Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Slametan  merupakan salah satu budaya Jawa yang berkembang di


masyarakat. Slametan  terdiri dari 3 macam, yaitu slametan  kelahiran, slametanperkawinan
dan slametan  kematian.[1]Dalam kesempatan kali ini, akan dibahas tentang slametan  kematian.

Banyak pendapat yang mengemukakan bahwa slametan  adalah suatu bid’ah, dimana hal
tersebut tidak dilakukan di zaman Rasulullah. Akan tetapi ternyata dalam budaya slametan  itu
sendiri terdapat sebuah akulturasi (pencampuran) dengan agama Islam yang memiliki landasan-
landasan yang tepat. Bagaimanakah akulturasinya?

B.       Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah makalah ini adalah:

1.    Apa yang dimaksud dengan slametan?

2.    Bagaimana budaya slametan  di daerah Lamongan?

3.    Apa saja akulturasi Islam dengan budaya slametan  di daerah Lamongan?

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Slametan

Dalam pemahaman orang Jawa, arwah orang yang meninggal dunia sampai dengan
waktu tertentu masih berada di sekeliling keluarganya. Oleh karena itu budaya slametan dilakukan
untuk orang yang meninggal.[2]
Slametan  atau selamatan (Bahasa Indonesia) merupakan suatu budaya Jawa yang
dilakukan untuk memperingati orang yang meninggal dunia. Budaya ini diisi dengan acara tahlil
dengan mengundang tetangga dan mengeluarkan shadaqah yang berupa makanan.[3] Selanjutnya,
shadaqah ini dinamakan dengan berkat.

Ada dua alasan mengapa acara ini disebut dengan slametan.[4] Pertama,tahlil tersebut


dilakukan untuk memohonkan keselamatan pada arwah yang dituju oleh şahibul hajat. Kedua,dalam
doa yang biasa dibaca untuk mengakhiri tahlil itu terdapat katasalāmatan fī ad-dīn.  Dari kata itu
orang kemudian menyebutnya dengan selamatan atau slametan.

Tahlil yang dibacakan itu dikirimkan kepada arwah yang dituju, begitu pula
dengan berkat  yang disedekahkan. Pahala sedekah itu juga ditujukan kepada arwah tersebut.
Biasanya, berkat  ini diberikan setelah doa dalam tahlil selesai, baik dibawa pulang maupun dimakan
di tempat.

Pada asalnya, budaya slametan  ini bukan berasal dari Jawa. Budaya ini berasal dari
budaya sosio-religi bangsa Campa Muslim (mendiami kawasan Vietnam Selatan sampai mengalami
pengusiran sekitar tahun 1446 dan 1471 M).[5] Setelah itu mereka banyak yang mengungsi ke
Indonesia dan menyebarkan budaya ini. Salah satu tokoh yang menyebarkan budaya tersebut adalah
Sunan Ampel. Yang diteruskan oleh murid-muridnya, seperti Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Sunan
Gunungjati dan sebagainya.[6]

B.     Budaya Slametan  di Daerah Lamongan

Di Lamongan, budaya slametandirayakan di berbagai daerah dan dengan berbagai


macam cara. Salah satu contoh misalnya di Desa Tunggul, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.
Di desa tersebut, budaya slametan  dilakukan oleh mereka yang mengaku NU.

Budaya slametan  di Desa Tunggul dilakukan dengan mengundang tetangga dan sanak


famili terdekat untuk melakukan sebuah ritual doa yang ditujukan kepada arwah orang yang telah
meninggal. Ritual doa tersebut adalah membaca tahlil dan surat yāsīn.  Setelah itu, dilanjutkan
dengan ceramah dan makan-makan. Ceramah tersebut mengingatkan para undangan akan
kematian, bahwa semua yang bernyawa pasti akan meninggal. Kemudian para tamu undangan
pulang dengan membawaberkat  dari şahibul hajāt.  Khasnya, salah satu isi berkat  ini adalah kue
apem.
Slametan  ini biasanya dilakukan pada malam hari dan saat 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari
dan 1000 harinya orang yang meninggal. Jika memperingati kematian orang melebihi 1000 hari,
maka disebut dengan haul. Acara haul  lebih besar lagi. Mulai dari mengundang ulama-ulama dan
juga mengadakan khatmil Qur’an bil ghaibdan bin nadhri.  Acara ini juga dikemas dengan berbagai
macam cara, ada dengan acara napak tilas[8], pasar malam, perlombaan-perlombaan dll. Biasanya,
acara haul  ini tidak cukup diperingati dengan sehari dua hari, akan tetapi bisa sampai seminggu atau
bahkan 15 hari.

C.      Akulturasi Islam dengan BudayaSlametan  di Lamongan

Sebenarnya pada zaman Rasulullah Saw tidak dikenal istilahslametan  dengan ritual-
ritualnya. Akan tetapi, budaya slametan  ini memiliki akulturasi dengan agama Islam. Di sisi lain,
Islam bukan hadir di tengah-tengah masyarakat yang hampa budaya. Islam memilih dan memilah
adat istiadat yang baik dan yang buruk. Yang baik akan dipertahankan oleh Islam dan yang buruk
(bertentangan) akan diluruskan oleh Islam (pendapat M. Quraish Shihab).[9]

Dalam budaya slametan  di Lamongan terdapat ritual dan budaya tahlil, yāsīn-an, dan
shadaqah berkat.  Hal-hal tersebut merupakan nilai-nilai Islam yang terakulturasi dalam
budaya slametan.Berikut penjelasannya:

1.      Tahlil

Lafadh tahlil adalah lā ilāha illallāh.  Menurut pengertian yang dipahami, tahlil berarti membaca
surat-surat al-Qur'an, ayat-ayat al-Qur'an dan serangkaian dzikir pilihan, yang diawali dengan
mambaca surat al-Fatihah dengan meniatkan pahalanya untuk para arwah yang dimaksudkan si
pembaca atau si empunya hajat dan kemudian ditutup dengan doa.[10]

Inti doanya adalah memohon kepada Allah agar pahala dari bacaan al-Qur'an tersebut tersampaikan
kepada para arwah khusunya, dan kepada kaum muslimin umumnya, serta memohon kepada-Nya
untuk mengampuni dosa-dosanya.

Doa-doa yang dibacakan dapat bermanfaat bagi orang yang telah meninggal.[11]Dasarnya adalah:

َ ‫وب َنا غِ اّٗل لِّلَّذ‬


َ ‫ِين َءا َم ُنو ْا َر َّب َنٓا ِإ َّن‬
ٞ ‫ك َرء‬
‫ُوف‬ َ ‫ون َر َّب َنا ۡٱغف ِۡر لَ َنا َوِإِل ۡخ ٰ َو ِن َنا ٱلَّذ‬
ِ ُ‫ِين َس َبقُو َنا ِبٱِإۡلي ٰ َم ِن َواَل َت ۡج َع ۡل فِي قُل‬ َ ُ‫ِين َجٓاءُو م ِۢن َب ۡع ِدهِمۡ َيقُول‬
َ ‫َوٱلَّذ‬
١٠ ‫رَّ حِي ٌم‬

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka mengucapkan doa: Ya Tuhan kami, ampunilah kami
dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami. Dan janganlah Engkau
jadikan dalam hati kami kedengkian terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Tuhan kami,
sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Hasyr [59]: 10).

2.      Surat yāsīn

Surat yāsīn  merupakan surat yang mempunyai banyak keagungan. Diantaranya adalah:[12]

a.       Jantung al-Qur'an

b.      Mensyafaati orang yang membacanya

c.       Sebagai penghapus dosa

d.      Dibacakan kepada orang yang akan atau telah meninggal

e.       Dibaca setelah berziarah kubur

f.       Nilai bacaannya yang besar

g.      Memudahkan terkabulnya hajat

h.      Meringankan siksa

Bacaan ayat suci al-Qur'an pun pahalanya akan sampai pada arwah orang yang meninggal yang
dituju. Hal ini atas dasar:

)‫ا ْق َرءُوا َعلَى َم ْو َتا ُك ْم يس (رواه ابو داود و احمد و ابن ماجه‬

“Bacakanlah surat yāsīn  pada orang-orang yang meninggal di antara kamu.”

3.      Berkat

Berkat  yang diberikan kepada para undangan dimaksudkan untuk bershadaqah atau bersedekah.
Dimana pahala bersedekah ini ditujukan kepada arwah yang dimaksud.

Kata berkat  sendiri berasal dari Bahasa Arab,barakatun  – bentuk jamaknya adalah barakāt– yang
artinya kebaikan yang bertambah terus menerus.[13]

Berkat  atau sedekah tersebut bermanfaat bagi orang yang sudah meninggal dan pahalanya sampai
kepadanya. Sahabat Sa’ad bin ‘Ubadah bertanya kepada Rasulullah Saw:[14]

)‫ (رواه احمد و النسائى‬.‫ َن َع ْم‬:‫َّق َع ْن َها؟ َقا َل‬


ُ ‫صد‬ ْ ‫ إنَّ ُأمِّى َما َت‬، ‫َيا َرسُو َل هَّللا‬
َ ‫ت أ َف َت‬
 “Ya Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia. Apakah aku bersedekah atas namanya?
Rasulullah menjawab: benar, keluarkanlah sedekah atas namanya (untuknya).”

Untuk khas isi dari berkat itu adalah kue apem. Kata apem itu berasal dari Bahasa Arab,
yaitu ‘afwun  yang artiya maaf. Hal ini dimaksudkan agar orang yang meninggal mendapatkan maaf
atau ampunan dari Allah Swt.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

                 Dalam budaya slametan  yang ada di Desa Tunggul Kecamatan Paciran Kabupaten


Lamongan terdapat akulturasi dengan agama Islam. Yaitu tentang tahlil,yāsīn-an dan
shadaqah berkat.Serangkaian ritual dan doanya ditujukan kepada orang yang telah meninggal.
DAFTAR PUSTAKA

Anies, Madchan. Tahlil dan Kenduri [Tradisi Santri dan Kiai].  Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2011.

Sholikhin, Muhammad. Ritual & Tradisi Islam Jawa.  Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2010.

Yana. Falsafah dan Pandangan Hidup Orang Jawa.  Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2012.

[1] Muhammad Sholikhin, Ritual & Tradisi Islam Jawa (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2010), hlm.
28-29.

[2] Yana, Falsafah dan Pandangan Hidup Orang Jawa (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2012),


hlm. 56.

[3] Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri [Tradisi Santri dan Kyai] (Yogyakarta: LKiS Printing
Cemerlang, 2011), hlm. 3.

[4] Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri, hlm. 3-4.

[5] Muhammad Sholikhin, Ritual & Tradisi, hlm. 438.

[6] Muhammad Sholikhin, Ritual & Tradisi, hlm. 438.

[8] Napak tilas yaitu suatu kegiatan seperti jalan sehat yang bertujuan untuk menapaktilasi
perjalanan orang yang meninggal. Biasanya orang itu adalah tokoh masyarakat yang berperan
penting dalam kehidupan masyarkatnya. Seperti contoh, Napak Tilas KH. Muh. Amin. Beliau
merupakan pejuang yang melawan Belanda yang meninggal karena tembakan Belanda, beliau
tinggal di Desa Tunggul, Paciran Lamongan dan dikuburkan di Desa Dagan, Solokuro,
Lamongan. Acara napak tilas ini dilakukan dengan berjalan mulai dari Desa Dagan sampai
dengan Desa Tunggul.

[9] Muhammad Sholikhin, Ritual & Tradisi, hlm. 27.

[10] Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri, hlm. 2.


[11] Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri, hlm. 62.

[12] Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri, hlm. 153-158.

[13] Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri, hlm. 5.

[14] Madchan Anies, Tahlil dan Kenduri, hlm. 63.

Anda mungkin juga menyukai