Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seni kaligrafi adalah salah satu kebesaran seni budaya Islam yang
memiliki ciri-ciri khas dalam catatan sejarah perkembangan kebudayaan Islam
dari zaman ke zaman. Karya seni yang dikembangkan salah satunya adalah
bentuk seni kaligrafi. Berkembangnya seni kaligrafi Islam hingga saat ini
dikarenakan adanya tokoh-tokoh kaligrafi atau para khatat yang pada zaman
dulu mampu mengembangkannya ke berbagai daerah.

Seni kaligrafi atau bisa dikenal dengan khat adalah seni tulisan indah
yang di hasilkan oleh tangan. Dalam perkembangannya lukisan seni kaligrafi
yang dibuat seorang seniman kaligrafi terkadang tidak menggunakan kaidah
baku kaligrafi sehingga menjadi nilai keindahan tersendiri bagi sipembuat
lukisan seni kaligrafi dan menjadi ciri khas seorang seniman kaligrafi,
walaupun dalam perkembangannya kaligrafi memiliki jenis-jenis tersendiri hal
ini jelas menyimpang dari kaidah baku kaligrafi, namun kaligrafi ini mampu
member nilai baru dalam seni lukis kaligrafi dan banyak disukai ialah
masyarakat di Indonesia sebagai kaligrafi kontemporer.

Kaligrafi merupakan seni arsitektur rohani, yang dalam proses


penciptaannya melalui alat jasmani. Kaligrafi atau khath, dilukiskan sebagai
kecantikan rasa, penasehat pikiran, senjata pengetahuan, penyimpan rahasia dan
berbagai masalah kehidupan. Oleh sebagian ulama disebutkan “khat itu ibarat
ruh di dalam tubuh manusia”.

Akan tetapi yang lebih mengagumkan adalah, bahwa membaca dan


“menulis” merupakan perintah Allah SWT yang pertama diwahyukan kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, yang tertuang dalam al-Qur’an surat al-‘Alaq
ayat 1-5, yaitu: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan mulah Yang
Maha Pemurah. Yang mengajari (manusia) dengan parantaraan kalam. Dia
mengajari manusia apa yang belum diketahuinya”.

Dapat dipastikan, kalam atau pena mempunyai kaitan yang erat dengan
seni kaligrafi. Dapat juga dikatakan bahwa kalam sebagai penunjang ilmu
pengetahuan. Wahyu tersebut merupakan “sarana” al-Khaliq dalam rangka
memberi petunjuk kepada manusia untuk membaca dan menulis. Tentang asal-

1
usul kaligrafi itu sendiri, banyak pendapat yang mengemukakan tentang siapa
yang mula-mula menciptakan kaligrafi. Untuk mengungkap hal tersebut cerita-
cerita keagamaanlah yang paling tepat dijadikan pegangan.

Para pakar Arab mencatat, bahwa Nabi Adam a.s yang pertama kali
mengenal kaligrafi. Pengetahuan tersebut datang dari Allah SWT, sebagaiman
firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 31: “Dan Dia mengajarkan kepada
Adam nama-nama seluruhya…. “ Di samping itu masih ada lagi cerita-cerita
keagamaan lainnya, misalnya saja, banyak yang percaya bahwa bahasa atau
sistem tulisan berasal dari dewa-dewa. Nama Sanskerta adalah Devanagari,
yang berarti “bersangkutan dengan kota para dewa”.

Perkembangan selanjutnya mengalami perubahan akibat pergeseran


zaman dan perubahan watak manusia. Akhirnya muncul tafsiran-tafsiran baru
tentang asal-usul tulisan indah atau kaligrafi yang lahir dari ide “menggambar”
atau “lukisan” yang dipahat atau dicoretkan pada benda-benda tertentu seperti
daun, kulit, kayu, tanah, dan batu. Hanya gambar-gambar yang mengandung
lambang-lambang dan perwujudan dari keadaan-keadaan tertentu yang
diasosiasikan dengan bunyi ucap sajalah yang dapat diusut sebagai awal
pembentukan kaligrafi. Dari situlah tercipta sistem atau aturan tertentu untuk
membacanya. Demikian juga sistem tulisan primitif Mesir Kuno atau sistem
yang dikembangkan oleh kelompok-kelompok masyarakat primitif.

Di Indonesia, kaligrafi hadir sejalan dengan masuknya agama Islam


melalui jalur perdagangan pada abad ke-7 M, lalu menyebar ke pelosok
nusantara sekitar abad ke-12 M. Pusat-pusat kekuasaan islam seperti di
Sumatra, Jawa, Madura, Sulawesi, menjadi kawah candra dimuka bagi
eksistensi kaligrafi dalam perjalanannya dari pesisir/pantai merambah
kepelosok-pelosok daerah. Pada masa permulaan islam di Indonesia,
penampilan kaligrafi atau khat dapat dikatakan kurang menonjol, disebabkan
karena penerapan kaligrafi yang sangat terbatas. Sehingga pada masa itu
sebagian besar karya kaligrafi lebih mementingkan nilai-nilai fungsional dari
pada nilai estetis. Dengan kata lain, nilai-nilai keindahan tulisan itu sendiri
sebagai karya seni menjadi terabaikan.
Hingga saat ini perkembangan seni kaligrafi Islam di Indonesia telah
berkembang pesat, dengan unsur-unsur garis, bentuk, warna, tekstur, dan
unsure bentuk lainnya yang dibuat oleh seniman kaligrafi mampu memberikan
nilai-nilai keindahan yang baru dalam seni kaligrafi di Indonesia sehingga seni
kaligrafi penerepannya menjadi sangat luas dan tidak terbatas yang saat ini
2
banyak ditorehkan dalam bentuk seni kaligrafi lukisan, kerajinan, ketrampilan
dan lain lain.
Ada beberapa jenis kaligrafi Islam yang biasanya orang banyak belum
tahu dari ciri khas masing-masing jenis kaligrafi yang membedakan kaligrafi
satu dengan yang lainnya, diantaranya jenis kaligrafi yang berkembang di
Indonesia adalah kaligrafi Kufi, Tsuluts, Naskhi, Riq'ah, Ijazah (Raihani),
Diwani, Diwani Jali dan Farisi.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penyusun

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman tentang apakah arti yang sebenarnya seni lukis


kaligrafi.

2. Berkembangnya seni kaligrafi Islam modern yang banyak disukai

pecinta kaligrafi.

3. Kurangnya pemahaman tetang jenis dan ciri khas dari seni kaligrafi Islam.

4. Tidak lengakapnya penjelasan tentang proses pembuatan seni kaligrafi Islam.

5. Kurangnya pemahaman tentang fungsi & manfaat seni kaligrafi islam.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan seni kaligrafi dalam lukisan bergaya
modern?
2. Bagaimana sejarah perkembangan seni lukis kaligrafi ?
3. Bagaimana kita bisa membedakan seni lukis kaligrafi dengan kaligrafi
otentik?
4. Bagaimana teknik dasar pembuatan lukis kaligrafi ?
5. Bagaimana proses pembuatan seni lukis kaligrafi ?
6. Bagaimana fungsi dan peranan seni lukis kaligrafi ?
7. Bagaimana pemanfaatan seni lukis kaligrafi ?

3
1.3. Tujuan
1.Untuk mengetahui pengertian seni lukis kaligrafi bergaya modern.
2.Untuk mengetahui sejarah perkembangan seni lukis kaligrafi.
3.Untuk mengetahui perbedaan seni lukis kaligrafi dengan kaligrafi otentik.
4.Untuk mengetahui teknik dasar & proses pembuatan seni lukis kaligrafi.
5. Untuk mengetahui fungsi dan peranan seni lukis kaligrafi.
6. Untuk mengetahui pemanfaatan seni lukis kaligrafi.

1.4. Manfaat
1. Memberi pemahaman kepada pembaca apakah yang disebut sebagai seni
lukis kaligrafi.
2.Meningkatkan pengetahuan kepada pembaca tentang seni lukis kaligrafi itu
sendiri.
3. Memberi pengetahuan kepada pembaca tentang perbedaan seni lukis kaligrafi
modern dengan kaligrafi otentik.
4. Memberikan pemahaman tentang teknik dasar & proses pembuatan seni lukis
kaligrafi modern.
5. Memberikan pengetahuan tentang fungsi dan peranan seni lukis kaligrafi.
6. Memberikan pengetahuan pemanfaatan seni lukis kaligrafi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Seni Kaligrafi Dalam Lukisan Bergaya Modern


A. Pengertian Seni Kaligrafi

Secara etimologi, kaligrafi merupakan penyederhanaan dari calligraphy


(Inggris) yang berarti tulisan tangan yang sangat elok, tulisan indah. Dalam
bahasa Yunani, kata ini diambil dari kata kallos yang berarti beauty (indah) dan
graphein yang artinya to write (menulis) berarti tulisan atau aksara. Dengan
demikian kaligrafi dalam bahasa Yunani berarti tulisan yang indah atau seni
tulisan indah. Sementara dalam bahasa Arab, kaligrafi disebut khat yang berarti
garis atau baris.

Secara terminologi para ahli berbeda dalam mendefinisikannya, Hakim


al-Rum misalnya mengatakan, kaligrafi adalah geometri spiritual yang
diekspresikan dengan perangkat fisik. Sementara Hakim al-Arab menuturkan,
kaligrafi adalah pokok dalam jiwa yang diekspresikan dengan indra. Batasan-
batasan tersebut seiring pula dengan yang diungkapkan oleh Yaqut al-
Musta’shimi bahwa kaligrafi adalah geometri rohaniah yang dilahirkan dengan
alat-alat jasmaniah. Sementara Ubaidillah bin Abbas mengistilahkan kaligrafi
dengan lisân al-yadd atau lidahnya tangan. Situmorang mengartikan kaligrafi
sebagai suatu corak atau bentuk seni menulis indah dan merupakan suatu bentuk
keterampilan tangan serta dipadukan dengan rasa seni yang terkandung dalam
hati setiap penciptanya.

Definisi kaligrafi yang lebih lengkap diungkapkan oleh Syekh


Syamsuddin al-Akfani, sebagaimana dikutip Sirojuddin, yaitu suatu ilmu yang
memperkenalkan bentuk-bentuk huruf tunggal, letak-letaknya dan tata cara
merangkainya menjadi sebuah tulisan yang tersusun atau apa yang ditulis diatas
garis-garis, bagaimana cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu
ditulis, menggubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara bagaimana
untuk menggubahnya.

Seni kaligrafi atau bisa dikenal dengan khat adalah seni tulisan indah
yang di hasilkan oleh tangan. Dalam perkembangannya lukisan seni kaligrafi
yang dibuat seorang seniman kaligrafi terkadang tidak menggunakan kaidah
baku kaligrafi sehingga menjadi nilai keindahan tersendiri bagi sipembuat
lukisan seni kaligrafi dan menjadi ciri khas seorang seniman kaligrafi,

5
walaupun dalam perkembangannya kaligrafi memiliki jenis-jenis tersendiri hal
ini jelas menyimpang dari kaidah baku kaligrafi, namun kaligrafi ini mampu
member nilai baru dalam seni lukis kaligrafi dan banyak disukai ialah
masyarakat di Indonesia sebagai kaligrafi kontemporer. Hingga saat ini
perkembangan seni kaligrafi Islam di Indonesia telah berkembang pesat,
dengan unsur-unsur garis, bentuk, warna, tekstur, dan unsure bentuk lainnya
yang dibuat oleh seniman kaligrafi mampu memberikan nilai-nilai keindahan
yang baru dalam seni kaligrafi di Indonesia sehingga seni kaligrafi
penerepannya menjadi sangat luas dan tidak terbatas yang saat ini banyak
ditorehkan dalam bentuk seni kaligrafi lukisan, kerajinan, ketrampilan dan lain
lain.

Kaligrafi dibagi menjadi 2 wilayah besar yaitu Timur (eastern) yang


meliputi Asia Barat/Timur Tengah (Arab) dan Asia Timur/oriental (China dan
Jepang) serta wilayah Barat (western) yang meliputi Eropa dan Amerika.

