Anda di halaman 1dari 5

Al – Qur’an Al – akbar

Oleh : Salsabilla Islamiah dan Siska Pratiwi

Dalam perkembangan saat ini, keragaman wisata yang ditawarkan makin beragam.
Wisata dapat membawa orang luar untuk datang mengunjungi suatu tempat dan memahami
berbagai keindahan di beragam daerah di Indonesia terutama di Sumatera Selatan tepatnya
kota Palembang.

Adapun salah satu jenis wisata yang tidak hanya memanjakan mata tetapi juga dapat
meneduhkan hati yakni wisata religi, yang bahkan jenis wisata religi ini memiliki minat tinggi
dalam hal pengunjung. Oleh karena itu daerah-daerah mulai mengembangkan potensi wisata
religi.

Salah satunya adalah wisata religi Bayt Al-Qur'an Al-Akbar yang berada di
Palembang. Wisata ini tidak hanya menawarkan wisata hiburan, tetapi juga memberikan
pengetahuan dan meningkatkan kecintaan umat Muslim kepada Al Qur'an.

Bayt Al-Qur'an Al-Akbar ini merupakan wisata religi yang menyajikan sebuah Al-
Qur'an dari ukiran kayu terbesar di dunia dan berada di kota Palembang Proses pembuatan
karya Al-Qur'an terbesar ini membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu 7 tahun pada tahun
2002 – 2009 di Tangga Buntung Lorong Budiman Palembang. Sebelum dipublikasikan
kepada dunia, Al-Qur'an tersebut memang sengaja dipajang dalam ruang masjid Agung
Palembang selama kurang lebih 3 tahun. Pemajangan di ruang pamer tersebut dimaksudkan
supaya Al-Qur'an yang telah dibuat mendapat koreksi dari seluruh umat. Hingga Tepatnya
pada hari senin, 12 Desember 2012, oleh presiden RI ke-6 bapak Susilo Bambang
Yudhoyono, yang meresmikan Al-Qur'an tersebut sebagai Al Qur'an terbesar di Indonesia dan
dunia yang telah dicetak di atas lembaran kayu.

Adapun dalam hal ini penyediaan fasilitas pada wisata ini masih kurang memadai, dan
juga minat kunjungan ke wisata ini cukup tinggi. Sehingga diperlukannya bangunan baru
seperti museum yang dapat menampung semua kekurangan tersebut. Dengan melihat potensi
dan masalah kondisi fasilitas yang belum memadai ini, maka diperlukannya suatu bangunan
yang dapat menjawab persoalan tersebut sehingga dapat memberikan suatu distribusi atau
pemasukkan salah satunya bagi masyarakat sekitar maupun pemerintah kota Palembang baik
disektor pariwisata dan juga ekonomi.

Pada Bayt Al-Quran Al-Akbar, terdapat ukiran kayu Al-Qur'an raksasa khas Melayu
di Palembang. Secara konsep, pembuatan mushaf Al-Qur'an dari ukir khas Palembang
sejatinya berlandaskan pada empat hal, yakni: Pertama, landasan etis yang dilambangkan oleh
berbagai macam bentuk keragaman budaya Palembang (seperti kerajinan tangan, seni ukir,
dan pahat, arsitektur lokal, lambang kebesaran daerah, tanaman khas daerah, dan sebagainya).
Kedua, landasan filosofis, yang mengandung arti bahwa falsafah seni rupa Islam
melambangkan sebuah makna Al-Qur'an yang menjadi landasan kehidupan dunia dan akhirat.
Ketiga, landasan estetis, yang mengandung arti bahwa Islam identik dengan suatu keindahan,
sesuai dengan firman Allah Swt, bahwa Allah sangat mencintai keindahan. Keempat, tujuan
pembuatan Bayt Al-Quran Al-Akbar ini adalah untuk mendakwahkan ajaran Islam ke
masyarakat luas.

Bayt Al-Quran Al-Akbar ini memiliki ayat suci al-Qur’an lengkap 30 juz yang dipahat
atau diukir dengan ukiran khas Palembang dalam lembaran-lembaran kayu Tembesu
(Tembusu). Masing-masing lembaran kayu tersebut berukuran 175 x 150 x 2,5 cm dan tebal
keseluruhannya termasuk sampul mencapai 9 m, lembaran keping - keping berjumlah 364, Al
- Qur’an khas Palembang ini dengan motif kembang paduan dari Palembang dan Jawa.

