Anda di halaman 1dari 13

Yulia Indrawati

NIM:2220600008
SEJARAH AL-QUR’AN

QUR’AN MASA UTSMAN DAN PASCA UTSMAN


MASA UTSMAN DAN PASCA UTSMAN

1. PROSES KODIFIKASI AL-QUR’AN


2. PENGEMBANGAN MODEL MUSHAF
3. AWAL MULAI PERCETAKAN AL-QUR’AN
4. RAMS UTSMANI TAUQIFI ATAU IJTIHADI
A. PROSES KODIFIKASI AL-QUR’AN

 Kodifikasi Al-Quran ini merupakan lanjutan kerja yang telah dirintis oleh khalifah Abu
Bakar, dengan inisiatif Umar Bin Khatab. Pengkodifikasi Al-Quran pada masa khalifah
Utsman dilakukan karena terjadi perbedaan pendapat tentang bacaan Al-Quran (qiraat al-
Qur’an), yang menimbulkan percekcokan antara guru dan muridnya.

 Mushaf yang sudah disimpan di rumah Hafsah kemudian dibandingkan dengan mushaf-
mushaf yang lain. Ketika itu terdapat empat mushaf al-Quran yang merupakan catatan
pribadi.

1. Mushaf Al-Quran yang ditulis oleh Ali bin Abi Thalib, terdiri atas 111 surah. Surah
pertama adalah surah al-Baqarah dan surah terakhir adalah surah al-Muawidzatain.
2. Mushaf Al-Quran yang ditulis oleh Ubay bin Ka’ab, terdiri atas 105 surah. Surah
pertama adalah al-Fatihah dan surah terakhir adalah surah an-Nas.
3. Mushaf Al-Quran yang ditulis oleh Ibn Mas’ud, terdiri atas 108 surah. Surah yang
pertama adalah al-Baqarah dan yang terakhir adalah surah Qulhuwallahu Ahad.
4. Mushaf Al-Quran yang ditulis oleh Ibn Abbas, terdiri atas 114 surah. Surah pertama
adalah surah Iqra dan yang terakhir adalah surah an-Nas
B. PENGEMBANGAN MODEL MUSHAF

Mushaf Al-Quran Standar Utsmani

dalam penulisannya, Mushaf Utsmani masih dalam


bentuk gundul atau tanpa harakat. Guna
menghindari kesalahan dalam membaca, seorang
ahli bahasa yang bernama Abu al Aswad Zalim bin
Sufyan Ad-Dhu’ali merumuskan harakat dan titik
dalam Mushaf Al-Quran Utsmani berdasarkan atas
perintah khalifah Ali bin Abi Thalib.
B. PENGEMBANGAN MODEL MUSHAF

Mushaf Al-Quran Standar Bahriyah (Mushap


pojok)

Mushaf jenis ini ditetapkan menjadi salah satu jenis Mushaf


standar Indonesia guna memfasilitasi para santri dan
masyatakat yang hendak menghafalkan Al-Quran.
B. PENGEMBANGAN MODEL MUSHAF

Mushaf Al-Quran Standar Braille


Mushaf Braille merupakan salah satu varian Mushaf standar Indonesia
yang ditulis dengan simbol Braille. Penggunaan Mushaf jenis ini
diperuntukkan untuk teman-teman tunanetra atau yang memiliki
gangguan pengelihatan. Terdapat pengecualian dalam penulisan Mushaf
Al-Quran standar Braille dengan rasm utsmani, seperti penulisan nun
kecil. Pasalnya sistem penulisan Arab Braille tidak menenal huruf kecil
besar 
C. AWAL MULAI PERCETAKAN AL-QUR’AN

 Al-Quran pertama kali dicetak bukan di negara Islam, melainkan di negara Barat.
Percetakan Alquran dibagi tiga periode:

1. Periode percetakan klasik (1.500-1900 M)


2. Periode mesin cetak modern (1920-1980 M)
3. Periode digital mushaf (1.800-Sekarang)

Percetakan Alquran yang terjadi di barat tidak terlepas dari peran penerjemahan.
Sebelum berkembangnya bahasa-bahasa Eropa modern, bahasa yang berkembang di
sana adalah bahasa Latin. Oleh karena itu, terjemahan Alquran yang pertama adalah
dengan bahasa latin pada tahun 1135 M. Tokoh yang menerjemahkan ke dalam bahasa
ini adalah Robert of Ketton (Robertus Retanensis) yang selesai pada bulan Juli 1143 M.
dengan penerbitnya Bibliander
C. AWAL MULAI PERCETAKAN AL-QUR’AN

Alquran pertama kali dicetak dan diterbitkan di Venice (Venisia) sekitar tahun 1530
M. Kemudian, di Basel pada tahun 1543 M

Orang yang pertama kali mencetak Alquran adalah Paganino dan Alessandro
Paganini – sekitar tahun 1537 atau 1538 M.

Percetakan yang dilakukan Paganino dan Paganini ini bertujuan untuk diekspor
ke kerajaan Turki Utsmani. Tetapi orang-orang Turki Utsmani tidak mau menerima
Alquran tersebut karena:

1. Orang Turki Utsmani meyakini bahwa Alquran adalah kitab suci yang tidak boleh
dipegang oleh orang-orang kafir – non muslim – seperti Paganino dan Paganini.
Menurut Jean Bodin (1530-1596 M) dalam bukunya “Colloquium Heptaplomeres”,
bahwa orang-orang Turki Utsmani memotong tangan kanan Alessandro Paganini
dan merusak seluruh cetakannya.

2. Alquran yang dicetak di Venisia memiliki banyak kekurangan dan kesalahan yang
bisa mengurangi – bahkan merusak – makna Alquran
D. RAMS UTSMANI
TAUQIFI ATAU IJTIHADI

Rasm Al-Qur’an adalah ilmu yang mempelajari tentang


penulisan Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara
khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya maupun bentuk-
bentuk huruf yang digunakan. Rasimul Qur’an dikenal juga
dengan sebutan Rasm Al-Utsmani
D. RAMS UTSMANI TAUQIFI ATAU IJTIHADI

1. Hukum dan Kedudukan Rasm Al-Qur’an

Jumhur ulama berpendapat bahwa pola rasm Utsmani bersifat dengan alasan bahwa para
penulis wahyu adalah sahabat-sahabat yang ditunjuk dan dipercayai Nabi saw. Pola
penulisan tersebut bukan merupakan ijtihad para sahabat Nabi, dan para sahabat tidak
mungkin melakukan kesepakatan (ijma’) dalam hal-hal yang bertentangan dengan
kehendak dan restu Nabi Terdapat sekelompok ulama berpendapat lain, bahwa pola
penulisan di dalam rasm Ustmani tidak bersifat tauqifi, tetapi hanya ijtihad para sahabat.
Tidak pernah ditemukan riyawat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan
sebuah riwayat Nabi mengenai ketentuan pola penulisan wahyu. Bahkan sebuah riwayat
dikutip oleh Rajab Farjani: “Sesungguhnya Rasulullah saw, memerintahkan menulis Al-
Qur’an, tetapi tidak memberikan petunjuk teknis penulisannya, dan tidak pula melarang
menulisnya dengan pola-pola tertentu.
KESIMPULAN

Dari kesimpulan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an telah banyak melewati
banyak perubahan dan perbaikan untuk menjaga agar tetap seperti pertama kali di
turunkannya kepada Rasulullah SAW.

Upaya sahabat mulai dari khalifah Abu bakar hingga, Khalifah Utsman Bin Affan dari
mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Qur’an hingga mengumpulka para sahabat yang
memiliki hafalan, yang kemudian pada akhir sahabat utsman bin affan menulis dan
membukukan Al-Qur’an, hingga pada era Al-Qur’an pertama di cetak,
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai