Anda di halaman 1dari 4

Estetika Kaligrafi Arab Masjid Istiqlal

(The Aesthetic of Arabic Calligraphy of Istiqlal Mosque in Jakarta, Indonesia)


Aden Achmaduddin Kamil El-Warits
adens.man8@gmail.com
Department of Arabic Translation and Interpreting
Faculty of Adab and Humanities
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta

Abstrak

Kaligrafi Arab merupakan salah satu wujud seni tulis pada aksara Arab yang memiliki bentuk yang artistik dan estetik,
karena keistimewaan itu seniman dan arsitek memanfaatkannya untuk dekorasi pada interior masjid pada umumnya. Tulisan
ini berangkat dari penelitian dan rasa bangga akan bahasa Arab yang memiliki tulisan yang tidak hanya indah namun juga
mengandung nilai dan makna yang sangat dalam, karena sumber kaligrafi Arab diambil dari ayat-ayat Al-Quran seperti
yang terdapat pada Masjid Istiqlal yang merupakan masjid terbesar se-Asia Tenggara yang dimiliki Indonesia.

Kata kunci: Estetika Kaligrafi Arab, Masjid Istiqlal.

I. Pendahuluan

Berbagai macam bangsa di dunia memiliki bahasa, dan bahasa mempunyai huruf atau tulisan yang dapat
mewakili bahasa mereka dalam bentuk gambar atau tulisan yang menghasilkan seni menulis halus yang dikenal
dengan kaligrafi. Kata kaligrafi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari dua suku kata yaitu kalios (calios)
artinya indah dan graf (graph) yang artinya gambar atau tulisan. Adapun dalam istilah bahasa Inggris dikenal
dengan istilah Calligraphy yang berarti tulisan indah dan seni melukis indah. Tulisan halus yang objeknya huruf
Latin (a, b, c, dan seterusnya), Jepang (kanji: Hiragama, Katana), Hindi, Thai, Cina, dan Rusia disebut juga
kaligrafi, dan kaligrafi dalam bahasa Arab disebut Khat yang berarti garis dan tulisan indah. 1
Dalam bahasa Arab, kita menegenal sistem tulisan yang disebut aksara Arab. Aksara Arab mula-mula
dipakai untuk menuliskan bahasa Arab. Peninggalan tertua beraksara Arab berasal dari tahun 512 M. Aksara
ini dibuat untuk digunakan dalam merekam dan menuliskan bunyi-bunyi bahasa Arab yang diucapkan oleh
penuturnya. Selain itu, aksara Arab seperti aksara-aksara bahasa lain yang dituntut untuk dapat menuliskan
ujaran-ujaran bahasa yang sebenarnya. Aksara Arab yang kita kenal saat ini dan kita gunakan dalam berbagai
keperluan juga telah melewati beberapa fase perubahan. Bentuk tulisan yang paling lama berasal dari sistem
tulisan al-masnad al-yamani: dalam bentuk tiang-tiang. Bentuk kedua adalah bentuk al-nibthi salah satu macam
tulisan al-arami: seperti tulisan nuqu:sy (gambar-gambar) pada kuburan. Kemudian sampai pada tulisan Arab
yang diambil dari al-nibthi: dengan beberapa perubahan. Perubahan itu terus terjadi sampai pada sistem tulisan
seperti sekarang dan bukan dalam bentuk nuqu:shy.2
Bangsa Arab jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain seperti Jepang dan Cina yang telah sukses
mengembangkan sistem tulis kaligrafi yang kompleks, boleh dikatakan sebagai pendatang yang agak terlambat.
Padahal tulisan mereka yaitu kaligrafi Arab menempati posisi kedua sesudah aksara Romawi yang banyak
dipakai dalam berbagai penulisan, sampai sekarang yang tiada tandingannya.3
Kita telah ketahui bersama bahwasanya kaligrafi Arab merupakan tulisan yang menggunakan huruf
hijaiyah yang biasanya berisikan ayat Al-Quran, hadis-hadis Nabi, dan kalimat hikmah yang ada hubungannya
dengan ajaran agama Islam. Di Indonesia, mudah kita temui di masjid-masjid pada umumnya seperti kaligrafi
Arab di masjid Istiqlal. Itu semua bertujuan bukan hanya sebagai bentuk sentuhan seni memukau yang artistik
dan estetik, namun lebih terhadap sebagai medium yang memiliki makna luhur penggambaran firman-firman
Allah dalam Al-Quran. Dengan demikian, kaligrafi Arab yang ditulis dan dijadikan sebagai interior masjid
Istiqlal itu sebagai suatu karya seni yang memadukan esensi ayat yang dikutip dalam Al-Quran dengan bentuk
visual yang ditampilkan, sehingga menjadi karya seni yang memiliki nilai estetika visual (makna tersurat) dan

