gle/y2RL7UR9Hhzpx78i7
https://forms.gle/y2RL7UR9Hhzpx78i7
[Type here]
BUKU PROCEEDING
Virtual Medical Discussion
Ars University
Penerbit:
KSM/DEP OBSTETRI & GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN RSUP Dr. HASAN SADIKIN
BANDUNG
BUKU PROCEEDING
Virtual Medical Discussion Webinar
Ars University
Aspek Penting Epidemiologi Covid – 19
Minggu, 24 Januari 2021
Susunan Kepanitiaan :
Steering Committee:
Prof. Dr. H. Purwadhi, M.Pd
Dr. Rian Andriani, S.Pd., M.M
Editor :
Reviewer:
Penerbit:
KSM/DEP OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
PADJADJARANRSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
i
BUKU PROCEEDING
Cetakan : Pertama
ISBN : 97860269354 27
Edisi Asli
Jl. Sekolah Internasional No. 1-2, Antapani, Bandung
Telp. : 0853-2068-5496
Website : http://mmrumahsakit.ars.ac.id
E-mail : mmrumahsakit@ars.ac.id
Isi e - procedding ini milik Universitas Adhirajasa Reswara Sanjaya baik sebagian
atau seluruh isi, e – procedding ini diperuntukan untuk umum ataupun bagian
kesehatan dan tidak untuk diperjual belikan.
Penerbit:
ii
DAFTAR ISI
PEMBICARA WEBINAR................................................................................................. vi
ii
KATA PENGANTAR KETUA KELAS MAHASISWA
UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA
PRODI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
Assalamualaikum wr.wb
Kami berharap agar semua yang telah kami berikan dapat bermanfaat dan
mohon maaf jika ada kata–kata yang kurang berkenan, terakhir kami ucapkan
terima kasih banyak.
Wassalamualaikum wr.wb
iii
KATA PENGANTAR DOSEN EPIDEMIOLOGI
UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA PRODI
MANAJEMEN RUMAH SAKIT
(Dr. dr. Agus Hadian Rahim, Sp.OT(K), M.Epid, MH.Kes)
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga berkesempatan untuk sharing atau
bertukar ilmu dan berdiskusi dalam kegiatan Webinar pertama kami yaitu Medical
Discussion Universitas Adhirajasa Reswara Sanjaya (ARS University) dengan
tema “Aspek Penting Epidemiologi COVID-19”
Tepat sudah sepuluh bulan Indonesia dilanda pandemi Corona Virus
Disease atau yang biasa dikenal dengan sebutan Covid-19 Peningkatan kasus
positif Covid-19 pun masih terjadi. Menilik sembilan bulan ke belakang, pada 2
Maret 2020, adanya kasus pertama positif Covid-19 diumumkan Presiden
Indonesia Joko Widodo. Saat itu, dua orang WNI dikonfirmasi terinfeksi virus
corona. Sampai sekarang, angka kematian dan angka positif masih terus
meningkat.
Menyikapi hal tersebut, Medical Discussion yang bertemakan seputar
perkembangan Covid-19 ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memenuhi
tugas dalam menempuh pendidikan kami pada Strata-2 Magister Manajemen
Konsentrasi Rumah Sakit di Universitas Adhirajasa Reswara Sanjaya (ARS
University), serta dirancang untuk mempromosikan pengetahuan ilmiah dan
berbagi wawasan Kesehatan mengenai aspek Epidemiologi Covid-19. Pertemuan
ilmiah pada acara webinar ini tentunya diikuti oleh berbagai macam kalangan
mulai dari dunia Kesehatan seperti dokter umum, dokter spesialis, paramedis
lainnya, dan terbuka pula untuk umum.
iv
Penghargaan setinggi-tingginya disampaikan kepada Panitia Webinar dari
Universitas Adhirajasa Reswara Sanjaya (ARS University), para key note speaker,
para presenter, para reviewer, para moderator, para peserta, dan seluruh pihak
yang turut terlibat aktif mensukseskan acara ini.
v
KATA SAMBUTAN REKTOR
UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA
(Prof.Dr.H. Purwadhi, M.Pd)
negara. Lebih jauh lagi, setiap insan juga mempunyai hak untuk sukses dalam
akademika ARS) untuk mempunyai mimpi besar dan secara terencana dan
Dunia saat ini telah memasuki era digital dan industri 4.0. Untuk
menjembatani lulusan ARS University dengan dunia usaha dan dunia industri,
Dengan demikian, alumni ARS akan menjadi Digital Talent yang siap
vi
Semoga upaya kami dalam bidang pendidikan ini dapat memberikan
manfaat bagi para mahasiswa dan juga turut berkontribusi bagi kemajuan
Indonesia.
vii
SAMBUTAN KETUA PRODI MANAJEMEN RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA
(Dr. Rian Andriani, S.Pd, M.M)
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga berkesempatan untuk bertukar ilmu
dapat saling bertukar ilmu dan menambah wawasan terkait dengan perkembangan
Sanjaya (ARS University), para key note speaker, para presenter, para reviewer,
para moderator, para peserta, dan seluruh pihak yang turut terlibat aktif
mensukseskan acara ini. Tetap sehat. Tetap semangat. Tetap produktif di masa
pandemi Covid-19 ini. Semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi khalayak.