Gambar Bagan pembagian wilayah besar penyebaran Kaligrafi di dunia


Di kebudayaan Timur, kaligrafi adalah salah satu bentuk seni yang
mempunyai nilai tradisi tinggi, membutuhkan pelatihan dan disiplin tinggi yang
memerlukan waktu lama untuk berhasil menguasainya. Usia dari tradisi
kaligrafi Timur ini sudah berabad-abad yang lalu. Berbeda dengan di Barat,
menulis dengan tangan tidak menempati tataran yang tinggi seperti di Timur.
Tradisi menulis indah telah dikalahkan oleh pengenalan komputer sejak dini.
Sehingga tradisi menulis dengan indah hanya sedikit sekali yang menekuninya.

6
Berikut ini beberapa contoh kaligrafi dari wilayah Timur (eastern) dan wilayah
Barat (western):
1. Kaligrafi di wilayah Timur

Gambar Kaligrafi Islam/Arab


Kaligrafi Islam/Arab ini diciptakan dan dikembangkan oleh kaum
Muslim sejak kedatangan Islam, kemudian berkembang pesat sejak bangsa Arab
memeluk agama Islam. Dapat dikatakan bahwa kaligrafi berkembang
bersamaan dengan mulai dikenalnya huruf. Pada tahun 3.500 SM, orang Mesir
menciptakan Hieroglyphics yang berarti simbol-simbol berupa gambar yang
berfungsi menyerupai huruf.
Kaligrafi merupakan tulisan tangan yang indah sebagai hiasan. Definisi
kaligrafi semacam itu sangatlah umum, maka kaligrafi dipersempit lingkupnya
menjadi kaligrafi Islam. Sekilas kaligrafi Arab juga tepat, namun apabila diteliti
lebih dalam, ternyata Arab tidak identik dengan Islam. Kaligrafi Islam
merupakan bahasa yang paling tepat untuk mengidentikkan kaligrafi dengan
Islam. Kaligrafi Islam menggunakan bahasa Arab. Sebagai bahasa yang
memiliki karakter huruf yang lentur dan artistik, huruf Arab menjadi bahan
yang sangat kaya untuk penulisan kaligrafi. Kaligrafi Islam sangat berkaitan

7
dengan Al-Qur’an dan Hadist, karena sebagian besar tulisan indah dalam bahasa
Arab menampilkan ayat-ayat Al-Qur’an atau Hadist Nabi Muhammad SAW.
Berhubungan dengan perspektif kaligrafi sebagai huruf yang menjadi simbol
penulisan atau kata, maka perlu diketahui terlebih dahulu fungsi dari huruf atau
aksra itu sendiri.
Secara sederhana ada tiga fungsi aksara. Pertama fungsi spiritual, kedua
fungsi praktis, dan yang ketiga fungsi estetis.
Pada fungsi spiritual, huruf diperlakukan sebagai benda sakral. Seperti
diketahui bahwa pada awal kelahirannya yang mempunyai wewenang untuk
mempergunakan tulisan hanya komunitas tertentu saja. Di India misalnya, pada
masa kekastaan masih ketat dijalankan, aksara hanya boleh dipergunakan oleh
Kasta Brahmana dan Kasta Ksatria saja. Anggapan suci terhadap huruf ini
terdapat dalam berbagai agama dan kepercayaan. Sebagai benda sakral, wujud
huruf adalah media untuk menyatukan diri dengan Yang Maha Kuasa.
Fungsi yang kedua dari aksara adalah fungsi praktis. Disini aksara
diperlakukan sebagai alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi tentu saja
mempunyai persyaratan yaitu mudah untuk dibaca. Walaupun ada persyaratan
seperti itu, namun karena manusia tidaklah lepas dari keinginan untuk
membubuhkan segi estetis. Unsur inilah yang melahirkan berbagai gaya dalam
tulisan. Dan inilah sebenarnya yang dinamakan kaligrafi murni, dimana tulisan
indah yang dibuat sesuai dengan kaidah baku.
Persyaratan mudah dibaca tergeser oleh dominasi fungsi ketiga dari
aksara, yaitu segi estetis. Berbeda dengan tulisan kaidah baku (kaligrafi murni),
maka dalam lukisan kaligrafi, dominasi segi estetis melebihi kebutuhan akan
keterbacaan, bahkan ada yang lepas sama sekali dari kaidah dan fungsi huruf
sebagai alat komunikasi.
Kaligrafi Islam memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan
seni rupa di dunia. Sir Thomas Arnold dan Alfred Guillaume, dalam buku The
Legacy of Islam yang terbit untuk pertama kali pada tahun 1931 (Abay D
Subarna, 2007) menjelaskan bahwa kaligrafi pada arsitektur Islam banyak
mempengaruhi inskripsi pada sejumlah gereja.

B. Pengertian Dasar Seni Lukis


Dalam cipta karya seni lukis, dituntut pengetahuan dan spesialisasi
bidang keahlian seni lukis, karena itu diperlukan pengetahuan atau pengertian
dasar seni lukis sebagai pondasi proses kreatif yang dilakukan oleh sang
seniman.

8
1. Ruang lingkup seni lukis
Pengertian seni lukis telah banyak disebutkan dan didefinisikan oleh para
pakar seni, namun secara umum, tak satupun definisi yang dapat memuaskan
dan diterima oleh semua orang. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya seni
lukis itu memiliki keberagaman yang tinggi dan memiliki banyak aliran, yang
satu sama lain mempunyai persamaan dalan satu sisi, juga tidak jarang saling
bertentangan secara diametral dalam sisi yang lain. Dari sekian banyak definisi
yang disebut oleh para pakar seni itu, di sini kita pilih salah satu definisi sebagai
bekal dasar yang cukup relevan untuk memahami pengertian seni lukis.
Jika dilihat dari sisi teknis, lukisan merupakan penggunaan pigmen atau
wama dengan menggunakan bahan pelarut yang dibubuhkan di atas permukaan
bidang dasar, misalnya pada kanvas, sebagai media untuk menghasilkan sensasi
atau ilusi ruang, tekstur, gerakan, untuk mengekspresikan berbagai makna atau
nilai subjektif, baik yang bersifat emosional, intelektual, simbolik, relegius, dan
lain sebagainya.
Seorang pakar seni lukis, Herbert Read mengatakan bahwa seni lukis
merupakan penggunaan garis, warna, tekstur, ruang dan bentuk, shape, pada
suatu permukaan, yang bertujuan untuk menciptakan berbagai image. Image-
image tersebut bisa merupakan hasil ekspresi dari ide-ide, emosi, dan
pengalaman-pengalaman, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga tercapainya
harmoni. Adapun pengalaman yang dituangkan dalam lukisan adalah
pengalaman yang berisi keindahan atau pengalaman estetik.
Menurut seorang pakar seni lukis lain yang bernama Edmund Burke
Feldman, pengekspresian itu menggunakan :

1. Unsur-unsur visual, yang terdiri atas garis, warna, bentuk, tekstur dan
ruang atau gelap terang
2. Organisasi dari unsur-unsur tersebut, yang meliputi kesatuan,
keseimbangan, irama dan perbandingan ukuran.

Seorang kritikus seni rupa bernama Dan Suwaryono mengemukakan


bahwa seni lukis memiliki dua faktor.

1. Faktor Ideoplastis: ide, pengalaman, pendapat, emosi, fantasi, dan lain-


lain. Faktor ini lebih bersifat rohaniah sebagai dasar penciptaan seni lukis.
2. Faktor Fisioplastis: yang meliputi hal-hal yang menyangkut masalah
teknis, termasuk organisasi elemen-elemen visual seperti garis, ruang, warna

9
tekstur, bentuk (shape) dengan prinsip-prinsipnya. Faktor ini lebih bersifat
fisik dalam arti seni lukisnya itu sendiri.

Pengertian seni lukis sebenarnya mencakup ruang lingkup yang lebih


luas dari sebuah definisi, karena seni lukis juga memiliki beragam istilah,
misalnya lukisan dinding, lukisan miniatur, lukisan pottery, lukisan
jambangan, lukisan mosaik, lukisan potret, lukisan manuskrip, lukisan
enamel, lukisan kaca, lukisan teknologis yang dibuat dengan menggunakan
media elektronik, seperti komputer.

Seni lukis yang lebih populer di tengah masyarakat dan diajarkan di


lembaga-lembaga pendidikan kesenian pada dasarnya adalah easel painting,
jenis lukisan yang ukurannya lebih kecil dari lukisan dinding atau mural.
Sejenis seni lukis yang lebih fleksibel, karena para seniman pelukis dapat
membawa easel yang praktis itu keberbagai lokasi untuk melakukan karya
melukis di alam bebas, di samping itu, dapat pula digunakan berkarya di
studio seni lukis.

C. Pengertian Seni Rupa Modern


Seni rupa modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan
suatu adat atau daerah, namun tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-
aliran seni rupa. Seni rupa modern adalah suatu karya seni rupa yang merupakan
hasil kreativitas untuk menciptakan karya yang baru atau dengan kata lain karya
seni rupa pembaruan.Seni modern lahir dari dorongan untuk menjaga standar
nilai estetik yang kini sedang terancam oleh metode permasalahan Seni modern
dengan melahirkan Conceptual Art atau Seni Konseptual merupakan gerakan
dalam menempatkan ide, gagasan atau konsep sebagai masalah yang utama
dalam seni. Sedangkan bentuk, material dan objek seninya hanyalah merupakan
akibat/efek samping dari konsep seniman.
B. Ciri-ciri dan Unsur Modernisme
1) Ciri-ciri seni modern

 Konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi, tetapi


jangkauan penjabaran visualisasinya tidak terbatas.
 Tidak terikat pada pakem-pakem tertentu.
 Minimalis
 Rasionalitas/Rationality
 Dominan bentuk-bentuk geometris

10
 Tidak ada unsur ornament
 Universal
 Fungsionalitas diprioritaskan
 Orisinalitas/kemurnian/purity
 Penguatan dalam konsep
 Kreativitas
 Memutus hubungan dengan sejarah

2) Unsur-unsur Modernisme

 Eksperimen
 Pembaruan (Inovation)
 Kebaruan (Novelty)
 Orisinalitas

2.2. Sejarah Perkembangan Seni Kaligrafi


Peradaban Islam mulai muncul di permukaan ketika terjadi hubungan
timbal balik antara peradaban orang-orang Arab dengan non-Arab. Pada
mulanya, Islam tidak memerlukan suatu bentuk kesenian; tetapi bersama
jalannya sang waktu, kaum muslimin menjadikan karya-karya seni sebagai
media untuk mengekspresikan pandangan hidupnya. Mereka membangun
bentuk-bentuk seni yang kaya sesuai dengan perspektif kesadaran nilai Islam,
dan secara perlahan mengembangkan gaya mereka sendiri serta menambah
sumbangan kebudayaan di lapangan kesenian.

Bangsa Arab diakui sebagai bangsa yang sangat ahli dalam bidang sastra,
dengan sederet nama-nama sastrawan terkenal pada masanya, namun dalam hal
tradisi tulis-menulis (baca: khat) masih tertinggal jauh bila dibandingkan
dengan beberapa bangsa di belahan dunia lainnya yang telah mencapai tingkat
kualitas tulisan yang sangat prestisius. Sebut saja misalnya bangsa Mesir
dengan tulisan Hierogliph, bangsa India dengan Devanagari, bangsa Jepang
dengan aksara Kaminomoji, bangsa Indian dengan Azteka, bangsa Assiria
dengan Fonogram/Tulisan Paku dan pelbagai negeri lain sudah terlebih dahulu
memiliki jenis huruf/aksara.

Keadaan ini dapat dipahami mengingat Bangsa Arab adalah bangsa yang
hidupnya nomaden (berpindah-pindah) yang tidak mementingkan keberadaan

11
sebuah tulisan, sehingga tradisi lisan (komunikasi dari mulut ke mulut) lebih
mereka sukai, bahkan beberapa diantara mereka tampak anti huruf. Tulisan baru
dikenal pemakaiannya pada masa menjelang kedatangan Islam dengan ditandai
pemajangan al-Mu’alaqât (syair-syair masterpiece yang ditempel di dinding
Ka’bah).Pembentukan huruf abjad Arab sehingga menjadi dikenal pada masa-
masa awal Islam memakan waktu berabad-abad. Inskripsi Arab Utara tahun 250
M, 328 M dan 512 M menunjukkan kenyataan tersebut.

