Anda di halaman 1dari 14

Sirojuddin AR : Perkembangan Kaligrafi … 219

Peta Perkembangan Kaligrafi Islam di Indonesia


Sirojuddin A. R. 1

Abstrak
Tulisan ini berkaitan dengan seni kaligrafi Islam di Indonesia. Permasalahan
utama yang dikaji adalah mengenai perkembangan seni kaligrafi Islam di
Indonesia sejak masuk Islam masuk di Nusatara. Metode yang digunakan dalam
mengumpulkan data adalah metode pustaka dengan menelusuri dokumen terkait
dan artefak karya kaligrafi yang dihasilkan oleh orang-orang di Nusantara.
Hasil kajian menunjukkan bahwa perkembangan seni kaligrafi Islam di
Indonesia telah menyusuri periode panjang melalui Angkatan Perintis, Angkatan
Orang-orang Pesantren, Angkatan Pelukis dan Pendobrak, dan Angkatan Kader
MTQ. Masing-masing periode memiliki khas dan warna tersendiri.

Kata kunci: kaligrafi, seni, Islam, budaya, Arab, and Indonesia.

Abstract
This article is discussing about Islamic caligraphy in Indonesia. The main
problems that will be discussed here is about Islamic Caligraphic Art in
Indonesia since the religion of Islam entered Nusantara. In collecting the data,
this research uses library method by searching documents relating to it and the
caligraphic work archeology resulted by people in Nusantara. The result of this
research shows that the Islamic Caligraphic Art development in Indonesia had
run through a long period via the New Order, the era of Islamic students (santri),
the painter era, the revolutioner era, and the candidate era of MTQ. Each
periode has its own characteristic and its nature.
Keywords: Caligraphy, art, Islam, culture, Arab, and Indonesia

1
Pesantren Lembaga Kaligrafi, Sukabumi
220 Al-Turāṡ Vol. XX No.1, Januari 2014

A. Pendahuluan nomaden yang tidak memungkinkan


Kaligrafi atau khath merupakan hidup tumbuh dan berkembang bersama
salahsatu cabang seni Islam yang banyak perkembangan kegiatan baca tulis, dan
menarik untuk dibicarakan. Salah satu umumnya mereka mengenal tulisan dan
daya tarik yang banyak mendapat bacaan hanya beberapa saat menjelang
perhatian para penulis sejarah dan kedatangan Islam. 4 Tetapi sejak
kebudayaan adalah tentang dinamika diturunkannya Al-Qur’an yang
pertumbuhannya yang heroik melebihi merupakan awal pergerakan agama Islam
mazhab-mazhab tulisan lain di dunia. hingga hanya 70 tahunan kemudian di
Dalam artikel “International Islamic zaman Daulah Bani Abbas, kaligrafi
Calligraphy Competition” dinyatakan tumbuh berkembang menjadi ratusan
bahwa kaligrafi Islam sering disebut gaya.
“seninya seni Islam” (the art of Islamic Habibullah Fada’ili di dalam
art), 2 menunjukkan bahwa kaligrafi kitabnya Athlas al-Khath wa al-Khuthûth
mempunyai makna yang luhur, dan melukiskan pesatnya pertumbuhan
kedudukannya dalam kesatuan ruang dan kaligrafi setelah Al-Qur’an diturunkan
waktu bagi kebudayaan Islam tidak dengan mengemukakan 6 periode 5
diragukan lagi. Selama lebih 14 abad berikut:
kaligrafi memainkan peran dominan yang Periode Pertama (pertumbuhan
mengisi hiruk pikuk perjalanan seni Islam permulaan), saat khat Kufi belum
secara menyeluruh. bertanda baca yang menyebabkan
Pertumbuhan kaligrafi yang tersendatnya fungsi bacaan. Berkat usaha
pesat dan penerimaannya yang final dari Abu al-Aswad al-Du’ali (w 69 H) dan
kaum muslimin tidak lepas dari pengaruh penerus-penerusnya, kesulitan tersebut
Al-Qur’an yang sejak diturunkannya dapat diselesaikan dengan
berbicara tentang perintah membaca dan dirumuskannya tanda baca.
menulis (QS Al-‘Alaq/96: 1-5) dan ayat- Periode Kedua (pertumbuhan
ayat lain tentang tulisan dengan semesta), dimulai dari akhir kekuasaan
perangkat-perangkatnya yang jadi Banu Umaiyah dan awal Banu Abbas
motivator penggerak pertumbuhannya hingga zaman kekuasaan Al-Makmun,
yang pesat.3 Gambaran yang jelas tentang ditandai dengan periode modifikasi dan
lambatnya pertumbuhan kaligrafi Arab pembentukan gaya-gaya, hingga periode
sebelum diturunkannya Al-Qur’an, pengelokan dan penghimpunan mazhab-
terlihat dari hanya adanya dua gaya kuno mazhab baru. Dalam catatan Ibn Nadim
aksara Arab yaitu Musnad dan Nabati (Al-Fihrist 17 dan 18), pada periode ini
(selama sekitar 1.500 tahun sejak periode lahir 24 gaya khat. Karena besarnya
Hiroglip hingga masa kedatangan Islam).
Masyarakat Arab sebelum Islam dikenal
4
‘Abd al-Fattah Ubbadah, Intisyâr al-Khath al-
‘Arabi fi al-‘Alam asy-Syarqi wa al-‘Alam al-
2
Lihat dalam Arts & The Islamic World, London, Gharbi, (Kairo: Maktabah al-Kulliyyat al-
1987, Vol. 4, No. 3 Azhariyah, t.t.), cet. .ke- 2, hal. 5
3 5
D. Sirojuddin AR, “Al-Qur’an dan Reformasi Lihat Habibullah Fadha’ili, Atlas al-Khaht wa
Kaligrafi Arab”, Ulumul Qur’an, no. 3, (Oktober- al-Khuthuth, Damaskus: Dâr ath-Thalâs, 1933,
Desember 1989), hal. 52 cet. ke- 1, hal. 10-13
Sirojuddin AR : Perkembangan Kaligrafi … 221