Keberadaan Al-Qur'an al-Akbar sangat menarik perhatian masyarakat dunia dan


menjadi salah satu objek wisata andalan Kota Palembang. Apalagi sejak Al-Qur'an tersebut
ditetapkan sebagai satu-satunya yang ada di dunia dan masuk rekor Museum Rekor Indonesia
(MURI), para wisatawan datang berbondong-bondong baik lokal maupun manca negara
mengunjunginya. Mereka terkagum-kagum dengan keindahan pada ukiran kayu Bayt Al-
Qur'an Al-Akbar dan menyaksikannya secara langsung adalah pengalaman yang tidak ada
duanya.

Gagasan awal pembuatan Al-Quran terbesar ini tercetus pada tahun 2002, oleh ustadz
Sofwatullah Mohzaib (akrab dipanggil ustadz Opat). Beliau asli orang Palembang tinggal di
Tangga Buntung Lorong Budiman dulunya, Ketika itu ustadz Opat baru saja menampungkan
pemasangan kaligrafi pintu dan ornamen Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin II
Palembang. Konon, tak lama kemudian pada malam bulan suci Ramadhan, ustadz Opat
tertidur dan bermimpi membuat mushaf Al-Qur’an dari kayu seperti kaligrafi yang ia buat di
jendela dan pintu Masjid Agung. Berawal dari sinilah gagasan pembuatan Bayt Al-Qur'an al-
Akbar dimulai.

Adapun secara historis, pembangunan Bayt Al-Qur'an Al-Akbar dimulai tepat pada 15
Maret 2002 atas inisiatif H. Marzuki Alie dan pengurus Masjid Agung Palembang. Satu
lembar ukiran yang telah dibuat yaitu Surat Al-Fatihah dan dipamerkan pada acara peringatan
tahun baru Islam.
Pada proses pembuatan Al-Qur'an terbesar ini dikerjakan di kediaman Ustadz Opat.
Pembuatan Al-Quran Al-Akbar menggunakan kayu Tembesu yang dikenal sebagai “kayu raja
Sumatera”. Di samping utamanya untuk memuliakan Al-Qur'an, penggunaan kayu ini juga
agar mushaf ini awet dan tahan lama.

Sebelum diukir di atas papan, ayat-ayat Al-Qur'an terlebih dahulu ditulis diatas kertas
karton, lalu tulisannya dijiplak ke kertas minyak. Tulisan ayat Al-Qur'an di atas karton ini
dikoreksi oleh tim pentashih yaitu para ulama ahli Al-Qur'an dan para Hafidz Al-Qur'an
sehingga jika terjadi kesalahan bisa langsung diperbaiki (Narasi sejarah ini dapat dilihat
langsung ketika masuk ke area wisata religi Bayt Al-Quran Al-Akbar).

Seiring berjalannya waktu pada tahun 2010, Dr. H. Marzuki Alie terpilih sebagai
presiden PUIC (Parliamentary Union of the OIC Member States) atau Persatuan Parlemen
Negara-negara Organisasi Konferensi Islam di Kampala, Uganda Afrika. Konferensi PUIC
berikutnya dilaksanakan di Indonesia pada tanggal 25-30 Januari 2012 di kota Palembang
yang dihadiri oleh sekitar 51 negara Islam di Dunia.

Pada momentum inilah peresmian Bayt Al-Qur'an Al-Akbar oleh Presiden RI Bapak
DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono, sekaligus dilakukan penandatanganan prasasti Al-
Qur'an Al-Akbar dihadapan peserta konferensi PUIC. Seluruh peserta sepakat menobatkan
manuskrip mushaf ini sebagai satu-satunya dan terbesar di dunia dari jenis ukiran kayu yang
di pahat manual.

