Abstrak
Tulisan ini berkaitan dengan seni kaligrafi Islam di Indonesia. Permasalahan
utama yang dikaji adalah mengenai perkembangan seni kaligrafi Islam di
Indonesia sejak masuk Islam masuk di Nusatara. Metode yang digunakan dalam
mengumpulkan data adalah metode pustaka dengan menelusuri dokumen terkait
dan artefak karya kaligrafi yang dihasilkan oleh orang-orang di Nusantara.
Hasil kajian menunjukkan bahwa perkembangan seni kaligrafi Islam di
Indonesia telah menyusuri periode panjang melalui Angkatan Perintis, Angkatan
Orang-orang Pesantren, Angkatan Pelukis dan Pendobrak, dan Angkatan Kader
MTQ. Masing-masing periode memiliki khas dan warna tersendiri.
Abstract
This article is discussing about Islamic caligraphy in Indonesia. The main
problems that will be discussed here is about Islamic Caligraphic Art in
Indonesia since the religion of Islam entered Nusantara. In collecting the data,
this research uses library method by searching documents relating to it and the
caligraphic work archeology resulted by people in Nusantara. The result of this
research shows that the Islamic Caligraphic Art development in Indonesia had
run through a long period via the New Order, the era of Islamic students (santri),
the painter era, the revolutioner era, and the candidate era of MTQ. Each
periode has its own characteristic and its nature.
Keywords: Caligraphy, art, Islam, culture, Arab, and Indonesia
1
Pesantren Lembaga Kaligrafi, Sukabumi
220 Al-Turāṡ Vol. XX No.1, Januari 2014
Abdul Razzaq Muhili, 16 seorang khattat Syadzali, K.H.M. Faiz Abdul Razzaq dan
pertama yang paling aktif menulis khat di M. Wasi Abdul Razzaq (ketiganya murid
buku-buku agama, disusul 10 tahun dan dua tersebut terakhir anak-anak
kemudian (1971) buku Khat, Seni Abdul Razzaq), K. Mahfuzh Hakim dari
Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Ponorogo, Rahmat Arifin dari Malang, D.
Huruf Arab karangan Abdul Karim Sirojuddin AR (muridnya Abdul Razzaq
Husein dari Kendal.17 Sejak tahun 1985, dan Salim Fachry) dari Cirebon, Ishaq
muridnya Abdul Razzaq, D. Sirojuddin dari Jakarta, Nur Aufa Shiddiq dari
AR, mulai mengarang puluhan buku Kudus, Ali Akbar dari Purworejo,
kaligrafi meneruskan kerja yang dirintis Chumaidi Ilyas dari Bantul, H. Irhash A.
gurunya. Shamad dari Padang, H. Muhammad
Pelopor angkatan ini adalah ”Cut Mat” Ibrahim dari Banda Aceh, dan
K.H.M. Abdul Razzaq Muhili dari H.M. Misbahul Munir (muridnya Rofi’i
Tangerang, H. Darami Yunus dari Karim) dari Gresik. Intensitas
Padang Panjang, H. Salim Bakasir, Prof. pengembangan kaligrafi di Indonesia
H.M. Salim Fachry (penulis Al-Qur’an selanjutnya dipelopori oleh Sirojuddin
Pusaka atas titah Presiden Soekarno) dari dengan menulis banyak buku kaligrafi,
Langkat, dan K.H. Rofi’i Karim dari melatih kader di pelbagai daerah, dan
Probolinggo. mendirikan Lembaga Kaligrafi Alquran
(Lemka) di Jakarta tahun 1985 dan
Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka di
Sukabumi tahun 1998.
Sejak tahun 1970-an hingga 2000-
an, pesantren juga memunculkan para
khattat yang sering mengkhususkan diri
pada penulisan mushaf, buku agama, dan
dekorasi mesjid dengan mengkombinasi
gaya-gaya Tsuluts, Naskhi, Farisi,
Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah. Di
Gambar II. 9. Karya khattat pelopor antara pelopor dalam bidang ini adalah H.
K.H.M. Abdul Razaq Muhili (QS An-Naba’ Azhari Noor (dekorator pertama Masjid
ayat 6-10, 1983) dan muridnya, D. Sirojuddin Agung Al-Azhar Jakarta) dari Padang, H.
AR (Tali Nan Tak Pernah Putus, 2001).18 Amir Hamzah Zaman dari Madura, dan
H. Basyiroen Hasan dari Jakarta, disusul
Angkatan teraktif yang menyusul angkatan muda seperti Abdul Azis
kemudian sampai angkatan termuda Asmuni dari Situbondo, Iskandar Syatiri
tahun 1990-an antara lain: Muhammad dari Bekasi dan Eddy Syakroli dari
16
Muhammad Abdul Razaq Muhili, Tulisan Bekasi, Mahmud Arham dari Tangerang,
Indah, Jakarta: Djaja Murni, 1380 H/1961 M, cet. Saefullah dari Tasikmalaya, Muktamar
ke-1 dari Pekanbaru, Momon Abdurrahman
17
Abdul Karim Husain, Khath: Seni Kaligrafi,
Tuntunan Menulis Halus Huruf Arab, Kudus: Syarif dari Kuningan, Ujang Badrussalam
Menara Kudus, 1971
18
dari Lebak, Isep Misbah dari Sukabumi,
D. Sirojuddin AR, Pengantar Kuliah Seni Islam,
Ahmad Hawi Hasan dari Bogor, Muksin
hal. 35
Sirojuddin AR : Perkembangan Kaligrafi … 225
lomba kaligrafi di setiap waktu dan Aceh muncul nama-nama juara yang
tempat di Indonesia, dan PENTAS selanjutnya aktif berkarya di percetakan,
(Pekan Keterampilan Siswa) yang pendekorasian masjid, penulisan mushaf,
memicu minat di pelbagai kalangan dan produksi lukisan atau mengajar dan
ikut mendorong produksi karya di galeri- mengelola sanggar kaligrafi, dapat
galeri dan pasar-pasar seni. Bentuk dan disebut secara runut sejak MKQ pertama
teknis lomba-lomba ini secara umum di antaranya, Darami Yunus, Muhammad
sama dengan MKQ. Wasi, Abdul Azis Asmuni, Misbahul
Gerakan pembinaan via MTQ Munir, Mahmud Arham, Humaidi Ilyas,
yang melahirkan banyak kader dan juara M. Noor Syukron, Ahmad Hawi Hasan,
kaligrafi berbuntut pada semakin Nana Natsiruddin, Umi Kulsum, Ery
ramainya keikutsertaan para
Khaeriyah, Yayat Suryati, Titi Maswati,
khattat/khattathah dan seniman kaligrafi
Indonesia dalam Peraduan Menulis Khat Ernawati, Isep Misbah, Nurkholis,
ASEAN di Brunei Darussalam dua tahun Syaharuddin, Tony Salaf, M. Faroid, Siti
sekali yang selalu dimenangkan (85 %) Mahmudah, Husnul Khotimah, Abdul
oleh peserta dari Indonesia.31 Beberapa di Kholiq, Hasanuddin, dan lain-lain.
antara mereka juga tekun mengikuti Para juara aktif MKQ, selain
International Calligraphy Competition diikuti kader-kader pelomba, telah pula
oleh IRCICA di Turki empat tahunan
membakar semangat pembinaan kaligrafi
sekali, 32 lomba kaligrafi Alburda Award
di Abu Dhabi (di sini dilombakan juga melalui program-program pelatihan yang
ornamentasi tanpa tulisan), Albaraka diselenggarakan oleh Lembaga
Calligraphy Contest oleh Albaraka Turk Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ)
Bank di Turki, Baghdad International di kecamatan, kabupaten/kota, dan
Calligraphy Competition di Irak, provinsi di seluruh Indonesia.
International Islamic Art Competition di
Arab Saudi, dan Calligraphy Competition
of Trengganu International Islamic Art C. Penutup
Festival di Malaysia dua tahunan sekali.33 Dari uraian terdahulu dapat
Para pelomba ini sangat menguasai gaya-
gaya Naskhi, Tsuluts, Farisi, Diwani, diambil kesimpulan bahwa
Diwani Jali, Kufi, dan Riq’ah bahkan perkembangan seni kaligrafi Islam di
Andalusi atau Maghribi dan umumnya Indonesia telah menyusuri periode
lihai menentukan kombinasi warna-warna panjang melalui Angkatan Perintis,
dan ornamen yang menjadi komponen Angkatan Orang-orang Pesantren,
lomba. Angkatan Pelukis dan Pendobrak, dan
Dari lomba kaligrafi yang dimulai
Angkatan Kader MTQ. Masing-masing
pada MTQ Nasional XII (1981) di Banda
periode memiliki khas dan warna
tersendiri.
31
Lihat katalog Koleksi Peraduan Menulis Khat
ASEAN Tahun 1985-2004, Bandar Seri Begawan: Perkembangan mutakhir seni
Pusat Da’wah Islamiah, 2005 kaligrafi Islam di Indonesia tidak lagi
32
Lihat katalog International 7th Calligraphy
Competition Dedicated to Hashim Mohammed al- hanya sebagai hobi tetapi juga sudah
Baghdadi, Istanbul: IRCICA, 1427 H/2006 M menjadi warna perkembangan budaya
33
Lihat katalog Trengganu International Islamic
Islam, terlebih lagi ketika seni ini sudah
Arts Festival 2013: Calligraphy Competition,
Trengganu: Taman Tamadun Islam, 2013 menjadi salah satu menu pada setiap
Sirojuddin AR : Perkembangan Kaligrafi … 229