semangat “perburuan” para khattat, ambisius menggali penemuan-penemuan


jumlah itu membengkak jadi 36 gaya. baru, hingga melahirkan ratusan jenis
Periode Ketiga, penyempurnaan khat, yang merupakan pengembangan
anatomi huruf oleh Ibn Muqlah (w 328 gaya-gaya terdahulu.
H) dan saudaranya Abu Abdillah. Ia Periode Keenam, ditandai
mengkodifikasi kaligrafi berstandar atas munculnya tiga gaya khat (Ta’liq,
14 aliran yang dipilihnya, kemudian Nasta’liq, dan Shikasteh) pada tiga
menentukan 12 kaidah yang jadi dekade, utamanya dari tangan-tangan
pegangan untuk seluruh aliran. para kaligrafer Iran. Angkatan ini dimulai
Periode Keempat, pada abad 6 dan 7 H, dan masuk pada
pengembangan pola-pola khat yang periode pematangan aliran-aliran di abad
dikodifikasi Ibn Muqlah sebelumnya. 8 dan 9 H. Kelahiran tiga gaya ini
Tugas ini dipelopori oleh Ibn Bawwab (w bukannya menghentikan proses
413 H) yang menambahkan unsur-unsur perkembangan, malah merupakan titik
zukhrufah (penghias) pada 13 khat yang pijak ditemukannya olahan-olahan baru
jadi elemen eksperimennya. yang menunjukkan dinamika penemuan
Periode Kelima, merupakan gaya-gaya baru tambah menggemuruh.
masa pembedahan dan pengolahan gaya- Bagaimana dengan
gaya dan penetapan al-Aqlâm as-Sittah perkembangan seni kaligrafi di
(Tulisan Enam, yaitu Sulus, Naskhi, Indonesia? Tulisan ini berusaha
Raihani, Muhaqqaq, Tauqi’, dan Riqa’) menjawab pertanyaan ini dengan
yang ditemukan pada periode kedua menggunakan pendekatan sosial historis.
sebagai masterpiece. Tugas ini dipandu Dalam mengumpulkan data, penulis
oleh Yaqut al-Musta’simi (w 698 H). menggunakan metode pustaka dan artefak
Yaqut mengembalikan hukum-hukum Ibn karya kaligrafi yang dihasilkan oleh
Muqlah dan Ibn Bawwab 6 pada asas orang-orang di Nusantara.
geometri dan titik yang populer di
zamannya, sambil memperhalus gaya-
gaya yang sedang berkembang. Sampai B. Pembahasan
periode ini, para kaligrafer sangat Berbeda dengan belahan dunia
6
Islam pada periode-periode yang
Hukum-hukum Ibn Muqlah adalah aturan atau
tatacara menulis yang benar yang dikenal dengan disebutkan terdahulu, Indonesia tidak
istilah al-Khath al-Mansûb (kaligrafi berstandar). melahirkan corak, gaya atau aliran
Dalam rumusan Ibn Muqlah, huruf haruslah kaligrafi yang khas, seperti yang terjadi
didisain dengan alat pengukur alif, titik, dan
lingkaran agar sesuai dengan standar anatominya. pada arus perkembangannya di Dunia
Sedangkan Ibn Bawwab selain berhasil Islam umumnya. Pertumbuhan yang ada
menyempurnakan dan memperelok Tulisan Enam
(al-Aqlâm as-Sittah), dikenal sebagai perancang
hanyalah “pertumbuhan pemakaian
hiasan (zukhrufah) mushaf yang terdiri dari tiga kaligrafi” yang ada untuk kebutuhan-
bagian, yaitu (1) hiasan dasar tulisan, (2) hiasan kebutuhan primer yang bersifat
bingkai, dan (3) alamat (tanda-tanda) ayat sajdah
dan halaman yang tersusun di permulaan dan fungsional seperti untuk menyalin Al-
akhir mushaf, dan penulisan nama-nama surat, Qur’an atau teks-teks keagamaan yang
hitungan ayat, kata-kata, dan huruf Al-Qur’an.
berkembang ke aneka lukisan di pelbagai
Lihat: Y.H. Safadi, Islamic Calligraphy, London:
Thames and Hudson Limited, 1978, hal. 17-18 media.
222 Al-Turāṡ Vol. XX No.1, Januari 2014

Perkembangan ini telah berbahasa Melayu atau Indonesia yang


menyusuri periode panjang melalui disebut Pegon, huruf Jawi atau huruf
Angkatan Perintis, Angkatan Orang- Melayu. Kaligrafi lafal La ilaha illallâh,
orang Pesantren, Angkatan Pelukis dan Muhammadun Rasûlullâh dikibarkan
Pendobrak, dan Angkatan Kader MTQ. pula di panji-panji peperangan terbuka
Tetapi, perkembangannya yang menyolok antara pasukan Islam dan non-Islam di
muncul dari kegiatan lomba yang Nusantara.8
diselenggarakan di pelbagai event, yang
paling populer di antaranya adalah event
Musabaqah Kaligrafi pada setiap
penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil
Qur’an (MTQ)7 yang dimulai dari tingkat
Desa hingga tingkat Nasional.