Dari inskripsi-inskripsi yang ada, dapat ditelusuri bahwa huruf Arab


berasal dari huruf Nabati, yaitu huruf orang-orang Arab Utara yang masih
dalam rumpun Smith yang terutama hanya menampilkan huruf-huruf mati. Dari
masyarakat Arab Utara yang mendiami Hirah dan Anbar, tulisan tersebut
berkembang pemakaiannya ke wilayah-wilayah selatan Jazirah Arab.

1. Perkembangan Kaligrafi Periode Bani Umayyah (661-750 M)

Salah satu bentuk tulisan yang digandrungi bangsa Arab adalah seni
kaligrafi. Beberapa ragam kaligrafi awalnya dikembangkan berdasarkan nama
kota tempat dikembangkannya tulisan. Dari berbagai karakter tulisan hanya ada
tiga gaya utama yang berhubungan dengan tulisan yang dikenal di Makkah dan
Madinah yaitu Mudawwar (bundar), mutsallats (segitiga) dan Ti’im (kembar
yang tersusun dari segitiga dan bundar). Dari tiga inipun hanya dua yang
diutamakan yaitu gaya kursif dan mudah ditulis yang disebut gaya muqawwar
berciri lembut, lentur dan gaya mabsut berciri kaku dan terdiri dari goresan-
goresan tebal (rectilinear). Dua gaya ini pun menyebabkan timbulnya
pembentukan sejumlah gaya lain lagi yang diantaranya Mail (miring), Masyq
(membesar) dan Naskh (inskriptif).

Gaya Masyq dan Naskh terus berkembang, sedangkan Mail lambat laun
ditinggalkan karena kalah oleh perkembangan Kufi. Perkembangan Kufi pun
melahirkan beberapa variasi, baik pada garis vertikal maupun horizontalnya,
baik menyangkut huruf-huruf maupun hiasan ornamennya. Muncullah gaya
Kufi Murabba’ (lurus-lurus), Muwarraq (berdekorasi daun), Mudhaffar
(dianyam), Mutarabith Mu’aqqad (terlilit berkaitan) dan lainnya. Demikian pula
gaya kursif mengalami perkembangan luar biasa bahkan mengalahkan gaya
Kufi, baik dalam hal keragaman gaya baru maupun penggunaannya.

Dalam hal ini penyalinan al-Qur’an, kitab-kitab agama, surat-menyurat


dan lainnya. Diantara kaligrafer Bani Umayyah yang paling termashyur
12
mengembangkan tulisan kursif adalah Qutbah al-Muharrir. Ia menemukan
empat tulisan yaitu Thumar, Jalil, Nisf dan Tsuluts. Keempat tulisan ini saling
melengkapi antara satu gaya dengan gaya lain sehingga menjadi lebih
sempurna. Tulisan Thumar yang berciri tegak lurus ditulis dengan pena besar
pada tumar-tumar (lembaran penuh, gulungan kulit atau kertas) yang tidak
terpotong. Tulisan ini digunakan untuk komunikasi tertulis para khalifah kepada
amir-amir dan penulisan dokumen resmi istana. Sedangkan tulisan Jalil yang
berciri miring digunakan oleh masyarakat luas.

Sejarah perkembangan periode ini tidak begitu banyak terungkap oleh


karena khalifah pelanjutnya yaitu Bani Abbasiyah telah menghancurkan
sebagian besar peninggalan-peninggalan demi kepentingan politis. Hanya ada
beberapa contoh tulisan yang tersisa seperti prasasti pembangunan Dam yang
dibangun Mu’awiyah, tulisan di Qubbah Ash-Shakhrah, inskripsi tulisan Kufi
pada sebuah kolam yang dibangun Khalifah Hisyam dan lain-lain.

2. Perkembangan Kaligrafi Periode Bani Abbasiyah (750-1258 M)

Gaya dan teknik menulis kaligrafi semakin berkembang terlebih pada


periode ini semakin banyak kaligrafer yang lahir, diantaranya Ad-Dahhak ibn
‘Ajlan yang hidup pada masa Khalifah Abu Abbas As-Shaffah (750-754 M) dan
Ishaq ibn Muhammad pada masa Khalifah al-Manshur (754-775) dan al-Mahdi
(775-786). Ishaq memberikan kontribusi yang besar bagi pengembangan tulisan
Tsuluts dan Tsulutsain dan mempopulerkan pemakaiannya. Kemudian
kaligrafer yaitu Abu Yusuf as-Sijzi yang belajar Jalil kepada Ishaq. Yusuf
berhasil menciptakan huruf yang lebih halus dari sebelumnya.

Adapun kaligrafer periode Bani Abbasiyah yang tercatat sebagai nama


besar adalah Ibnu Muqlah yang pada masa mudanya belajar kaligrafi kepada Al-
Ahwal al-Muharrir. Ibnu Muqlah berjasa besar bagi pengembangan tulisan
kursif karena penemuannya yang spektakuler tentang rumus-rumus geometrikal
pada kaligrafi yang terdiri dari tiga unsur kesatuan baku dalam pembuatan huruf
yang ia tawarkan yaitu: titik, huruf alif, dan lingkaran. Menurutnya setiap huruf
harus dibuat berdasarkan ketentuan ini dan disebut al-Khat al-Mansub (tulisan
yang berstandar). Ia juga mempelopori pemakaian enam macam tulisan pokok
(al-Aqlam as-Sittah) yaitu Tsuluts, Naskhi, Muhaqqaq, Raihani, Riqa’ dan
Tauqi’ yang merupakan tulisan kursif. Tulisan Naskhi dan Tsuluts menjadi

13
populer dipakai karena usaha Ibnu Muqlah yang akhirnya bisa menggeser
dominasi khat Kufi.

Usaha Ibnu Muqlah pun dilanjutkan oleh murid-muridnya yang terkenal


diantaranya Muhammad ibn as-Simsimani dan Muhammad ibn Asad. Dari dua
muridnya ini kemudian lahir kaligrafer bernama Ibnu Bawwab. Ibnu Bawwab
(413 H) mengembangkan lagi rumus yang sudah dirintis oleh Ibnu Muqlah yang
dikenal dengan al-Mansub al-Faiq (huruf bersandar yang indah). Ia mempunyai
perhatian besar terhadap perbaikan khat Naskhi dan Muhaqqaq secara radikal.
Namun karya-karyanya hanya sedikit yang tersisa hingga sekarang yaitu sebuah
al-Qur’an dan fragmen duniawi saja.

Pada masa berikutnya muncul Yaqut al-Musta’simi yang


memperkenalkan metode baru dalam penulisan kaligrafi secara lebih lembut dan
halus lagi terhadap enam gaya pokok yang masyhur tersebut. Yaqut adalah
kaligrafer besar dimasa akhir Daulah Abbasiyah hingga runtuhnya dinasti ini
pada tahun 1258 M karena serbuan tentara Mongol.Pemakaian kaligrafi pada
masa Daulah Abbasiyah menunjukkan keberagaman yang sangat nyata, jauh
bila dibandingkan dengan masa Ummayah.

Para kaligrafer Daulah Abbasiyah sangat ambisius menggali penemuan-


penemuan baru atau mendeformasi corak-corak yang tengah berkembang.
Karya-karya kaligrafi lebih dominan dipakai sebagai ornamen dan arsitektur
oleh Bani Abbasiyah daripada Bani Ummayah yang hanya mendominasi unsur
ornamen floral dan geometrik yang mendapat pengaruh kebudayaan Hellenisme
dan Sasania.

3. Perkembangan Kaligrafi di Belahan Barat Islam

Selain di kawasan negeri Islam bagian timur (al-Masyriq) yang


membentang di sebelah timur Libya termasuk Turki, dikenal juga kawasan
bagian barat negeri Islam (al-Maghrib) yang terdiri dari seluruh negeri Arab
sebelah barat Mesir, termasuk Andalusia (Spanyol Islam). Kawasan ini
memunculkan bentuk kaligrafi yang berbeda. Gaya keligrafi yang berkembang
dominan adalah Kufi Maghribi yang berbeda dengan gaya di Baghdad (Irak).
Sistem penulisan yang ditemukan oleh Ibnu Muqlah juga tidak sepenuhnya
diterima, sehingga gaya tulisan kursif yang ada bersifat konservatif.

Sementara bagi kawasan Masyriq, setelah kehancuran Daulah Abbasiyah


oleh tentara Mongol dibawah komando Jengis Khan dan puteranya Hulagu

14
Khan, perkembangan kaligrafi dapat segera bangkit kembali tidak kurang dari
setengah abad. Oleh Ghazan cucu Hulagu Khan yang telah memeluk agama
Islam, tradisi kesenian pun dibangun kembali. Penggantinya yaitu Uljaytu juga
meneruskan usaha Ghazan, ia memberikan dorongan kepada kaum terpelajar
dan seniman untuk berkarya. Seni kaligrafi dan hiasan al-Qur’an pun mencapai
puncaknya. Dinasti ini memiliki beberapa kaligrafer yang dibimbing Yaqut
seperti Ahmad al-Suhrawardi yang menyalin al-Qur’an dalam gaya Muhaqqaq
tahun 1304, Mubarak Shah al-Qutb, Sayyid Haydar, Mubarak Shah al-Suyufi
dan lain-lain.

Dinasti al-Khan yang bertahan sampai abad ke-14 digantikan oleh Dinasti
Timuriyah yang didirikan Timur Leng. Meskipun dikenal sebagai pembinasa
besar, namun setelah ia masuk Islam kaum terpelajar dan seniman mendapat
perhatian istimewa. Ia mempunya perhatian besar terhadap kaligrafi dan
memerintahkan penyalinan al-Qur-an. Hal ini dilanjutkan oleh puteranya Shah
Rukh. Diantara ahli kaligrafi pada masa ini adalah Muhammad al-Tughra’i yang
menyalin al-Qur’an tahun 1408 dalam gaya Muhaqqaq emas. Dan putera Shah
Rukh sendiri yang bernama Ibrahim Sulthan menjadi salah seorang kaligrafer
terkemuka.
Dinasti Timuriyah mengalami kemunduran menjelang abad ke-15 dan
segera digantikan oleh Dinasti Safawiyah yang bertahan di Persia dan Irak
sampai tahun 1736. Pendirinya Shah Ismail dan penggantinya Shah Tahmasp
mendorong perumusan dan pengembangan gaya kaligrafi baru yang disebut
Ta’liq yang sekarang dikenal Khat Farisi. Gaya baru yang dikembangkan Ta’liq
adalah Nasta’liq yang mendapat pengaruh dari Naskhi. Tulisan Nasta’liq
akhirnya menggeser Naskhi dan menjadi tulisan yang biasa digunakan untuk
menyalin sastra Persia.

Di kawasan India dan Afganistan berkembang kaligrafi yang lebih


bernuansa tradisional. Gaya Behari muncul di India pada abad ke-14 yang
bergaris horisontal tebal memanjang yang kontras dengan garis vertikal yang
ramping. Sedangkan di kawasan Cina memperlihatkan corak yang khas lagi,
dipengaruhi tarikan kuas penulisan huruf Cina yang lazim disebut gaya Shini.
Gaya ini mendapat pengaruh dari tulisan yang berkembang di India dan
Afganistan. Tulisan Shini biasa ditorehkan di keramik dan tembikar. Dalam
perkembangan selanjutnya, wilayah Arab diperintah oleh Dinasti Utsmaniyah
(Ottoman) di Turki. Perkembangan kaligrafi sejak masa dinasti ini hingga
perkembangan terakhirnya selalu terkait dengan dinasti Utsmaniyah Turki.

15
Perkembangan kaligrafi pada masa Utsmaniyah ini memperlihatkan
gairah yang luar biasa. Kecintaan kaligrafi tidak hanya pada kalangan terpelajar
dan seniman saja, tetapi juga beberapa sultan bahkan dikenal juga sebagai
kaligrafer. Mereka tidak segan-segan untuk merekrut ahli-ahli dari negeri
musuh seperti Persia, maka gaya Farisi pun dikembangkan oleh dinasti ini.
Adapun kaligrafer yang dipandang sebagai kaligrafer besar pada masa dinasti
ini adalah Syaikh Hamdullah al-Amasi yang melahirkan beberapa murid, salah
satunya adalah Hafidz Usman.