Wassalamualaikum wr.wb
viii
PEMBICARA WEBINAR
ix
RANGKAIAN ACARA
WAKTU KEGIATAN
08.00 – 08.15 Sambutan dan Pembukaan Acara oleh Rektor Ars University –
Prof. Dr. Purwadhi, M.Pd
08.15 – 09.05 Aspek Penting Epidemiologi Covid – 19
Pembicara : Dr. dr. Tauhid Nur Azhar, M.Si, Med., M.Kes
Moderator : Dr. dr. Agus Hadian Rahim, Sp.OT(K), M.Epid,
MH.Kes
09.05 – 09.20 Diskusi
09.20 – 09.45 Update Screening dan Pemeriksaan Diagnostik Covid – 19
Pembicara : dr. Hadian Widyatmojo, Sp.PK
Moderator : dr. Devina Gracia P
09.45 – 10.00 Diskusi
10.00 – 10.25 Gambaran Epidemiologi Kasus Covid – 19 di Wilayah Jawa
Barat
Pembicara : dr. R Gatni Andini
Moderator : dr. Devina Gracia P
10.25 – 10.40 Diskusi
10.40 – 11.05 Kesiapan Kamar Oprasi dan Anestesi Era Covid – 19 dan
Menuju New Normal
Pembicara : dr. Randy Sebastian, Sp.B
Moderator : drg. Deni Syafri
11.05 – 11. 20 Diskusi
11.20 – 11.35 Update Covid – 19 Terkini
Pembicara : dr. Ngudiarto, Sp.PD
Moderator : drg. Purnama Jaya, Sp.PM
11.35 – 11.50 Diskusi
11.50 – 12.15 Update Seputar Pelaksanaan Vaksin Covid – 19
Pembicara : dr. Andri Kurniawan
Moderator : drg. Purnama Jaya, Sp.PM
12.15 – 13.00 Penutupan
x
ABSTRAK WEBINAR
Di awal tahun 2020 ini, dunia dikagetkan dengan kejadian infeksi berat
dengan penyebab yang belum diketahui, yang berawal dari laporan dari Cina
kepada World Health Organization (WHO) terdapatnya 44 pasien pneumonia
yang berat di suatu wilayah yaitu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, tepatnya di
hari terakhir tahun 2019 Cina. Dugaan awal hal ini terkait dengan pasar basah
yang menjual ikan, hewan laut dan berbagai hewan lain. Pada 10 Januari 2020
penyebabnya mulai teridentifikasi dan didapatkan kode genetiknya yaitu virus
corona baru.
Penelitian selanjutnya menunjukkan hubungan yang dekat dengan virus
corona penyebab Severe Acute Respitatory Syndrome (SARS) yang mewabah di
Hongkong pada tahun 2003,1 hingga WHO menamakannya sebagai novel corona
virus (nCoV19).2 Tidak lama kemudian mulai muncul laporan dari provinsi lain
di Cina bahkan di luar Cina, pada orangorang dengan riwayat perjalanan dari Kota
Wuhan dan Cina yaitu Korea Selatan, Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Makau,
Hongkong, Singapura, Malaysia hingga total 25 negara termasuk Prancis, Jerman,
Uni Emirat Arab, Vietnam dan Kamboja. Ancaman pandemik semakin besar
ketika berbagai kasus menunjukkan penularan antar manusia (human to human
transmission) pada dokter dan petugas medis yang merawat pasien tanpa ada
riwayat berpergian ke pasar yang sudah ditutup
Laporan lain menunjukkan penularan pada pendamping wisatawan Cina
yang berkunjung ke Jepang disertai bukti lain terdapat penularan pada kontak
serumah pasien di luar Cina dari pasien terkonfirmasi dan pergi ke Kota Wuhan
kepada pasangannya di Amerika Serikat. Penularan langsung antar manusia
(human to human transmission) ini menimbulkan peningkatan jumlah kasus yang
luar biasa hingga pada akhir Januari 2020 didapatkan peningkatan 2000 kasus
terkonfirmasi dalam 24 jam. Pada akhir Januari 2020 WHO menetapkan status
Global Emergency pada kasus virus Corona ini dan pada 11 Februari 2020 WHO
1
menamakannya sebagai COVID-19. Gambar 1 menunjukkan alur waktu kejadian
virus corona di dunia.
Informasi tentang virus ini tentunya masih sangat terbatas karena banyak
hal masih dalam penelitian dan data epidemiologi akan sangat berkembang juga,
untuk itu tinjauan ini merupakan tinjauan berdasarkan informasi terbatas yang
dirangkum dengan tujuan untuk memberi informasi dan sangat mungkin akan
terdapat perubahan kebijakan dan hal terkait. lainnya sesuai perkembangan hasil
penelitian, data epidemiologi dan kemajuan diagnosis dan terapi.
2
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) baru dikeluarkan pada tanggal 13
Maret 20204 , saat jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia tercatat telah
berjumlah 69 orang.
Kepala BNPB selanjutnya mengumumkan COVID-19 sebagai situasi
darurat non-alam6 , di hari yang sama saat Menteri Perhubungan Budi Karya
diumumkan terjangkit COVID-19 pada tanggal 14 Maret 20207 , ketika jumlah
pasien positif COVID-19 di Indonesia tercatat sebanyak 96 orang . Sehari
berikutnya, Presiden dan seluruh anggota kabinet10 menjalani test, di hari di
mana jumlah pasien positif corona di Indonesia telah bertambah menjadi 117
orang.
Kasus pertama dan kedua di Indonesia adalah peserta sebuah acara klub
dansa di Jakarta. Keduanya diduga terjangkit COVID-19 dari seorang warga
negara asing peserta acara klub tersebut yang ditemukan positif COVID-19 di luar
negeri seusai mengikuti acara itu. Dinas Kesehatan dan Kepolisian melakukan
tracing dan menemukan bahwa paling tidak terdapat 80 orang yang terekspose
dengan pasien pertama dan kedua dalam acara tersebut. Setelah dilakukan
pengujian, dua orang dinyatakan positif corona, selanjutnya menjadi kasus ketiga
dan keempat. Kemudian diketahui bahwa kasus kelima masih berhubungan
dengan kluster Jakarta/klub dansa ini.
Setelah kasus kelima, mulai ditemukan imported cases seperti pada kasus
keenam yang merupakan warga Indonesia anak buah kapal (ABK) dari kapal
pesiar Diamond Princess yang sebelumnya di karantina selama 14 hari di Jepang
karena berpenumpang positif COVID-19. Saat itu juga mulai ditemukan banyak
imported cases lain, dari warga Indonesia yang pulang dari bepergian ke luar
negeri.
Apa yang tampaknya sederhana di lima kasus awal, ditemukan belakangan
bahwa ia hanya merupakan puncak gunung es karena pertumbuhan kasus-kasus
baru bergerak secara eksponensial.
Hingga mencapai jumlah kasus 1000 secara nasional, lebih dari 50 persen
kasus positif berada di Jakarta. Di antara penambahan kasus baru sebesar 153
orang pada tanggal 27 Maret 2020 saat angka kasus positif di Indonesia
3
melampaui titik 1000 kasus, 83 di antara kasus baru tersebut ditemukan di DKI
Jakarta.
Setelah itu, mulai teridentifikasi kluster-kluster besar lain, di mana proses
infeksi virus ini diduga terjadi bahkan sebelum kasus pertama diumumkan.
Kluster-kluster ini berasal dari forum-forum pertemuan yang melibatkan banyak
orang, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
Paling tidak ada empat kluster besar yang teridentifikasi, terbentuk di
wilayah provinsi Jawa Barat. Empat kluster ini berkembang menjadi super
spreader, menjadi carrier ke daerah lain.
