Abstrak: Bagian ini memberikan garis besar dari semua komponen di dalam
artikel anda. Untuk keseragaman, penulis dapat langsung menuliskan artikel dengan
menggunakan template ini. Abstrak berisi tujuan penelitian, metode penelitian, hasil
penelitian, dan kesimpulan ditulis dalam bahasa Indonesia dalam 1 paragraf, spasi
tunggal, menggunakan jenis huruf Book Antiqua 10 pt italic maksimal sebanyak 200
kata.
Kata Kunci: Naskah Koleksi, Candi Cangkuang, Musium Candi Cangkuang
PENDAHULUAN
Sejarah bangsa Indonesia di masa lalu adalah bagian dari identitas kita di masa
kini. Masa lalu, dapat dipelajari melalui peninggalan-peninggalan material seperti candi,
masjid, dan dapat dipelajari melalui naskah. Naskah sebagai peninggalan masa lalu
tidak kalah pentingnya dibandingkan peninggalan-peninggalan material (Ikram 1997:
24). Naskah adalah jalan pintas untuk merekonstruksi sejarah masa lalu dengan berbagai
peradaban yang hidup di dalamnya (Fathurahman 2015: 2). Naskah memiliki kelebihan
yang tidak dimiliki oleh peninggalan-peninggalan lain yang bersifat material.
Para tokoh sesungguhnya telah mewariskan puluhan ribu bahkan ratusan ribu
naskah, sebagian besar di antaranya adalah naskah keagamaan. Keberadaannya saat ini
tersebar di berbagai lembaga dan perpustakaan baik di dalam maupun di luar negeri.
Selain itu ada juga yang tersimpan di berbagai museum. Ada pula yang menjadi koleksi
1
Judul artikel
pribadi, sebagai benda pusaka yang diwariskan secara turun-temurun dan masih
dipelihara secara tradisional.
Menurut Undang-undang Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992, Bab I Pasal 2
disebutkan bahwa naskah Kuno atau manuskrip adalah dokumen dalam bentuk apapun
yang ditulis dengan tangan atau diketik yang belum dicetak atau dijadikan buku tercetak
yang berumur 50 tahun lebih. Naskah kuno ini merupakan merupakan koleksi langka,
jenis koleksi yang jarang dimiliki. Walaupun demikian sampai sekarang kita masih
dapat melihat naskah kuno ini dan merasakan keberadaannya, baik di museum,
perpustakaan maupun perorangan.
Salah satu lokasi penyimpanan naskah yang ada di Kabupaten Garut Jawa Barat,
yaitu di Musium Candi Cangkuang .Terbukti dengan banyaknya jumlah naskah yang
disimpan di sana. Banyak naskah keagamaan yaitu, naskah tafsir Al-Qur’an, khutbah,
doa-doa, tauhid, dan fikih. Naskah tafsir Al-Qur’an termasuk yang jarang ditemukan,
walaupun beberapa peneliti menemukan bahwa Mushaf Al-Qur’an adalah yang paling
banyak ditemukan di Nusantara, namun tafsirnya masih sangat jarang ditemukan
(Rohmana 2018). Sebelumnya tafsir Al-Qur’an di tatar Sunda adalah termasuk barang
langka. Sedangkan, naskah Khutbah biasa berkaitan erat dengan ibadah salat atau
ibadah lainnya, seperti khutbah Jumat, khutbah Idul Fitri, Idul Adha, khutbah salat
gerhana (Khusuf), khutbah nikah, dan lain sebagainya. Khutbah adalah kegiatan
berdakwah mengajak orang lain untuk meningkatkan ketakwaan, keimanan, dan pesan
keagamaan lainnya dengan rukun dan syarat tertentu.Dalam Khutbah biasanya terdapat
doa-doa serta ilmu tauhid dan fikih.
Dalam konteks inilah, Naskah Tafsir Al-Qur’an yang terdapat di Museum
Candi Cangkuang, Garut, Jawa Barat menjadi temuan yang sangat berharga. Namun ,
dimusium Candi Cangkuang ini tidak hanya naskah tafsir Al-Quran saja ,tetapi ada
peninggalan naskah khutbah, dan banyak naskah-askah lainnya. Di Musium Candi
Cangkuang inilah banyak peninggalan dari Arief Muhammad. Keberadaan naskah lama
koleksi Museum Candi Cangkuang tidak bisa lepas dari peran Arif Muhammad dalam
menyebarkan lalam di wilayah Garut, Jawa Barat. Naskah seluruhnya merupakan
warisan dari keluarga Arif Muhammad. Berdasarkan cerita lisan, Arif Muhammad
menetap ke wilayah ini setelah gagal melakukan penyerangan ke Batavia sekitar abad
ke-17 Maschi Awalnya, naskah-naskah ini disimpan di enam rumah Kampung Adat
Pulo.
Eyang Embah Dalem Arief Muhammad diyakin, beliau merupakan seorang
pelarian dari Kerajaan Mataram dari abad ke-17 karena ia beserta pasukannya kalah
ketika di utus oleh pihak kerajaan untuk menyerang VOC di Batavia. Pelarian tersebut
dilakukan karena beliau takut mendapatkan sanksi, sehingga memilih untuk melarikan
diri ke daerah Garut. Selama Arief Muhammad menetap di Kampung Pulo, ia
mengajar sambil menyebarkan ajaran agama Islam kepada penduduk sekitar yang
mayoritas masih beragama Hindu serta menganut paham animisme dan dinamisme.
Beliau pun menciptakan peradaban di Kampung Pulo yang hingga saat ini sudah
menyentuh generasi ke-10 dari Eyang Embah Dalem Arief Muhammad. Namun, pada
tahun 1978 hingga 1978 naskah berangsur-angsur dipindahkan ke dalam Museum Candi
Cangkuang. Bukti-bukti penyebaran dan pengajaran agama Islam yang dilakukan oleh
Eyang Embah Dalem Arief Muhammad dipamerkan di museum kecil dekat makam
keramat. Di museum ini terdapat naskah-naskah dari abad ke-17.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif pendekatan etnografi. Metode
penelitian kualitatif, yaitu metode yang bertitik tolak dari realitas yang ada atau dalam
situasi natural setting yang menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah.
Mulyana (2003, 161) menyebutkan bahwa etnografi lazimnya bertujuan menguraikan
suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya, baik yang bersifat material
seperti artefak budaya (alat-alat, pakaian, bangunan, dan sebagainya) dan yang bersifat
abstrak seperti pengalaman, kepercayaan, norma dan sistem nilai yang diteliti.
Penelitian ini dilakasanakan pada Sabtu, 19 November 2022 di Candi
Cangkuang, Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut,
Jawa Barat. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui 3 metode yaitu studi pustaka,
wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan pada informan Situs Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut; Juru Pelihara Kabupaten Garut bernama
Bapak Tatang Sanjaya dan Staf Museum yang bernama Bapak Umar . Observasi yang
dilakukan untuk memperoleh data dan gambaran kondisi naskah, tempat penyimpanan
naskah, upaya pelestarian yang sudah dilakukan Juru Pelihara dan Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Garut.
SIMPULAN
REFERENSI