Perkembangan kaligrafi Turki sejak awal pemerintahan Utsmaniyah


melahirkan sejumlah gaya baru yang luar biasa indahnya, berpatokan dengan
gaya kaligrafi yang dikembangkan di Baghdad jauh sebelumnya. Yang paling
penting adalah Syikastah, Syikastah-Amiz, Diwani dan Diwani Jali. Syikastah
(bentuk patah) adalah gaya yang dikembangkan dari Ta’liq dan Nasta’liq awal.
Gaya ini biasanya dipakai untuk keperluan-keperluan praktis. Gaya Diwani pun
pada mulanya adalah penggayaan dari Ta’liq. Tulisan ini dikembangkan pada
akhir abad ke-15 oleh Ibrahim Munif, yang kemudian disempurnakan oleh
Syaikh Hamdullah. Gaya ini benar-benar kursif, dengan garis yang dominan
melengkung dan bersusun-susun. Diwani kemudian dikembangkan lagi dan
melahirkan gaya baru yang lebih monumental disebut Diwani Jali, yang juga
dikenal sebagai Humayuni (kerajaan). Gaya ini sepenuhnya dikembangkan oleh
Hafidz Usman dan para muridnya.

D. Perkembangan Kaligrafi di Indonesia

Di Indonesia, kaligrafi hadir sejalan dengan masuknya agama Islam


melalui jalur perdagangan pada abad ke-7 M, lalu menyebar ke pelosok
nusantara sekitar abad ke-12 M. Pusat-pusat kekuasaan Islam seperti di
Sumatera, Jawa, Madura, Sulawesi, menjadi kawah candradimuka bagi
eksistensi kaligrafi dalam perjalanannya dari pesisir/pantai merambah ke
pelosok-pelosok daerah.

Pada abad XVIII-XX, kaligrafi beralih menjadi kegiatan kreasi seniman


Indonesia yang diwujudkan dalam aneka media seperti kayu, kertas, logam,
kaca dan media lainnya. Termasuk juga untuk penulisan mushaf-mushaf al-
Qur’an tua dengan bahan kertas deluang dan kertas murni yang diimpor.
Kebiasaan menulis al-Qur’an telah banyak dirintis oleh para ulama besar di
pesantren-pesantren smenjak abad ke-16, meskipun tidak semua ulama dan
santri yang piawai menulis kaligrafi dengan indah dan benar.

16
Amat sulit mencari seorang khattat yang ditokohkan di penghujung abad
ke-19 atau awal abad ke-20, karena tidak ada guru kaligrafi yang mumpuni dan
tersedianya buku-buku pelajaran yang memuat kaidah penulisan kaligrafi. Buku
pelajaran tentang kaligrafi pertama kali baru keluar sekitar 1961 karangan
Muhammad Abdur Muhili berjudul “Tulisan Indah” serta karangan Drs. Abdul
Karim Husein berjudul “Khat, Seni Kaligrafi: Tuntunan Menulis Halus Huruf
Arab” tahun 1971.

Pelopor angkatan pesantren baru menunjukkan sosoknya lebih nyata


dalam kitab-kitab atau buku-buku agama hasil goresan tangan mereka yang
banyak di tanah air. Para tokoh tersebut antara lain; K.H. Abdur Razaq Muhili,
H. Darami Yunus, H. Salim bakary, H.M. Salim Fachry dan K.H. Rofi’i Karim.
Angkatan yang menyusul kemudian sampai angkatan generasi paling muda
dapat disebutkan antara lain Muhammad Sadzali (murid Abdur Razaq), K.
Mahfudz dari Ponorogo, Faih Rahmatullah, Rahmat Ali, Faiz Abdur Razaq dan
Muhammad Wasi’ Abdur Razaq, Misbahul Munir dari Surabaya, Chumaidi
Ilyas dari Bantul dan lainnya. D. Sirajuddin AR selanjutnya aktif menulis buku-
buku kaligrafi dan mengalihkan kreasinya pada lukisan kaligrafi.

Dalam perkembangan selanjutnya, kaligrafi tidak hanya dikembangkan


sebatas tulisan indah yang berkaidah, tetapi juga mulai dikembangkan dalam
konteks kesenirupaan atau visual art. Dalam konteks ini kaligrafi menjadi jalan
namun bukan pelarian bagi para seniman lukis yang ragu untuk menggambar
mahluk hidup. Dalam aspek kesenirupaan, kaligrafi memiliki keunggulan pada
faktor fisioplastisnya, pola geometrisnya, serta lengkungan ritmisnya yang
luwes sehingga mudah divariasikan dan menginspirasi secara terus-menerus.
Kehadiran kaligrafi yang bernuansa lukis mulai muncul pertama kali
sekitar tahun 1979 dalam ruang lingkup nasional pada pameran Lukisan
Kaligrafi Nasional pertama bersamaan dengan diselenggarakannya MTQ
Nasional XI di Semarang, menyusul pameran pada Muktamar pertama Media
Massa Islam se-Dunia tahun 1980 di Balai Sidang Jakarta dan pameran MTQ
Nasional XII di Banda Aceh tahun 1981, MTQ Nasional di Yogyakarta tahun
1991, Pameran Kaligrafi islam di Balai Budaya Jakarta dalam rangka
menyambut Yahun Baru Hijriyah 1405 (1984) dan pameran lainnya.

Para pelukis yang mempelopori kaligrafi lukis adalah Prof. Ahmad Sadali
(Bandung asal Garut), Prof. AD. Pirous (Bandung asal Aceh), Drs. H. Amri
Yahya (Yogyakarta, asal Palembang) dan H. Amang Rahman (Surabaya)
dilanjutkan oleh angkatan muda seperti Saiful Adnan, Hatta Hambali, Hendra
17
Buana dan lain-lain. Mereka hadir dengan membawa pembaharuan bentuk-
bentuk huruf dengan dasar-dasar anatomi yang menjauhkan dari kaedah-kaedah
aslinya, atau menawarkan pola baru dalam tata cara mendesain huruf-huruf
yang berlainan dari pola yang telah dibakukan. Kehadiran seni lujkis kaligrafi
tidak urung mendapat berbagai tanggapan dan reaksi, bahkan reaksi itu
seringkali keras dan menjurus pada pernyataan perang. Namun apapun hasil dari
reaksi tersebut, kehadiran seni lukis kaligrafi dianggap para khattat selama ini,
kurang wawasan teknik, kurang mengenal ragam-ragam media dan terlalu lama
terisolasi dari penampilan di muka khalayak. Kekurangan mencolok para
khattat, setelah melihat para pelukis mengolah karya mereka adalah kelemahan
tentang melihat bahasa rupa yang ternyata lebih atau hanya dimiliki para
pelukis.

Perkembangan lain dari kaligrafi di Indonesia adalah dimasukkannya seni


ini menjadi salah satu cabang yang dilombakan dalam even Musabaqah
Tilawatil Qur’an (MTQ). Pada awalnya dipicu oleh sayembara kaligrafi pada
MTQ Nasional XII 1981 di Banda Aceh dan MTQ Nasional XIII di Padang
1983. Pada even tersebut, seorang khattath menulis tiga kategori sekaligus:
Naskah, Hiasan, dan Dekorasi, maka dikenal istilah ‘Three in One”. Baru pada
pelaksanaan MTQ Nasional di Bandar Lampung tahun 1988 (atau di
Yogyakarta tahun 1991) konsep “Three in One” dihapus. Barangkali dengan
mempertimbangkan profesionalitas (baca: spesialisasi) dan kesemarakan
musabaqah. Di antara para khattath golongan penulisan Naskah yang telah
menjuarai MKQ tingkat Nasional adalah Mahmud Arham (1991, Jawa Barat),
Nur Aufa Soddiq (Jawa Tengah), Muhammad Noor Syukron (1994, Jawa
Tengah), Ahmad Hawi Hasan (1997, Jawa Barat), dan Isep Misbah (2000, DKI
Jakarta).

2.3. Perbedaan Seni Kaligrafi Dengan Kaligrafi Otentik


Secara garis besar, kaligrafi dapat dikelompokkan menjadi dua aliran
utama, yaitu kaligrafi “murni” dan “lukisan” kaligrafi.

A. Kaligrafi Murni

Kaligrafi murni dimaksudkan sebagai kaligrafi yang mengikuti pola-pola


kaidah yang sudah ditentukan dengan ketat, yakni bentuk yang tetap berpegang
pada rumus-rumus dasar kaligrafi (khath) yang baku. Kaligrafi murni ini dapat

18
dibedakan dengan jelas aliran-aliran seperti Naskhi, Tsuluts, Rayhani, Diwani,
Diwani Jali, Farisi, Kufi dan Riq’ah. Penyimpangan atau pencampuradukkan
satu dengan yang lain dipandang sebagai suatu kesalahan, karena dasarya tidak
cocok dengan rumus-rumus yang sudah ditetapkan.

Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahwa suatu hasil karya kaligrafi murni
tidak boleh mencampuradukkan gaya dalam penulisan kaligrafi misalnya,
Naskhi, Riq’ah dan Tsuluts dijadikan satu. Hal itu tidak boleh terjadi, karena
merupakan “pelanggaran”. Selanjutnya menurut Situmorang, bahwa suatu gaya
kaligrafi sudah ditentukan secara ketat peraturan penulisannya. Keserasian antar
huruf, cara merangkai, sentakan, bahkan jarak sepasi harus diperhitungkan
dengan serasi. Teknik penulisan tiap-tiap kaligrafi atau khath juga mempunyai
cara yang berbeda-beda.

Jenis-jenis kaligrafi dibedakan dengan dasar bentuk huruf beserta fungsi


tulisan tersebut. Untuk tulisan yang berisikan dokumen-dokumen resmi
misalnya, pastinya menggunakan jenis kaligrafi yang berbeda-beda antara
hiasan sampul dengan isi dari dokumen tersebut. Dalam pembuatan kaligrafi,
tentu saja ada dasar dalam pembuatannya tidak asal menggaris tulisan arab,
tetapi harus ada kaidah-kaidah di tiap pembuatannya. Ini dia macam-macam
khat yang menjadi patokan pembuatan kaligrafi:
1. Khat Naskhi

giorgio-izas.blogspot.com

Ini merupakan khat yang paling biasa dipakai dalam penulisan bahasa
arab, baik penulisan dalam buku atau dijadikan kaligrafi. Dengan bentuk yang
mudah dibaca dan dibuat, khat ini merupakan khat yang paling sering dipakai.

19
Khat ini pun juga merupakan khat yang paling banyak dikenal oleh masyarakat
biasa khususnya di Indonesia, dalam Al-Qur’an di Indonesia kebanyakan
menggunakan khat naskhi karena mudah dibaca dan umum di kalangan
masyarakat.
2.Khat Kuufi

emsholy.blogspot.com

Khat ini memiliki bentuk yang cenderung tegak lurus dan cukup mudah
dalam pembuatannya. Khat ini biasa digunakan sebagai penghias dinding-
dinding bangunan seperti rumah ataupun masjid, karena bentuknya yang tegak
lurus membuat khat ini cocok sebagai gambar di dinding-dinding bangunan.

Varian paling unik naskah Kufic adalah:

Al-Kufi al-Mukhammal:

menulis menonjol dengan latar belakang desain bunga dan geometris


superimposing pergerakan script di atas pergerakan pola yang mendasari.

Al-Kufi al-Muzaffar:

Aliran dari campuran kata-kata indah dengan cara yang unik dengan pergerakan
vertikal menekankan dan huruf tebal.

Al-Kufi al-Handasi:

Komposisi didasarkan pada bentuk geometri terjalinnya – termasuk lingkaran,


kotak, dan segitiga – dengan kata-kata

20
3.Khat Riq’ah

ahnafkhat-zuhud.blogspot.com

Khat ini tidak jauh berbeda dengan khat naskhi, khat ini juga merupakan
khat yang biasa dipakai oleh para guru atau ulama dalam penulisan mereka
dengan alasan lebih cepat dan mudah dalam penulisannya dibanding khat
naskhi. Bedanya hanya bentuknya lebih kecil dan cara menulisnya pun agak
sedikit miring ke bawah. Khat Riq’ah juga agak berbeda dengan khat naskhi,
yaitu penulisan hurufnya kebanyakan di atas garis tulis. Sebenarnya cukup
mudah dalam penulisannya tetapi agak susah dibaca jika masih awam dalam
melihat atau menggunakan khat ini.
4.Khat Diwani

fath-multimedia.blogspot.com

21
Khat ini jarang dipakai untuk penulisan biasa karena cukup susah dibaca
dan ditulis. Tetapi khat ini termasuk yang paling difavoritkan para seniman
karena karakteristik tulisannya yang unik. Karakter tulisan yang condong
bentuknya tegak lurus dan cara menulisnya sama seperti khat Riq’ah yaitu di
atas garis membuat khat ini agak susah dibaca karena kurang dikenal orang
masyarakat biasa.
5.Khat Diwani Jali

artikel-kaligrafi.blogspot.com

Ini merupakan perkembangan dari Khat diwani. Tidak jauh berbeda


dengan khat diwani biasa hanya saja lebih divariasikan.
6.Khat Tsulust

22
gogopixlibrary.com

Khat ini merupakan yang paling difavoritkan para seniman kaligrafi.


Bentuknya yang hampir mirip dengan khat naskhir hanya berbeda di cara
penulisannya, yaitu khat Tsulust condong dibuat panjang tulisannya tetapi tetap
mudah untuk dijadikan kaligrafi dan mudah dibaca, membuat khat ini menjadi
favorit.
7.Khat Farisi

fath-multimedia.blogspot.com

Khat ini diperlukan keterampilan yang tinggi, karena banyak garis


melengkung yang panjang. Tetapi khat ini jarang dipakai karena agak sulit
dalam membacanya.

B. Seni Lukis Kaligrafi

lukisan kaligrafi adalah model kaligrafi yang digoreskan pada hasil karya
lukis, atau coretan kaligrafi yang “dilukis-lukis” sedemikian rupa –biasanya
dengan kombinasi warna beragam, bebas dan (umumnya) tanpa mau terikat
dengan rumus-rumus baku yang sudah ditentukan. Model inilah yang
digolongkan ke dalam aliran kaligrafi kontemporer. Kaligrafi kontemporer
adalah istilah atau sebutan untuk sebuah karya yang “memberontak” atau
“menyimpang” dari rumus-rumus dasar kaligrafi, yang merupakan bentuk
manifestasi gagasan dalam wujud visual. Secara estetika kaligrafi kontemporer
mengacu kepada kaidah penciptaan seni rupa kontemporer secara umum dan
secara etika bersumber kepada Al-Qur’an dan hadis, yang membawa muatan

23
artistik-apresiatif yang berfungsi sebagai tontonan (media apresiasi), di sisi lain
mengandung muatan etik-religius yang berfungsi sebagai tuntunan (media
dakwah).

Menurut Affandi, lukisan kaligrafi adalah karya cipta manusia sebagai


hasil pengolahan ungkapan batinnya melalui susunan unsur-unsur tulisan dan
unsur-unsur dwi marta yang lain, yang memiliki sifat-sifat simbolik, religius,
dan estetik. Membawa pesan kebaikan antara hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia serta manusia dengan alam.

Jadi, setiap lukisan kaligrafi memiliki kebebasan dalam gaya atau corak
tulisan sehingga tercipta suatu kesatuan bentuk lukisan yang sesuai dengan
keinginan penciptanya. Medium untuk penciptaan karya lukisan kaligrafi pun
sangatlah bebas, sebebas medium yang digunakan pada karya-karya lukisan
umumnya. Lukisan kaligrafi dapat ditampilkan dengan teknik cat minyak, cat
air, batik bahkan dengan berbagai teknik eksperimen klasik maupun modern.

Menurut Philip K Hitti dalam History of the Arabs, pada tahap


berikutnya, kaligarafi sepenuhnya menjadi karya seni Islam, dan pengaruhnya
terhadap seni lukis diakui oleh banyak kalangan. Melalui karya kaligrafi,
seorang muslim berusaha mencari saluran untuk menyalurkan bakat seninya
yang tidak bisa diekspresikan melalui representasi objek-objek yang
hidupDiaspora kaligrafi ke Indonesia setua gerakan pengislaman itu sendiri.
Artefak kaligrafi kuno dapat ditemukan pada makam Islam kuno, mushaf
Alquran tua serta naskah perjanjian kerajaan Islam di Indonesia.

Dalam perkembangannya muncul kaligrafi dalam wujud manusia dan


hewan.Seni kaligrafi di Indonesia tidak hanya dibuat oleh penulis murni
kaligrafi (khattat), tapi juga pelukis kaligrafi. Keduanya telah memperkaya
perkembangan kaligrafi. “Sebagai sebuah ilmu, maka kaligrafi memiliki metode
dan pembaruan dalam desain hurufnya,” kata Sirojuddin. Meski terkadang
terjadi perbedaan, pada akhirnya para khattat dapat menerimanya. “Para khattat
kemudian menyadari bahwa mereka kurang wawasan teknik, kurang mengenal
ragam media, terlampau lama terisolasi dari khalayak serta kelemahan bahasa
rupa,” jelas Sirojuddin.

Perkembangan kaligrafi sebagai karya seni rupa juga tak lepas dari
perkembangan seni rupa kontemporer dunia sebagai wujud pembaruan atas
kaidah murni kaligrafi klasik. Mereka berusaha membebaskan diri dari gaya
kaligrafi dominan seperti gaya Naskhi, Sulus, Farisi, Diwani, Diwani Jalil, Kufi
dan Riq’ah. Lamya Al Faruqi dalam Atlas Budaya Islam, membagi corak
kaligrafi Islam kontemporer menjadi kategori tradisional, figural, ekspresionis,
simbolis dan abstrak.
24
Khusus mengenai kaligrafi simbolik, Sirojuddin menerangkan, “di
Indonesia sendiri telah lama dikenal bentuk rajah atau jimat, biasanya di
dalamnya adalah kaligrafi yang dibentuk menyerupai pedang atau sejenisnya."

Langgam kaligrafi kontemporer lebih mengarah pada pengayaan tema


seperti dua dimensi dan tiga dimensi. Para pelukis Indonesia macam AD Pirous,
Ahmad Sadali, Amang Rahman, dan Amri Yahya, telah meramaikan seni
kaligrafi kontemporer yang menekankan pada eksplorasi teknik dan kebebasan
berekspresi.

Keterlibatan pelukis dalam dunia kaligrafi memunculkan istilah “lukisan


kaligrafi” atau “kaligrafi lukis”. Kedua istilah ini muncul kali pertama pada
MTQ nasional XI tahun 1979 di Semarang. Lukisan kaligrafi sering
dihubungkan dengan berbagai ragam teknik penggarapan karya seperti teknik
batik, teknik grafis, teknik ukir kayu maupun teknik cor logam. Dalam
khazanah lukisan kaligrafi di Indonesia, sebuah huruf yang dilukis tidak hanya
menampilkan "huruf" itu sendiri secara mandiri.

(contoh Kaligrafi Ekspresif)

25
(Kaligrafi Kontemporer)

Kaligrafi merupakan salah satu jenis karya seni rupa yang menekankan
keindahan yang terdapat pada bentuk-bentuk huruf yang telah dimodifikasi atau
digayakan sehingga mempunyai nilai estetika. Keindahan bentuk ini
mempunyai pengertian yang umum, artinya bentuk huruf tersebut tidak hanya
berlaku untuk huruf-huruf tertentu atau asal dari jenis huruf tertentu. Salah satu
contoh, misalnya kaligrafi tidak hanya berlaku untuk bentuk atau jenis huruf
Arab (Hijaiyyah) saja, tetapi dapat juga berlaku untuk jenis-jenis huruf yang
lain. Sehingga kata kaligrafi berlaku untuk umum, keindahan hurufnya bersifat
umum, universal dan global.

Kaligrafi tidak hanya untuk mengungkapkan secara visual ayat atau surat-
surat yang ada di Al Quran dan Al Hadits saja, tetapi juga bisa untuk
mengungkapkan kalimat-kalimat sastra yang berbentuk huruf Latin, huruf
China, huruf Jepang, huruf India, huruf Sansekerta maupun huruf Jawa.
Pengertian masyarakat umum memang mempunyai pandangan dan pengertian
yang kurang tepat, yang mengartikan bahwa kaligrafi adalah modifikasi
keindahan pada bentuk-bentuk huruf Arab saja.

Walaupun hal itu juga tidak dapat dipungkiri lagi karena yang
berkembang pesat di wilayah kita (Indonesia) adalah banyaknya kreasi-kreasi

26
kaligrafi yang ada merupakan bentuk keindahan huruf Arab. Hal ini memang
sangat erat kaitannya dengan mayoritas seniman kaligrafi yang ada di Indonesia
kebanyakan hanya mengembangkan kaligrafi Arabic. Memang tidak dapat
dipungkiri seniman berkarya juga terikat dengan penikmat seni yang ada di
suatu wilayah. Penikmat kaligrafi Indonesia karena kebanyakan kaum
muslimin, senimanpun menciptakanya disesuaikan dengan keadaan tersebut.
Kalau kita mau melihat lebih luas, sebenarnya banyak juga ditemukan
keindahan bentuk huruf ini yang berbentuk huruf selain huruf Arab. Keindahan
bentuk huruf Jawa, sebelum pada tahun 70 an masih sering ditemukan di
wilayah Jawa. Di pedesaan banyak pula anak-anak muda dan orang dewasa
berkarya memodifikasi/menggayakan huruf Jawa sedemikian indahnya pada era
sebelum tahun 70 an. Contoh yang pernah penulis lihat adalah di daerah
Kunden Langenharjo Kendal pada masa lalu, yang sekarang sudah mulai jarang
ditemukan lagi atau mungkin malah sudah tak ada lagi karena generasi sekarang
banyak yang tidak mengenal huruf Jawa.

Dalam perkembangannya kaligrafi dapat dipisahkan menjadi beberapa


jenis kaligrafi. Kaligrafi tersebut antara lain, Kaligrafi Tradisional, Kaligrafi
Klasik, Kaligrafi Modern, Kaligrafi Ekspresif dan Kaligrafi Kontemporer.
Semua jenis kaligrafi tersebut mempunyai kelebihan dan keunikan tersendiri
tergantung dari jenisnya. Kekhasan yang sama pada seni kaligrafi adalah
kreatifitas seniman di dalam memvisualisasikan bentuk karya ciptanya. Ada
yang mempunyai kecenderungan kretifitas pada objek utamanya saja, ada pula
hurufnya masih manual tetapi dipadukan latar belakangnya yang dimodifikasi
sedemikian rupa, sehingga kreatifitasnya lebih diutamakan pada
backgroundnya, adapula yang keduanya dipadukan artinya baik huruf maupun
latar belakangnya digayakan sedemikian rupa, sehingga daya cipta bentuk
kaligrafi betul-betul dimaksimalkan. Semuanya memang tergantung dari
pencipta karya tersebut, lebih fokus dan lebih enjoy yang mana atau lebih cocok
yang mana. Atau mungkin tergantung yang diinginkan oleh nilai pasar
(tergantung dari nilai fungsinya). Fungsi kaligrafi tersebut sebagai seni murni
(fine art) atau seni terapan (applied art).

27
CONTOH LUKISAN KALIGRAFI MODERN

28
29
2.4. Teknik Dasar Belajar Kaligrafi

A. Hal Yang Disiapkan Sebelum Menulis

Langkah-langkah yang harus dipersiapkan diantaranya yaitu:

1. Ilmu Penunjang

Beberapa hal yang mempengaruhi gaya pemikiran dan bentuk kreativitas


terkait dengan kaligrafi Arab antara lain kajian seputar al-Qur’an dan bahasa
Arab serta cabang-cabang yang terkait dengannya.

30
2. Bakat

Banyak orang yang menganggap bahwa bakat merupakan satu-satunya


jalan mulus untuk memperoleh sesuatu. Dalam kaligrafi, bakat hanya
mempunyai peranan kecil dalam mempercepat belajar dan mendapatkan hasil.
Sesungguhnya yang menentukan cepat atau lambannya belajar kaligrafi adalah
latian yang kontinyu disertai kesabaran dan ketekunan.

3. Guru atau Buku Panduan

Guru yang memandu jalannya proses belajar hana mampu berperan


dalam memberi motivasi, memberi teori dalam latihan, dan lainnya yang
berhubungan dengan pengajaran atau latihan. Jadi pemandu yang profesional
akan lebih bisa membantu dalam belajar dan mempercepat hasil yang baik.

