Anda di halaman 1dari 13

KHAT/KALIGRAFI

(Pengertian, Fungsi, dan Macamnya)

Tugas Makalah
Ditunjukkan sebagai pemenuhan tugas Mata Pelajaran
“Baca tulis Al-Qur'an”

Oleh:
Nama: Salim Diharjo
Absen: 27
Kelas: IX-5

SMP NEGERI 1 TANGGULANGIN


SIDOARJO

TAHUN 2024
DAFTAR ISI

Pendahuluan………………………………………………………………………..
1
A. Pengertian dan sejarah Khat/kaligrafi……………………………………….1
B. Fungsi Kaligrafi/Khat………………………………………………….……2
C. Jenis-jenis kaligrafi/Khat……………………………………………………3

Contoh Khat pada ayat Al-Qur'an………………………………………………….3

Daftar
pustaka………………………………………………………………….…..3
PENDAHULUAN

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan Allah kepada rasulnya yang
terakhir yaitu nabi Muhammad SAW. sekaligus sebagai mukjizat yang terbesar diantara mukjizat
mukjizat yang lain. Turunnya Al-Qur’an dalam kurun waktu 23 tahun, dibagi menjadi dua fase.
Pertama diturunkan di Mekkah yang biasa disebut dengan ayat-ayat Makkiyah. Dan yang kedua
diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-ayat Madaniyah.
Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut istilah, Al-Qur’an
adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril
sebagai petunjuk bagi umat manusia. Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka
yang ingin mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab dan
merupakan mukjizat bagi rasul. Sebagian besar ayat-ayat AlQur’an diturunkan di kota Mekah dan
kota Madinah. Isi yang terkandung dalam Al-Qur’an terdapat 6.236 ayat 114 surat dan 30 juz.

