002 pasal 1 ayat 1 mengenai hak cipta, yaitu.
“Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk
Saat ini memang belum ada lembaga yang melihat bagaimana agar tidak
terjadi proses duplikasi ide satu model al-Qur’an dengan model lainnya.
sebagai leader bisa hancur karena model yang ada telah dibajak idenya oleh
berbeda dari aura dan oralitas qur’an. Ia dimiliki oleh penulis, tata letak teks,
tentunya dimiliki oleh tim lay outeryang telah berupaya agar teks tersebut
penerbitan mushaf al-Qur’an, selain tentunya ada misi dakwah agar kaum
muslimin Indonesia bisa mengakses al-Qur’an, juga ada misi lain yang tidak
43
Hassan Pambudi, Pedoman Dasar Penerbitan Buku, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1996) hlm. 94.
44
Eva Nugraha, “Saat Mushaf Al-Qur’an Menjadi Komoditas,” hlm. 751.
17
kalah pentingnya dalam penerbitan mushaf al-Qur’an, yaitu ekonomi.
tidaklah sedikit. Hal ini dibuktikan dengan maraknya para penerbit buku yang
keniscayaan.45
Terkait dengan unsur krativitas lokal, baik dalam hiasan maupun kaligrafi,
dalam mushaf al-Qur’an merupakan salah satu karya seni yang tidak bisa
dianggap sepele, salah satu ciri khas mushaf Indonesia adalah corak bunga,
terlebih dahulu apa itu mushaf. Istilah mushaf telah ada sejak zaman Abu
bundelan yang dinamakan mushaf.47 Mushaf berasal dari bahasa Arab selatan,
45
Ibid. hlm. 742.
46
Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur’an Nusantara Perpaduan Islam dan Budaya Lokal,”
hlm. 193.
47
Aṭaillah, Sejarah al-Quran Verifikasi tentang Otentisitas Al-Quran, (Yogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 226.
18
yaitu Safaha (menulis).48 Bentuk lainnya adalah mushaf jamak masahif yang
Didalam al-Qur’an kata suhuf (jama dari sahaif) disebutkan sebanyak delapan
kali, salah satunya dalam Q.S al-Bayyinah ayat 2, yang artinya seorang rasul
Secara bahasa, istilah Muahaf Standar Usmani dapat difahami dari kata
patokan atau standar baku.53 Kata “Mushaf Standar” juga dapat diartikan
sebagai mushaf resmi atau standar yang beredar dan berlaku di Indonesia.54
48
Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur’an (Pustaka; Alvabet, 2013), h.
169.
Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur’an Nusantara Perpaduan Islam dan Budaya Lokal,”
49
hlm. 174..
al-Qur’an Tema Perempuan), sekripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016, hlm. 1.
Ahmad Von Denffer, Ilmu Al-Qur’an Pengenalan Dasar, (Jakarta: Rajawali, 1988),
51
hlm. 41.
Lenni Lestari, “Mushaf Al-Qur’an Nusantara Perpaduan Islam dan Budaya Lokal,”
52
hlm. 174..
53
Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 1375.
Puslitbang Lektur Agama, “Hasil Musyawarah Kerja (Muker) Ulama Al-Qur’an 1X”
54
Lajnah Pentashihan Al-Qur’an adalah, lembaga yang secara resmi mempunyai tugas
55
memeriksa kesahihan suatu mushaf, secara kelembagaan dibentuk pada 1 oktober 1959,
tugas-tugas Lajnah Pentashihan Al-Qur’an, yaitu 1), meneliti dan menjaga kemurnian mushaf
al-Qur’an, rekaman, bacaan, terjemah, dan tafsir al-Qur’an secara preventifdan represif. 2)
mempelajari dan meneliti kebenaran mushaf al-Qur’an bagi orang biasa (awas)dan bagi
19
berbagai ragam tanda baca dalam al-Qur’an terbitan luar negri di Indonesia.
Hal itu dikarenakan ada beberapa harakat atau tanda baca yang belum dikenal
musyawarah kerja ulama ahli al-Qur’an pada tahun 1983 dan dijadikan
kurun waktu tahun 1970-an bila dicermati segi tanda-tanda bacanya akan
dijumpai berbagai ragam tanda baca yang berbeda satu sama lainnya, dan
tentu itu akan mempengaruhi pada bagaimana ayat-ayat al-Qur’an itu dibaca
para pembacanya, untuk itu diperlukan penataan (model) harakat, tanda baca,
tunanetra (al-Qur’an Braille), rekaman bacaan al-Qur’an dalam kaset, piringan hitam, dan
penemuan elektronik lainnya yang beredar di Indonesia. 3), menyetop pengedaran mushaf
yang belum di tashih oleh Lajnah Pentashihan Al-Qur’an.
56
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur’an
Standar Indonesia, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2013), hlm. 12.
57
Ibid. hlm. 9.
58
Ibid, hlm. 11.
59
E Badri Yunardi, Sejarah Lahirnya Mushaf Standar Indonesia, jurnal lektur, Vol. 3,
No. 2, 2005, hlm. 282.
20
Jika dilihat dari kesepakatan ulama al-Qur’an senusantara dalam
Nomer 25 tahun 1984 mushaf standar Indonesia yakni ada 3 jenis.60 yaitu.
1. Mushaf Utsmani
menulis kalimat yang memiliki versi bacaan (Qira’ah), lebih dari satu
sesuai dengan salah satu darinya (Ma fihi qira’atani wa kutiba ala
2. Mushaf Bahriyah
60
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Badan Litbang, hlm. 48.
61
Ibid. hlm. 91.
62
Rasihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, (Bandung: Pusaka Setia, 2008), hlm. 49.
63
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Badan Litbang, hlm. 93.
64
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Badan Litbang, hlm.18.
21
antara rasm Utsmani dan rasm Imla’I), hal ini dapat dilihat dari enam
terdiri 15 baris dan setiap sudut halaman sebelah kiri diakhiri ayat66
tahun 1974. Di jawa yang menerbitkan mushaf jenis ini yaitu menara
Kudus67
3. Mushaf Braille
65
Ibid. hlm. 98.
66
Ibid
67
Ibid. hlm. 18.
68
Zainal Arifin Madzkur, “Mengenal Mushaf Al-Qur’an Standar Usmani Indonesia
(Studi Komparatis atas atas Mushaf Standar Usmani 1983 dan 2002)” Suhuf,vol. 4, No 1,
2011 (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an), hlm. 2.
69
Ahmad Jaeni, “Sejarah Perkembangan Al-Qur’an Braille di Indonesia Dari Duplikasi
Hingga Standarisasi (1964-1984)” Suhuf,vol. 8, No. 1, 2015 (Jakarta: Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an), hlm. 46.
22
pada keputusan Internasional UNESCO tahun 1951, dengan dilengkapi
rasm Utsmani.71 Tulisan yang ada didalam al-Qur’an Braille terdiri dari
huruf hijaiyah Braille, yaitu terdiri dari enam kombinasi titik dari setiap
28-30 Maret 1984 untuk pertama kali mushaf standar diterima oleh
70
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama
RI, Perkembangan Muṣhaf, Terjemahan, dan Tafsir Al-Qur’an di Indonesia, Lombok, 2011,
hlm. 18.
71
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Badan Litbang, hlm. 105.
72
Ibid
73
Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur’an Standar
Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI,1984-1985), hlm. 29.
23
penerbit di Indonesia dan juga peremajaan sekaligus inventarisasi semua
74
Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur’an Standar
Indonesia, hlm. 35.
24