a) Angkatan Perintis (abad 13-19 M)


Gambar II.7. Contoh mushaf Al-Qur’an tua
Seni menulis halus Arab yang dari Kesultanan Sumbawa (1785),
populer dengan khat atau kaligrafi sudah dan Serat Ambiya dengan huruf Pegon atau
dikenal semenjak kedatangan Islam di Jawi.9
Indonesia. Bukti kaligrafi paling tua
terdapat pada nisan-nisan kuno yang
sebahagiannya dibawa dari luar
Pada abad ke-18 sampai abad ke-
Indonesia. Sedangkan bukti yang lebih
20, kaligrafi tidak lagi bersumber pada
mutakhir diperoleh dari sumber-sumber
makam, tetapi beralih kepada kegiatan
media seperti kitab, mushaf Al-Qur’an
kreasi seniman Indonesia yang
tua atau naskah perjanjian (qaulul haq).
diwujudkan dalam aneka media seperti
Aksara Arab pada angkatan ini
kertas, kayu, logam, dan medium
digunakan pula untuk naskah-naskah
lainnya. 10 Banyak Al-Qur’an tua yang
7
Istilah ‘musabaqah’ untuk lomba tilawah al- ditulis pada waktu ini seiring hadirnya
Qur’an pertama kali dipakai di Indonesia tahun kertas impor pada abad ke-17. Sejak abad
1953-1954 di Pontianak diikuti oleh para qari dari
Pontianak, Sambas, dan Ketapang. Sedangkan ke-17 dan sesudahnya, ada
Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Nasional
pertama diselenggarakan tahun 1968 di Ujung
8
Pandang. Sejak MTQ Nasional I sampai saat ini, D. Sirojuddin AR, “Potret dan Potensi
cabang dan golongan yang dimusabaqahkan terus Pengembangan Seni Kaligrafi Islam di Indonesia”
bertambah. Dalam MTQ Nasional XXIV tahun dalam 25 Tahun Musabaqah Tilawatil Qur’an
2012 di Ambon, cabang-cabang yang dan 17 Tahun Lembaga Pengembangan Tilawatil
dimusabaqahkan adalah Tilawah Al-Qur’an, Qur’an, Jakarta: LPTQ Nasional, 1415 H/1994
Hifzh Al-Qur’an, Tafsir Al-Qur’an, Fahm Al- M, hal. 119
9
Qur’an, Syarh Al-Qur’an, Khat Al-Qur’an, dan D. Sirojuddin AR, Pengantar Kuliah Seni Islam,
Makalah Ilmiah Al-Qur’an. Tentang hal ini, lihat: Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN
25 Tahun Musabaqah Tilawatil Qur’an dan 17 Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004, hal. 33
10
Tahun Lembaga Pengembangan Tilawatil Hasan Muarif Ambary, “Kaligrafi Islam
Qur’an, (Jakarta: LPTQ Tingkat Nasional, 1415 Indonesia Dimensi dan Signifikasinya dari Kajian
H/1994 M), h. 2 dan 18. Lihat pula: Pedoman Arkeologi”, Pidato Pengukuhan Jabatan Ahli
Musabaqah Al-Qur’an 2010, Jakarta: LPTQ Penelitian Utama pada Puslit Arkenas, di Jakarta,
Tingkat Nasional, 2012, hal. viii-xi 18 Februari 1991
Sirojuddin AR : Perkembangan Kaligrafi … 223