A. Pengertian dan sejarah Khat/Kaligrafi


Kata Khat berasal dari kosa kata Arab yang berarti garis. Contoh kata ‘khatulistiwa’
berarti garis tengah (garis khatulistiwa). Seni Khat bermakna goresan garis indah yang
membentuk tulisan huruf/kalimat Arab. Khat ini juga bermakna tulisan (kitabah) yang
terikat dengan kaidah penulisan dan seni.
Khat/kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk bentuk huruf tinggal,
letak letaknya, dan cara cara merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Dalam
bahasa Inggris dikenal dengan nama calligraphy. Calligraphy atau Kaligrafi berasal dari
kosakata bahasa Latin “Kalios” yang berarti indah dan “graph” yang berarti tulisan atau
aksara.
Dari segi bahasa, Khat adalah memindahkan ide ide dari alam pemikiran, kekuatan
imajinasi kepada alam nyata atau metarial. Dari segi istilah, Khat adalah menggambarkan
lafadz lafadz dan ibarat dalam bentuk huruf huruf alfabet (huruf huruf ejaan) dan abjad
mengikuti hukum hukum tertentu.
Menurut Ibnu Khaldun, tulisan jenis masnad berasal dari Yaman, kemudian berpindah
kepada keluarga al-Munzir di Heart. Ada juga yang mengatakan Khat berasal daripada
Finiqi yang diambil daripada huruf Mesir purba. Ada pula yang mengatakan berasal
daripada tulisan Nabatean (Aramai). Kebanyakan ahli sejarah bersetuju dengan pendapat
terakhir, yaitu Khat berasal dari Nabat. Ia sampai ke Hijaz melalui dua jalan:
● Jalan dekat : dari Nabatesan ke Batra ke Ula, ke Madinah dan Mekah
● Jalan jauh : melalui Harran ke lembah Furat ke Daumatul Jandal, ke Madinah,
Mekah, dan Thaif.
Kajian ilmiah membuktikan bahwa bangsa Arab telah mengenal Khat (tulisan)
melalui berbagai sumber yang sampai ke Hijaz pada abad 6 M yang dibawa masuk oleh
para pedagang Quraisy. Tulisan yang banyak dikenal pada waktu itu adalah tulisan Nabati,
Hiri, dan Anbari.
Beberapa diantara mereka ada yang pandai menulis, pada waktu di daerah Hijaz,
ketika Islam masih sedikit. Di kalangan suku kaum Quraisy sebelum Islam, hanya terdapat
17 orang saja yang pandai menulis, diantaranya Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib,
Uthman bin Affan, dan Yazid bin Abu Sufyan.
● Seni Khat zaman Umaiyyah
Pemerintah Umaiyyah menaruh perhatian terhadap kemajuan seni Khat.
Menurutnya seni Khat diperlukan dalam penulisan mushaf, ukiran pada dinding,
pencetak mata uang, surat menyurat, dll. Pembaruan seni Khat dilakukan melalui
penulisan dengan keseimbangan baris baris bacaan supaya sama (disebut sebagai
al-masyq). Pembaruan dari aspek peletakan titik pada huruf huruf oleh Abu Al-
Aswad Al-Dua’li dan mulai diciptakan baris baris oleh al-Khalil bin Ahmad Al-
Farahid.
● Seni Khat zaman Abbasiyah
Zaman ini adalah puncak pembaharuan seni Khat yang ditandai dengan munculnya
beberapa tokoh seni seperti Abu Ali dan Ibnu Muqlah. Ibnu Muqlah dianggap
pembuka pintu sejarah pembaharuan seni Khat. Abu Ali telah menciptakan
peraturan pembentukan huruf tunggal yang berdasarkan ukuran geometri. Ibnu
Bawwab telah mengembangkan sistem Khat berukuran. Jamaluddin Yaqut Al-
Musta’simi yang telah membentuk enam gaya/macam tulisan hasil
pembelajarannya dari tulisan Ibnu Muqlah. Enam gaya atau Aqlam Sittah tersebut
ialah:
a. Thuluth
b. Muhaqqaq
c. Raihani
d. Nasakh
e. Riq'ah
f. Tauqi’
● Seni Khat setelah zaman Abbasiyah
Setelah kejatuhan Khalifah Abbasiyah, kemajuan seni Khat diteruskan oleh
pemerintahan Turki Utsmaniyah. Ketika kerajaan Tartar memerintah, banyak
ulama dan cendikiawan berpindah ke Mesir demikian juga dari Iraq dan Iran.
Sehingga tahun 1.555 M, muncul penulis Turki, Ahmad Qarahisari yang telah
menghidupkan kembali cara penulisan Yaqut. Pada kurun ke-17 M, pemerintah al-
Hafiz Uthman Sultan Mustafa II menyebarkan seni Khat Aqlam Sittah di seluruh
tanah jajahannya. Abad ke-19, Turki terus cemerlang dengan penulisan Khat
sehingga muncul tokoh tokoh seni Khat tersohor seperti Mustafa Raqim, Mustafa
Izzat, Muhammad Nazif, Ismail Hakki, dll. Khat berkembang hingga mencapai
ratusan corak ragamnya pada zaman dinasti Abbasiyah yang kemudian melalui
seleksi alam disepakati ada enam tulisan besar yang menjadi corak pokok dan
dikenal sebagai Aqlam Al-Sittah oleh Ahwal Al-Harir yaitu Khat Tsuluts, Naskhi,
Muhaqqaq l, Rayhani, Riqa dan Tawqi.
Ada beberapa gaya Kaligrafi dan tokoh tokoh yang diduga peletaknya diantaranya
adalah:
a. Naskhi, hasil kodifikasi Ibnu Muqlah (w 328) di Irak
b. Tsuluts, hasil kodifikasi Ibnu Muqlah di Irak
c. Ijazah, Mie Ali Sultan di Turki 919 H
d. Riq'ah, Al-Mustasyar Mumtaz Bek di Turki 1280 H
e. Diwani, Ibrahim Munif di Turki
f. Ta’liq, Hasan Faris (w 372)
g. Tarasul, Hasan Faris di Persia
h. Koufi
i. Tauqi', ciptaan Yusuf Al-Syajari (w abad 3 H)
j. Rayhani, gaya gaya kaidah yang disebut Al-Tauhidi (w 400 H)
● Seni Khat di Indonesia
Di Indonesia, kaligrafi merupakan bentuk seni budaya Islam yang pertama kali
ditemukan, bahkan ia menandai masuknya Islam di Indonesia. Ungkapan rasa ini
bukan tanpa alasan karena berdasarkan hasil penelitian tentang data arkeologi
kaligrafi Islam yang dilakukan oleh Prof. Dr. Hasan Muarif Ambary, kaligrafi gaya
Kufi telah berkembang pada abad ke-11, datanya ditemukan pada batu nisan
makam Fatimah binti Maimun di Gresik (wafat 495 H/1082 M) dan beberapa
