Anda di halaman 1dari 9

JAM’UL AL-QUR’AN

Oleh : Nurhayati S.Pd


NIM.: 80300221025
Disampaikan pada mata kuliah Ulumul Al-Qur’an program Magister Manajemen Pendidikan Islam
UINAM)
A.Pengertian Jam’u Al-Qur’an
Ada bebrapa pengertian yang dimaksud dengan pengumpulan al-Qur’an oleh para ulama
salah satunya yaitu:

1.Pengumpulan dalam arti hafizahu (menghafanya dalam hati). jam’ul Al-qur’an


bermakna huffazuhu (para penghafal, yaitu orang yang menghafalkan dalam hatinya).
2.Pengumpulan dalam arti kitab kullihi (penulisan Al-Qur’an secara keseluruhan) baik
dengan memisah-misahkan ayat-ayat dan surah-surahnya atau menertibkan ayat-ayatnya
semata dan setiap surah ditulis dalam satu lembaran terpisah, atau menertibkan ayat-ayat
dan surah-surahnya
dalam lembaran yang terkumpul yang menghimpun semua surah.
B.Pengumpulan Al-Qur’an pada masa
Rasulullah
Pengumpulan Al-Qur’an Pengumpulan al-quran atau kodifikasi telah dimulai sejak zaman
Rasulullah SAW, bahkan telah dimulai sejak masa-masa awal turunya alquran. Sebagaimana
diketahui, al-quran diwahyukan secara berangsur-angsur. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW
lalu membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan
al-quran kepada mereka.
Pada masa Rasulullah SAW masih hidup, pengumpulan dan penyatuan al-quran dilakukan dengan 2
cara, yaitu pengumpulan dalam dada (penghafalan) dan penulisan
1.Pengumpulan al-Qur’an dalam konteks hafalan
Pada umumnya, orang yang ummi itu mengandalkan kekuatan hafalan dan ingatan. Mereka sangat kuat dalam
hafalan serta daya pikirnya begitu terbuka. Pada masa Nabi, terdapat banyak penghafal al-Qur’an dari kalangan
sahabat. Banyak pula pendapat dan riwayat yang menyebutkan tentang jumlah penghafalnya dengan berbagai versi.
Pendapat yang mengatakan 70 orang berdasarkan kitab sahih tentang peperangan sumur ma’unah, disebutkan
bahwa para sahabat yang terbunuh pada peperangan itu berjumlah 70 orang.Menurut Ibn Asir Al-Jazari dalam kitab al-
Nasyr, menyebutkan para penghafal al-Qur’an berjumlah 35 orang. Sedangkan dalam kitab Sahih-nya, al Bukhari
telah mengemukakan 7 penghafal al-Qur’an dengan 3 riwayat. Mereka adalah Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Mas’qil
Maula Abi Hufaizah, Muaz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit, Abu Zaid bin Sakan dan Abu Al-Darda
2. Pengumpulan al-Qur’an dalam
konteks penulisan
• Dalam rangka menjaga kemurnian al-Qur’an, selain ditempuh lewat jalur hapalan,
juga dilengkapi dengan tulisan. Rasulullah.saw mengangkat para penulis wahyu al-
Qur’an dari sahabt-sahabt terkemuka, seperti ali, Muawiyah, Ubay in Ka’ab, Zaid bin
Sabit, menurut riwayat, para penulis beliau 26 orang, bahkan ada yang meriwayatkan
42 orang.7
• Adapun beberapa faktor yang mendorong penulisan al-Qur’an pada masa Nabi yaitu
pertama mem-back up hapalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para sahbatnya,
dan yang kedua yaitu mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna,
karena bertolak dari hapalan para sahabat saja tidak cukup karena terkadang mereka
lupa atau sebagian dari mereka sudah wafat. Adapun tulisan akan tetap dipelihara
walaupun pada masa Nabi, al-Qur’an tidak ditulis ditempat tertentu. Susunan atau
tertib penulisan Al-Qur’an itu tidak menurut tertib nuzulnya, tetapi setiap ayat yang
turun dituliskan ditempat penulisan sesuai dengan petunjuk Nabi Saw. Menurut Al-
Zarkasyi, Al-Qur’an tidak dituliskan dalam satu mushaf pada zaman Nabi Saw, agar
ia tidak berubah pada setiap waktu. Oleh karena itu penulisannya kemudian
dilakukan kemudian susudah Al-Qur’an selesai semua turun, yaitu dengan wafatnya
Rasulullah Saw.
C.Pengumpulan Al-Qur’an masa Khulafau’ al-Rasyidin
1. pengumpulan Al-Qur’an masa Abu Bakar

Setelah wafatnya Rasulullah, saw, kepemimpinan umat Islam beralih ke tangan Abu Bakar AL-Shiddiq, sebagai
khalifah pertama. Dimasanya terjadi perang besar melawan orang-orang murtad dibawah pimpinan Musaylimah al-
Kadzdzab yang mendakwakan diri sebagai nabi dan tidak mau tunduk kepada pemerintah baru, tak mau lagi
membayar zakat seperti yang mereka lakukan semasa Rasulullah.saw masih hidup Didalam peperaangan ini ada
banyak penghafal yang gugur. Dalam menuliskan kembali al-Qur’an, Abubakar r.a. menetapkan pedoman sebagai
berikut:
a.Penulisan berdasarkan sumber tulisan al-Qur’an yang pernah ditulis pada masa
Rasululullah. Saw yang tersimpan di kediaman Rasululullah.saw.
b.Penulisan berdasarkan kepada para sahabat yang menghafal al-Qur’an.
Adapun karakteristik penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar ini adalah:
1.Seluruh ayat Al-Qur’an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf berdasarkan
penelitian yang cermat dan seksama.
2. Meniadakan ayat-ayat yang telah mansukh
3. Seluruh ayat yang ada telah diakui kemutawatirannya.
4.Dialek arab yang dipakai dalampembukuan ini berjumlah tujuh (qira’at)
2. Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa
Utsman bin Affan
2. Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Utsman bin Affan
Latar belakang pengumpulan Al-Qur’an pada masa Utsman bin Affan berbeda dengan faktor yang
ada pada masa Abu Bakar. Daerah kekuasaan pada masa Usman telah meluas dan daerah-daerah
Islamtelah terpencar diberbagai daerah dan kota. Disetiap daerah telah popular bacaan sahabat yang
mengajar mereka. Penduduk Syam membaca Al-Qur’an mengikuti bacaan Ubay bin Mas’ud, dan
sebagian yang lain mengikuti bacaan Abu Musa Asy’ari. Diantara mereka terdapat perbedaan tentang
bunyi huruf, dan bentuk bacaan. Masalh ini membawa mereka kepada pintu pertikaian dan
perpecahan antar sesama.setelah kejadian tersebut, Usman dengan kebenaran pandangannya
bermaksud untuk melakukan tindakan pencegahan. Ia mengumpulkan sahabat-sahabat yang
terkemuka dan cerdik cendikiawan untuk bermusyawarah dalammenanggulangi fitnah (perpecahan)
dan perselisihan. Mereka sepakat untuk menyalin dan memperbanyak mushaf kemudian
mengirimkannya ke segenap daerah dan kota.
3. Perbedaan Antara Pengumpulan
Abu Bakar dengan Utsman
Pada masa Abu Bakar, pertama yaitu motivasi penulisannya adalah khawatir sirnanya al-
Qur’an dengan syahidnya beberapa penghapal al-Qur’an pada perang Yamamah, dan
yang kedua Abu Bakar melakukannya dengan mengumplkan tulisantulisan Al-Qur’an
yang terpencar-pencar pada pelepah kurma, kulit, tulang dan sebagainya. Sedangkan
pada Masa ‘Utsman bin ‘Affan yang pertama motivasi penulisannya yaitu karena
terjadinya banyak perselisihan didalam cara membaca alQur’an (qira’at) dan yang kedua
yaitu ‘Utsman melakukannya dengan menyederhanakan tulisan mushat pada satu huruf
dari tujuh huruf yang dengannya al-Qur’an turun.
D. Perkembangan mushaf pasca
Usman
Perbedaan cara membaca yang terjadi di beberapa daerah yang telah dimasuki Islam,
mendorong penguasa seperti Khalifah Abi Thalib untuk mempersatukan umat dalam
pembacaan al-Qur’an. Upaya yang dilakukan Ali bin Abi Thalib adalah memerintahkan
Abul Aswad al-Duwali untuk menyusun kaidah-kaidah Nahwu untuk dipelajari umat Islam
agar tidak tersalah dalam membaca ayat-ayat al-Qur’an. Pemberian tanda-tanda dan
titik-titik dilakukan untuk membedakan anatara hurufhuruf yang sama tulisannya ]Dengan
tanda-tanda baca inilah al-Qur’an yang berasal dari Mushaf Usmani, dicetak dan
diperbanyak sampai sekarang ini diberbagai belahan dunia, tanpa mengalami perubahan
susunan surat dan ayat-ayatnya seperti yang disampaikan Rasululullah dan dibacakan
Jibril kepada beliau setiap bulan Ramadhan di masa hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Abubakar, La Ode Ismail, and Yusuf Assegaf, Ulumul Qur’an : pisau analisis dalam
menafsirkan Al-Qur’an Repository UIN Alauddin Makassar, Semesta Aksara, 2019.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, jil-4 NAH-SYA, jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1993
Muhammad Ismail Yusanto, et.al., Prinsip-Prinsip Pemahaman Aal-Quran dan Al-Hadits,
Jakarta: Khairul Bayaan, Sumber Pemikiran Islam, 2003
Achmad Abubakar dkk, Ulumul Qur’an pisau analisis dalam menafsirkan al-Qur’an.
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, (Cet.IV; Bandung : CV Pustaka Setia, 2013
Mardan, Al-Qur’an Sebagai Pengantar Tanggerang: Sejahtera kita, 2010

Anda mungkin juga menyukai