kecenderungan seniman muslim untuk b) Angkatan Orang-orang Pesantren


menggambar makhluk bernyawa dengan (1900-2000an M)
lafal ayat-ayat Al-Qur’an, kaul ulama
atau simbol kepahlawanan Ali ibn Abi Kaligrafi mengalami pertumbuhan
Thalib (kaligrafi Macan Ali) dan Fatimah. seiring pertumbuhan pesantren yang
Karya seperti ini biasanya merupakan dirintis oleh para wali. Pesantren perintis
produk keraton Cirebon, Yogyakarta, dikenal antara lain Giri Kedaton,
Surakarta atau Palembang. Sampai tahun Pesantren Ampel Denta di Geresik, dan
1960-an, lukisan kaligrafi berwajah Pesantren Syekh Quro di Karawang. 13
binatang Buraq atau wayang banyak Pelajaran kaligrafi diberikan mengiringi
ditemukan di pelosok Sumatera dan pelajaran Al-Qur’an, fikih, tauhid,
Jawa.11 tasawuf, dan lain-lain. Tulisan yang
diajarkan mula-mula sangat sederhana
dan belum bernilai estetis, namun masih
mempertimbangkan gaya-gaya Kufi,
Naskhi, dan Farisi yang asal condong ke
kanan.14
Kesederhanaan tulisan tampak
pada anatomi huruf yang kurang
harmonis dengan kaidah, digunakannya
peralatan tulis yang bersahaja seperti tinta
dari arang kuali atau asap lampu
Gambar II.8. Tipe kaligrafi Macan Ali dan
(blendok), dan penggunaana media yang
wayang, produk angkatan tua seniman
Indonesia12
hanya terbatas pada kertas. Pelajaran khat
ini umumnya tidak secara resmi diajarkan
dan masuk kurikulum, kecuali di
Sampai akhir periode ini, tidak beberapa pesantren seperti Pondok
ada khattat atau seniman kaligrafi yang Moderen Gontor dan cabang-
15
dikenal namanya. Sementara tipe-tipe cabangnya. Buku-buku kaligrafi juga
huruf yang digunakan mengacu ke gaya- belum banyak dikenal. Buku pelajaran
gaya Kufi, Naskhi, Tsuluts, Muhaqqaq, khat pertama keluar tahun 1961 berjudul
Raihani, Tauqi’, dan Riqa’. Kufi dan Tulisan Indah karangan Muhammad
Naskhi paling banyak digunakan pada
makam dan naskah kuno. 13
Lihat juga “Periode Awal Sejarah Syekh Quro”
dalam majalah Promo Karawang, ed. V, Februari-
April 2012, hal. 10-15
14
D. Sirojuddin AR, Keterampilan Menulis
Kaligrafi Bagi Santri Pondok Pesantren (Pola
11
Lihat juga Hasan Muarif Ambary, Menemukan Penyelenggaraan Pondok Pesantren Model
Peradaban (Jejak Arkeologis dan Historis Islam Pengembangan Ilmu dan Ketrampilan), Jakarta:
Indonesia), Jakarta: Logos, 1419 H/1998 M, cet. Departemen Agama RI, 2001, hal. 40
15
ke-1, hal. 176-177 D. Sirojuddin AR, “Memacu Pendidikan Seni
12
D. Sirojuddin AR, “Lukisan Tembok, Kaligrafi, Kaligrafi Al-Qur’an di Indonesia”, makalah
dan Arabes” [Artikel] dalam Ensiklopedi Tematis Dialog Pengembangan Kaligrafi dalam Rangka
Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, Jakarta: MTQ Mahasiswa Nasional XI 2009, 25 Juli s/d 2
PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002, hal. 299 Agustus 2009, di Lhokseumawe
224 Al-Turāṡ Vol. XX No.1, Januari 2014

Abdul Razzaq Muhili, 16 seorang khattat Syadzali, K.H.M. Faiz Abdul Razzaq dan
pertama yang paling aktif menulis khat di M. Wasi Abdul Razzaq (ketiganya murid
buku-buku agama, disusul 10 tahun dan dua tersebut terakhir anak-anak
kemudian (1971) buku Khat, Seni Abdul Razzaq), K. Mahfuzh Hakim dari
Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Ponorogo, Rahmat Arifin dari Malang, D.
Huruf Arab karangan Abdul Karim Sirojuddin AR (muridnya Abdul Razzaq
Husein dari Kendal.17 Sejak tahun 1985, dan Salim Fachry) dari Cirebon, Ishaq
muridnya Abdul Razzaq, D. Sirojuddin dari Jakarta, Nur Aufa Shiddiq dari
AR, mulai mengarang puluhan buku Kudus, Ali Akbar dari Purworejo,
kaligrafi meneruskan kerja yang dirintis Chumaidi Ilyas dari Bantul, H. Irhash A.
gurunya. Shamad dari Padang, H. Muhammad
Pelopor angkatan ini adalah ”Cut Mat” Ibrahim dari Banda Aceh, dan
K.H.M. Abdul Razzaq Muhili dari H.M. Misbahul Munir (muridnya Rofi’i
Tangerang, H. Darami Yunus dari Karim) dari Gresik. Intensitas
Padang Panjang, H. Salim Bakasir, Prof. pengembangan kaligrafi di Indonesia
H.M. Salim Fachry (penulis Al-Qur’an selanjutnya dipelopori oleh Sirojuddin
Pusaka atas titah Presiden Soekarno) dari dengan menulis banyak buku kaligrafi,
Langkat, dan K.H. Rofi’i Karim dari melatih kader di pelbagai daerah, dan
Probolinggo. mendirikan Lembaga Kaligrafi Alquran
(Lemka) di Jakarta tahun 1985 dan
Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka di
Sukabumi tahun 1998.
Sejak tahun 1970-an hingga 2000-
an, pesantren juga memunculkan para
khattat yang sering mengkhususkan diri
pada penulisan mushaf, buku agama, dan
dekorasi mesjid dengan mengkombinasi
gaya-gaya Tsuluts, Naskhi, Farisi,
Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah. Di
Gambar II. 9. Karya khattat pelopor antara pelopor dalam bidang ini adalah H.
K.H.M. Abdul Razaq Muhili (QS An-Naba’ Azhari Noor (dekorator pertama Masjid
ayat 6-10, 1983) dan muridnya, D. Sirojuddin Agung Al-Azhar Jakarta) dari Padang, H.
AR (Tali Nan Tak Pernah Putus, 2001).18 Amir Hamzah Zaman dari Madura, dan
H. Basyiroen Hasan dari Jakarta, disusul
Angkatan teraktif yang menyusul angkatan muda seperti Abdul Azis
kemudian sampai angkatan termuda Asmuni dari Situbondo, Iskandar Syatiri
tahun 1990-an antara lain: Muhammad dari Bekasi dan Eddy Syakroli dari
16
Muhammad Abdul Razaq Muhili, Tulisan Bekasi, Mahmud Arham dari Tangerang,
Indah, Jakarta: Djaja Murni, 1380 H/1961 M, cet. Saefullah dari Tasikmalaya, Muktamar
ke-1 dari Pekanbaru, Momon Abdurrahman
17
Abdul Karim Husain, Khath: Seni Kaligrafi,
Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab, Kudus: Syarif dari Kuningan, Ujang Badrussalam
Menara Kudus, 1971
18
dari Lebak, Isep Misbah dari Sukabumi,
D. Sirojuddin AR, Pengantar Kuliah Seni Islam,
Ahmad Hawi Hasan dari Bogor, Muksin
hal. 35
Sirojuddin AR : Perkembangan Kaligrafi … 225

Sudirja dari Karawang, Syaharuddin dari meningkatkan apresiasi dan teknik


Makassar, dan lain-lain. mengolah kaligrafi di aneka media yang
Tradisi menghiaskan kaligrafi di tak terbatas. Gerakan ini muncul di tahun
bangunan mesjid ini tergolong ke masa 1970-an seiring kemunculan para pelukis
moderen, sebab dari data sejarah yang mempopulerkan apa yang kemudian
perkembangan mesjid kuno di Indonesia, disebut “lukisan kaligrafi” atau “kaligrafi
jarang atau tidak ada karya kaligrafi lukis”, untuk membedakannya dari
Islam di mesjid kuno hingga abad ke-16 “kaligrafi murni” atau “kaligrafi
yang asli dibuat di zamannya, kecuali tradisional” yang dikenal selama ini.21
sekedar penggunaan huruf Jawi seperti di
Masjid Mantingan, Jepara dan Masjid Pembawa gerakan ini adalah para
Sendangduwur Paciran, Jawa Timur.19 seniman kampus seni rupa yang
Gerakan membangkitkan seni dipelopori oleh Prof. Drs. H. Ahmad
mushaf yang melibatkan para santri juga Sadali (ITB Bandung asal Garut), 22
muncul sejak Festival Istiqlal I tahun diiringi kemudian oleh Prof. Drs. A.D.
1991 dengan ditulisnya Mushaf Istiqlal Pirous (ITB Bandung asal Aceh),23 Prof.
(1991-1995), disusul kemudian oleh Dr. H. Amri Yahya (ASRI Yogyakart
Mushaf Sundawi (1997), Mushaf Ibu Tien asal Palembang), 24 dan Amang Rahman
Soeharto, Mushaf Jakarta, Mushaf (AKSERA Surabaya asal Madura).25 Para
Kalimantan Barat, Mushaf Sukabumi, tokoh seni rupa ini memanfaatkan
dan Mushaf Al-Bantani. Mushaf-mushaf keluwesan aksara Arab di mana sosok
berukuran raksasa ini tampil dengan gaya kaligrafi sangat tegas ditonjolkan dengan
lebih estetis dibandingkan mushaf- penyerasian unsur-unsur rupa lainnya
mushaf kuno yang ditulis sepanjang akhir yang telah lebur dalam gaya pribadi
abad ke-16 hingga abad ke-19.20 masing-masing seniman dengan
memandang “kaligrafi sebagai bagian
c) Angkatan Pelukis dan Pendobrak
(1970-1980an M) 21
D. Sirojuddin AR, “Kaligrafi dalam Karya
Lukis Indonesia Mutakhir di Antara Modifikasi
Pada saat masyarakat semakin Gaya Kaligrafi Tradisional”, pada Sarasehan
sadar akan arti dan pentingnya seni Kaligrafi Islam, SCTV (untuk memeriahkan
Festival Istiqlal II 1995), 15 Vovember 1995, di
kaligrafi, muncullah suatu gerakan untuk Galeri Cipta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta
22
“lebih menyadarkan” para Lihat katalog Pameran Maestro Seni Rupa
Indonesia Sadali: Karya, Pemikiran, Penafsiran,
khattat/kaligrafer dan seniman, Jakarta: Galeri Nasional Indonesia, 25 juni-14 Juli
khususnya kalangan muda, untuk lebih 2014
23
Lihat Kenneth M. George & Mamannoor, A.D.
Pirous (Vision, Faith and a Journey in Indonesian
19
Hasan Muarif Ambary, Kaligrafi Islam Art, 1955-2002), Bandung: Yayasan Serambi
Indonesia, hal. 18 Pirous, 2002
20 24
Lihat katalog Programme Book People’s Lihat Pameran Lukisan Amri (Pameran
Islamic Cultural Festival (Festival Istiqlal 1995), Catatan Perjalanan Seni Lukis Batik Amri Yahya
katalog Perkembangan Mushaf, Terjemahan, dan Beserta Beberapa Lukisan Cat Minyak & Cat
Tafsir Al-Qur’an di Indonesia, dan katalog Bayt Air), Jakarta: Taman Ismail Marzuki, 7-16
Al-Qur’an & Museum Istiqlal Taman Mini November 1989
25
Indonesia Indah, Jakarta: Lajnah Pentashihan Lihat Henri Nurcahyo & Mamannoor, Ambang
Mushaf Al-Qur’an Balitbang dan Diklat Kemenag Cakrawala (Seni Lukis Amang Rahman Jubair),
RI, 2012 Jakarta: Yayasan Kembang Jati, 2001
226 Al-Turāṡ Vol. XX No.1, Januari 2014

integral” dari ide dasar lukisan yang


bermakna religius. Para seniman rupa ini
memandang kaligrafi benar-benar
mengandung unsur-unsur ideoplastis
yang tidak hanya selesai pada huruf.26

Popularitas angkatan dan “mazhab


kaligrafi lukis” ini mulai muncul dalam
Pameran Lukisan Kaligrafi Islam
Nasional saat MTQ Nasional ke-11 di Gambar II.10. Lukisan kaligrafi A.D. Pirous
dan Syaiful Adnan.
Semarang (1979) dan pameran pada
Goresan yang lentur penuh kebebasan.28
Muktamar Pertama Media Massa Islam
se-Dunia di Balai Sidang Jakarta (1980)
yang diikuti oleh pameran-pameran Teknik baru ini segera menarik
selanjutnya. dan diikuti oleh para khattat bahkan
kalangan yang “sekedar senang” terhadap
Cara menggarap “lukisan” kaligrafi karena memungkinkan digarap
kaligrafi yang sangat mementingkan latar dalam teknik yang bermacam-macam
belakang pewarnaan yang diperoleh dari seperti teknik batik dan tekstil, teknik
kepekaan rasa, bersifat spontan dan bebas grafis, teknik bulu, teknik kulit, teknik
sehingga kerap mengabaikan grammar ukir kayu, dan bermacam-macam teknik
kaligrafi tradisional ini segera saja diikuti pengerjaan logam, selain tampilan aneka
secara luas oleh kaula muda di Tanah Air. bentuk ekspresi tiga dimensional yang
Pelukis kaligrafi generasi kedua yang menawarkan citra kaligrafi dalam seni
muncul kemudian, dapat disebut di rupa Islam moderen.
antaranya adalah Syaiful Adnan, Hatta
hambali, dan Abay D. Subarna, disusul Meskipun tidak melahirkan gaya
kemudian oleh Firdaus Alamhudi, khas Indonesia, kecuali Syaiful Adnan
Hendra Buana, Yetmon Amier, Said dengan gaya Syaifulinya, A.D. Pirous
Akram, Agoes Noegroho, Abdul Aziz dengan gaya Pirousinya, Amang Rahman
Ahmad, dan lain-lain.27 dengan gaya Amaninya, dan Said Akram
dengan gaya Akraminya, beberapa
goresan bebas para pelukis kaligrafi
Indonesia kerap mendekati pola kaligrafi
kontemporer yang lahir bersama
kelahiran seni rupa kontemporer tahun
1970-an. Gaya-gaya kaligrafi ini adalah:
Kontemporer Tradisional, Kontemporer
Figural, Kontemporer Simbolik,
26
Lihat katalog Pameran Seni Rupa Kontemporer Kontemporer Ekspresionis, dan
Islam Indonesia, Bandung: IA-ITB, Yayasan
INISAF, 27 Juli-14 Agustus 2011, di Galeri Kontemporer Abstrak.
Nasional Indonesia, Jakarta
27 28
Lihat katalog pameran lukisan Wajah Seni Katalog The Islamic Calligraphy Painting
Lukis Islami Indonesia, 12-22 Juni 1995, di Exhibition, 25 September-2Oktober 1993, di
Gedung World Trade Center (WTC), Jakarta Jakarta Hilton Executive Club, Jakarta
Sirojuddin AR : Perkembangan Kaligrafi … 227

d) Angkatan Kader MTQ (1981-


sekarang)

Perkembangan kaligrafi semakin


semarak sejak dijadikan salahsatu cabang
yang dilombakan dalam Musabaqah
Tilawatil Qur’an (MTQ) dari tingkat
nasional sampai tingkat daerah di seluruh
Indonesia. Cabang yang diberi nama
Musabaqah Khat Al-Qur’an (MKQ) ini
selain menarik peminat, juga berhasil
membibitkan kader-kader penulis dan
pelukis kaligrafi dari sekolah, pesantren,
dan perguruan tinggi. Dari sejumlah
peserta MKQ yang menyebar di pelbagai
daerah, muncul para ahli bidang
penulisan Naskah, Hiasan Mushaf,
Dekorasi, dan Kaligrafi Kontemporer
yang dikompetisikan.29

Gambar II.11. Contoh karya kaligrafi


dekorasi hasil MTQ Nasional ke-24 tahun
2012 di Ambon. Kesempurnaan
bergabungnya unsur aksara dan seni rupa30

MKQ berpengaruh luas dan


menjadi proyek percontohan lomba-
lomba kaligrafi di pelbagai instansi dan
pada Peringatan Hari-hari Besar Islam.
Kemunculan lomba-lomba kaligrafi pada
MTQ Nasional, MTQ Mahasiswa, MTQ
PTPN, MTQ KORPRI, MTQ PGRI,
MTQ TelkomGroup, POSPENAS (Pekan
Olahraga dan Seni Pondok Pesantren
Nasional), PIONIR (Pekan Ilmiah,
Olahraga, Seni, dan Riset), AKSIOMA
(Ajang Keterampilan Seni dan Olahraga
Madrasah), PIONIR (Pekan Ilmiah, Olah
Raga, Seni, dan Riset) untuk kalangan
29
D. Sirojuddin AR, “Memahami Seni Khat Via mahasiswa yang menambah kesemarakan
Perhakiman MTQ”, [Makalah] Pelatihan Dewan
30
Hakim MTQ, LPTQ Provinsi Kalimantan Barat, D. Sirojuddin AR, Foto Dokumentasi MTQ
1-4 April 2001, di Pontianak Nasional ke-24/2012, di Ambon, Maluku
228 Al-Turāṡ Vol. XX No.1, Januari 2014

