Anda di halaman 1dari 4

JENIS-JENIS KALIGRAFI

1. Kufi
Adalah jenis tulisan kaligrafi tertua yang dikenal dalam Islam. Dengan tulisan Kufi ini Al-Qurán
pertama kali ditulis (dengan kufi sederhana yang disebut kufi masohif). Ciri utamanya adalah
torehannya kaku bersudut, karena mulanya memang ditorehkan dengan pisau diatas tulang, batu batu,
atau pelepah kurma.
Nama Kufi diambil dari nama kota Kufah di Irak, kota yang dibangun oleh Khalifah Umar bin Al-
Khattab. Kaligrafi Kufi kemudian berkembang menjadi sangat indah pada masa Daulah Abbasiyah,
dengan memasukkan unsur unsur hiasan dan ornamen khas kedalamnya.
Kufi asli memiliki ciri ciri tidak bertitik, dan tidak bersyakal serta dibiarkan asli tanpa hiasan.
Sedangkan Kufi yang sudah berkembang, banyak mengambil bentuk bentuk yang lebih beragam, dan
banyak digunakan dalam karya karya arsitektur, untuk menghiasi masjid, makam, dan istana raja raja.

Kufi Karya Jamal Isa al-Kabbasyi berbunyi : wa min haitsu kharajta


fa walli wajhaka syatrol masjidil harom...(al Baqarah : 150)

2. Naskhi
Jenis Tulisan ini muncul pada akhir abad ke 5 Hijriyah. Ini adalah jenis kaligrafi modifikasi dari
tulisan Kufi dengan bentuk yang lebih lentur. Ia muncul mengiringi maraknya penulisan buku dan Al-
Quran. Karena itu ia disebut "naskh" yang berarti naskah. Karena secara luas digunakan untuk "naskh
al-Quran". Pada awal kemunculannya, jenis kaligrafi ini disebut "badi' " . Kaidah kaidah kaligrafi ini di
sempurnakan oleh al- Wazir Ibnu Muqlah.
Kaligrafi Naskhi ini memiliki karakteristik lembut, dan jelas dibaca. Apalagi bila kemudian diberi
syakal dan titik. Naskhi tidak digunakan dalam bentuk "tarkib" (bertumpuk tumpuk seperti halnya
Tsuluts), melainkan datar mengikuti garis. Pada masa belakangan, gaya naskhi menjadi tulisan baku
untuk buku buku dan karya karya ilmiyah (termasuk untuk penulisan menggunakan mesin cetak dan
komputer).
Kaligrafi jenis Naskhi ini biasanya diajarkan pertama kali sebelum mempelajari yang lain. Perlu
latihan tekun dan banyak pengulangan untuk benar benar menguasainya.

Naskhi berisi ucapan ucapan Ali r.a ketika menceritakan sifat sifat Nabi SAW
3. Farisi / Nastaliq
Disebut FARISI karena ia muncul dan populer dinegeri negeri Persia (Farsi). Disebut TA'LIQ, karena
cara penulisannya seperti gaya penulisan catatan kaki yang lazimnya miring kebawah dari kanan
kekiri. Disebut NASTALIQ karena fungsinya mirip dengan Naskhi yaitu sebagai tulisan standar bagi
buku buku pengetahuan (sampai hari ini buku buku pengetahuan berbahasa Persia dan website website
mereka masih menggunakan Farisi disamping Sikasteh). Jadi Nasta'liq adalah gabungan dari kata
Naskh dan Ta'liq.
Untuk menguasai tulisan ini pun sangat sulit dan perlu latihan yang banyak. Kadang kadang
diperlukan dua mata pena untuk menuliskannya karena satu huruf memiliki ketebalan yang berbeda.
Para Ustadz kaligrafi berkata :
"Siapa yang belum menguasai kaligrafi Farisi dan Tsulutsy, maka ia belum disebut khattat".
Berikut ini contoh Farisi :

Kaligrafi Farisi berbunyi


kullu ilmin laisa fil qirthasi dhoo' -- kullu syarrin jaawazal isnaini syaa'
"semua ilmu, yang tidak ditulis dikertas akan hilang -- Semua kejahatan yang terulang dua kali akan
tersiar "

4. Tsulus
Ini adalah jenis kaligrafi yang paling gagah, mewah dan elegan. Sebagaimana dikatakan, tsuluts
menjadi syarat bagi seseorang untuk digelari "khattaat", karena memang sangat sulit mempelajarinya.
Kaligrafi tsuluts dibagi 2 :
 Tsuluts 'aady atau tsuluts biasa. Ditulis menggunakan pena berukuran minimal 4 mm, ditulis
dengan gaya biasa, jarang dibuat menjadi bentuk bentuk yang rumit.
 Tsuluts jaliy ditulis dengan pena berukuran dua kali lipat tsuluts biasa, dan sering dikreasikan
dalam bentuk bentuk yang rumit. Misalnya bentuk murokkab (bersusun susun), model ma'kus
atau mutanadzir (berpantulan), dan bentuk bentuk binatang.
Tsuluts biasa dan tsuluts jaly, tidak memiliki banyak perbedaan. Hanya ukuran pena saja yang
membedakan keduanya. Karena itu tsuluts jali masih dianggap bagian dari tsuluts.

Tsuluts áady karya Usman Ozcay berisi maqolah tentang mencintai Allah
5. Diwany
Jenis Kaligrafi ini sempat menjadi tulisan yang dirahasiakan oleh Daulah Usmaniyah karena
keindahannya. Selanjutnya, setelah Sultan Muhammad Al Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel
tahun 857 H, penggunaan Diwany mulai dipublikasikan meski terbatas pada penulisan diwan diwan
resmi (pembukuan dokumen) Kerajaan Usmaniyah. Dan dari situlah jenis kaligrafi ini memperoleh
namanya.
Sering disebutkan, bahwa yang pertama kali meletakkan kaidah kaidah Diwany adalah Ibrahim Munif
At Turki. Selanjutnya Diwany memiliki tiga aliran gaya yaitu : gaya Turki, gaya Mesir, dan gaya
Baghdad. Keindahan Diwany terletak pada keluwesannya dan banyak menggunakan huruf huruf
memutar.

Diwany karya Taj Sirr Sayyid Ahmad.


Isinya hadis nabi : ayyuhan-naas inna lakum maálima fantahuu ilaa málimikum...dst
Diwany memiliki kreasi selanjutnya yang disebut diwany jaliy. Sebagian besar bentuk hurufnya mirip
dengan diwany biasa, hanya saja hiasannya lebih "ramai". Juga dibedakan dengan adanya mahkota
mahkota di kepala kepala hurufnya. Penulisannya juga menggunakan pena berukuran lebih besar dan
biasanya menggunakan 2 mata pena : pena besar untuk tulisan dan pena kecil untuk hiasan.
Diwani Jaly meskipun mengambil nama "diwani", ia harus dianggap sebagai jenis kaligrafi tersendiri
karena bentuknya berbeda dengan diwani biasa. Hanya saja kebanyakan kaligrafer dan para peneliti,
tidak menjadikan diwani jali sebagai jenis tersendiri karena dikembangkan oleh orang yang sama yang
mengembangkan diwani biasa, antara lain Gazlan Bik.

6. Riq'ah
Riq'ah atau ruq'ah adalah tulisan yang sangat indah, tetapi sangat sederhana dan mudah dipelajari. Rata
rata khattaat menguasai tulisan gaya ini. Hanya saja, karena watak tulisannya yang bisa ditorehkan
dengan cepat, kaligrafi ini jarang benar benar diberikan roh sebagai sebuah karya seni.
Yang pertama meletakkan kaidah kaidahnya adalah Musytasyar Mumtaz Bik seorang pengajar
kaligrafi Sultan Abdul Majid Khan seorang raja Dinasty Usmani pada tahun 1280 H. Kemudian kaidah
kaidahnya disempurnakan oleh Muhammad Izzat At-Turky. Ciri khas riq'ah adalah tidak menggunakan
harokat dan hiasan. Berikut ini contohnya :

Riqáh Karya Abdurrahman Yusuf Hamid.


Berisi petikan hadis nabi tentang sayyidul istighfar.

Anda mungkin juga menyukai