Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH SEJARAH STUDI NASKAH AL-QUR’AN DI INDONESIA

TENTANG
MUSHAF KUNO SULAWESI SELATAN

Disusun oleh:
Sukron 2015050007

Dosen Pembimbing :

Dr. Syafruddin M.Ag

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1443 H / 2021 M
MUSHAF BONE

1. History
Khazanah mushaf Nusantara selalu menyajikan kekayaan yang luar
biasa. Salah satunya adalah manuskrip Al-Qur’an Bone Sulawesi Selatan
yang kini ada di Museum Aga Khan Kanada. Rasa penasaran saya
membawa pada pencarian riwayat perpindahan mushaf ini, bagaimana
bisa ke sana? Manuskrip Al-Qur’an Bone yang kini ada di Museum Aga
Khan Kanada memiliki kode AKM 00488. Ada beberapa penelitian
mengenai mushaf ini. Annabel Teh gallop mencatatnya dalam artikel “The
Bone Qur’an from South Sulawesi”, Kemudian Juhrah M.Adib dan Sabil
Mokodenseho mencatatnya dalam “Mushaf Bone: Telaah Aspek
Kodikologi, Tulisan, Teks, dan Visual Al-Qur’an”. Sementara Ali Akbar,
peneliti Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an hanya membahas sedikit
dalam “Mushaf Kuno Nusantara Sulawesi & Maluku”

2. Sisi Tekstologi
Mushaf-mushaf Bugis ini memiliki keunikan tersendiri, Ali Akbar
menyebut ada 4 aspek keunikannya. Pertama, usia naskah mushaf Bugis
rata-rata bertarikh abad ke-18. Kedua, mushaf-mushaf Bugis berpindah-
pindah karena sesuai tradisi orang Bugis yang suka berlayar, sehingga
tersebar di berbagai wilayah. Ketiga, mushaf Bugis ini memiliki fitur yang
paling lengkap di antara mushaf Nusantara lainnya. Sehingga selain ayat-
ayat Al-Qur’an, mushaf Bugis juga mencantumkan teks ulumul Qur’an,
daftar imam qiraat, doa khatm Al-Qur’an, statistik jumlah huruf, dan
catatan lainnya yang antar mushaf berbeda-beda. Keempat, mushaf Bugis
pada umumnya memuat iluminasi yang indah.
Pada kasus Mushaf Bone AKM 00488, mushaf ini bahkan disebut
oleh Annabel sebagai the most complex Southeast Asian Qur’an
manuscript yet known (manuskrip Al-Qur’an Asia Tenggara paling
kompleks yang pernah diketahui). Ini yang kemudian diuraikan dalam
artikelnya dan dikuatkan juga oleh Juhrah M.Adib dan Sabil
Mokodenseho. Namun dalam tulisan ringan ini hendak menelusuri sisi
historisitasnya saja. Kali lain, akan membahas bagaimana keunikan
fisiknya.
Seperti yang telah disebutkan bahwa mushaf ini begitu kompleks.
Maka tak heran jika kolofonnya juga penuh informasi. Kolofon ini ditulis
dengan bahasa Arab yang berarti sebagai berikut:
“Maka selesai sudah pembuatan mushaf agung ini, yang indah dan
megah, pada hari Selasa di Bulan Ramadhan yang penuh rahmat pada
shalat ashar di hari -25 Ramadhan, di Kota Layka, pada masa Raja kita
Sultan Ahmad al-Salih, sang pnerang bagi umat dan agama. Semoga
Allah memperpanjang hidupnya dan melindungi keadilannya di tanah
Bone di tahun 1219 H. Teriring sholawat dan salam melalui mushaf ini
dengan tulisan tangan al-faqir al-haqir al-dhaif Ismail ibn Abdullah Al-Jawi
al-Makassari, Makassar adalah asal dan tempat kelahirannya. Syafi’i
adalah madzhabnya dan Naqashabandiyah adalah thariqahnya. Semoga
Allah mengampuninya dan keturunanya dan semua umat Muslimin dan
Muslimat, Amin.”Begitu banyak informasi yang disajikan penulis mushaf
untuk sang pembaca. Selain itu, mushaf ini patut disebut sebagai mushaf
yang istimewa karena masih terawat dengan baik dan lengkap kondisinya
30 juz.

3. Kodikologi
Ali Akbar menyebut bahwa manuskrip Al-Qur’an Bone dalam
inventarisasinya, memiliki kesamaan dengan mushaf-mushaf Bugis yang
tersebar di Indonesia. Setidaknya ada 5 mushaf yang masih dalam satu
akar yang sama. Pertama mushaf koleksi Masjid Raya Sultan Riau Pulau
Penyengat yang berkolofon Kedah (Malaysia sebelah utara) dengan
tanggal 25 Ramadan 1166 H (26 Juli 1753), kedua mushaf koleksi
Perpustakaan Nasional RI Jakarta nomor A.49 dengan tarikh Sya’ban
1143 H (Februari/Maret 1731, ketiga Mushaf Sultan Ternate bertarikh 9
Zulhijah 1185 (14 Maret 1772), keempat mushaf lain di Museum Babullah
istana Ternate (tanpa kolofon), dan kelima Mushaf Bone yang kini di
Museum Aga Khan dengan tarikh 25 Ramadan 1219 H (28 Desember
1804).
Muhaf ini memiliki tiga iluminasi utama yakni di awal, tengah, dan
akhir. Di awal mushaf berarti ada di surat Al-Fatihah dan awal Al-
Baqarah, kemudian di tengah yakni surat Al-Kahfi, dan di akhir pada
surat Al-Falaq hingga An-Nas. Menurut penelitian Ali Akbar, mushaf-
mushaf Sulawesi Selatan ini memiliki gaya geometris yang mewah dan
diimbangi dengan hiasan floral (bunga-bungaan).
Mushaf Bone ini berukuran 34,5 x 21 cm, berjumlah keseluruhan
529 halaman dan hanya 513 halaman yang ada teksnya. Tiap halaman
terdiri dari 13 baris, kecuali pada halaman yang beriluminasi, yakni diisi
5-9 baris. Jenis kertas yang digunakan merupakan kertas Eropa.
Kondisinya pun masih lengkap 30 juz (dibagi 3 volume) dan sampulnya
dari kulit hewan yang disinyalir produksi Eropa. Adapun warna-warna yang
dominan adalah merah, kemudian sentuhan warna kuning, keemasan,
hijau, coklat, putih dan hitam. Model iluminasinya mengisi ruang-ruang
yang ada, mushaf Sulsel juga identik dengan pola setengah lingkaran di
bagian atas dan segitiga di bagian pinggir.

Anda mungkin juga menyukai