Anda di halaman 1dari 13

KALIGRAFI KHAT TSULUTSI

Di Susun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Pembelajaran Seni Budaya, Keterampilan dan Kaligrafi
Dosen Pengampu : H. Saiful Mujab, M. S. I.

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Yunia Ferdyan Sari 1710310184
2. Siswi Andhani 1710310188
3. Khalimatus Sa’diyah 1710310190
4. M. Risqi Khoiruddin 1710310192

PGMI-E/Semester 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaligrafi Islam atau khat yang dalam islam juga sering disebut sebagai seni
kaligrafi Arab. Khat dan kaligrafi mempunyai arti yang sama yaitu suatu seni
artistik dengan tulisan tangan, serta meliputi hal penjilidan, berkembang di
negera-negera yang umumnya memiliki warisan kebudayaan islam. Bentuk seni
ini didasarkan pada tulisan Arab, yang dalam waktu lama pernah digunakan oleh
banyak bahkan seluruh umat Islam untuk menulis dalam bahasa masing-masing
daerah. Khat merupakan seni yang dihormati di antara berbagai seni rupa islam
lainnya, karena merupakan alat utama dalam melestarikan Al-Qur’an.
Awalnya mendapat penolakan penggambaran secara figuratif, penolakan
tersebut didasari karena akan dapat mengarah pada penyembahan selain pada
Allah, yang menyebabkan kaligrafi dan penggambaran secara abstrak menjadi
bentuk utama ekspresi seni dalam berbagai budaya Islam, khususnya dalam
konteks keagamaan. Sebagai contoh, kaligrafi nama Tuhan diperkenankan
sementara penggambaran figuratif Tuhan tidak diizinkan. Karya kaligrafi banyak
dijadikan koleksi dan sebagai hasil seni yang dihargai.
Bentuk kaligrafi ada berbagai macam jenisnya, namun pada makalah ini
hanya memfokuskan hanya pada konteks kaligrafi dengan menggunakan model
khat tsulusi/ tsulus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dari kaligrafi khat tsulutsi ?
2. Bagaimana fungsi dari khat tsulutsi ?
3. Apa saja jenis qalam (pena) yang digunakan untuk membuat khat tsulutsi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah dari kaligrafi khat tsulutsi
2. Untuk mengetahui dan memahami fungsi dari khat tsulutsi
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis qalam (pena) yang digunakan untuk
membuat khat tsulutsi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Khat Tsuluts
Khat tsulutsi/ tsuluts pertama kali dibuat pada abad ke-7 pada zaman
khalifah Ummayah akan tetapi, baru dikembangkan pada akhir abad ke-9. Kata
Tsuluts berarti sepertiga, dalam pembahasan ini mungkin disebabkan karena
tulisan ini memiliki ukuran lebih sepertiga dibandingkan dengan gaya tulisan
lainnya. Walaupun tulisan ini jarang digunakan untuk tulisan Al Qur’an, tsuluts
tetap sangat populer dan memegang peran penting terutama untuk tulisan kaligrafi
yang sering dipakai untuk hiasan rumah/dekorasi, judul, atau dalam kop kepala
surat. Tulisan ini juga sangat populer untuk dekorasi masjid, mushalla, dan produk
kaligrafi lainnya.1
Dinamakan khat tsuluts karena ditulis dengan qalam (pena) yang ujung
pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga (tsuluts) goresan kalam. Nama itu
berarti “sepertiga” mungkin karena proporsi garis lurus dengan kurva, atau
mungkin karena naskah itu ukuran yang ketiga lain script populer kontemporer.
Meskipun jarang digunakan untuk menulis Al Qur’an, Thuluts telah menikmati
popularitas besar sebagai skrip hias untuk prasasti kaligrafi, judul, judul, dan
kolofon. Hal ini masih yang paling penting dari semua skrip hias.
Thuluts script ditandai dengan surat tertulis melengkung dengan kepala
berduri. Surat-surat terkait dan kadang-kadang berpotongan, sehingga melahirkan
aliran kursif proporsi yang cukup dan sering kompleks. Thuluts dikenal dengan
grafis yang rumit dan plastisitas yang luar biasa.
Khat Tsuluts, bentuk qalam dipotong dengan kemiringan kira-kira
setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk khat Tsuluts Adi dan Tsuluts Jali.
Khat Tsuluts yang banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media
karena kelenturannya, dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik
dari segi kaedah ataupun proses penyusunannya yang menuntut akan harmoni dan
keseimbangan.2
1
Febri Yulika, Jejak Seni Dalam Sejarah Islam, (Padang Panjang: Institut Seni
Indonesia Padang Panjang, 2016), 211.
2
Misbachul Munir, 325 Contoh Kaligrafi Arab, (Surabaya: Apollo, 2017), 7.

2
Dalam rentang perjalanannya, khat Tsuluts berkembang dan berubah ke
beberapa gaya, antara lain :3
1. Khat Tumar
Khat yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang berkembang di
masa Bani Umayyah. Ini biasanya ditulis dalam ukuran besar dengan aturan-
aturan yang simple. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi dinding atau media-
media yang berukuran besar. Para khattat Turki menamakan khat ini dengan
sebutan Jali Tsuluts atau Tsuluts Besar. Tumar/Tamur jamaknya menjadi
Tawamir yang bermakna sahifah (lembaran atau manuskrip). Maka dapat
diartikan khat tumar yaitu khat yang ditulis di lembaran-lembaran.
2. Khat Muhaqqaq
Penciptanya adalah Ibnu Bawab (w.413 H). Ibnu Bawab adalah
kaligrafer masyhur setelah Ibnu Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat
tsuluts karena perbedaan keduanya sangat samar dan hanya dapat diketahui
oleh ahli khat yang cermat. Pada perkembangannya, khat ini semakin redup
dan jarang sekali digunakan sehingga posisinya digeser oleh khat Tsuluts
3. Khat Tawqi’
Tawqi’ artinya tanda tangan, karena para khalifah dan perdana menteri
senantiasa menggunakan Tawqi’ untuk menandatangani perbagai naskah
mereka. Diciptakan oleh Yusuf al-Syajari (w.210/825M). Lalu berkembang di
tangan Ahmad ibn Muhammad yang dikenal dengan Ibnu Khazin (w.1124 M)
sebagai murid generasi kedua Ibnu Bawab. Yang membedakan Tsuluts dengan
Tawqi’ adalah ukuran Tawqi’ yang selalu ditulis sangat kecil. Bentuk yang
menyerupai Tawqi’ adalah Tugra’ atau Turrah yang pada awalnya berfungsi
sebagai cap dan lambang sultan-sultan Usmani dengan ukuran bervariasi.

4. Khat Raihani
Pencipta khat ini adalah Ibnu Bawab juga, namun berhubungan erat
dengan Ali ibn al-Ubaydah al-Rayhan (w. 834 M) sehingga namanya diambil

3
Misbachul Munir, 325 Contoh Kaligrafi Arab, 17.

3
untuk nama khat ini. pendapat lain menjelaskan Rayhani dengan kata Rayhan
yang berarti harum semerbak karena keindahan dan popularitasnya.
5. Khat Riqa’ atau Ruqa’
Riqa’ jamaknya Ruq’ah artinya lembaran daun kecil halus yang
digunakan untuk menulis khat tersebut. Gaya ini diciptakan oleh Al-Ahwal al-
Muharrir yang diolahnya dari Khafif Tsuluts. Sebagian sejarawan menamakan
gaya ini dengan khat Tawqi’, namun yang lebih benar adalah bahwa Riqa’ pun
diolah pula dari Tawqi’. Ukuran Riqa’ lebih kecil dari Tawqi’ dan digunakan
khusus untuk menyalin teks-teks kecil dan penyajian kisah.
6. Khat Tsulusain
Diciptakan oleh saudara Yusuf al-Syajari bernama Ibrahim al-Syajari di
zaman Bani Abbas. Ibrahim membuat kaedah Tsulusain dari khat yang sudah
ada semenjak dahulu yaitu khat Jalil. Tsulusain berarti dua pertiga karena
ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong seukuran dua pertiga
lebar goresan kalam, sedikit lebih kecil dari khat Tumar yang ditulis sangat
besar.
7. Khat Musalsal
Diciptakan oleh Al-Ahwal al-Muharrir dari keluarga Barmak di zaman
Bani Abbas. Sebagian huruf-huruf khat ini saling berhubungan, oleh karena itu
beberapa sejarawan modern menamakannya khat Mutarabit yang berarti saling
ikat atau berikatan.
8. Khat Tsuluts ‘Adi
Pencipta khat ini adalah Ibrahim al-Syajari diawal abad ke-3 H di zaman
Bani Abbas. Dalam beberapa kamus bahasa Arab disebutkan, “anna al-
sulusiyya min al-khuttut huwa al-galiz al-huruf” (sepertiga dari khat adalah
huruf yang sulit).

9. Khat Tsulus Jali


Jali artinya wadih (jelas). Kejelasan dalam pembahasan ini terletak pada
lebar anatomi hurufnya yang lebih dominan daripada jaraknya, dibandingkan

4
dengan jarak yang lebih dominan daripada lebar anatomi hurufnya dalam
Tsulus ‘Adi. Dengan demikian, dalam Tsulus Jali akan tampak dengan jelas
komposisi huruf yang bertumpuk memadati ruang media yang ditulis. Khat ini
banyak digunakan untuk menulis judul-judul dan media seni yang permanen.
10. Khat Tsulus Mahbuk
Mahbuk artinya terstruktur atau tersusun rapi, yang diukur menurut
keindahan pembagian (husn al-tawzi’) dan aturan komposisi (ihkam al-tartib).
Keindahan pembagian dicirikan dengan tidak adanya kelompok huruf yang
bertumpuk di satu tempat sementara tempat lain terlalu kosong sehingga
mendorong khatta memperbanyak dan mengisinya dengan syakal dan hiasan
untuk mensari keseimbangan. Sedangkan aturan komposisi adalah ketepatan
memposisikan kata, huruf, dan titik di tempat-tempat yang strategis.
11. Khat Tsulus Muta’assir bil Rasm
Beberapa khattat atau kaligrafer berusaha menggubah aksara Arab
kepada bentuk visual yang bisa berbicara biar lebih bervariasi sekaligus untuk
menyeimbangkan antara ketaatan terhadap ajaran agama dengan kesenangan
menggambar, karena dalam Islam visualisasi makhluk hidup secara jelas
berlawanan dengan semangat dakwah agama tersebut untuk selalu menjaga
ketauhidan dan menjauhi kesyirikan. Potensi huruf Arab yang sangat lentur dan
mudah dibentuk mendorong para khattat menciptakan gambar-gambar simbol
yang mengungkap kalimat-kalimat suci dan tauhid, sehingga kaligrafi diolah
menjadi sarana menggambar yang terbebas dari visualisasi makhluk hidup
secara terang-terangan. Khat yang dipengaruhi gambar ini akhirnya diterima
dan populer di kalangan seniman muslim. Banyak ragam dan variasi aliran khat
ini, yang secara bebas mengambil pola figural atau simbolik berupa gambar
manusia, binatang, tumbuhan dan benda-benda.

12. Khat Tsulus Handasi

5
Gaya ini merupakan Tsulus yang menyusun huruf dan kata secara
geometris (handasi) dan indah berdasarkan rasa seni, sehingga menjadi dasar
kekompakan, keserasian, dan penyatuan sebuah karya.
13. Khat Tsulus Mutanazhir
Mutanazhir artinya saling memantul. Dinamakan pula khat Tsulus Mir’at
(cermin), dimana yang berada disamping kanan memantul ke samping kirinya,
sehingga seolah diantara dua sisi tersebut ada cermin. Khat ini dinamakan juga
dengan gaya Ma’kus (memantul), musanna (dua dimensi), dan ‘Aynali (saling
tatap). Gaya ini tidak terlepas dari pengaruh kebudayaan muslim yang saling
berbalas kebaikan dalam kehidupan sehari-hari seperti memberi salam dan
menjawabnya.

B. Fungsi Khat Tsuluts


1. Mendidik berbagai kemampuan, diantaranya pengawasan, kecermatan
memandang, dan kehalusan dalam segala hal.
2. Membentuk rupa-rupa watak dan kebiasaan seperti disiplin, ketertiban,
kebersihan, kesabaran dan ketekunan.
3. Memperoleh kemahiran dan keterampilan tangan saat memperbagus tulisan
dalam latihan.
4. Menumbuhkan kemampuan mengkritik dan menyelami rasa seni setelah
mengetahui unsur-unsur keindahan dalam kaligrafi yang bagus.
5. Memperoleh rasa senang dan memperoleh rasa tentram dalam jiwa bila
memperoleh kemajuan dalam latihan.
6. Meningkatkan minat dalam jiwa murid untuk menambah kecintaan, perhatian,
pemeliharaan, dan karir dalam seni kaligrafi.

C. Jenis Qalam (Pena) Yang digunakan Membuat Khat Tsuluts

6
1. Qalam Bamboo

Adalah jenis Qalam yang mata qalamnya terbuat dari bambu pilihan  dan
pada mata qalam terdapat belahan sangat kecil untuk aliran  tinta,belahan
sangat kecil di maksudkan agar hasil goresan  tidak terdapat celah yang tidak
terkena sapuan tinta. Ukuran mata qalam mulai 4mm sampai 3cm. Qalam
bamboo biasa di pakai untuk jenis khat ukuran besar, seperti khat tsuluts
jally,diwany jally,ta'liq jally (khat farisi ukuran besar)kufi mushafi,dan khat-
khat yang berukuran besar.
2. Qalam Jally

Adalah jenis Qalam yang mata qalamnya terbuat dari kayu hitam pilihan
dan pada mata qalam juga terdapat belahan sangat kecil untuk aliran
tinta,belahan sangat kecil di maksudkan agar hasil goresan  tidak terdapat celah
yang tidak terkena sapuan tinta.(sama seperti qalam bammboo). Ukuran mata
qalam mulai 4mm sampai 3cm. Kegunaan qalam jally sama seperti qalam
bamboo,yakni biasa di pakai untuk jenis khat ukuran besar, seperti khat tsuluts

7
jally,diwany jally,ta'liq jally (khat farisi ukuran besar)kufi mushafi,dan khat-
khat yang berukuran besar.4
3. Stillografica Profil Pen

Cocok untuk menulis kaligrafi Arab seperti khat tsuluts ataupun khat
diwani. Dengan ukuran mata pena 1,5 mm, pena ini akan membuat seni yang
indah dengan mudah. Pena dari bahan dari logam ini begitu elegan terlihatnya.
Mata penanya kokoh jadi kamu bisa membuat tulisan detail tebal dan tipis.
Berikut Contoh dari Khat Tsuluts

4
Hafidz Nur Huda, Asyiknya Belajar Kaligrafi, (Aceh: Afkari Publishing, 2010), 46.

8
Huruf hijaiyah dengan khat tsuluts

9
Kaligrafi Khat Tsulutsi Yang berfungsi Sebagai Hiasan / Dekorasi

10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Khat atau kaligrafi meupakan suatu seni artistik melalui tulisan tangan, yang
berkembang dinegara-negara yang pada umumnya memiliki warisan budaya
islam. Khat atau kaligrafi ini merupakan seni yang dihormati diantara seni rupa
islam lainnya. Karena merupakan media atau pengantar untuk melestarikan atau
mengamalkan Al-Qur’an.
Khat atau kaligrafi ini memiliki banyak sekali model-modelnya. Salah satu
modelnya yaitu kaligrafi dengan model khat tsulutsi atau tsuluts. Khat Tsuluts ini
pertama kali dibuat pada abad ke-7 pada zaman khalifah Ummayah akan tetapi
baru dikembangkan pada akhir abad ke-9. Kata Tsuluts berarti sepertiga, dalam
pembahasan ini mungkin disebabkan karena tulisan ini memiliki ukuran lebih
sepertiga dibandingkan dengan gaya tulisan lainnya. Dinamakan khat Tsuluts
karena ditulis dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran
sepertiga (tsuluts) goresan kalam. Untuk membuat khat tsuluts ini tentunya
memerlukan alat khusus. Jika ingin membuat khat tsuluts maka terdapat qalam
atau yang sering disebut dengan pena, ada yang dinamakan qalam Bamboo dan
qalam jally. Kedua qalam tersebut sering dipakai untuk membuat khat tsulus
dengan jenis khat dalam ukuran besar.
Sepanjang berjalannya waktu, kini khat tsuluts berkembang atau berubah-
ubah dalam beberapa gaya. Diantaranya terdapat Khat Tumar, Khat Muhaqqaq,
Khat Tawqi’, Khat Raihani, Khat Riqa’ atau Ruqa’, Khat Tsulusain, Khat
Musalsal, Khat Tsuluts ‘Adi, Khat Tsulus Jali, Khat Tsulus Mahbuk, Khat Tsulus
Muta’assir bil Rasm, Khat Tsulus Handasi, Khat Tsulus Mutanazhir.

11
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Hafidz Nur. Asyiknya Belajar Kaligrafi. Aceh: Afkari Publishing. 2010.
Munir Misbachul. 325 Contoh Kaligrafi Arab. Surabaya: Apollo. 2017.
Yulika, Febri. Jejak Seni Dalam Sejarah Islam. Padang Panjang: Institut Seni
Indonesia Padang Panjang. 2016.

12

Anda mungkin juga menyukai