Kluster pertama dari empat kluster ini adalah acara Seminar Bisnis Syariah
yang berlangsung di Kota Bogor pada 25- 28 Februari 2020 dan dihadiri 200
orang peserta. Empat orang peserta seminar yang berasal dari Solo, Jawa Tengah,
kemudian teridentifikasi positif dan dua di antaranya meninggal dunia pada
tanggal 10 Maret 2020.
Kluster kedua adalah seminar keagamaan Gereja Bethel Indonesia (GBI)
di Lembang, Bandung Barat, 3-5 Maret 2020. Pendeta pimpinan GBI tersebut
dinyatakan positif corona dan meninggal dunia. Dari hasil test terhadap 637
jemaat GBI itu, 226 di antaranya dinyatakan positif COVID-19.
Kluster ketiga adalah acara Persidangan Sinode Tahunan GPIB di Kota
Bogor yang berlangsung pada 26-29 Februari 2020, dihadiri kurang lebih 600
peserta. Walikota Bogor Bima Arya yang kemudian dinyatakan positif COVID-19
diketahui ikut menghadiri acara ini. Paling tidak satu peserta yang berasal dari
kota Bandar Lampung di Sumatera kemudian dinyatakan positif mengidap
COVID19. Sementara hasil tes dari paling tidak empat jemaatnya yang berasal
dari kota Bogor dinyatakan positif.
Kluster keempat adalah acara Musyawarah Himpunan Pengusaha Muda
Indonesia (HIPMI) Jawa Barat di Karawang yang berlangsung pada 9-10 Maret
2020. Acara ini dihadiri oleh 400 orang peserta. Paling tidak tujuh orang peserta
pertemuan ini belakangan dinyatakan positif COVID-19. Termasuk di antaranya
adalah Bupati Karawang Cellica Nurrachdiana, Wakil Walikota Bandung Yana
Mulyana, dan juga Walikota Bogor Bima Arya.
4
Kurang lebih enam kluster awal penyebaran COVID-19 telah
diidentifikasi, empat di antaranya bisa dikategorikan sebagai super spreader
kepada lebih banyak orang dan daerah di Indonesia.
Hingga 23 Januari 2021, di Provinsi Jawa Barat, jumlah kasus infeksi
COVID-19 terkonfirmasi sebesar 123.048 kasus. terdapat 20.965 isolasi, 100.574
kasus sembuh, dan 1.509 kasus meninggal. Terdapat 218.135 kontak erat, 120.089
suspek dan 2.900 kasus probable.
Analisis berdasarkan jenis kelamin didapatkan kasus terkonfirmasi pada
wanita lebih banyak daripada pria dengan proporsi sebesar 49,9%. Analisis
berdasarkan kelompok usia, didapatkan proporsi terbesar pasien covid-19 di Jabar
berada pada rentang usia 30-39th pada pria dan 20-29th pada wanita.
5
Gambar 4. Gambaran Data Kasus Covid-19 Jawa Barat
6
Daftar Pustaka
7
B. UPDATE PEMERIKSAAN LABORATORIUM COVID-19
(SKRINING DAN DIAGNOSTIK)
8
Kasus COVID 19 di Indonesia mulai dilaporkan pada bulan Maret 2020,
dan kasusnya terus meningkat sampai awal tahun 2021. Tercatat di awal tahun
2021, kasus positif mencapai 900.000 kasus lebih, dengan jumlah kasus aktif yang
juga meningat setiap harinya, dan angka kematian yang terbilang cukup tinggi bila
dibandingkan negara lain di wilayah ASEAN. Beberapa masalah terkait
penanganan COVID-19 di Indonesia antara lain adalah kepatuhan masyarakat
yang masih kurang, dan juga kemampuan pemeriksaan yang terbilang kurang, dan
tidak tepat. Hal ini tentu diperlukan suatu edukasi terkait dengan protokol
kesehatan dan pemeriksaan deteksi yang lebih masif.
9
Pemeriksaan Antibodi
10
Mempertimbangkan waktu munculnya antibodi, maka pemeriksaan
berbasis deteksi antibodi tidak bisa dijadikan modalitas diagnosis COVID-19.
Hasil pemeriksaan dapat berisiko negatif palsu yang cukup tinggi, oleh karena
penderita masih dalam tahap window period, yaitu waktu yang dibutuhkan dari
virus masuk, sampai terbentuknya antibodi. Pada penderita dengan status imun
yang buruk, hasil pemeriksaan antibodi juga dapat negatif palsu, hal ini karena
kemampuannya membentuk antibodi kurang adekuat. Selain kasus negatif
palsu, kasus positif palsu juga cukup sering terjadi. Terdapatnya infeksi virus
lain misalnya Dengue pernah dilaporkan dapat menyebabkan pemeriksaan
rapid antibodi menjadi reaktif.
Pemeriksaa Antigen
11
karena yang dideteksi adalah bagian “tubuh” dari virus tersebut, umumnya
adalah bagian nucleocapside protein yang terletak lebih luar dibandingkan
material genetik. Pada awal pandemi, pemeriksaan antigen dikatakan dapat
mendeteksi infeksi sejak awal terpapar dengan kemampuan yang hampir sama
dengan pemeriksaan molekuler seperti PCR.
1. Bila akses NAAT sulit atau tidak tersedia; atau waktu ketersediaan hasil
lama. Syarat tes antigen SARS-CoV-2 mempunyai sensitivitas ≥80%
dan spesifisitas ≥97%
2. Investigasi kelompok berisiko dan terisolasi yang terkonfirmasi positif
di daerah wabah (misalnya di kelompok tertutup atau semi tertutup
12
seperti sekolah, panti wreda, kapal pesiar, lembaga permasyarakatan,
tempat kerja, asrama, dll)
3. memantau tren insidensi penyakit di masyarakat, terutama pada pekerja
esensial dan tenaga kesehatan selama wabah atau di daerah dengan
transmisi komunitas meluas.
4. Deteksi dan isolasi dini kasus positif di fasyankes, pusat/tempat tes
COVID-19, panti wreda, lembaga pemasyarakatan, dan sekolah; pada
tenaga garis depan dan tenaga kesehatan; dan pelacakan kontak pada
situasi transmisi komunitas meluas
5. Tracing kontak pasien terkonfirmasi positif
13
Pemeriksaan Antigen memiliki beberapa kewaspadaan diantaranya,
pemeriksaan rapid antigen memiliki kesesuaian dengan pemeriksaan PCR pada
CT value < 25 (pada cut off CT 40) atau salinan genomik > 106 virus/mL. Hal
ini memungkinkan hasil yang false negatif pada penderita yang memiliki CT
value lebih tinggi pada pemeriksaan PCR. Hasil positif palsu bisa saja terjadi
pada beberapa merek, terutama pada yang bukan rekomendasi WHO. Hal ini
disebabkan karena adanya reaksi silang terhadap jenis coronavirus lainnya.