1
Abdul Karim Husain, Seni Kaligrafi Khat Naskhi (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1985), h. 1.
2 Ali Abdul Wahid, Nasy’ah al-Lughah ‘inda al-Insa:n wa al-Thifl, (Kairo: Dar el-Fikr el-Arabi,1974), h.254.
3 D. Sirojudin AR, Seni Kaligrafi Islam (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985), h. 19.
non-visual spiritualis (makna tersirat) yang begitu mengesankan bagi siapapun yang melihatnya, selain dari
fungsinya sebagai interior yang membuat masjid tersebut menjadi lebih artistik dan indah.

II. Metode

Metode penulisan ini menggunakan dua metode yaitu metode deskriptif-komperatif yaitu metode untuk
menjabarkan, menguraikan, dan membandingkan keterangan dari banyak sumber dan literatur untuk
menghasilkan sintesis atau deskripsi yang konkret, benar, dan apa adanya tentang berbagai hal yang berkaitan
tentang kaligrafi Arab. Pada metode ini juga ditambah dengan metode penelitian lapangan (field research),
yaitu penelitian yang mengungkap fakta yang ada di Masjid Istiqlal dengan pengamatan secara langsung.

III. Pembahasan dan Hasil

Kaligrafi Arab memiliki postur elok yang mempesona, karena itu seniman-seniman masehi abad
pertengahan memanfaatkannya untuk dekorasi. Dilukiskannyalah huruf Kufi di atas cawan dan pakaian. Di
balik keindahan pada huruf ini nampak pula keindahan pada kata-kata yang terangkai, yakni keindahan susunan
dengan baris-baris harakat yang membentuk garis-garis simetris untuk medium sebuah seni yang
mengagumkan. Bukankah ini sebuah keistimewaan satu-satunya yang hanya dimiliki oleh tulisan Arab,
sehingga menghasilkan medium kaligrafi yang paling memukau yang mengusik perasaan tentram karena
keindahan susunan dan gaya rangkaiannya yang bagus.4
Ditinjau dari segi visualnya, kaligrafi Arab mempunyai nilai estetik yang tinggi, tiap huruf yang ada dalam
aksara Arab mempunyai karakter atau ciri khas tersendiri, ini terbukti bahwa kaligraf Arab telah mempunyai
gaya atau aliran tersendiri yang sudah dibakukan. Ibnu Nadim menguraikan bahwa corak tulisan kaligrafi Arab
itu memiliki banyak bentuk.5 Adapun jenis khat Arab yang terkenal dan banyak digunakan yaitu: Khat Ku:fi,
Tsulutsi, Naskhi, Farisi, Riq’ah, dan Diwani.6Ada berbagai macam pengertian dari istilah al-khat antara para
pakar kaligrafi, hal ini tergantung kepada perspektif atau sudut pandang masing-masing. Menurut Ibrahim ibn
Muhammad al-Syaibani,7mengatakan bahwa Khat merupakan lidahnya tangan, kecantikan rasa, penggerak akal,
penasehat fikiran, senjata pengetahuan, perekat persaudaraan ketika bertikai dan pembicara ketika berjauhan,
pencegah segala keburukan, dan khazanah berbagai masalah kehidupan.
Kaligrafi Arab dari segi kandungan mempunyai nilai dan makna yang sangat dalam, karena sumber
kaligrafi Arab diambil dari ayat-ayat Al-Quran, sehubungan dengan ini Munawir Sjadzali menyebutkan bahwa
kaligrafi Arab bukan hanya sekedar ekspresi dari seorang seniman, tetapi juga merupakan perwujudan dari
keagungan dan kecintaan sang seniman terhadap Al-Quran, dari sudut pandang inilah antara Al-Quran dan
kaligrafi Arab mempunyai ikatan yang erat. Kaligrafi Arab yang bersumber pada ayat-ayat Al-Quran dalam
proses transformasinya menjadi suatu karya seni yang tidak hanya keindahan bentuk visualnya saja yang
diungkapkan, tetapi juga makna dalam ayat-ayat Al-Quran yang menggambarkan firman Allah sebagai kalam
Ilahi, karena ayat-ayat Al-Quran merupakan mukjizat, maka huruf dan kata-kata yang memvisualisikan ayat-
ayat Al-Quran juga memperlihatkan kekuatan sendiri dalam suatu karya seni, sehingga akan melahirkan karya
seni dengan muatan-muatan makna yang ingin disampaikan. Dalam zaman modern pun banyak orang yang
cukup kreatif dengan menciptakan kata-kata yang ditulis dengan indah.8
Perkembangan kaligrafi Arab secara luas berkembang dengan pesat, tidak hanya terbatas [ada benda-
benda fungsional seperti: kendi, uang, surat kabar, buku, pamflet, maupun sebagai hiasan pada bangunan masjid,
gedung-gedung pemerintahan atau menara-menara yang ditulis dalam bentuk relief. Sesuai dengan
perkembangan sejarah seni kaligrafi Arab juga sudah merupakan media bagi perupa untuk menuangkan ide-ide
mereka dalam menciptakan karya seni. Ditinjau dari segi apresiasi seni yang menyangkut penampilannya, maka
perkembangan kaligrafi Arab dibagi dua golongan yaitu kaligrafi Arab tulis dan kaligrafi Arab seni. 9Kaligrafi
tulis adalah kaligrafi Arab murni, yang penulisannya menganut kaidah-kaidah penulisan yang sudah dibakukan
serta menjadi pedoman sampai sekarang. Sedangkan kaligrafi Arab yang diciptakan dalam bentuk karya seni

4
Kamil Baba, Dinamika Kaligrafi Islam (Terjemahan D. Sirojuddin), (Jakarta: Darul Ulum Press, 1992), h.168.
5
Bayard Dodge, The Fihrist of al-Nadim: A Tent Century Survey of Muslim Culture, (London:Columbia University Press), h. 172.
6
C. Israr, dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, (Jakarta: Yayasan Masagung, 1985), h. 82.
7
Aiman Abdul Salam, Mausu:’at al-Khat al-‘Arabi, (Oman: Dar al-‘A:mah, 2002), h. 9.
8
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta,2014), h. 93.
9
Ibid, h. 18.
yang menganut kaidah-kaidah seni rupa modern dalam pengolahannya tidak terkait pada kaidah-kaidah yang
sudah ada, karena ekspresi seniman adalah hal yang diutamakan, sehingga tidak jarang tulisan dipadukan
dengan secara artistik dengan beberapa motif atau gambar abstrak, tujuannya ialah untuk mencapai bentuk yang
mencerminkan kebebasan kreatif seniman.10
Kaligrafi terus berkembang dengan berbagai gaya dan media yang berbeda. Seperti kaligrafi yang
menggunakan beberapa medium dengan gaya tulisan abstrak. Biasanya gaya kaligrafi abstrak menggambarkan
beberapa ayat dalam Al-Quran atau Hadis, atau untaian huruf yang indah. Hiasan kaligrafi juga mengalami
perkembangan sebagai hiasan pada bangunan masjid. Kaligrafi hiasan masjid mulai muncul seiring dengan
kemunculan arsitektur Timur Tengah atau Moghul, sekitar abad ke-17 sampai akhir abad ke-19 M sehingga
seni kaligrafi Arab merupakan komponen yang dapat melengkapi keindahan tulisan Al-Quran yang memiliki
etika dan estetika.11
Masjid Istiqlal adalah masjid terbesar di Asia Tenggara yang dimiliki Indonesia yang diprakarsai oleh
Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno dan baru diresmikan penggunaannya pada tanggal 22
Februari 1978 oleh Presiden Soeharto. Masjid ini dinamai sebagai masjid Istiqlal karena makna yang
terkandung di dalamnya ialah kemerdekaan yang berhasil diraih bangsa Indonesia atas kegigihan para pahlawan
bangsa. Sebagaimana yang dikatakan oleh Barack Obama “Istiqlal berarti kemerdekaan, dan konstruksinya
merupakan bagian dari bukti perjuangan bangsa untuk kebebasan. Selain itu, rumah ibadah bagi Muslim, dan
juga dirancang oleh Kristiani yaitu Friedrich Silaban.Ini dibuktikan dengan beberapa hasil pengamatan di
lapangan bahwasanya masjid Istiqlal bukan serta-merta dibangun seperti halnya masjid yang lain, melainkan
dibangun dengan perencanaan dan konsep yang matang untuk mengungkapkan beberapa hal yang terkait akan
peristiwa istimewa kemerdekaan Indonesia, seperti lantai dan menaranya, di mana lantai-lantai di masjid Istiqlal
memiliki arti atau makna yaitu rukun islam, satu menara yang menunjukkan akan Keesaan Allah, tinggi
menaranya mengambil dari jumlah ayat Al-Quran yaitu 66,66 meter (dari 6.666 ayat), dan pada area puncak
dari menaranya dengan tinggi 30 meter yang lagi-lagi memiliki arti yaitu 30 Juz dalam Al-Quran.
Secara eksplisit, setiap aspek di dalam Masjid Istiqlal memiliki makna tersendiri yang tidak jauh dari Al-
Quran dan Islam terutama pada unsur keindahan yang dimunculkan dari arsitektur dan berbagai macam interior
masjidnya seperti kaligrafi Islam tanpa mengabaikan fungsi fundamental dari masjid itu sendiri sebagai tempat
ibadah dan tempat kegiatan lainnya seperti pengajian, melainkan itu semua bahkan menambah keindahan dari
masjid tersebut sebagai Masjid Nasional Indonesia, seperti yang terdapat pada bagian depan lantai utama masjid
yang dihiasi marmer dan kaligrafi. Sementara bagian kiri dan kanannya terdapat lafaz Allah dan Muhammad.
Di ruangan lain, tepatnya bagian tengah terdapat kaligrafi dua kalimat syahadat, tepat di bawahnya terdapat
mihrab dan mimbar yang biasa digunakan saat salat jumat maupun salat id.
Gaya kaligrafi Arab pada Masjid Istiqlal itu semuanya rata-rata menggunakan gaya khat tsulutsi dan gaya
kaligrafi ini sering dipakai untuk tujuan-tujuan dekorasi untuk menghiasi dinding-dinding masjid, karena
dipandang lebih pantas dan indah untuk corak-corak hiasan. Namun terlebih dari hal itu, makna tersirat yang
tergambar dari kaligrafi tersebut adalah untuk memberikan nilai keagungan dan keindahan Allah sebagai Tuhan
Yang Maha Indah, dan cinta akan sesuatu yang indah-indah (Inna Allaha jami:l yuhibbu al-jama:l).
Berdasarkan keterangan dan perkembangan kaligrafi sebagai hiasan dengan maksud dan tujuan tertentu,
tulisan huruf Arab pada dinding dalam masjid Istiqlal mengandung arti dan fungsi. Selain sebagai identitas umat
Islam yang memiliki pedoman hidup Al-Quran dan Hadis Nabi, juga sebagai media dakwah yang langsung
dapat dilihat oleh para jamaah dan para pengujung masjid tersebut. Bentuk visual yang kasat mata akan mudah
diingat, terutama jika berlaku pengulangan, ketika tiap-tiap jamaah mengikuti salat berjamaah lima waktu di
masjid dalam waktu 24 jam atau sehari semalam.
Selain dari hal itu, berita harian kompas menyebutkan bahwa Raja Salman bin Abdul Aziz telah
memberikan kiswah kakbah yang bertuliskan Surat Al-Baqarah ayat 125 dengan warna emas sebagai hadiah
untuk seluruh umat muslim di Indonesia sebagaimana disampaikan oleh Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin dalam sambutannya. Oleh karena itu, kiswah ini diletakkan di tempat yang sangat istimewa yaitu di
dinding bagian paling depan Masjid Istiqlal. Gaya kaligrafi yang dituliskan pada kiswah tersebut adalah dengan
gaya khat tsuluts jali.
Dengan demikian, dari hasil penelitian di lapangan ditemukan adanya perbedaan antara dua masjid agung
di Jakarta yaitu Masjid Istiqlal dan Masjid At-Tin. Ada beberapa perbandingan antara kaligrafi Arab yang
dipakai yaitu perbedaan gaya khat yang digunakan, di mana masjid Istiqlal lebih banyak menggunakan jenis

10
Abdul Hadi, Islam: Cakrawala Estetik dan Budaya, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 381.
11
Abdullah Yusof, Seni Islam, (Kuala Lumpur: Terbitan UMCCed, 2004), h. 7.
khat tsuluts pada gaya kaligrafinya, sedangkan di Masjid At-Tin sendiri memakai gaya khat kufi pada beberapa
dinding depan dan pada interior dalam kubahnya yang bertuliskan Surah An-Nur ayat 35. Dari perbandingan
tersebut mengindikasikan bahwa kaligrafi Arab merupakan jenis aksara yang dimiliki bahasa Arab yang lentur,
spiritualis, dan estetik.

IV. Kesimpulan

Estetika kaligrafi Arab begitu indah dan istimewa karena bersumber dari ayat-ayat Al-Quran dalam proses
transformasinya menjadi suatu karya seni, yang tidak hanya keindahan bentuk visualnya saja yang
diungkapkannya, tetapi juga makna-makna dalam ayat-ayat Al-Quran yang menggambarkan firman Allah
sebagai Kalam Ilahi dan bahasa Arab sebagai bahasanya sehingga akan melahirkan karya seni dengan muatan
bentuk dan makna yang indah.
Ragam hias pada dinding Masjid Istiqlal berupa kaligrafi Arab terdiri atas kutipan sebagian dari ayat-ayat
suci Al-Quran dan lafaz-lafaz islami. Kaligrafi Arab tersebut memiliki arti dan fungsi sebenarnya, serta arti
simbolis pada dinding bagian atas terdapat lafaz Allah dan Muhammad SAW yang memiliki makna tentang
keesaan Allah dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya. Sehingga kaligrafi tersebut bisa menambah keindahan
dari Masjid Istiqlal sebagai masjid terbesar se-Asia Tenggara yang dimiliki Indonesia dan menambah
keistimewaan bahasa Arab yang memiliki bentuk tulisan estetik yang tiada tandingannya dari bahasa lain.

Daftar Pustaka

Baba, Kamil. 1992. Dinamika Kaligrafi Islam (Terjemahan D. Sirojuddin), Jakarta: Darul Ulum Press.
Baba, Kamil. 1983. Ruh al-Khat al-‘Arabi, Beirut: Dar al-‘Ilm wa al-Malayin.
C. Israr. 1985. dari Teks Klasik sampai ke Kaligrafi Arab, Jakarta: Yayasan Masagung.
Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta.
D. Sirojudin AR.1985. Seni Kaligrafi Islam,Jakarta: Pustaka Panjimas.
Dodge, Bayard. 1970. The Fihrist of al-Nadim: A Tent Century Survey of Muslim Culture, London: Columbia
University Press.
Hadi, Abdul. 2000. Islam: Cakrawala Estetik dan Budaya, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Harun, Makmur Haji.2015. Eksistensi Seni Kaligrafi Islam dalam Dakwah, Tantangan, Peluang, dan Harapan.
doi: 10.13140/RG: 2.1.2949.8320.
Husain,Abdul Karim.1985. Seni Kaligrafi Khat Naskhi Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Rispul. 2012. Kaligrafi Arab Sebagai Karya Seni (Jurnal Kajian Seni Budaya Islam Tsaqafa),Volume I, No. 1,
12-16.
Salam, Aiman Abdul. 2002. Mausu:’at al-Khat al-‘Arabi, Oman: Dar al-‘A:mah.
Wahid, Ali Abdul.1974. Nasy’ah al-Lughah ‘inda al-Insa:n wa al-Thifl, Kairo: Dar el-Fikr el-Arabi.
Yusof, Abdullah.2004. Seni Islam, Kuala Lumpur: Terbitan UMCCed.

Anda mungkin juga menyukai