makam lainnya dari abad-abad ke-15. Bahkan diakui pula sejak kedatangannya ke
Asia Tenggara dan Nusantara, disamping dipakai untuk penulisan batu nisan pada
makam-makam, huruf Arab tersebut (baca: kaligrafi) memang juga banyak dipakai
untuk tulisan-tulisan materi pelajaran, catatan pribadi, undang-undang, naskah
perjanjian resmi dalam bahasa setempat, dalam mata uang logam, stempel, kepala
surat, dan sebagainya. Huruf Arab yang dipakai dalam bahasa setempat tersebut
diistilahkan dengan huruf Arab Melayu, Arab Jawa atau Arab Pegon.
Pada abad XVIII-XX, kaligrafi beralih menjadi kegiatan kreasi seniman Indonesia
yang diwujudkan dalam aneka media seperti kayu, kertas, logam, kaca, dan media
lain. Termasuk juga untuk penulisan mushaf-mushaf al-quran tua dengan bahan
kertas deluang dan kertas murni yang diimpor. Kebiasaan menulis al-Qur’an telah
banyak dirintis oleh banyak ulama besar di pesantren-pesantren semenjak akhir
abad XVI, meskipun tidak semua ulama atau santri yang piawai menulis kalgrafi
dengan indah dan benar. Amat sulit mencari seorang khattat yang ditokohkan di
penghujung abad XIX atau awal abad XX, karena tidak ada guru kaligrafi yang
mumpuni dan tersedianya buku-buku pelajaran yang memuat kaidah penulisan
kaligrafi. Buku pelajaran tentang kaligrafi pertama kali baru keluar sekitar tahun
1961 karangan Muhammad Abdur Razaq Muhili berjudul ‘Tulisan Indah’ serta
karangan Drs. Abdul Karim Husein berjudul ‘Khat, Seni Kaligrafi: Tuntunan
Menulis Halus Huruf Arab’ tahun 1971.
Pelopor angkatan pesantren baru menunjukkan sosoknya lebih nyata dalam kitab-
kiab atau buku-buku agama hasil goresan tangan mereka yang banyak di tanah air.
Para tokoh tersebut antara lain; K.H. Abdur Razaq Muhili, H. Darami Yunus, H.
Salim Bakary, H.M. Salim Fachry dan K.H. Rofi’I Karim. Angkatan yang
menyusul kemudian sampai angkatan generasi paling muda dapat disebutkan antara
lain Muhammad Sadzali (murid Abdur Razaq), K. Mahfudz dari Ponorogo, Faih
Rahmatullah, Rahmat Ali, Faiz Abdur Razaq dan Muhammad Wasi’ Abdur Razaq,
H. Yahya dan Rahmat Arifin dari Malang, D. Sirojuddin dari Kuningan, M. Nur
Aufa Shiddiq dari Kudus, Misbahul Munir dari Surabaya, Chumaidi Ilyas dari
Bantul dan lainnya. D. Sirajuddin AR selanjutnya aktif menulis buku-buku kaligrafi
danmengalihkan kreasinya pada lukisan kaligrafi.
Dalam perkembangan selanjutnya, kaligrafi tidak hanya dikembangkan sebatas
tulisan indah yang berkaidah, tetapi juga mulai dikembangkan dalam konteks
kesenirupaan atau visual art. Dalam konteks ini kaligrafi menjadi jalan namun
bukan pelarian bagi para seniman lukis yang ragu untuk menggambar makhluk
hidup. Dalam aspek kesenirupaan, kaligrafi memiliki keunggulan pada faktor
fisioplastisnya, pola geometrisnya, serta lengkungan ritmisnya yang luwes
sehingga mudah divariasikan dan menginspirasi secara terus-menerus.
Kehadiran kaligrafi yang bernuansa lukis mulai muncul pertama kali sekitar tahun
1979 dalam ruang lingkup nasional pada pameran Lukisan Kaligrafi Nasional
pertama bersamaan dengan diselenggarakannya MTQ Nasional XI di Semarang,
menyusul pameran pada Muktamar pertama Media Massa Islam se-Dunia than
1980 di Balai Sidang Jakarta dan Pameran pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh
tahun 1981, MTQ Nasional di Yogyakarta tahun 1991, Pameran Kaligrafi Islam di
Balai Budaya Jakarta dalam rangka menyambut Tahun Baru Hijriyah 1405 (1984)
dan pameran lainnya.
Para pelukis yang mempelopori kaligrafi lukis adalah Prof. Ahmad Sadali
(Bandung asal Garut), Prof. AD. Pirous (Bandung, asal Aceh), Drs. H. Amri Yahya
(Yogyakarta, asal Palembang), dan H. Amang Rahman (Surabaya), dilanjutkan
oleh angkatan muda seperti Saiful Adnan, Hatta Hambali, Hendra Buana dan lain-
lain. Mereka hadir dengan membawa pembaharuan bentuk-bentuk huruf dengan
dasar-dasar anatomi yang menjauhkannya dari kaedah-kaedah aslinya, atau
menawarkan pola baru dalam tata cara mendesain huruf-huruf yang berlainan dari
pola yang telah dibakukan. Kehadiran seni lukis kaligrafi tidak urung mendapat
berbagai tanggapan dan reaksi, bahkan reaksi itu seringkali keras dan menjurus
pada pernyataan perang. Namun apapun hasil dari reaksi tersebut, kehadiran seni
lukis kaligrafi dianggap para khattat sendiri membawa banyak hikmah, antara lain
menimbulkan kesadaran akan kelemahan para khattat selama ini, kurang wawasan
teknik, kurang mengenal ragam-ragam media dan terlalu lama terisolasi dari
penampilan di muka khalayak. Kekurangan mencolok para khattat, setelah melihat
para pelukis mengolah karya mereka adalah kelemahan tentang melihat bahasa rupa
yang ternyata lebih atau hanya dimiliki para pelukis.
Perkembangan lain dari kaligrafi di Indonesia adalah dimasukkan seni ini menjadi
salah satu cabang yang dilombakan dalam even MTQ. Pada awalnya dipicu oleh
sayembara kaligrafi pada MTQ Nasional XII 1981 di Banda Aceh dan MTQ
Nasional XIII di Padang 1983. Sayembara tersebut pada akhirnya dipandang
kurang memuaskan karena sistemnya adalah mengirimkan hasil karya khat
langsung kepada panitia MTQ, sedangkan penulisannya di tempat masing-masing
peserta. MTQ Nasional XIV di Pontianak meniadakan sayembara dan MTQ tahun
selanjutnya kaligrafi dilombakan di tempat MTQ.