Namun, pada pemeriksaan rapid antigen, harus dipastikan dahulu bahwa
seseorang terinfeksi atau tidak dengan SARS-CoV-2, sebelum kita curigai
adanya reaksi silang terhadap jenis coronavirus lain.
14
ORF1ab, E, N, dan S. Biasanya setiap alat / reagen PCR akan memadukan gen
gen tersebut yang dinilai bisa mewakili satu struktur genetik lengkap SARS-
CoV-2. Hasil positif pada pemeriksaan PCR dikatakan apabila gen yang
diperiksa seluruhnya terdeteksi, sedangkan hasil negatif dikatakan apabila
seluruh gen tidak terdeteksi, dan apabila terdeteksi hanya 1 dari 2 atau 3 gen
yang diperiksa, maka akan disimpulkan sebagai inkonklusif atau presumtif.
Pada hasil inkonklusif ini bisa disebabkan oleh berbagai macam kemungkinan
diantaranya, pengambilan sampel swab naso/orofaring yang kurang adekuat,
atau lebih sering disebabkan oleh kondisi pasien terhadap waktu paparan. Pada
pasien yang baru terpapar dalam 1-2 hari, umumnya jumlah virus belum
banyak, sehingga ketika diperiksa hasil dapat negatif atau inkonklusif. Pada
kondisi yang demikian disarankan untuk mengulang pemeriksaan dalam 3-7
hari dengan asumsi jika memang terinfeksi, maka hasil akan berubah menjadi
positif. Hasil inkonklusif dapat juga terjadi pada seseorang yang sudah dalam
masa penyembuhan, dimana jumlah virus sudah sedikit, jika dilakukan
pemeriksaan ulang, maka harapannya hasil akan berubah menjadi negatif.
15
Gambar 7. Proses pemeriksaan metode PCR
16
yang hidup dan mati. Oleh karenanya, pemeriksaan PCR sebaiknya tidak
dijadikan tolak ukur kesembuhan yang mutlak pada penderita COVID-19.
Penentuan bebas isolasi yang menggunakan klinis, hari bergejala dan onset
juga didasarkan pada beberapa penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh
Bullard,dkk menyatakan bahwa pada hari ke 8 setelah infeksi, dengan CT value >
24, tidak didapatkan lagi kultur positif pada penderita COVID-19. Penelitian lain
yang dilakukan oleh La Scola, dkk mengatakan bahwa pada CT value 13-15
kultur virus yang dilakukan memiliki hasil 100% positif, sedangkan pada CT
Value > 34, didapatkan 100% hasil yang negatif pada kultur virus penderita
COVID-19.
17
2. Rapid antigen sebagai pemeriksaan diagnosis COVID-19 pada kasus
tertentu
Badan kesehatan dunia (WHO) mengeluarkan edaran pada bulan
Desember 2020 terkait definisi baru kasus COVID-19. Pada edaran
tersebut selain dibahas mengenai kasus probable, suspect dan konfirm,
diebutkan pula pada kategori kasus konfirmasi yang dapat ditentukan oleh
pemeriksaan rapid antigen, namun pada kondisi khusus, misalnya pada
orang bergejala, orang dengan status probable dan suspect, juga orang
yang terkontak dengan kasus suspect dan konfirm. Hal ini menjadikan
pemeriksaan antigen dapat dipakai pada kasus kasus tertentu sebagai
penentu diagnosis COVID-19.
18
Daftar Pustaka
19
C. Kesiapan Kamar Operasi dan Anestesi di Era Covid-19
20
Alur Operasi Elektif
- Pasien datang untuk operasi
- Jika prosedur dengan risiko tinggi , dan prosedur dengan risiko rendah
- Lakukan anamnesisi : Algoritma deteksi dini COVID -19
- Pasien terindikasi COVID -19
- Jika iya, pertimbangan untuk menunda operas tidak dapat ditunda
- Jika tidak, dan dengan risiko tinggi maka lakukan tes skrining rapid
test / RT PCR
- Jika hasil skrining COVID -19 positif , oprerasi dengan level APD
level 3
- Jika hasil skrining COVID -19 negatif, operasi dengan APD General
Pracaution
- Jika tidak, dan dengan risiko rendah operasi dengan APD General
Pracaution
- Apakah syarat terpenuhi?
APD lengkap
Personal prosedur memadai
Alat dan bahan medis cukup
ICU memadai
Ruang perawatan pasca – operasi memadai
- Jika ya, operasi dapat dilaksanakan
- Jika tidak, operasi ditunda
21
Gambar 2. Rekomendasi Alur Operasi Elektif
22
Gambar 3. Kondisi Ruangan Bedah
- Perawat yang bertugas harus standby di luar kamar operasi dan semua
barang yang dibutuhkan untuk diantarkan ke ruang operasi ditaruh di
ruang persiapan depan kamar operasi (anteroom).
- Selama prosedur berlangsung atau selama pasien masih berada di kamar
operasi, tidak diperkenankan untuk keluar-masuk kamar operasi.
- Kebutuhan alat dan bahan tambahan akan diinformasikan ke bagian
farmasi dan perawat runner yang akan mengantarkan dan meletakkan alat
dan bahan di anteroom
23
- Membatasi staf saat intubasi dan ekstubasi. Kamar operasi tertutup selama
kurang lebih 10 menit, pada ACH 25
- Menggunakan filter antibacterial pada sirkuit pernafasan (3buah)
- Minimalisasi penggunaan alkes reusable
24
13. Lepaskan cover all jumpsuit dengan cara menggapai resiteting, buka
seluruhnya tanpa menyentuh kulit
14. Lepaskan sarung tangan keduanya
15. Cuci tangan
16. Lepaskan sarung tangan pendek pertama
17. Cuci tangan
18. Lepaskan masker N95
19. Cuci tangan
20. Lepaskan surgical cap
21. Cuci tangan
22. Lakukan kebersihan diri
25
Gambar 6. Alur Pelepasan APD
26
Gambar 7. Alur Pelepasan APD
Alur Pasien
- Lakukan hand over melalui telepon / rekam medik elektronik
- Pasien langsung masuk ke kamar operasi tanpa melalui ruang persiapan
- Pasien yang tidak memerlukan perawatan ICU post operasi ditunggu di
kamar operasi sampai sadar penuh.