4. Peralatan Tulis

Peralatan yang harus dipersiapkan sebelum memulai penulisan kaligrafi


terdiri dari dua jenis, yaitu perakatan pokok dan peralatan pendukung. Peralatan
pokok ada empat sebagaimana seorang penyair Arab melukiskan putaran
perempat dalam senandungnya :

Seperempat tulisan ada pada hitam tintanya , Seperempat: indahnya kreasi


sang penulis, Seperempat ada pada kalam/pena:Engkau serasikan
potongannya. Dan pada kertas-kertas pada faktor keempat.

Jadi ada empat faktor sekaligus penentu kualitas suatu karya yaitu:
Pertama tinta yang jelas atau sejenisnya termasuk cat. Kedua kelihaian sang
penulis yang dalam hal ini tangannya mahir menggerakkan pena. Ketiga adalah
kalam atau pena yang terpotong rapi atau sejenisnya seperti kuas, bambu.
Keempat adalah kertas yang bagus atau sejenisnya seprti kain kanvas, tripleks,
tembok dll.

Kertas yang merembes sangat menyulitkan goresan. Tingkat kemiringan


pelatuk pulpen juga harus disesuaikan, karena setiap gaya khat idealnya ditulis
oleh pulpen dengan tingkat kemiringan pelatuk yang berbeda-beda. Posisi
umum pelatuk ketika berada dipermukaan kertas berkisar antara 60° s/d 90°.
Adapun rinciannya : Khat Naskhi berkisar 75° s/d 85°, Khat Tsuluts berkisar
antara 75°s/d 90°, Khat Riq’ah berkisar antara 60° s/d 65°, Khat Diwani

31
berkisar antara 85° s/d 90°, Khat Diwani Jali berkisar antara 80° s/d 90°, dan
Khat Farisi berkisar antara 75° s/d 85°. Khat Kufi tidak memakai sistem ini.
Tidak hanya kertas dan pena, tinta juga harus dipilih yang bermutu, namun
semuanya tetap berpulang kepada kecerdikan dan kepiawaian sang khattat.

5. Kondisi Psikologis

Kondisi psikologis juga mempengaruhi dalam proses belajar guna


memperoleh hasil. Namun kondisi ini lebih banyak diketahui oleh penulis
sendiri.

B. Mengolah Kalam/Pena

Pulpen atau dalam bahasa Arabnya Qalam merupakan suatu karakter


tersendiri bagi penggunanya. Ada yang menyukai pulpen mahal, karena
menyangkut gaya atau gengsi. Pulpen mewah bermerk Waterman misalnya,
sempat mengisi saku orang-orang ternama dunia seperti Ratu Mary dari
Kerajaan Belgia, Ratu Rumania, Kaisar Cina dan Presiden AS Bell Clinton. Ada
juga pulpen mewah lain seperti Montblanc Sailor atau Montegrappa model
Solitaire Royal bertatahkan berlian dan emas yang harganya puluhan juta
bahkan ratusan juta rupiah melalui pesanan khusus. Pulpen apapun yang penting
pelatuk atau mata penanya bagus dan potongannya rapi tetap bisa menghasilkan
tulisan yang bagus, tidak mesti yang mewah seperti pulpen tersebut diatas.

Mata pena pulpen cair idelalnya digunakan untuk tulisan selebar 2-3 mm.
Untuk ukuran lebih lebar, dapat digunakan kalam lain seperti tangkai bambu,
ranting kayu, roan, handam, batang emas, batang enau atau aren. Sedangkan
kapur tulis atau dobel pensil dapat digunakan untuk mendesain tulisan yang
lebih lebar lagi dari ukuran kalam-kalam tersebut. Pada dasarnya kalam dapat
dibuat dari apa saja yang memngkinkan. Asal banyak akal, benda sederhana
seperti kayu dapur atau ranting di tempat sampah dapat dijadikan kalam. Spidol
besar atau kecil yang mata penanya dipotong miring dan ditipiskan jga dapat
dijadikan bahan kalam khat.

Setelah menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, kalam dapat diolah dengan


tahap-tahap sebagai berikut :

32
a. Ambillah sepotong ranting bambu atau sejenisnya yang lurus, kira-kira 20 cm
sebesar jari telunjuk dan kelingking. Bisa juga spidol atau pena yang mata
penanya belum dipotong.

b. Ratakan ujung bambu atau spidol tersebut agar rapi. Kemudian rautlah perut
kalam dari bagian salah satu sisi untuk sejenis bambu dan rautlah dari bagian
samping kanan dan kiri untuk sejenis spidol dengan pisau tajam atau cutter

c. Potonglah ujung mata penanya dalam bentuk moncong ke kanan atau miring
dengan kemiringan ± 45° atau menurut kebutuhan.

d. Agar tinta lebih banyak tersimpan dan supaya aliran tintanya lancar serta
teratur, belahlah gigi kalam, persis seperti ujung kalam yang biasa digunakan.
Dan dibuatkan lubang kecil pada muara aliran tinta tersebut di tengahnya
persis.seperti mata pena pulpen cair.

e. Agar rapi dan halus, gosoklah ujung mata pena dengan amplas. Hendaknya
diperhatikan, bahwa pada dasarnya potongan ujung kalam tidak harus tajam
tipis seperti pisau, tetapi dibikin agak tumpul dan rata menurut ukuran yang
dianggap layak. Mata pena metal atau pulpen cair dapat dipotong miring
langsung kemudian mata penanya dihaluskan dengan amplas besi atau digosok
diatas tegel, keramik, atau kaca. Saat penghalusan, perut kalam harus berisi tinta
untuk menguji coba tingkat kehalusan goresan

f. Setelah proses tersebut selesai, barulah kalam siap untuk digunakan.

Sedangkan peralatan pendukung dalam menulis kaligrafi untuk menambah


kemudahan dan kelancaran adalah seperti pensil, penghapus, penggaris, tip-ex,
cutter, kertas tissu dan kondisi ruangan yang baik.

2.5. Proses Pembuatan Seni Lukis Kaligrafi

Setelah langkah awal sudah dipersiapkan dengan maksimal, seseorang


yang ingin berlatih menulis kaligrafi harus mengetahui terlebih dahulu teknik
dasar atau kiat-kiatnya. Walaupun kelihatannya berlatih kaligrafi adalah
kegiatan plagiat atau meniru tulisan yang sudah ada sebelumnya, namun dengan
tanpa mengetahui teknik dasarnya maka kenerhasilan akan sulit diperoleh atau
kemungkinan suksesnya 20 %. Sedangkan dengan mengetahui teknik akan
membuat kemungkinan sukses 80 %. Teknik dasar yang dimaksud disini adalah

33
cara memegang pena. Memegang pena adalah syarat utama dalam mencapai
kesuksesan menulis kaligrafi. Yang dimaksud memegang pena adalah
meletakkan posisi mata pena diatas kertas. Hampir 100 % kegagalan dalam
berlatih kaligrafi disebabkan kesalahan dalam meletakkan posisi mata pena
diatas kertas dengan kemiringan yang hampir berbeda-beda dari tiap jenis khat.
Tingkat kemiringan mata pena telah disinggung diatas.

Adapun kiat pendukung yang harus dilakukan untuk menunjang teknik dasar
adalah :

i. Konsisten, artinya dalam memegang pena, posisi mata pena harus sesuai
dengan jenisnya dan posisi tersebut harus tetap konsisten (tidak berubah)
kecuali pada kondisi atau pada huruf-huruf tertentu.

ii. Kontinue, artinya kegiatan tulis-menulis ini harus dilakukan terus-menerus


secara rutin agar tangannya tidak kaku. Hal ini harus dijaga terus, apalagi pada
masa-masa awal yang masih labil, sebab hampir 50 % kegagalan seseorang
meraih kesuksesan dalam berlatih kaligrafi dikarenakan inkontinue.

iii. Evaluasi, hal ini bisa dilakukan dengan menyetorkan hasil tulisan kepada
guru atau teman yang dipandang mampu mengoreksi.

Selain itu masih ada beberapa kiat yang terkait dengan kemahiran tangan dalam
menggerakkan pena pada goresan yang benar dan hal ini dikenal dengan teknik
pelemasan, yaitu :

1. Membuat garis lurus dengan menggunakan pulpen atau pensil yang arahnya
dari atas ke bawah dan sebaliknya serta dari kanan ke kiri atau sebaliknya.

2. Membuat garis melengkung atau lingkaran dengan menggunakan pulpen


yang arahnya sama dengan poin nomor 1.

Menulis dengan pensil atau pulpen bentuk-bentuk hurufnya selanjutnya


ditebalkan dengan spidol yang telah dipotong miring.

Peralatan Menulis Klaligrafi

Sebelum menulis kaligrafi, tentu saja memerlukan persiapan yang matang dan
peralatan yang lengkap mulai dari alat tulisnya, kertas yang akan dipakai dan

34
juga tintanya. Dibawah ini adalah beberapa jenis pensil yang dapat
memudahkan dalam penulisan kaligarfi:
Pensil Tunggal

duduul.com

Jika ingin menggunakan pensil ini untuk langsung praktek, maka


gunakanlah pensil ini merupakan pensil khusus yang hanya ada dalam penulisan
kaligrafi. Ujung dari pensil tersebut harus dipotong dengan sudut miring sektar
35-40 derajat. Pemotongannya dapat menggunakan silet atau cuuter.
Pensil Carpenter

www.pencilrevolution.com

Pensil tukang kayu yang biasanya dijual di toko-toko bangunan terdekat.


Karena ujung pensil ini lebar dan berbentuk persegi panjang dan usahakan

35
untuk memilih pensil yang H atau keras. Sama dengan yang paling atas, agar
memotong ujungnya dengan sudut kemiringan 30-45 derajat.
Pulpen Khusus Khat

seni-khat.blogspot.com

Di toko-toko buku besar biasanya menyediakan pulpen khusus untuk


menulis khat. Pulpen dan tintanya dijual terpisah, jadi jangan lupa untuk
membeli tintanya. Biasanya pulpen khat ini sudah standar penulisan khat pada
umumnya, jika terasa kurang pas untuk menulis anda dapat memotongnya
kembali dengan cutter dengan hati-hati agar mata pena tidak rusak.

Cara Menulis Kaligrafi

Berikut beberapa metode agar menulis kaligrafi menjadi bagus:


1.Buat Garis Sketsa dan Penempatan Huruf Secara Umum

36
hamidmtk.blogspot.com

Jika ingin mudah dalam membuat kaligrafi agar membuat garis bayang
yang menjadi patokan dalam penulisan kaligrafi. Awalnya mungkin hanya
sebagai latihan, nantinya jika sudah terbiasa maka garis-garis bayang tadi sudah
tergambar dalam benak pikiran.
2.Peganglah Alat Tulis Dengan Posisi yang Nyaman

Agar mendapatkan hasil yang sempurna harus memposisikan tangan


dengan alat tulis dalam posisi yang benar-benar nyaman untuk menulis. Pada
awalnya pasti bingung dan berganti-ganti posisi menulis yang pada akhirnya
akan menemukan cara menulis yang paling nyaman.
3.Membuat Contoh Sketsa Kaligrafi yang Akan Dibuat

37
www.behance.net

Agar mendapatkan hasil maksimal harus memiliki contoh setiap huruf-


huruf yang akan ditulis, hal ini akan meminimalisir kesalahan dalam penulisan.
Jangan menulis terlalu lambat hal ini akan mengakibatkan terlalu banyak tinta
yang keluar dan membuat kertas menjadi becek.
Biarkan tinta mengering terlebih dahulu sebelum memegang tulisan yang
sudah jadi. Usahakan agar tumit dari tangan tidak menyentuh kertas karena
dapat menyebabkan tulisan yang sudah tertulis menjadi tercoreng.
4.Gunakan Tekanan Untuk Mengendalikan Lebar Garis

Panjang dan lebar tulisan kaligrafi haruslah pada kaidahnya dan jangan
sembarang nulis. Dengan mengendalikan sudut alat tulis dengan metode
tekanan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Mata pena yang berbeda akan
sangat membantu dalam membuat ketebalan garis yang berbeda.
5.Gunakan urutan gerakan yang benar

38
Setiap huruf ada gerakan tersendiri dalam penulisannya dan pada
dasarnya hampir semuanya berbeda. Urutan coretan yang asal-asalan akan
sangat berpengaruh pada hasil dari kaligrafi. Lihatlah kembali buku contoh
kaligrafi agar meminimalisir kesalahan.
6.Sering-sering Melatih Tulisan

Dengan berlatih secara istiqomah maka akan menghasilkan sebuah karya


yang bagus juga. Ini merupakan cara belajar efektif agar cepat menguasai
penulisan kaligrafi.
7.Jiplak Karya Orang Lain
Jika masih dalam masa pelatihan tidak ada salahnya untuk menjiplak
hasil karya orang lain. Nantinya jika sudah dapat menguasai penulisan dengan
baik, maka bersiaplah berkarya agar hasil karyanya dapat dicontoh oleh orang
lain.
8.Gunakan Kertas yang Tebal dan Terbaik

Untuk meningkatkan hasil dari kaligrafi, gunakan kertas terbaik dan tebal
agar dapat membuat sebuah maha karya kaligrafi yang luar biasa.