B. Fungsi Khat/Kaligrafi
● Kaligrafi sebagai media ibadah dan dakwah
Karya seni kaligrafi bertujuan untuk mengagungkan nama Tuhan. Sehingga
kaligrafi menjadi produk seni yang tidak lepas dari unsur-unsur ibadah dan dakwah.
● Kaligrafi sebagai sarana penyaluran kreativitas seni
Beberapa seniman kaligrafi (kaligrafer) mampu memadukkan seni kaligrafi islam
dengan unsur-unsur seni lokal. Pola hias tradisional yang sudah berkembang
kemudian dipertahankan dan menghasilkan karya kaligrafi yang indah tanpa
menghilangkan karakter tulisannya.
● Kaligrafi sebagai penghias
Fungsi utama kaligrafi yang dijumpai adalah untuk menghias agar tampak lebih
indah.
● Kaligrafi sebagai pengungkapan rasa hormat terhadap tokoh
Kaligrafi sebagai pengungkapan rasa hormat terhadap tokoh
Besarnya minat seniman muslim untuk menuangkan kreativitas seni, muncul secara
bersamaan dengan tingginya rasa hormat terhadap tokoh-tokoh yang berjasa.
● Kaligrafi sebagai media komunikasi
Kaligrafi sebagai alat untuk menyampaikan maksud tertentu. Fungsi ini
diwujudkan oleh salah satu sultan yang memerintah Kerajaan Aceh Darussalam
untuk mengirim surat kepada penguasa negara luar.

C. Jenis-jenis kaligrafi/khat
1. Khat Naskhi
Nasakh adalah salah satu jenis Khat yang paling awal berkembang. Pertama
kali diperkenalkan oleh seorang master kaligrafer bernama Imam Muqlah pada
abad ke-10. Kemudian dikembangkan lagi oleh Ibnu Bawwab dan para kaligrafer
lainnya ke dalam tulisan teks Al-Qur'an. Tulisan ini paling banyak digunakan oleh
para muslim dan orang Arab di belahan dunia.
Khat Naskhi adalah tulisan yang sampai ke wilayah Arab Hijaz dalam
bentukannya paling akhir, setelah lepas dari bentukannya yang kuno sebelum masa
kenabian. Pada abad ke-3 dan ke-4 Hijriyah, pola pola Naskhi bertambah indah
berkat kodifikasi yang dilakukan Ibnu Muqlah (272-328 H). Para ahli beranggapan
bahwa Ibnu Muqlah adalah peletak dasar Khat Naskhi dalam bentuknya yang
sempurna di zaman Bani Abbas. Di Zaman kekuasaan Atabek Ali (545 H), usaha
memperindah Khat Naskhi mencapai puncaknya sehingga terkenal lah gaya yang
disebut Naskhi Atabeki yang digunakan untuk menyalin mushaf Al-Qur'an di abad
pertengahan Islam dan menggeser posisi Khat kufi kuno yang banyak digunakan
sebelumnya.
Naskhi adalah tulisan yang sangat lentur dengan banyak putaran dan hanya
memiliki sedikit sudut yang tajam seperti sudut sudut Kufi. Naskhi ada dua model,
yaitu:
A. Khat Naskhi Qadim
Naskhi Qadim atau kuno adalah gaya tulisan yang sampai kepada kita dari
zaman Abbas kemudian diperindah oleh Ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh
masyarakat Atabek, Diolah lagi menjadi karya yang semakin sempurna oleh
orang orang turki.
B. Khat Naskhi Suhufi
Naskhi suhufi atau jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus
berkembang bentuk hurufnya. Dinamakan suhufi karena penyebarannya
yang luas dilapangkan jurnalistik, Naskhi suhufi cenderung kaku dan pada
beberapa bagian mendekati bentuk Kufi karena memiliki Sudut sudut yang
tajam. Naskhi-kufi banyak digunakan di lapangan advertensi, papan nama,
poster, judul judul tulisan koran dan majalah telah masuk dalam dunia
komputer.
Contoh:

2. Khat Tsuluts atau Tsulutsy


Khat Tsuluts pertama kali dibuat pada abad ke-7 pada zaman Khalifah
Ummayah akan tetapi baru dikembangkan pada akhir abad ke-9. Kata Tsuluts
berarti sepertiga, karena tulisan ini memiliki ukuran lebih sepertiga dibandingkan
dengan gaya tulisan lainnya. Tulisan ini jarang digunakan untuk tulisan Al-Qur'an,
Tsuluts sangat populer dalam tulisan hiasan/dekorasi, judul, dan kepala surat,
dekorasi masjid, mushalla, dll.
Dinamakan Tsuluts karena ditulis dengan Kalam yang ujung pelatuknya
dipotong dengan ukuran sepertiga (Tsuluts) goresan Kalam. Ukuran ini sesuai
untuk Khat Tsuluts ‘adi dan Tsuluts jali. Untuk menulis Khat Tsuluts, pelatuk
Kalam dipotong dengan kemiringan kira kira setelah lebar pelatuk.
Contoh:

3. Khat Diwani
Tulisan ini berkembang luas di akhir abad ke-15 yang dipelopori oleh seorang
kaligrafer Ibrahim Munif dari Turki dan mencapai abad ke-17 atas jasa seorang
kaligrafer terkenal yaitu Shala Pasha. Seperti tulisan Riq'ah, Diwani menjadi tulisan
favorit pada zaman kekaisaran Ottoman. Diwani Jali adalah tulisan Diwani yang
bernuansa ornamen atau hiasan. Ia pertama kali dikembangkan oleh Hafiz Uthman.
Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki
Usmani. Peletak dasar kaedah dan ukuran huruf hurufnya adalah Ibrahim Munif.
Tulisan ini populer setelah penaklukan kota konstantinopel oleh Sultan Muhammad
al-Fatih tahun 875 H. Karakter Diwani dikenal dengan putarannya, sehingga tidak
ada satupun huruf yang tidak mempunyai lengkungan. Goresannya yang lentur dan
lembut memudahkan Diwani beradaptasi lengkungan.
Contoh:
4. Khat Riq'ah
Dinamakan Riq'ah karena sesuai dengan gaya penulisannya yang kecil-kecil
serta terdapat sudut siku-siku yang unik dan indah. Khat Riq'ah merupakan salah
satu Khat yang kurang cocok diberi syakal dan hiasan sebab lebih digunakan pada
penulisan steno atau cepat, misalnya untuk catatan sekolah atau wartawan. Khat ini
kurang luwes dipakai dalam lukisan karena lebih banyak terikat dengan kaidah
penulisannya yang diatas garis meskipun ada beberapa huruf yang sebagian di
bawah garis.
Contoh:

5. Khat Kufi
Kata Kufi diambil atau dinisbahkan pada asalnya, yaitu Kufah. Dengan
pembentukan yang geometris atau balok bergaris lurus, Kufi lebih mudah disusun
sesuai keinginan dengan menyatukan pembentukan yang sejajar, kemudian diolah
untuk modif dekorasi sehingga keindahan Kufi akan terlihat, apalagi jika dibubuhi
ornamen ornamen. Khat ini cocok dipakai untuk judul buku, dekorasi, atau lukisan.
Contoh:

6. Khat Farisi
Khat ini sama dengan jenis Ta'liq yang berarti menggantung. Farisi terkait dengan
daerah asalnya, yaitu Persia (Iran). Gaya Farisi memiliki kecenderungan
kemiringan huruf ke kanan dan ditulis tanpa harakat ataupun hiasan. Khat ini
dipakai oleh orang orang Iran, Pakistan, baik formal maupun non formal. Khat ini
cocok digunakan diberbagai bidang. Jenis tulisan ini paling banyak digunakan di
Iran, Afganistan, Pakistan, dan India. Banyak jenisnya seperti Syiakateh, Ta’liq dan
lain lain.
Contoh Khat Farisi 1:

Contoh Khat Farisi 2:


CONTOH KHAT PADA SURAH AL-QUR'AN
DAFTAR PUSTAKA

Hamdani Muhammad, ”Penerapan Metode membaca Al-Qur’an”, Kalimantan Selatan, Jurnal


Ilmiah Al-Qolam, 2017. Dari https://images.app.goo.gl/7U4LMc3nYsB7

Asri Tambah, “Kaligrafi Naskhi bismillah monokrom”, pngtree, 2017.

Yousaf Bushra, “Islamic Calligraphy bismillahirrahmanirrahim”, surah e ikhlas painting dari


https://images.app.goo.gl/3jcq2Ju3s6JQ925fA

annazdsgn, “innalillahi wa inna ilaihi rajiun dengan khat diwani dan harakah”, pngtree, 2017.
Dari https://images.app.goo.gl/hV7CKYL7QCuTG4j18.

AL-KHATHTHATH HASYIM MUHAMMAD AL-BAGHDADY, “Khat Riq'ah i”, pustaka


kaligrafi. 2017. Dari https://www.pustaka-kaligrafi.com/2017/06/download-buku-khat-riqah-
karya-al.html?m=1.

Purwanto Hadi, “KHAT KUFI”, hady412, 2011. Dari


https://hady412.wordpress.com/2011/01/30/khat-kufi/

AL-KHATHTHATH HASYIM MUHAMMAD AL-BAGHDADY, “Khat Farisi”, pustaka


kaligrafi, 2017. Dari https://www.pustaka-kaligrafi.com/2017/06/download-buku-khat-riqah-
karya-al_16.html?m=1

AL-KHATHTHATH HASYIM MUHAMMAD AL-BAGHDADY, “Khat Farisi”, pustaka


kaligrafi, 2017. Dari https://www.pustaka-kaligrafi.com/2017/06/download-buku-khat-riqah-
karya-al_16.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai