Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nur Fadlilatus Sholichah

Kelas :B
Absen : 21
NIM : 4120022255

TUGAS MODUL 10 ASWAJA


TRADISI DAN BUDAYA
LATIHAN SOAL
1. Apakah yang anda ketahui tentang tradisi dan budaya?
Tradisi adalah sesuatu yang terjadi berulang-ulang dengan disengaja dan bukan terjadi
secara kebetulan. Sedangkan budaya adalah pola kejiwaan yang didalamnya
terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar, inseting (insting), perasaan dengan
pikiran, kemauan dan fantasi yang kita namakan budaya.

2. Sebutkan landasan tradisi dan budaya bagi NU?


Kehidupan tidak bisa dipisahkan dengan budayakarena budaya adalah kreasi manusia
untuk memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kualitas hidupnya. Oleh karena itu,
salah satu karakter dassar dari setap budaya adalah perubahan yang terus menerus
sebagaimana kehidupan itu sendiri. Menghadapi budaya atau tradisi, ajaran aswaja
mengacu pada salah satu kaidah fiqh (mempertahankan kebaikan warisan masa lalu
dan mengkreasi hal baru yang lebih baik). Kaidah ini menuntun untuk memperlakukan
fenomena kehidupan secara seimbang dan proposional. Selain kaidah fiqh, Al-Qur’an
dan Al-Hadist pun merupakan landasan yang mutlak sebagai acuan melakukan
berbagai macam tradisi atau budaya.

3. Bagaimanakah sikap NU terhadap tradisi dan budaya?


Ahlus Sunnah wa al-Jama’ah sebagai paham keagamaan yang bersifat moderat
memandang dan memperlakukan budaya secara proporsional (wajar). Sebagai kreasi
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, budaya tentu memiliki nilai-nilai
positif yang bisa dipertahankan bagi kebaikan manusia, baik secara personal maupun
sosial.

Dalam hal ini, berlaku kaidah “al-muhafazhah ala al-qadim al shalih wa al-
akhdzu biljadidi al-ashlah”, yaitu melestarikan kebaikan yang ada dan mengambil atau
mengkreasi sesuatu yang baru yang lebih baik. Dengan menggunakan kaidah ini,
pengikut Aswaja memiliki pegangan dalam menyikapi tradisi. Yang dilihat bukan
tradisi atau budayanya, tapi nilai yang dikandungnya. Jika sebuah produk budaya
tidak bertentangan dengan ajaran pokok Islam, dalam arti mengandung kebaikan,
maka bias diterima. Bahkan bisa dipertahankan sebagai yang layakuntuk diikuti. Ini
sebagaimana kaidah fiqih, “al-‘adah muhakkamah”, bahwa budaya atau tradisi(yang
baik) bisa menjadi pertimbangan hukum. Sikap bijak tersebut memungkinkan para
pengikut Aswaja melakukan dialog kreatif dengan budaya yang ada. Dengan dialog,
bisa saling memperkaya dan mengisi kelemahan masing-masing. Dari proses ini,
memungkinkan melakukan upaya penyelarasan unsur-unsur budaya yang dianggap
menyimpang dari ajaran pokok Islam. Hal ini penting ditekankan, karena sekalipun
mungkin ditemui adanya tradisi yang tidaksejalan dengan ajaran pokok Islam, namun
di dalamnya mungkin menyimpan butir-butir kebaikan.
Contoh dalam hal ini adalah slametan atau kondangan atau kenduri yang
merupakan tradisi orang Jawa yang ada sejak sebelum Islam datang. Jika kelompok
lain memandang slametan sebagai bid’ah yang harus dihilangkan, kaum Sunni
memandang secara proporsional. Yaitu bahwa di dalam slametan ada unsur-unsur
kebaikan, sekalipun juga mengandung hal-hal yang dilarang agama. Unsur kebaikan
dalam slametan antara lain: merekatkan persatuan dalam masyarakat, menjadi
sarana bersedekah dan bersyukur kepada Tuhan, serta mendoakan yang sudah
meninggal. Semua tidak ada yang bertentangan dengan ajaran Islam sehingga tidak
ada alasan melenyapkannya sekalipun tidak pernah dipraktikkan oleh Nabi.
Sementara hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama Islam missalnya sesaji
untuk makhluk halus bisa diselaraskan dengan ajaran agama Islam secara pelan-
pelan dengan penuh kearifan.

4. Berikanlah contoh tradisi dan budaya NU beserta dalilnya!


Contoh tradisi dan budaya NU beserta dalilnya
a. Shalawat adalah kegiatan membaca shalawat. Shalawat adalah bentuk jamak
(plural) dari sholat yag artinya do’a. Membaca shalawat Diba’iyyah atau shalawat
yang lain menurut pendapat yang tersohor di kalangan Jumhurul Ulama adalah
sunnah Muakkad. Kesunnatan membaca shalawat ini di dasarkan pada beberapa
dalil, antara lain :

Firman Allah SWT


ٰۤ
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬
‫س ِل ُم ْوا‬ َ ‫ع َلى ال َّن ِب ِّۗي ِ ٰ ٰٓيا َ ُّي َها َّال ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا‬
َ ‫ص ُّل ْوا‬ َ ُ‫ّٰللا َو َم ٰل ِٕى َكتَهٗ ي‬
َ َ‫ص ُّل ْون‬ َ ‫س ِل ْي ًما ا َِّن ه‬
ْ َ‫ت‬
“Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya membaca shalawat kepada
Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian membaca shalawat
disertai salam kepadanya.” (al- Ahzab: 56)
b. Diba’an
Diba’an adalah membaca sebuah kitab diba’ yang berbentuk prosa dan puisi
dalam bahasa arab, yang berisi do’a-do’a, pujian-pujian kepada Nabi
Muhammad saw, kisah perjalanan, keturunan, dan sifat-sifat mulianya.
c. Barzanji
Berzanji adalah suatu do’a-do’a, puji-pujian dan penceritaan riwayat Nabi
Muhammad saw yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Isi Berzanji
bertutur tentang kehidupan Nabi Muhammad saw yakni silsilah keturunannya,
masa kanak-kanak,remaja, dewasa, hingga diangkat menjadi rasul. Di dalamnya
juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad serta
berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia.
d. Terbangan/Hadrah
Terbangan/Hadrah adalah sebuah acara pembacaan shalawat bersama-sama
secarabergantian dengan diikuti musik rebana atau terbang. Ada bagian dibaca
biasa, namun pada bagian-bagian lain lebih banyak menggunakan lagu. Kitab
yang biasa di baca adalahBarzanji atau Diba’, Kemudian diiringi musik rebana
yang dalam Bahasa Jawa disebut Terbang.
e. Burdah
Burdah adalah baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut
khalifah. Burdah merupakan sebuah kitab yang berisi do’a-do’a, sajak-sajak
pujian kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual, dan
semangat perjuangan.
f. Manaqib
Manaqib adalah bentuk jamak dari manqobah, yang berarti cerita kebaikan amal
dan akhlak perangai terpuji seseorang. Manaqib adalah sifat yang baik, etika,
dan moral. Kalangan pesantren dan anggota jamiyah ahli thariqah, serta warga
NU umumnya, sering menyelenggarakan upacara keagamaan yang didalamnya
antara lain dibacakan manaqib Syeikh Abdul Qadir Al Jilani.

Anda mungkin juga menyukai