Anda di halaman 1dari 2

MUSHAF AL-QUR’AN BAITURRAHMAN ACEH

Salah satu mushaf yang paling berharga yang dapat ditemui sekarang adalah Mushaf
Baiturrahman yang menjadi koleksi Leiden University Libraries, Belanda dengan nomor Cod.
Or. 2604. Mushaf Aceh dijadikan pedoman dan pondasi dalam kehidupan masyarakat Aceh.
Mushaf Aceh juga memiliki keunikan, kekhasan dan keistimewaan tersendiri. Hal itu dapat
dilihat pada proses penyalinan dan aneka ragam iluminasinya, ilustrasi, rasm, tajwid dsb. Pada
bagian iluminasi (hiasan seni bingkai), umumnya berbentuk bingkai melingkar persegi dengan
beragam hiasan yang terdapat pada bagian awal, bagian tengah, dan penutup mushaf. Iluminasi
khas Aceh dicirikan dengan pola dasar dan pewarnaanya. Lazimnya terdapat hiasan berbentuk
‘Sayap’ kecil pada bagian kanan dan kiri luar. Segi empat berhias disekitar bidang teks sering
diisi dengan sulur ikal warna putih, dan sering terdapat motif jalinan. Pola dan motif sulur dalam
iluminasinya bervariasi, namun secara umum memperlihatkan standar pola tertentu, dan
pewarnaannya seringkali seragam.
Iluminasi Mushaf Aceh secara umum berwarna merah, kuning, hitam dan warna dasar kerta
mushaf. Memiliki bentuk yang menyerupai kubah/mahkota bagian atas dan samping menambah
keindahannya. Iluminasi terdapat pada tiga bagian mushaf. Pada bagian awal terletak pada Q.S
Al-Fatihah dan Q. S Al-Baqarah ayat 1-4 di halaman 17 dan 18 mushaf. Iluminasi Aceh juga
dicirikan dengan adanya mahkota di tengah motif yang di apit bara puntong disudut-sudut motif.
Warna pada iluminasi mushaf Aceh didominasi warna merah, hitam, kuning, dan ‘putih’ yang
berasal dari warna kertasnya. Warna merah melambangkan kekuatan dan keberanian, kuning
mewakili makna keagungan dan kekayaan, serta warna putih yang berarti kesucian. Iluminasi
pada bagian akhir memiliki perbedaan yang sedikit menonjol dengan iluminasi bagian awal yaitu
tidak ditemukan motif puta taloe dua dan perpaduan motif bungong seuleupo dan bungong
taboe yang disusun mengapit motif bungong seumanga dan awan si on. Melainkan terdapat dua
garis yang diwarnai merah dan kuning berbentuk bujur dan lintang membatasi satu motif dengan
motif lainnya. Di sudut-sudut bagian dalam terdapat satu motif anyaman tali sebagai pembeda
utama dengan iluminasi bagian akhir.1

MANUSKRIP DIPONEGORO
Manuskrip mushaf al-Qur‟an Pangeran Diponegoro terdapat iluminasi dua halaman simetris
pada bagian awal, tengah, dan akhir mushaf. iluminasi yang ada di bagian awal dan akhir mushaf
memiliki bentuk yang sama, yaitu terdapat tiga lapisan yang membentuk persegi panjang
mengelilingi teks dengan motif yang berbeda-beda pada setiap lapisannya. Pada setiap bagian
tengah lapisan pertama dan kedua dari luar terdapat corak yang seperti membentuk pola segitiga
sebagaimana ciri khas pola mushaf Jawa. Tulisan nama surat dan jumlah ayat pada surat tersebut
ditulis dengan pola kaligrafi floral yang menyatu dengan ornamen floral pada iluminasi.
Sedangkan iluminasi pada bagian tengah mushaf terbilang lebih sederhana dibandingkan dengan
iluminasi bagian awal dan akhir mushaf. Iluminasi pada bagian tengah mushaf hanya terdapat
1
Yuni Pamila Sari, Fauziah Nurdin, dan Reza Idria, “THE MUSHAF BAITURRAHMAN COD.OR.2064: HISTORICAL
STUDIES AND ILLUMINATION:,” Indonesian Journal of Islamic History and Culture 2, no. 2 (30 November 2021):
231–50, https://doi.org/10.22373/ijihc.v2i2.1318.
satu lapisan pola berbentuk persegi panjang yang mengelilingi teks. Motif iluminasi pada lapisan
ini sama seperti motif lapisan ketiga pada iluminasi bagian awal dan akhir mushaf. Selain itu
penulisan nama surat dan jumlah ayat pada iluminasi bagian tengah ini ditulis biasa seperti
penulisan nama surat lainnya pada halaman yang tanpa iluminasi. Adapun warna tinta yang
digunakan untuk iluminasi adalah dominasi warna emas, hitam, merah, dan putih.2

MANUSKRIP PONOROGO
Manuskrip mushaf Alquran Kiai Asror merupakan naskah yang disusun secara perorangan dan
tersimpan sebagai koleksi pribadi. Disimpan oleh ahliwaris Kiai Asror, yaitu Muslimatun yang
berada di Jl.PuspitoDesa Kutu Kulon Kecamatan Jetis Ponorogo. Manuskrip mushaf Alquran
Kiai Asror tidak genap 30 juz, hanya terdiri dari 15 juz. Dalam mushaf Alquran Kiai Asror
Ponorogo tidak banyak ilmuniasi yang terdapat di dalamnya. Adapun beberapa letak iluminasi
diantaranya : Iluminasi yang terletak pada sampul naskah, dengan motif simpel tidak terlalu
rumit namun cukup rapi. iluminasi berbentuk setengah lingkaran dan lingkaran bulat berwarna
hitam dan merah untuk penanda pergantian Juz. Iluminasi yang digunakan untuk membingkai
penulisan ayat, menggunakan dua garis lurus pada semua sisi. Hingga terbentuk seperti dua
persegi panjang.3

DAFTAR PUSTAKA
Hasna, Hanifatul. “Karakteristik Manuskrip al-Qur’an Pangeran Diponegoro: Telaah atas
Khazanah Islam era Perang Jawa,” 2019.
https://doi.org/10.21043/hermeneutik.v13i2.6374.
Rohmah, Waqidatul. “Karakteristik Manuskrip Mushaf Alquran Kiai Asror Ponorogo.”
Undergraduate, UIN Sunan Ampel Surabaya, 2021.
Sari, Yuni Pamila, Fauziah Nurdin, dan Reza Idria. “THE MUSHAF BAITURRAHMAN
COD.OR.2064: HISTORICAL STUDIES AND ILLUMINATION:” Indonesian Journal
of Islamic History and Culture 2, no. 2 (30 November 2021): 231–50.
https://doi.org/10.22373/ijihc.v2i2.1318.

2
Hanifatul Hasna, “Karakteristik Manuskrip al-Qur’an Pangeran Diponegoro: Telaah atas Khazanah Islam era
Perang Jawa,” 2019, https://doi.org/10.21043/hermeneutik.v13i2.6374.
3
Waqidatul Rohmah, “Karakteristik Manuskrip Mushaf Alquran Kiai Asror Ponorogo” (undergraduate, UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2021).

Anda mungkin juga menyukai