27
- Post operasi tidak melalui recovery room/ruang pemulihan
- Pasien langsung ditranser ke ruangan isolasi atau ruang perawatan khusus
Covid-19
28
Daftar Pustaka
29
D. UPDATE SEPUTAR PELAKSANAAN VAKSIN COVID-19
30
protokol kesehatan di berbagai tempat yang terus digaungkan selagi menanti
vaksin.
I. Virologi Covid-19
Virus Corona merupakan virus RNA dengan ukuran partikel 60-140 nm.
Xu dkk. (2020) melakukan penelitian untuk mengetahui agen penyebab terjadinya
wabah di Wuhan dengan memanfaatkan rangkaian genom 2019-nCoV, yang
berhasil diisolasi dari pasien yang terinfeksi di Wuhan. Rangkaian genom 2019-
nCoV kemudian dibandingkan dengan SARSCoV dan MERS-CoV. Hasilnya,
beberapa rangkaian genom 2019-nCoV yang diteliti nyaris identik satu sama lain
dan 2019-nCoV berbagi rangkaian genom yang lebih homolog dengan SARS-
CoV dibanding dengan MERSCoV. Penelitian lebih lanjut oleh Xu dkk. (2020)
dilakukan untuk mengetahui asal dari 2019-nCoV dan hubungan genetiknya
dengan virus Corona lain dengan menggunakan analisis filogenetik. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa 2019-nCoV termasuk dalam genus
betacoronavirus. Penelitian serupa untuk mengetahui agen penyebab wabah di
Wuhan juga dilakukan oleh Zhu dkk. (2020). Hasil mikrograf elektron dari
partikel untai negatif 2019-nCoV menunjukkan bahwa morfologi virus umumnya
berbentuk bola dengan beberapa pleomorfisme. Diameter virus bervariasi antara
60-140 nm. Partikel virus memiliki protein spike yang cukup khas, yaitu sekitar 9-
12 nm dan membuat penampakan virus mirip seperti korona matahari. Morfologi
yang didapatkan oleh Zhu dkk. (2020) serupa dengan family Coronaviridae.
31
berperan dalam proses replikasi/transkripsi ini mencakup 2/3 dari rangkaian RNA
5’-end dan dua Open Reading Frame (ORF) yang tumpang tindih, yaitu ORF1a
dan ORF1b. Dalam tubuh inang, virus Corona melakukan sintesis poliprotein
1a/1ab (pp1a/pp1ab). Proses transkripsi pada sintesis pp1a/pp1ab berlangsung
melalui kompleks replikasi-transkripsi di vesikel membran ganda dan juga
berlangsung melalui sintesis rangkaian RNA subgenomik. Terdapat 16 protein
non struktural yang dikode oleh ORF. Bagian 1/3 lainnya dari rangkaian RNA
virus, yang tidak berperan dalam proses replikasi/transkripsi, berperan dalam
mengkode 4 protein struktural, yaitu protein S (spike), protein E (envelope),
protein M (membrane), dan protein N (nucleocapsid).
Jalan masuk virus ke dalam sel merupakan hal yang esensial untuk
transmisi. Seluruh virus Corona mengode glikoprotein permukaan, yaitu protein
spike (protein S), yang akan berikatan dengan reseptor inang dan menjadi jalan
masuk virus ke dalam sel. Untuk genus betacoronavirus, terdapat domain receptor
32
binding pada protein S yang memediasi interaksi antara reseptor pada sel inang
dan virus. Setelah ikatan itu terjadi, protease pada inang akan memecah protein S
virus yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya fusi peptida spike dan
memfasilitasi masuknya virus ke dalam tubuh inang.
II. Patogenesis
33
Gambar 3. Patogenesis SARS-CoV
Periode inkubasi untuk COVID19 antara 3-14 hari. Ditandai dengan kadar
leukosit dan limfosit yang masih normal atau sedikit menurun, serta pasien belum
merasakan gejala. Selanjutnya, virus mulai menyebar melalui aliran darah,
terutama menuju ke organ yang mengekspresikan ACE2 dan pasien mulai
merasakan gejala ringan. Empat sampai tujuh hari dari gejala awal, kondisi pasien
mulai memburuk dengan ditandai oleh timbulnya sesak, menurunnya limfosit, dan
perburukan lesi di paru. Jika fase ini tidak teratasi, dapat terjadi Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARSD), sepsis, dan komplikasi lain. Tingkat keparahan klinis
berhubungan dengan usia (di atas 70 tahun), komorbiditas seperti diabetes,
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), hipertensi, dan obesitas. Sistem imun
34
innate dapat mendeteksi RNA virus melalui RIG-Ilike receptors, NOD-like
receptors, dan Toll-like receptors. Hal ini selanjutnya akan menstimulasi produksi
interferon (IFN), serta memicu munculnya efektor anti viral seperti sel CD8+, sel
Natural Killer (NK), dan makrofag. Infeksi dari betacoronavirus lain, yaitu SARS-
CoV dan MERS-CoV, dicirikan dengan replikasi virus yang cepat dan produksi
IFN yang terlambat, terutama oleh sel dendritik, makrofag, dan sel epitel respirasi
yang selanjutnya diikuti oleh peningkatan kadar sitokin proinflamasi seiring
dengan progress penyakit.
Infeksi dari virus mampu memproduksi reaksi imun yang berlebihan pada
inang. Pada beberapa kasus, terjadi reaksi yang secara keseluruhan disebut “badai
sitokin”. Badai sitokin merupakan peristiwa reaksi inflamasi berlebihan dimana
terjadi produksi sitokin yang cepat dan dalam jumlah yang banyak sebagai respon
dari suatu infeksi. Dalam kaitannya dengan Covid-19, ditemukan adanya
penundaan sekresi sitokin dan kemokin oleh sel imun innate dikarenakan blokade
oleh protein non-struktural virus. Selanjutnya, hal ini menyebabkan terjadinya
lonjakan sitokin proinflamasi dan kemokin (IL-6, TNFα, IL-8, MCP-1, IL-1 β,
CCL2, CCL5, dan interferon) melalui aktivasi makrofag dan limfosit. Pelepasan
sitokin ini memicu aktivasi sel imun adaptif seperti sel T, neutrofil, dan sel NK,
bersamaan dengan terus terproduksinya sitokin proinflamasi. Lonjakan sitokin
proinflamasi yang cepat ini memicu terjadinya infiltrasi inflamasi oleh jaringan
paru yang menyebabkan kerusakan paru pada bagian epitel dan endotel.
Kerusakan ini dapat berakibat pada terjadinya ARDS dan kegagalan multi organ
yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat.
35
epitel rektum, serta ditemukan protein nukleokapsid virus pada epitel gaster,
duodenum, dan rektum. Hal ini menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 juga dapat
menginfeksi saluran pencernaan dan berkemungkinan untuk terjadi transmisi
melalui fekal-oral.
36
sehingga tidak menimbulkan sakit, akan tetapi mampu merangsang sel
limfosit untuk menghasilkan antibody.
d. Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya pembentukan kekebalan tubuh
seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terkena
dengan penyakit yang sama tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan.
e. Hubungan Vaksin, Imunisasi, dan Kekebalan Kelompok (Herd
Immunity)
Vaksin akan membuat tubuh seseorang mengenali bakteri/virus
penyebab penyakit tertentu, sehingga bila terpapar bakteri/virus tersebut
akan menjadi lebih kebal. Cakupan imunisasi yang tinggi dan merata akan
membentuk kekebalan kelompok (Herd Immunity) sehingga dapat
mencegah penularan maupun keparahan suatu penyakit.
Herd Immunity atau kekebalan kelompok akan terbentuk jika sebagian
besar masyarakat divaksinasi. Cakupan vaksinasi yang tinggi
membutuhkan partisipasi dan kerjasama berbagai pihak untuk mengatasi
keengganan dan keraguan (hesitancy) masyarakat terhadap vaksinasi,
meningkatkan penerimaan (acceptance) dengan memastikan ketersediaan
akses pada informasi yang akurat tentang vaksinasi COVID-19.
37
4. Presiden akan menjadi yang pertama mendapat vaksin Covid-19.
Tujuannya untuk memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada
masyarakat bahwa vaksin yang digunakan aman.
5. Meminta masyarakat untuk terus menjalankan disiplin 3M yaitu memakai
masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
5. Jenis-jenis Vaksin
Vaksin terdiri dari mikroorganisme yang menjadi penyebab penyakit,
maupun beberapa komponen yang ada pada mikroorganisme seperti DNA atau
RNA. Pembuatan vaksin dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagaimana
38
ditunjuk dan pembuatan vaksin secara umum pada gambar dibawah.
Pembuatan vaksin dari organisme hidup yang dilemahkan dapat dibuat
pengolahan di bawah kondisi sub-optimal atau attenuation process maupun
modifikasi genetic yang memiliki kemampuan untuk mereduksi kemampuan
infeksi. Selain itu dapat pula dilakukan dari keseluruhan organisme yang
terdeaktivasi melalui proses kimia, termal, maupun proses lainnya dan dari
toksin yang telah terdeaktivasi. Vaksin dari komponen mikroorganisme yang
menjadi penyebab penyakit seperti protein spesifik, polisakarida, atau asam
nukleat. Serta vaksin yang dibuat dengan konjugasi polisakarida terhadap
protein yang dapat meningkatkan efektivitas vaksin polisakarida.
39
Hal ini memastikan kualitas dan potensi dari vaksin dalam melengkapi
kemampuan vaksin itu sendiri. Vaksin harus memiliki tingkat keamanan dan
imunogenisitas yang baik jika diinjeksikan ke dalam manusia. Dikarenakan
vaksin biasa diigunakan dalam bentuk cairan, dapat menyebabkan terjadinya
freeze-dried (lyophilized) sehingga membutuhkan waktu recovery sebelum
digunakan.
40
badan), dan demam. Contoh adjuvant yang telah digunakan pada vaksin
ditunjukkan pada tabel 3.
41
pengujian in-vivo dikarenakan virus Covid-19 dapat dikatakan sebagai mutase
dari virus SARS yang sebelumnya telah ada.
42
8. Update Vaksin Covid – 19
43
10. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
a. Kriteria Inklusi
Dewasa sehat usia 18-59 tahun.
Peserta menerima penjelasan dan menandatangani Surat Persetujuan
setelah Penjelasan (Informed Consent).
Peserta menyetujui mengikuti aturan dan jadwal imunisasi.
b. Kriteria Eksklusi
Adanya kelainan atau penyakit kronis (penyakit gangguan jantung
yang berat, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, diabetes,
penyakit ginjal dan hati, tumor, dll) yang menurut petugas medis bisa
mengganggu imunisasi.
Subjek yang memiliki riwayat penyakit gangguan sistem imun seperti
respon imun rendah (atau yang pada 4 minggu terakhir sudah
menerima terapi yang dapat mengganggu respon imun (misalnya
Immunoglogin IV, produk yang berasal dari darah, atau terapi obat
kortikosteroid jangka panjang (>2 minggu)).
Memiliki riwayat penyakit epilepsi atau penyakit gangguan saraf
(penurunan fungsi sistem saraf) lainnya.
Mendapat imunisasi apapun dalam waktu 1bulan kebelakang atau akan
menerima vaksin lain dalam waktu 1 bulan ke depan.
Berencana pindah dari wilayah domisili sebelum jadwal imunisasi
selesai.
Pernah terkonfirmasi dan terdiagnosis COVID-19.
Mengalami penyakit ringan, sedang, atau berta, terutama penyakit
infeksi dan/atau demam (suhu >=37,5 C dengan menggunakan
infrared thermometer/thermal gun).
Peserta wanita yang hamil, menyusui atau berencana hamil selama
periode imunisasi (berdasarkan wawancara dan hasil tes urin
kehamilan).
44
Memiliki riwayat alergi berat terhadap vaksin atau komposisi dalam
vaksin dan reaksi alergi terhadap vaksin yang parah seperti kemerahan,
sesak napas dan bengkak.
Riwayat penyakit pembekuan darah yang tidak terkontrol atau kelainan
darah yang menjadi kontraindikasi injeksi intramuskular.
45
Gambar 9. Kartu Vaksinasi Covid-19
46
Sedangkan Jenis KIPI menurut Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia terdapat dua jenis, diantaranya:
Serius
KIPI serius adalah setiap kejadian medic setelah imunisasi
yang menyebabkan rawat inap, kecacatan, dan kematian, serta
yang menimbulkan keresahan di masyarakat. Oleh karena itu,
perlu dilaporkan segera setiap kejadian secara berjenjang yang
selanjtnya diinvestigasi oleh petugas kesehatan yang
menyelenggarakan imunisasi untuk dilakukan kajian serta
rekomendai oleh Komda dan atau Komnas PP KIPI, yang terdiri
dari para ahli epidemiologi dan profesi.
Non Serius
KIPI non seirus adalah kejadian medic yang terjadi setelah
imunisasi dan tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan
si penerima. Dilaporkan rutin setiap bulan bersamaan dengan hasil
cakupan imunisasi.
c. KIPI pada Vaksin Covid-19
Vaksin yang digunakan dalam program vaksinasi COVID-19 ini
masih termasuk vaksin baru sehingga untuk menilai keamanannya perlu
dilakukan surveilan baik aktif maupun pasif yang dirancang khusus yaitu
kejadian Ikutan dengan Perhatian Khusus (KIPK). KIPI yang tidak terkait
dengan vaksin atau koinsiden harus diwaspadai. Penapisan status
kesehatan sasaran yang akan divaksinasi harus dilakukan seoptimal
mungkin. Reaksi yang mungkin terjadi setelah vaksinnasi COVID-19
hampir sama dengan vaksin yang lain, yaitu:
• Beberapa gejala tersebut antara lain:
• Reaksi lokal, seperti
• Nyeri, kemerahan, bengkak pada tempat suntikan, reaksi lokal
lain yang berat, misalnya selulitis.
• Reaksi sistemik, seperti:
• Demam,
• Nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),
47
• Nyeri sendri (atralgia),
• Badan lemah,
• Sakit kepala
• Reaksi lain, seperti:
• Reaksi alergi misalnya urtikaria, oedem,
• Reaksi anafilaksis, syncope (pingsan)
48
Gambar 11. Isi dari KIT Anafilaktik
49
e. Update Vaksin Covid – 19
50
g. Aspek Legal Pelaksanaan Vaksinasi Covid – 19
Keputusan Dirjen P2P Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi
COVID-19
51
Daftar Pustaka
1. World Health Organization. (2020, Oktober 6). Dipetik Januari 2021, dari
https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/risk-comms-
updates/update37-vaccine-development.pdf?sfvrsn=2581e994_6
7. Jin, Y., Yang, H., Wu, W., Chen, S., Zhang, W., & Duan, G. (2020, Maret
27). Virology, Epidemiology, Pathogenesis, and Control of Covid-19.
MDPI, 12(372), 1-17.
52
10. Olarn P AT, Usa T. Principle of vaccination in general aspect of
vaccination. Dalam: 8th Asian Congress of Pediatric Infectious Diseases
2018. Vaccine. 2018.
53
E. UPDATE SEPUTAR PELAKSANAAN VAKSIN COVID-19
54
upaya penanggulangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penanggulangan KKM dilakukan melalui penyelenggaraan kekarantinaan
kesehatan baik di pintu masuk maupun di wilayah. Indonesia mengambil
kebijakan untuk melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang
pada prinsipnya dilaksanakan untuk menekan penyebaran COVID-19 semakin
meluas, didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman,
efektifitas, dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan.
A. Pasien Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
- Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), yaitu
demam (≥ 38 ℃) atau riwayat demam; disertai salah satu
gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit
tenggorokan/pilek/pneumonia ringan hingga berat dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi
local (negara/wilayah yang melaporkan adanya kasus konfirmasi
yang sumber penularannya berasal dari wilayah yang melaporkan
kasus tersebut)
- Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan
kasus konfirmasi/probable COVID-19.
55
- Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan.
B. Pasien Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS***/meninggal dengan
gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil
pemeriksaan laboratorium RT-PCR
C. Pasien Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus
konfirmasi dibagi menjadi 2:
Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
V. Penyebaran Covid-19
56
pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah
pasien ke posisi tengkurap, memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif
non-invasif, trakeostomi, dan resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan
penelitian lebih lanjut mengenai transmisi melalui udara.
57
Tabel Kriteria Gejala Klinis Dan Manifestasi Klinis Yang Berhubungan
Dengan Infeksi COVID-19
58
bernapas, ditambah setidaknya satu dari
berikut ini:
- sianosis sentral atau SpO2 <90%;
- distres pernapasan berat (seperti
mendengkur, tarikan dinding dada yang
berat);
- tanda pneumonia berat: ketidakmampuan
menyusui atau minum, letargi atau
penurunan kesadaran, atau kejang.
59
hidrostatik jika tidak ditemukan faktor
risiko.
KRITERIA ARDS PADA DEWASA:
• ARDS ringan: 200 mmHg <PaO2/FiO2 ≤
300 mmHg (dengan PEEP atau continuous
positive airway pressure (CPAP) ≥5
cmH2O, atau yang tidak diventilasi)
• ARDS sedang: 100 mmHg <PaO2 / FiO2
≤200 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O, atau
yang tidak diventilasi)
• ARDS berat: PaO2 / FiO2 ≤ 100 mmHg
dengan PEEP ≥5 cmH2O, atau yang tidak
diventilasi)
60
invasive
PARDS Ringan Sedang Berat
Masker full 4 ≤ OI 8 ≤ OI OI ≥
face ventilasi ≤8 ≤ 16 16
bi-level atau
CPAP ≥
61
d. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko pada kasus
termasuk kontak eratnya berupa informasi mengenai COVID-19,
pencegahan penularan, tatalaksana lanjut jika terjadi perburukan, dan
lain-lain. Suspek yang melakukan isolasi mandiri harus melakukan
kegiatan sesuai dengan protokol isolasi mandiri.
e. Penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan sejak seseorang dinyatakan
sebagai suspek, termasuk dalam mengidentifikasi kontak erat.
d. Penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi tetap dilakukan terutama untuk
mengidentifikasi kontak erat.
e. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko kepada kontak erat
kasus berupa informasi mengenai COVID-19, pencegahan
penularan, pemantauan perkembangan gejala, dan lain-lain.