39
2.6. Fungsi & Peranan Seni Lukis Kaligrafi
1. Media Komunikasi
Sebagai media komunikasi, tulisan dijadikan sebagai alat untuk
menyampaikan pesan, dari seseorang ke orang lain dari komunikan
ke receiver (penerima). Melalui tulisan, orang bisa menuangkan ide-ide dan
buah pikirannya. Dengan tulisan, kita dapat mengetahui karakter seseorang,
misalnya: pemarah, penyabar, ulet, atau orang yang tekun.
Tulisan yang kecil-kecil, teratur dan halus mengidentifikasikan keuletan
dan ketelitian penulisnya. Tulisan yang besar-besar dan tidak teratur bisa
diartikan sebagai suatu ketergesa-gesaan. Sehubungan dengan itu Muhammad
Thahir Ibnu Abdal Kadir al Kurdi menyatakan bahwa, tulisan dapat
menggambarkan postur tubuh seseorang, misalnya tulisan dengan susunan
pendek dan rapat cenderung ditulis oleh orang berpostur tubuh pendek.
Demikian pula orang yang tinggi cenderung menulis secara jarang dan tinggi
pula. Bahkan seseorang yang peka melihat sebuah tulisan dapat membedakan
antara tulisan pria dan wanita, tulisan wanita lelih molek dari tulisan pria yang
setara. Namun pada kenyataannya tidak banyak wanita yang ahli kaligrafi,
wanita biasanya tidak tahan menghadapi kesulitan, berbeda dengan pria yang
biasanya lebih tabah, tekun, dan sabar.

Tulisan dapat pula dijadikan sebagai data pelacakan sebagaimana halnya


tangan tangan, yang dapat menginformasikan siapa gerangan penulisnya.
Seperti juga dengan sidik jari, tiada dua orang yang memiliki tulisan yang sama
persis, sekalipun mereka itu saudara kembar.

Sebagai media komunikasi, aksarindah Islam dituntut kejelasan tulisan,


huruf demi huruf, agar dapat dibaca dengan jelas sesuai dengan yang
dimaksudkan oleh penulisnya.
2. Media Ekspresi
Aksarindah Islam dapat pula dijadikan sebagai media ekspresi. Hal itu
dibuktikan oleh beberapa pelukis papan atas Indonesia seperti: Ahmad Sadali,
A. D. Pirous, Amri Yahya, Amang Rahman, HD. Sirojuddin AR, Abay D.
Sabarna, Saiful Adnan, Abas Alibasyah, Fadjar Sidik, dan yang lainnya,
termasuk maestro seni lukis Indonesia Affandi pernah juga membuat kaligrafi
Islam. Walau itu adalah lafadz “Allah” yang ditempatkan di sisi atas bidang
kanvasnya digabungkan dengan lukisan potret diri Affandi yang khas.

Sebagaimana media ekspresi lainnya, aksarindah yang ditorehkan di atas


bidang kanvas tidak berhenti pada tulisan saja. Lebih dari itu mendapatkan
tambahan elemen-elemen seni rupa pada umumnya, seperti elemen warna,
tektur dan garis. Pengaturan komposisi, irama, dan gelap terang. Unity atau

40
kesatuan baik antara kesatuan elemen seni rupa, maupun kesatuan tema, juga
mendapat perhatian dalam karya seni aksarindah Islam.
Sehubungan dengan itu, menurut A.D Pirous dalam buku karangan Ilham
Khoiri R., “Al-quran dan Kaligrafi Arab”, menyatakan bahwa ketika kaligrafi
itu dituliskan dengan tambahan emosi yang melebihi proporsinya sebagai alat
komunikasi, maka ia akan memiliki proses tambah. Kaligrafi bisa menjadi karya
yang memendam estetika yang mendalam. Sebagai karya seni bentuk kaligrafi
akan terus berkembang dan tidak pernah selesai.

Sebagai seorang Muslim yang taat ada semacam keasyikan tersendiri


yang dirasakan sewaktu menggoreskan Kalam Ilahi atau Sunnatan Nabi di
dalam berkarya. Lebih khusuk lagi kalau itu sudah sampai ke nilai ibadah secara
transendental. Setiap berkarya yang diniatkan sebagai ibadah membuat hati
menjadi tenang tenteram dan tentunya diyakini mendapat pahala. Dampaknya
adalah akan tercermin dalam setiap karya yang dihasilkan. Bagaimana pun juga
setiap karya seni rupa (termasuk karya Aksarindah Islam) merupakan ekspresi
atau ungkapan perasaan yang dalam dari pelukis atau aksarindernya.

Karya aksarindah Islam sudah mulai marak di tanah air, dan sudah
digandrungi oleh perupa-perupa Muslim pada dasawarsa terakhir ini. Dan mulai
diperhitungkan sebagai suatu karya seni rupa kontemporer sering dipamerkan
baik dalam pameran bersama, maupun tunggal. Di forum Nasional ikut
dilombahkan pada MTQ Nasional atau pada acara Hari-Hari Besar Islam, di
tingkat Asean selalu diadakan peraduan Menulis Khat di Brunei Darussalam
dan lomba tingkat internasional diadakan di Turki. Di berbagai tingkatan itu
aksarinder Indonesia sering mendominasi kejuaraan minimal sampai kejuaraan
tingkat Asean.

3. Kaligrafi adalah salahsatu medium kebudayaan yang lahir dari agama,


sosial, ekonomi, dan lain-lain dan merupakan medium ilmu dan
penelitian ilmiah.
4. Kaligrafi merupakan kepanjangan dari pikiran manusia, dan pena
termasuk salahsatu sarananya. Dengan demikian, pena adalah
penyambung lidah pemahaman.
5. Kaligrafi adalah salahsatu sarana penyampai sejarah sepanjang zaman,
catatan peristiwa dan sejarah bangsa-bangsa.
6. Kaligrafi adalah salahsatu sarana informasi dan cabang estetika yang
bernilai budaya.

Fungsi kaligrafi dalam kehidupan individu diantaranya:

41
1. Kaligrafi merupakan salahsatu sarana komunikasi dan pendekatan antar

manusia, karena besarnya hubungan tulis-menulis antar mereka dalam segala

lapangan kehidupan.

2. Kaligrafi merupakan salahsatu sarana mencari rezeki, mengingat bahwa ia

adalah seni yang berbobot nilai tinggi dengan kedudukan puncak yang pernah

dicapai para ahlinya. Bagi seorang fakir, kaligrafi adalah uang; bagi seorang

hartawan, ia adalah keindahan.

3. Kaligrafi memiliki fungsi khusus bagi para pencintanya yang merasakan

kenikmatan ruhani saat mengolah dan menciptakan tulisannya.

4. Sebagian apresiator merasakan kenikmatan memandang dan menelaahnya

karena adanya unsur-unsur estetis pada huruf-huruf dan harakatnya.

Fungsi kaligrafi dalam kehidupan social diantaranya:

1. Kaligrafi digunakan untuk buku-buku pelajaran, kebudayaan, mushaf Al-

Qur'an, majalah, koran dan sarana-sarana informasi seperti televisi dan

sebagainya.

2. Kaligrafi selalu ada pada medium-medium seni, pamflet, brosur dan iklan.

Setiap individu dari kita selalu melihat langsung dari hasil karya kaligrafi di

setiap tempat.

3. Kaligrafi merupakan sarana atau tali penghubung masyarakat yang


merupakan bagian dari sarana peralihan kebudayaan dan peradaban.

42
4. Kaligrafi adalah sarana sosial dari medium penghalus rasa karena merupakan

semangat masyarakat maju yang memiliki nilai seni dan keindahan. Seni dan

keindahan ini memiliki asal-usul dalam sejarah tua dan kisah pertumbuhan

menarik dalam sejarah modern.

2.7. Pemanfaatan Seni Kaligrafi

A. Pemanfaatan Seni Kaligrafi Masa Lalu


1. Masa Umayyah masih terbatas, lebih menonjolkan dekorasi floral dan
geometris yang merupakan pengaruh Hellenisme dan Sasanid
2. Masa Abbasiyah, menunjukkan keragaman yang sangat nyata; dipakai
sebagai ornament arsitektur. Kufi dipakai dalam prasasti dan nisan dengan
bentuk yang lebih dekoratif

3. Kontak Daulah Abbasiyah dengan Dinasti Tang 133 H/751 M segera


berpengaruh besar terhadap keramik Abbasiyah dan berlanjut sampai abad
berikutnya. Akhirnya kaligrafi muncul pada hamper semua benda fungsional;
seperti senjata, alat music, daun pintu, penyekat ruang, kotak penyimpan
barang, peralatan rumah tangga. Dan media sangat beragam; emas, tembaga,
perak, kayu, tembikar hingga keramik. Ini bersifat menyeluruh di wilayah
manapun Islam berada, dari Spanyol di Barat sampai Indonesia di Timur.
(Menunjuk kepada ajaran Islam tidak adanya pemisahan dunia akhirat, fine art
dan applied art)

A. Pemanfaatan Seni Kaligrafi Masa Kini


1. Pembuatan Kaligrafi Ukir Kayu

Dalam pembuatan kaligrafi ukir jepara, ada beberapa langkah yang biasa
digunakan para pengrajin kaligrafi ukiran jepara. adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:

43
Gmbr.Finishing Kaligrafi UKiran

1. Pemilihan bahan baku kayu mahoni maupun kayu jati, pilih kayu yang bagus
tanpa ada mata kayu, karena dalam pembuatan kaligrafi ukir kayu ini
dibutuhkan bahan baku yang berkualitas

2. potong kayu sesuai dengan ukiran yang akan dibuat, misal dalam pembuatan
kaligrafi ayat kursi ukiran jepara dengan ukuran panjang, maka ukuran kayu
harus disesuaikan

3. setelah kayu sesuai dengan yang di inginkan maka proses selanjutnya yaitu
penggambaran atau tulisan khot kaligrafi yang akan di ukir, kemudia baru
proses pengukiran atau pemahatan

4. setelah proses pemahatan atau pengukiran selese, maka selanjutnya


penyusunan ukiran kaligrafi ke proses penyetelan atau pemsangan bingkai pada
kaligrafi ukiran.

5. Proses terahir yaitu pemberian warna pada kaligrafi ukiran, pewarnaan disini
disebut proses finishing. dimana proses ini berada di ujung proses terahir.