Karakter ukiran khas Palembang ini juga dapat dilihat pada ukiran motif yang
menggunakan ragam hias Palembang, yaitu motif sulur dan motif bunga kembang, proses Al
– Qur’an ini memang rumit berbagai kendala yang pertama dalam penulisan ini di tafsir
memang sangat rumit harus di lihat satu persatu kebenaran ayatnya kadang ada juga salah
karena pengukirannya butuh waktu lama, untuk selesai 1 keping Al-Qur’an itu memakan
waktu sekitar 3 minggu. Ragam hias tersaji di setiap lembarannya yang berfungsi sebagai
penghias ukiran itu sendiri. Keberadaan ragam hias tidak semata-mata sebagai pengisi bidang
yang kosong, akan tetapi bertujuan untuk memberi nilai keindahan atau nilai estetika pada
ukiran kayu Al-Qur’an Al-Akbar tersebut. Selain itu, ukiran yang digunakan dalam penulisan
Bayt Al-Qur’an Al-Akbar ini menggunakan jenis huruf atau Khat Naskhi sebagai standar
tulisan Al-Qur’an.

Pembuatan Al-Qur’an Al-Akbar ini adalah salah satu dakwah Islam melalui estetik.
Ini menghadirkan semangat baru dalam mengabadikan jejak-jejak peradaban Islam yang telah
berlangsung lama. Sejak zaman dahulu, hampir semua kerajaan Islam di Nusantara memiliki
muatan corak mushaf Al-Qur’an yang beraneka ragam. Pengeluaran Al-Qur’an 1 juz terdiri
10 lembar,10 keping itu untuk anggarannya 40 juta, jadi satu keping itu 1 juta.

Tentunya dengan melanjutkan jejak masa silam, kita memperoleh spirit dan kekuatan
baru untuk meraih masa depan. Membincang kaligrafi sangatlah menarik, karena kesenian
dalam agama Islam menciptakan gairah keindahan tersendiri dalam beragama.

Pada akhir tahun 2011, Al-Qur’an ini dinilai layak untuk dipublikasikan. Kemudian
pada tanggal 30 Januari 2012, Susilo Bambang Yudiyono bersama seluruh delegasi OKI
meresmikan penggunaan Al-Qur’an terbesar yang dicetak di atas lembar kayu tembesu
tersebut. Kehadiran Bayt Al-Quran Al-Akbar ukiran Palembang ini sangat berarti bagi
masyarakat Indonesia umumnya, dan bagi masyarakat kota Palembang khususunya.
Mengingat kota Palembang sejak zaman dahulu dikenal memiliki banyak ragam kebudayaan,
baik seni ukir maupun budaya lainnya. Al-Qur’an Ukir ini adalah terobosan baru dalam dunia
seni dan kaligrafi Al-Qur’an. Setidaknya dalam mengenang romantisme kejayaan Islam di
Palembang.

Dengan demikian, Bayt Al-Qur’an Al-Akbar, Palembang ini menjadi manuskrip yang
penting dan mampu menjadi ikon manuskrip di Indonesia bahkan dunia dan menjadi wisata
favorit. Manuskrip ini penting untuk dikaji sebagai bagian dari realitas historis, yang mana
teks Al-Qur’an bukan hanya bisa dibaca, tetapi juga dinikmati dan diresapi keindahannnya.
Tampilan dari ukiran kayu tambesu Bayt Al-Quran Al-Akbar menjadi salah satu ikon yang
unik dan menjadi salah satu karya seni Islam yang penting dalam sejarah manuskrip di
Nusantara.

Tentunya dengan ini kita semua menyadari bahwa Indonesia merupakan negara
dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Besaran penduduk ini juga diiringi dengan
ekspresi keberagamaan yang berniali etika dan estetika. Salah satu ekspresi keberagamaan
yang bertendensi pada estetika adalah seni mushaf. Seni ini menunjukkan karya kreativitas
yang menawan, baik dari sisi iluminasi, kaligrafi, maupun ukuran besar kecilnya. Di antara
karya yang mencakup segala keindahan itu adalah Al Qur’an Al-Akbar Palembang.

Adapun juga perancangan Museum dan Teater Bayt Al-Qur'an Al-Akbar ini
merupakan sebuah perancangan yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah bangunan yang
ditujukan sebagai tempat wisata religi sekaligus sebagai tempat edukasi bagi masyarakat yang
ada di kota Palembang, luar kota, dan juga luar negeri. Sehingga diharapkan kedepannya
dapat menjadi daya tarik wisata yang ada di kota Palembang.
Narasumber

Nama : M. Fadhil Kardafi

Nomor Hp : 082180352163

Anda mungkin juga menyukai