Perkembangan kaligrafi Arab yang pesat terjadi setelah datangnya agama Islam, dan
terbagi pada enam periode yaitu: Pertama, Pertama, yakni era pertumbuhan di mana saat itu
huruf Arab belum memiliki tanda baca atau masih gundul. Gaya kufi muncul saat periode ini.
muncul gaya kufi mencapai tahap kesempurnaan. Pada abad ke-8 Masehi gaya Kufi mencapai
keelokan bentuknya sehingga bertahan lebih dari tiga ratus tahun. Sampai pada abad ke-11
Masehi gaya Kufi telah memperoleh lebih banyak tambahan selain Ornamental.
Kedua, Kedua, yakni era pertumbuhan. periode ini mulai dari akhir kekhalifahan Bani
Umayyah hingga pertengahan kekuasaan Bani Abbasiyah di Bagdad, yaitu pada masa Khalifa
Al-Makmun. Pada masa ini muncul modifikasi dan pembentukan gaya-gaya lain selain gaya
kufi sehingga dalam tahap perindahan dan pertumbuhan pada periode ini ditemukan enam
rumusan pokok (Al-aqlam Alsittah), yaitu ṡuluṡ, naskhi, muhaqqaq, raihani, riqa, dan tauqi.
Selain itu, tercatat sekitar 24 gaya khat yang muncul dan berkembang pada periode ini, bahkan
ada yang mencatat bahwa kaligrafi Arab sampai mencapai 36 gaya.
Ketiga, periode penyempurnaan dan perumusan kaidah penulisan huruf oleh Abu’Ali
Muhammad Bin Muqlah dan saudaranya, Abu Abdullah Hasan Bin Muqlah dengan metode
AlKhat Al-Mansub (ukuran setandar ukuran kaligrafi). Ibnu Muqlah sangat berjasa dalam
membangun gaya Naskhi dan ṡuluṡi. Disamping itu, ia juga memodifikasi sekitar 14 gaya
kaligrafi serta menentukan 12 kaidah untuk pegangan seluruh aliran.
Keempat, periode pengembangan dari rumusan Ibnu Muqlah oleh Ibnu Bawwab, yang
nama asli Abu Hasan Bin Abi hilal, berhasil menemukan gaya lebih gemulai, pertautan yang
indah gaya kesukaanya ialah naskhi dan muhaqqaq. Ia juga menambahkan zukhrufah (hiasan)
pada 13 gaya kaligrafi yang menjadi eksperimen.
Kelima, periode pengolahan khat dan pemikiran tentang metode hiasan baru dengan
Jamaluddi Yaqut Al-Musta’shimi. Beliau juga mengola gaya Al-aqlam Al-sittah yang masyur
pada periode kedua dengan sentuhan kehalusan penuh estektik serta mengembalikan
hukumhukum ibnu Muqlah dan Ibnu Bawwab pada dasar geometric dan titik (Rhombic) yang
kemudian masyur dengan gaya Yaquti. Di masa inilah para ahli kaligrafi dengan penuh antusias
mampu menghasilkan ciptan gaya baru, bahkan hingga ratusan gaya.
Keenam, periode memunculkan tiga gaya baru pada masa Dinasty Mameluk di Mesir
dan Dinasty Safawi di Persia, yaitu gaya ta’liq (farisi) yang disempurnakan oleh ahli kaligrafi
Abdul Hayy, nasta’liq (merupakan gabungan antara naskhi dan ta’liq) oleh ahli kaligrafi yang
bernama Mir’Ali, dan gaya Shikatse (berbentuk terpecah-pecah) oleh Darwisi Abdul Masjid.
Dalam catatan Ibnu Nadim pada masa Dinasti Thulon.
Perkembangan Kaligrafi Arab Masa Rasulullah dan Al Khulafa Ar Rasyidun
Sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab kurang terbiasa membaca dan menulis. Mereka lebih
menyukai tradisi menghafal. Syair, nama silsilah, transaksi, atau perjanjian disampaikan dari mulut ke
mulut tanpa dicatat. Hanya sedikit kalangan tertentu, seperti kalangan bangsawan Arab, yang
menguasai keterampilan membaca dan menulis. Sampai pada masa awal Islam, yakni zaman
Rasulullah SAW dan al Khulafa ar Rasyidun (Khalifah Abu Bakar as Siddiq, Umar bin Khattab, Usman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib; 632-661), corak kaligrafi masih kuno dan mengambil nama yang
dinisbahkan kepada tempat tulisan dipakai, seperti Makki (tulisan Mekkah), Madani (tulisan
Madinah), Hejazi (Hijaz), Anbari (Anbar), Hiri (Hirah), dan Kufi (kufah). Kufi merupakan yang paling
dominan dan satu-satunya kaligrafi yang "dirajakan" untuk menulis mushaf (kodifikasi) al Quran
sampai akhir kekuasaan al Khulafa ar Rasyidun.
Islam menghendaki orang Islam belajar menulis pada masa ini, sebagian sumber-sumber
sejarah menyebutkan bahwa ada tujuh belas laki-laki dan tujuh wanita yang bisa menulis di Mekkah
saat itu, dan sebagian sumber lain menyebutkan terdapat empat puluh dua orang penulis. Rasulullah
SAW telah memerintahkan kepada para tawanan perang Badar untuk mengajari kaum muslimin
menulis. Sehingga muncullah para sahabat yang ahli dalam menulis atau melakukan pencatatan ayat-
ayat al Quran, seperti Ali bin Abi Thalib. Pada masa-masa awal Islam, yakni masa Rasulullah dan
khulafaurrasyidin berkembang jenis khat al Hairi, al Anbari, al Kufi. Selanjutnya jenis khat ini pun
berkembang pada masa Umawiyah (Jaudi, 1998: 33-34).
Daftar pustaka
Armando, Nina. 2005. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
Jaudi, Muhammad Husain. 1998. Al-Fan al-‘Araby al-Islami. Oman: Dar alMasirah.
(http://hilyatulqalam.wordpress.com/2009/01/11/sejarah-perkembangan-kaligrafidi-indonesia/)
diakses pada tanggal 01 Nopember 2009.