2. Pembuatan Seni Kaligrafi Dengan Bahan Kimia

Alat dan Bahan :

1. Pensil
2. Penghapus/step
3. Kertas karton/manila ukuran 60 cm X 80 cm
4. Pisau cuter/gunting
5. Kapas/lap/serbet/kain
6. Foto contoh kaligrafi dekorasi terbaru atau hiasan mushaf/ foto kaligrafi
dekorasi
7. Spidol merk snowman kecil. Harga sekitar Rp 2.000-Rp 4.000
44
8. Cairan kimia m3 1 liter. Banyak dijual di toko sablon. Fungsinya untuk
membersihkan pori-pori screen sablon dari cat sablon. Ada 2 macam
cairan jenis ini, yang mahal dan murah. Sebaiknya beli yang agak mahal
karena tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Namun cairan ini berbau
tajam, bagi yang kurang daya tahan tubuhnya, hidungnya bias berlendir
terus, bahkan bisa pingsan. Sebaiknya cairan ini nanti digunakan di
ruangan dengan udara terbuka, karena berbahaya. Harga cairan m3 bagus
sekitar RP 50.000/liter, yang jelek RP 30.000/liter.
9. Cairan minyak thiner yang kualitas bagus atau thinner merk SEMUT. Ini
lebih baik digunakan karena cairannya tidak terlalu bau. Ini lebih baik
digunakan dan dapat dipakai sebagai pengganti cairan im3 di atas. Arga
RP 25.000/liter
10.Bensin. Ini bisa dipakai kalau anda tidak mau beli thiner atau im3 di atas.
Lebih murah, aman dan mudah diperoleh. Namun masih agak berbau
hasil mal-nya nanti. Harga RP 10.000/liter

Praktek cara membuat mal atau desain kaligrafi :

1. Silahkan membuat motif atau desain kaligrafi ataupun ornamen sesuka


anda mengunakan pensil pada sebidang kertas karton. Bisa anda buat
sendiri, ataupun bisa meniru desain mushaf atau desain kaligrafi dekorasi
nasional yang sudah anda miliki sebagai contoh.
2. Lalu tebalkan desain tersebut menggunakan spidol merk Snowman kecil.

desain kaligrafi, hiasan untuk kaligrafi

3. Pergilah ke tempat foto copy, dan foto copy-lah desain tersebut secara
full penuh pada kertas yang seukuran karton (namanya kertas HVS A0/ A
nol/ kertas HVS ukuran 60 cm x 80cm). Biaya fotocopy 1 karton full

45
seharga RP 20.000-an. Kalau tempat foto copy tsb tidak ada kertas A0,
maka silahkan potong-potong kertas karton yang sudah ada desainnya itu
menjadi 4 bagian dan foto copy-lah 8 bagian kertas tsb secara terpisah
dan kemudian sambungkan hingga menjadi utuh full satu karton.

desain kaligrafi hiasan mushaf

4. Pulanglah ke rumah dan tempelkan sisi kertas A0 yang hasil foto copy
tadi ke karton.
5. Basahilah kapas/lap/serbet menggunakan cairan kimia m3/bensin/thinner
tadi
6. Usapkan kapas/lap/serbet ke kertas A0 secara merata asal basah saja, agar
tinta fotocopy-nya lunak dan mengencer

46
cara membuat desain

7. Basahilah kapas/lap/serbet menggunakan cairan kimia m3/bensin/thinner


tadi lagi
8. Usapkan kapas/lap/serbet ke kertas A0 secara merata namun agak
ditekan, agar tinta fotocopy-nya pindah ke kertas karton dibawahnya
9. Tarammm….. mal atau desain berpindah ke kertas karton lainnya dan
siap anda warnai

musaf kaligrafi

10.Gunakanlah cat merk merris untuk mendukung kerja kaligrafi anda dan
agar pekerjaan cepat. Karena cat merris punya sifat tidak menghapus
bekas spidol yang sudah dimal tadi. Sehingga nantinya kita bias mudah
mengikuti alur tangkai punya dan penempatan bunga dan daun sesuai
sketsa yang sudah dibuat. belilah cat merris di tokolemka
11.baca jug artikel yang sangat penting bagi anda tentang Bagaimana cara
mengolah tinta yang benar untuk menulis kaligrafi ?

contoh hiasan kaligrafi

47
mushaf al- qur’an

48
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Seni lukisan kaligrafi adalah model kaligrafi yang digoreskan pada hasil
karya lukis, atau coretan kaligrafi yang “dilukis-lukis” sedemikian rupa –
biasanya dengan kombinasi warna beragam, bebas dan (umumnya) tanpa mau
terikat dengan rumus-rumus baku yang sudah ditentukan. Model inilah yang
digolongkan ke dalam aliran kaligrafi kontemporer. Kaligrafi kontemporer
adalah istilah atau sebutan untuk sebuah karya yang “memberontak” atau
“menyimpang” dari rumus-rumus dasar kaligrafi, yang merupakan bentuk
manifestasi gagasan dalam wujud visual.

Secara estetika kaligrafi kontemporer mengacu kepada kaidah penciptaan


seni rupa kontemporer secara umum dan secara etika bersumber kepada Al-
Qur’an dan hadis, yang membawa muatan artistik-apresiatif yang berfungsi
sebagai tontonan (media apresiasi), di sisi lain mengandung muatan etik-religius
yang berfungsi sebagai tuntunan (media dakwah).

Menurut Affandi, lukisan kaligrafi adalah karya cipta manusia sebagai


hasil pengolahan ungkapan batinnya melalui susunan unsur-unsur tulisan dan
unsur-unsur dwi marta yang lain, yang memiliki sifat-sifat simbolik, religius,
dan estetik. Membawa pesan kebaikan antara hubungan manusia dengan Tuhan,
manusia dengan manusia serta manusia dengan alam.

Seni lukis kaligrafi modern lebih fleksibel, karena para seniman pelukis
dapat membawa easel yang praktis itu keberbagai lokasi untuk melakukan karya
melukis di alam bebas, di samping itu, dapat pula digunakan berkarya di studio
seni lukis.Kaligrafi dalam bahasa Yunani berarti tulisan yang indah atau seni
tulisan indah. Sementara dalam bahasa Arab, kaligrafi disebut khat yang berarti
garis atau baris. Secara terminologi para ahli berbeda dalam mendefinisikannya,
Hakim al-Rum misalnya mengatakan, kaligrafi adalah geometri spiritual yang
diekspresikan dengan perangkat fisik.

Peradaban Islam mulai muncul di permukaan ketika terjadi hubungan


timbal balik antara peradaban orang-orang Arab dengan non-Arab. Pada
mulanya, Islam tidak memerlukan suatu bentuk kesenian; tetapi bersama
jalannya sang waktu, kaum muslimin menjadikan karya-karya seni sebagai
media untuk mengekspresikan pandangan hidupnya. Mereka membangun
49
bentuk-bentuk seni yang kaya sesuai dengan perspektif kesadaran nilai Islam,
dan secara perlahan mengembangkan gaya mereka sendiri serta menambah
sumbangan kebudayaan di lapangan kesenian.

Bangsa Arab dalam hal tradisi tulis-menulis (baca: khat) masih tertinggal
jauh bila dibandingkan dengan beberapa bangsa di belahan dunia lainnya yang
telah mencapai tingkat kualitas tulisan yang sangat prestisius. Misalnya bangsa
Mesir dengan tulisan Hierogliph, bangsa India dengan Devanagari, bangsa
Jepang dengan aksara Kaminomoji, bangsa Indian dengan Azteka, bangsa
Assiria dengan Fonogram/Tulisan Paku dan pelbagai negeri lain sudah terlebih
dahulu memiliki jenis huruf/aksara.

Keadaan ini dapat dipahami mengingat Bangsa Arab adalah bangsa yang
hidupnya nomaden (berpindah-pindah) yang tidak mementingkan keberadaan
sebuah tulisan, sehingga tradisi lisan (komunikasi dari mulut ke mulut) lebih
mereka sukai, bahkan beberapa diantara mereka tampak anti huruf. Tulisan baru
dikenal pemakaiannya pada masa menjelang kedatangan Islam dengan ditandai
pemajangan al-Mu’alaqât (syair-syair masterpiece yang ditempel di dinding
Ka’bah).

Secara garis besar, kaligrafi dapat dikelompokkan menjadi dua aliran


utama, yaitu kaligrafi “murni” dan “lukisan” kaligrafi. Pertama, kaligrafi murni
dimaksudkan sebagai kaligrafi yang mengikuti pola-pola kaidah yang sudah
ditentukan dengan ketat, yakni bentuk yang tetap berpegang pada rumus-rumus
dasar kaligrafi (khath) yang baku. Kaligrafi murni ini dapat dibedakan dengan
jelas aliran-aliran seperti Naskhi, Tsuluts, Rayhani, Diwani, Diwani Jali, Farisi,
Kufi dan Riq’ah. Kedua, lukisan kaligrafi adalah model kaligrafi yang
digoreskan pada hasil karya lukis, atau coretan kaligrafi yang “dilukis-lukis”
sedemikian rupa –biasanya dengan kombinasi warna beragam, bebas dan
(umumnya) tanpa mau terikat dengan rumus-rumus baku yang sudah
ditentukan. Model inilah yang digolongkan ke dalam aliran kaligrafi
kontemporer. Kaligrafi kontemporer adalah istilah atau sebutan untuk sebuah
karya yang “memberontak” atau “menyimpang” dari rumus-rumus dasar
kaligrafi, yang merupakan bentuk manifestasi gagasan dalam wujud visual.

Dalam perkembangannya kaligrafi dapat dipisahkan menjadi beberapa


jenis kaligrafi. Kaligrafi tersebut antara lain, Kaligrafi Tradisional, Kaligrafi
Klasik, Kaligrafi Modern, Kaligrafi Ekspresif dan Kaligrafi Kontemporer.
Semua jenis kaligrafi tersebut mempunyai kelebihan dan keunikan tersendiri

50
tergantung dari jenisnya. Kekhasan yang sama pada seni kaligrafi adalah
kreatifitas seniman di dalam memvisualisasikan bentuk karya ciptanya. Ada
yang mempunyai kecenderungan kretifitas pada objek utamanya saja, ada pula
hurufnya masih manual tetapi dipadukan latar belakangnya yang dimodifikasi
sedemikian rupa, sehingga kreatifitasnya lebih diutamakan pada
backgroundnya, adapula yang keduanya dipadukan artinya baik huruf maupun
latar belakangnya digayakan sedemikian rupa, sehingga daya cipta bentuk
kaligrafi betul-betul dimaksimalkan. Semuanya memang tergantung dari
pencipta karya tersebut, lebih fokus dan lebih enjoy yang mana atau lebih cocok
yang mana. Atau mungkin tergantung yang diinginkan oleh nilai pasar
(tergantung dari nilai fungsinya). Fungsi kaligrafi tersebut sebagai seni murni
(fine art) atau seni terapan (applied art).

3.2 SARAN
Sudah seharusnya kita melestarikan apa yang telah menjadi
warisan leluhur kita . Bahkan lebih baik jika kita dapat mengembangkan
budaya khususnya kaligrafi islam dan dengan itu kita juga sekaligus ikut
melakukan dakwah islam dimana pun dengan karya yang kita buat.

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi yang
ada hubungannya dengan tugas ini.

Kami berharap para pembaca yang budiman,memberikan kritik dan saran


yang membangun kepada kami demi sempurnanya tugas ini dan dan penulisan
makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga tugas ini berguna bagi
semua kalangan pada khususnya juga para pembaca yang budiman.

51
DAFTAR PUSTAKA

Affandi M. 1994. Ekspresi Simbolik, Religius dan Estetika dalam Karya Lukis
Kaligrafi. Yogyakarta: FPBS-IKIP

Ali, Atabik dan A. Zuhdi Mudhor. Tt. Kamus Al-’Ashri: Kamus Kontemporer
Arab-Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika

Beg, M. Abdul Jabbar. 1988. Seni di dalam Peradaban Islam. Bandung: Penerbit
Pustaka
Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1997. Kamus Inggris-Indonesia. Cet.
XXIV. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Husain, Abdul Karim. 1985. Seni Kaligrafi Khat Naskhi, Tuntutan Menulis
Huruf Halus Arab dengan Metode Komparatif. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya
Sirojuddin D. AR. 2000. Seni Kaligrafi Islam. cet. I, edisi II. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Situmorang, Oloan. 1993. Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan
Perkembangannya. cet. X . Bandung: Penerbit Angkasa

http://bahan-membuat.com/kerajinan-tangan-dari-kertas-daur-ulang
http://www.kaligrafimasjid.com/2015/01/pengertian-dasar-seni-lukis.html
http://hanashaliway.blogspot.co.id/2016/08/kaligrafi.html
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/651/jbptunikompp-gdl-junaedimut-32528-9-
unikom_j-i.pdfhttps://deniarisandi.wordpress.com/daftar-isi-
2/http://www.kaligrafimasjid.com/2015/01/pengertian-dasar-seni-lukis.html
http://dokumen.tips/documents/makalah-seni-dalam-islam-kaligrafi.html
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=136227&val=5660

52

Anda mungkin juga menyukai