lomba kaligrafi di setiap waktu dan Aceh muncul nama-nama juara yang
tempat di Indonesia, dan PENTAS selanjutnya aktif berkarya di percetakan,
(Pekan Keterampilan Siswa) yang pendekorasian masjid, penulisan mushaf,
memicu minat di pelbagai kalangan dan produksi lukisan atau mengajar dan
ikut mendorong produksi karya di galeri- mengelola sanggar kaligrafi, dapat
galeri dan pasar-pasar seni. Bentuk dan disebut secara runut sejak MKQ pertama
teknis lomba-lomba ini secara umum di antaranya, Darami Yunus, Muhammad
sama dengan MKQ. Wasi, Abdul Azis Asmuni, Misbahul
Gerakan pembinaan via MTQ Munir, Mahmud Arham, Humaidi Ilyas,
yang melahirkan banyak kader dan juara M. Noor Syukron, Ahmad Hawi Hasan,
kaligrafi berbuntut pada semakin Nana Natsiruddin, Umi Kulsum, Ery
ramainya keikutsertaan para
Khaeriyah, Yayat Suryati, Titi Maswati,
khattat/khattathah dan seniman kaligrafi
Indonesia dalam Peraduan Menulis Khat Ernawati, Isep Misbah, Nurkholis,
ASEAN di Brunei Darussalam dua tahun Syaharuddin, Tony Salaf, M. Faroid, Siti
sekali yang selalu dimenangkan (85 %) Mahmudah, Husnul Khotimah, Abdul
oleh peserta dari Indonesia.31 Beberapa di Kholiq, Hasanuddin, dan lain-lain.
antara mereka juga tekun mengikuti Para juara aktif MKQ, selain
International Calligraphy Competition diikuti kader-kader pelomba, telah pula
oleh IRCICA di Turki empat tahunan
membakar semangat pembinaan kaligrafi
sekali, 32 lomba kaligrafi Alburda Award
di Abu Dhabi (di sini dilombakan juga melalui program-program pelatihan yang
ornamentasi tanpa tulisan), Albaraka diselenggarakan oleh Lembaga
Calligraphy Contest oleh Albaraka Turk Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)
Bank di Turki, Baghdad International di kecamatan, kabupaten/kota, dan
Calligraphy Competition di Irak, provinsi di seluruh Indonesia.
International Islamic Art Competition di
Arab Saudi, dan Calligraphy Competition
of Trengganu International Islamic Art C. Penutup
Festival di Malaysia dua tahunan sekali.33 Dari uraian terdahulu dapat
Para pelomba ini sangat menguasai gaya-
gaya Naskhi, Tsuluts, Farisi, Diwani, diambil kesimpulan bahwa
Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah bahkan perkembangan seni kaligrafi Islam di
Andalusi atau Maghribi dan umumnya Indonesia telah menyusuri periode
lihai menentukan kombinasi warna-warna panjang melalui Angkatan Perintis,
dan ornamen yang menjadi komponen Angkatan Orang-orang Pesantren,
lomba. Angkatan Pelukis dan Pendobrak, dan
Dari lomba kaligrafi yang dimulai
Angkatan Kader MTQ. Masing-masing
pada MTQ Nasional XII (1981) di Banda
periode memiliki khas dan warna
tersendiri.
31
Lihat katalog Koleksi Peraduan Menulis Khat
ASEAN Tahun 1985-2004, Bandar Seri Begawan: Perkembangan mutakhir seni
Pusat Da’wah Islamiah, 2005 kaligrafi Islam di Indonesia tidak lagi
32
Lihat katalog International 7th Calligraphy
Competition Dedicated to Hashim Mohammed al- hanya sebagai hobi tetapi juga sudah
Baghdadi, Istanbul: IRCICA, 1427 H/2006 M menjadi warna perkembangan budaya
33
Lihat katalog Trengganu International Islamic
Islam, terlebih lagi ketika seni ini sudah
Arts Festival 2013: Calligraphy Competition,
Trengganu: Taman Tamadun Islam, 2013 menjadi salah satu menu pada setiap
Sirojuddin AR : Perkembangan Kaligrafi … 229

penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil IA-ITB, Yayasan INISAF, Katalog


Qur’an (MTQ), mulai dari tingkat Desa Pameran Seni Rupa Kontemporer
hingga tingkat Nasional. Bahkan, seni Islam Indonesia, Bandung: IA-
kaligrafi Islam Indonesia kita telah ITB, Yayasan INISAF, 27 Juli-14
menjadi komoditas industri kreatif dari Agustus 2011, di Galeri Nasional
para penggiatnya. Indonesia, Jakarta.
Daftar Pustaka IRCICA, Katalog International 7th
Calligraphy Competition
Ambary, Hasan Muarif, “Kaligrafi Islam
Dedicated to Hashim Mohammed
Indonesia Dimensi dan
al-Baghdadi, Istanbul: IRCICA,
Signifikasinya dari Kajian
1427 H/2006 M
Arkeologi”, Pidato Pengukuhan
Jabatan Ahli Penelitian Utama Katalog Pameran Lukisan “Wajah Seni
pada Puslit Arkenas, di Jakarta, 18 Lukis Islami Indonesia,” 12-22
Februari 1991 Juni 1995, di Gedung World
Trade Center (WTC), Jakarta
Ambary, Hasan Muarif, Menemukan
Peradaban (Jejak Arkeologis dan Katalog The Islamic Calligraphy
Historis Islam Indonesia), Jakarta: Painting Exhibition, 25
Logos, 1419 H/1998 M, cet. ke-1. September-2Oktober 1993, di
Arts & The Islamic World, London, 1987, Jakarta Hilton Executive Club,
Vol. 4, No. 3 Jakarta

Fadha’ili, Habibullah, Atlas al-Khaht wa Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an


al-Khuthuth, Damaskus: Dâr ath- Balitbang dan Diklat Kemenag
Thalâs, 1933, cet. ke- 1. RI, Programme Book People’s
Islamic Cultural Festival (Festival
Galeri Nasional Indonesia, Pameran
Istiqlal 1995), katalog
Maestro Seni Rupa Indonesia
Perkembangan Mushaf,
Sadali: Karya, Pemikiran,
Terjemahan, dan Tafsir Al-
Penafsiran, Jakarta: Galeri
Qur’an di Indonesia, dan katalog
Nasional Indonesia, 25 juni-14
Bayt Al-Qur’an & Museum
Juli 2014
Istiqlal Taman Mini Indonesia
Indah, Jakarta: 2012.
George, Kenneth M. & Mamannoor, A.D.
Pirous (Vision, Faith and a LPTQ Tingkat Nasional, 25 Tahun
Journey in Indonesian Art, 1955- Musabaqah Tilawatil Qur’an dan
2002), Bandung: Yayasan 17 Tahun Lembaga
Serambi Pirous, 2002 Pengembangan Tilawatil Qur’an,
(Jakarta: LPTQ Tingkat Nasional,
Husain, Abdul Karim, Khath: Seni
1415 H/1994 M), h. 2 dan 18.
Kaligrafi, Tuntunan Menulis
Lihat pula: Pedoman Musabaqah
Halus Huruf Arab, Kudus:
Menara Kudus, 1971
230 Al-Turāṡ Vol. XX No.1, Januari 2014

Al-Qur’an 2010, Jakarta: LPTQ Ensiklopedi Tematis Dunia Islam:


Tingkat Nasional, 2012. Pemikiran dan Peradaban,
Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Muhili, Muhammad Abdul Razaq,
Hoeve, 2002.
Tulisan Indah, Jakarta: Djaja
Murni, 1380 H/1961 M, cet. ke-1 ______, “Memacu Pendidikan Seni
Kaligrafi Al-Qur’an di Indonesia”,
Nurcahyo, Henri & Mamannoor,
makalah Dialog Pengembangan
Ambang Cakrawala (Seni Lukis
Kaligrafi dalam Rangka MTQ
Amang Rahman Jubair), Jakarta:
Mahasiswa Nasional XI 2009, 25
Yayasan Kembang Jati, 2001.
Juli s/d 2 Agustus 2009, di
Pusat Da’wah Islamiah, Katalog Koleksi Lhokseumawe
Peraduan Menulis Khat ASEAN
______, “Periode Awal Sejarah Syekh
Tahun 1985-2004, Bandar Seri
Quro” dalam majalah Promo
Begawan: 2005.
Karawang, ed. V, Februari-April
Safadi, Y.H., Islamic Calligraphy, 2012.
London: Thames and Hudson
______, “Potret dan Potensi
Limited, 1978.
Pengembangan Seni Kaligrafi
Sirojuddin AR, D. “Kaligrafi dalam Islam di Indonesia” dalam LPTQ
Karya Lukis Indonesia Mutakhir Tingkat Nasional, 25 Tahun
di Antara Modifikasi Gaya Musabaqah Tilawatil Qur’an dan
Kaligrafi Tradisional”, pada 17 Tahun Lembaga
Sarasehan Kaligrafi Islam, SCTV Pengembangan Tilawatil Qur’an,
(untuk memeriahkan Festival Jakarta: LPTQ Nasional, 1415
Istiqlal II 1995), 15 Vovember H/1994 M.
1995, di Galeri Cipta, Taman
______, Keterampilan Menulis Kaligrafi
Ismail Marzuki, Jakarta
Bagi Santri Pondok Pesantren
______, “Memahami Seni Khat Via (Pola Penyelenggaraan Pondok
Perhakiman MTQ”, [Makalah] Pesantren Model Pengembangan
Pelatihan Dewan Hakim MTQ, Ilmu dan Ketrampilan), Jakarta:
LPTQ Provinsi Kalimantan Barat, Departemen Agama RI, 2001.
1-4 April 2001, di Pontianak.
______, Pengantar Kuliah Seni Islam,
______, Foto Dokumentasi MTQ Jakarta: Fakultas Adab dan
Nasional ke-24/2012, di Ambon, Humaniora UIN Syarif
Maluku Hidayatullah Jakarta, 2004.
______, “Al-Qur’an dan Reformasi Taman Ismail Marzuki, Katalog Pameran
Kaligrafi Arab”, Ulumul Qur’an, Lukisan Amri (Pameran Catatan
no. 3, (Oktober-Desember 1989). Perjalanan Seni Lukis Batik Amri
______, “Lukisan Tembok, Kaligrafi, dan Yahya Beserta Beberapa Lukisan
Arabes” [Artikel] dalam Cat Minyak & Cat Air), Jakarta:
Sirojuddin AR : Perkembangan Kaligrafi … 231

Taman Ismail Marzuki, 7-16


November 1989.
Taman Tamadun Islam, Katalog
Trengganu International Islamic
Arts Festival 2013: Calligraphy
Competition, Trengganu: 2013.
Ubbadah, ‘Abd al-Fattah, Intisyâr al-
Khath al-‘Arabi fi al-‘Alam asy-
Syarqi wa al-‘Alam al-Gharbi,
(Kairo: Maktabah al-Kulliyyat al-
Azhariyah, t.t.), cet. .ke- 2.

Anda mungkin juga menyukai