Dosen Pengampu
Muhammad Muhtar, M.Pd
Oleh
Muhammad Rifqi
NIM. 1525110380
A. Latar Belakang
Kaligrafi Islam, yang dalam juga sering disebut sebagai kaligrafi Arab, merupakan suatu
seni artistik tulisan tangan, atau kaligrafi, serta meliputi hal penjilidan, yang berkembang di
negera-negera yang umumnya memiliki warisan budaya Islam. Bentuk seni ini berdasarkan
pada tulisan Arab, yang dalam waktu lama pernah digunakan oleh banyak umat Islam untuk
menulis dalam bahasa masing-masing. Kaligrafi adalah seni yang dihormati di antara berbagai
seni rupa islam, karena merupakan alat utama untuk melestarikan Al-Qur’an. Penolakan
kaligrafi dan penggambaran abstrak menjadi bentuk utama ekspresi seni dalam berbagai budaya
Islam, khususnya dalam konteks keagamaan. Sebagai contoh, kaligrafi nama Tuhan
B. Rumusan Masalah
c. Jenis khat apa saja yang masih terkenal hingga saat ini?
C. Tujuan Makalah
A. Pengertian Khat
Kaligrafi secara etimologi berasal dari bahasa Inggris, Calligraphy yang berasal dari dua
suku kata bahasa Yunani, yaitu Kallos:Beauty (indah) dan graphein: to write (menulis) 1 yang
berarti: tulisan yang indah. Dalam bahasa Arab biasa di sebut khat yang berarti garis atau
coretan pena yang membentuk tulisan tangan 2 dan disebut Fann Al-Khath dalam arti seni
Secara terminologi, Syaikh Syam al-Din al- Afkani mengatakan: kaligrafi adalah suatu ilmu
yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya dan tata cara merangkainya
menjadi sebuah tulisan yang tersusun. Atau apa-apa yang ditulis diatas garis-garis, bagaimana
cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis; mengubah ejaan yang perlu
wa Adabihi pernah mengumpulkan sekitar tujuh macam pengertian kaligrafi atau khat dan
kemudian menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kaligrafi adalah suatu kepandaian
untuk mengatur gerakan ujung-ujung jari dengan memanfaatkan pena dalam tata cara tertentu.
Yang dimaksud dengan “pena” di sini adalah pusat gerakan ujung-ujung jari; sementara “tata
1
D.A. Girling (ed), Eryman’s Encyclopaedia, (London: JM. Dent & Sons Ltd, 1978), vol.2, Cet VII, h.629
2
F. Steingass, Arabic English Dictionery,(New Delhi: Cosmos Publications, 1978), h.42. Simak pula: Kamus Al
munir
3
Al-Mu’jam al- Wajiz, (Mu’jam al-Lughah al-‘Arabiyah, 1995) h.203
4
dikutip dari Irsyad al-Qosid (Kairo: Kustatasumas wa Syarikuhu, tth), h. 3-4
5
Muhammad Thahir ibn Abd al-Qadir al- Kurdi al-Makki al-Khaththath, Tarikh al-Khath al-Arabi wa Adabihi,
(Hijaz,1982), Cet III, h.17
B. Fungsi Khat
Fungsi Kaligrafi Islam pada prinsipnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai media
1. Media Komunikasi
tulisan, orang bisa menuangkan ide-ide dan buah pikirannya. Dengan tulisan, kita dapat
mengetahui karakter seseorang, misalnya: pemarah, penyabar, ulet, atau orang yang
tekun.
ketelitian penulisnya. Tulisan yang besar-besar dan tidak teratur bisa diartikan sebagai
suatu ketergesa-gesaan. Sehubungan dengan itu Muhammad Thahir Ibnu Abdal Kadir
misalnya tulisan dengan susunan pendek dan rapat cenderung ditulis oleh orang
berpostur tubuh pendek. Demikian pula orang yang tinggi cenderung menulis secara
jarang dan tinggi pula. Bahkan seseorang yang peka melihat sebuah tulisan dapat
membedakan antara tulisan pria dan wanita, tulisan wanita lelih molek dari tulisan pria
yang setara. Namun pada kenyataannya tidak banyak wanita yang ahli kaligrafi, wanita
biasanya tidak tahan menghadapi kesulitan, berbeda dengan pria yang biasanya lebih
Tulisan dapat pula dijadikan sebagai data pelacakan sebagaimana halnya tangan
tangan, yang dapat menginformasikan siapa gerangan penulisnya. Seperti juga dengan
sidik jari, tiada dua orang yang memiliki tulisan yang sama persis, sekalipun mereka itu
saudara kembar.
Sebagai media komunikasi, aksara indah Islam dituntut kejelasan tulisan, huruf
demi huruf, agar dapat dibaca dengan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
penulisnya.
2. Media Ekspresi
Aksara indah Islam dapat pula dijadikan sebagai media ekspresi. Hal itu dibuktikan
oleh beberapa pelukis papan atas Indonesia seperti: Ahmad Sadali, A. D. Pirous, Amri
Yahya, Amang Rahman, HD. Sirojuddin AR, Abay D. Sabarna, Saiful Adnan, Abas
Alibasyah, Fadjar Sidik, dan yang lainnya, termasuk maestro seni lukis Indonesia
Affandi pernah juga membuat kaligrafi Islam. Walau itu adalah lafadz “Allah” yang
ditempatkan di sisi atas bidang kanvasnya digabungkan dengan lukisan potret diri
kanvas tidak berhenti pada tulisan saja. Lebih dari itu mendapatkan tambahan elemen-
elemen seni rupa pada umumnya, seperti elemen warna, tektur dan garis. Pengaturan
komposisi, irama, dan gelap terang. Unity atau kesatuan baik antara kesatuan elemen
seni rupa, maupun kesatuan tema, juga mendapat perhatian dalam karya seni
aksarindah Islam.
Sehubungan dengan itu, menurut A.D Pirous dalam buku karangan Ilham Khoiri
R., “Al-quran dan Kaligrafi Arab”, menyatakan bahwa ketika kaligrafi itu dituliskan
dengan tambahan emosi yang melebihi proporsinya sebagai alat komunikasi, maka ia
akan memiliki proses tambah. Kaligrafi bisa menjadi karya yang memendam estetika
yang mendalam.
C. Jenis-jenis Khat
Dalam perkembangannya muncul ratusan jenis khat kaligrafi, tidak
nampak yang dikenal oleh para pecinta seni kaligrafi di Indonesia, yaitu;
1. Naskhi
dipakai umat Islam, baik untuk menulis naskah keagamaan maupun tulisan
penulisannya dirumuskan secara sistematis oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10,
gaya kaligrafi ini sangat digunakan untuk menulis mushaf Alquran sampai
2. Tsuluts
komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang tersedia. Karya kaligrafi
meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang kuat.
3. Farisi
Menurut Didin Sirojuddin (2006), Seperti tampak dari namanya, kaligrafi
‘takaran’ yang tepat. Gaya ini banyak digunakan sebagai dekorasi eksterior
4. Riq’ah
digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis lainnya.
5. Ijazah (Raihani)
dikembangkan oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan
6. Diwani
Menurut Didin Sirojuddin (2006), Gaya kaligrafi Diwani dikembangkan
Hamdullah dan kaligrafer Daulah Usmani di Turki akhir abad ke-15 dan awal
abad ke-16. Gaya ini digunakan untuk menulis kepala surat resmi kerajaan.
Karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. Keindahan tulisannya bergantung
pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu neninggi atau
7. Diwani Jali
ini lebih ditujukan untuk keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi
sebagai tanda baca. Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya,
model ini digunakan untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi
8. Kufi
digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi ini
adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini
pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota
terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M. Khat Arab
dinamakan Jazm karena khat kufi pada awalnya bernama Jazm, sebelum kota
Kufah didirikan.
Dinamakan Jazm karena dia „juzima‟ atau terpotong dan dilahirkan dari fan
Musnad Humeiri. Khat ini juga disebut sebagai khat Muzawwa (kubisme)
merupakan tulisan Arab yang asal. Khat ini pernah masyhur di Hirah, Raha dan
Nashibain sebelum berdirinya kota Kufah. Tulisan ini yang juga dipanggil khat
Hieri (dari perkataan Hirah) diakui sebagai tulisan yang pernah memainkan
Khat kufi mempunyai ciri istimewa dan berbeda dengan khat-khat lain. Khat
ukuran yang seimbang dan spesifik. Khat ini tampak lebih kokoh dan ringkas.
dalam ukuran yang sama lebar. Maka ini akan menyebabkan tulisan khat kufi
kelihatan berbentuk segiempat panjang. Hal yang penting dalam menulis khat
ini ialah menekankan bahwa khat kufi dari jenis tulisan yang bersiku-siku.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khat atau kaligrafi ialah sebuah garis atau coretan pena yang membentuk
Fungsi kaligrafi dibagi menjadi dua yaitu: (1) sebagai media komunikasi,
Jenis khat yang masih dikenal sampai sekarang ada delapan yaitu: naskhi,
tsulust, farisi, riq’ah, ijazah (raihani), diwani, diwani jail, dan kufi.
B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi
penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka
saran – saran kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan kami dan
menjadikan semua itu guna menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan
D.A. Girling (ed), Eryman’s Encyclopaedia, (London: JM. Dent & Sons Ltd, 1978), vol.2,
Cet
VII, h.629
F. Steingass, Arabic English Dictionery (New Delhi: Cosmos Publications, 1978), h.42.
Simak
pula: Kamus Al munir
Muhammad Thahir ibn Abd al-Qadir al- Kurdi al-Makki al-Khaththath, Tarikh al-Khath al-
Arabi
wa Adabihi, (Hijaz,1982), Cet III, h.17