62
3. Manajemen Kesmas pada Kasus Konfirmasi
Apabila menemukan kasus konfirmasi maka dilakukan manajemen kesmas
meliputi:
a. Dilakukan isolasi sesuai dengan kriteria sebagaimana terlampir.
b. Isolasi pada kasus konfirmasi dilakukan selama belum dinyatakan
selesai isolasi.
c. Pengambilan spesimen pada kasus dengan gejala berat/kritis untuk
follow up pemeriksaan RT-PCR dilakukan di rumah sakit. Pada kasus
tanpa gejala, gejala ringan, dan gejala sedang tidak perlu dilakukan
follow up pemeriksaan RT-PCR. Pengambilan spesimen dilakukan
oleh petugas laboratorium setempat yang berkompeten dan
berpengalaman baik di fasyankes atau lokasi pemantauan.
d. Pemantauan terhadap kasus konfirmasi dilakukan berkala selama
belum dinyatakan selesai isolasi sesuai dengan definisi operasional
selesai isolasi. Pada kasus konfirmasi yang melakukan isolasi mandiri
di rumah, pemantauan dilakukan oleh petugas FKTP/FKRTL
berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat. Pemantauan dapat
melalui telepon atau melalui kunjungan secara berkala (harian) dan
dicatat pada formulir pemantauan harian sebagaimana terlampir.
Pemantauan dilakukan dalam bentuk pemeriksaan suhu tubuh dan
skrining gejala harian. Jika sudah selesai isolasi/pemantauan maka
dapat diberikan surat pernyataan sebagaimana formulir terlampir.
Pasien tersebut secara konsisten juga harus menerapkan protokol
kesehatan.
e. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko pada kasus termasuk
kontak eratnya berupa informasi mengenai COVID-19, pencegahan
penularan, tatalaksana lanjut jika terjadi perburukan, dan lain-lain.
Kasus konfirmasi yang melakukan isolasi mandiri harus melakukan
kegiatan sesuai dengan protokol isolasi mandiri.
63
f. Penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi pada kasus konfirmasi juga termasuk dalam
mengidentifikasi kontak erat.
64
2) Apabila hasil negatif, petugas kesehatan tersebut tetap
melakukan karantina mandiri selama 14 hari. Apabila selama
masa karantina, muncul gejala dilakukan tata laksana sesuai
kriteria kasus suspek.
f. Komunikasi risiko
Petugas kesehatan memberikan komunikasi risiko pada kontak erat
berupa informasi mengenai COVID-19, pencegahan penularan,
tatalaksana lanjut jika muncul gejala, dan lain-lain.
g. Penyelidikan epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan ketika kontak erat mengalami
perkembangan gejala sesuai kriteria kasus suspek/konfirmasi.
65
yang dibutuhkan serta melakukan verifikasi kartu kewaspadaan kesehatan
atau Health Alert Card (HAC) secara elektronik maupun non elektronik.
Untuk, peningkatan kewaspadaan, dinas kesehatan daerah
provinsi/kabupaten/kota dapat mengakses informasi kedatangan pelaku
perjalanan yang melalui bandara atau pelabuhan ke wilayahnya melalui
aplikasi electronic Health Alert Card (eHAC).
Penemuan kasus di pintu masuk dapat menggunakan formulir
notifikasi penemuan kasus pada pelaku perjalanan sebagaimana terlampir.
Penekanan pengawasan pelaku perjalanan dari luar negeri dilakukan untuk
melihat potensi risiko terjadinya kasus importasi sehingga perlu adanya
koordinasi antara KKP dengan dinas kesehatan.
66
- Dalam hal pemeriksaan follow up RT-PCR tidak dapat
dilakukan, maka pasien kasus konfirmasi dengan gejala
berat/kritis yang dirawat di rumah sakit yang sudah menjalani
isolasi selama 10 hari sejak onset dengan ditambah minimal 3
hari tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan
pernapasan, dinyatakan selesai isolasi, dan dapat dialihrawat
non isolasi atau dipulangkan.
67
Gambar 3. Alur Manajemen Covid – 19 Kasus Konfirmasi
68
Daftar Pustaka
69
8. Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular
Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (PAPDI),
9. Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia
(PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
70
F. PETA JALAN VAKSINASI COVID-19
(Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid)
a. Jumlah kasus:
- Kasus konfirmasi : 1,078,314 (bertambah 12,001)
- Kasus sembuh : 873,221 (bertambah 10,719)
- Kasus meninggal: 29,998 (bertambah 270)
- Kasus aktif : 175,095
b. Jumlah kasus:
- Spesimen diperiksa : 9,238,689
- Orang diperiksa : 6,158,452
- Hasil negatif : 5,080,138
- Kasus suspek : 73,652
71
B. Positivity Rate dan Pencapaian Threshold Pemeriksaan Laboratorium
Update hingga 31 Januari 2021
C. Epidemiologi COVID-19
a. Manifestasi klinis COVID-19
- Sakit kepala - Nyeri tenggorokan
- Hilang pembau (anosmia) - Batuk
- Hilang perasa (ageusia) - Sesak
- Mual dan muntah - Berat: Penumonia, ARDS,
- Myalgia gagal ginjal
- Kelelahan - Kasus beraat dan kematian
- Diare meningkat pada orang dengan
- Demam kondisi penyerta
- Coryza
b. Cara Penularan
Masa inkubasi rata-rata 5 hingga 6 haari, dengan range antara 1 dan 14 hari
namun dapat mencapai 14 hari. Utamanya ditularkan dari orang yang
bergejala (simptomatik) melalui droplet saluran napas (batuk, bersin, bicara)
72
kontak dengan benda atau permukaan yang terkontaminasi lalu menyentuh
mulut, hidung atau mata.
Transmisi airborne saat prosedur atau perawatan suportif yang menghasilkan
aerosol (bronkoskopi, intubasi dll). Kemungkinan transmisi airborne di setting
publik, terutama pada kondisi padat, tertutup, dan berventilasi
burukKombinasi dengan tranmisi droplet dan kontak.
Orang yang terinfeksi bisa sebagai sumber penularan terutama 2 hari sebelum
sakit (presimptomatis) hingga selama sakit. Asimptomatis berpotensi
menularkan.
c. Faktor Risiko
- Penyakit komorbid (hipertensi, diabetes militus, PPOK, dll)
- Riwayat perjalanan atau tinggal di daerah transmisi
- Kontak kasus konfirmasi / probable
- Merokok, obesitas
- Usia
e. Manifestasi Klinis
- Penyakit ringan : 40%
- Penyakit sedang : 40% (termasuk pneumonia)
- Penyakit parah : 15% (membutuhkan oksigen)
- Kritis : 5% (pelayanan intensif dan ventilasi)
73
Kasus berat dan kematian meningkat pada orang yang dengan kondisi
penyerta
Komorbid COVID-19 pada 24 Januari 2020 hingga 16 Maret 2020
- hipertensi 15.80%
- kardiovaskular and… 11.70%
- diabetes 9.40%
- co-existing infection (HIV and…) 1.50%
- malignancy 1.50%
- sistem respirasi (COPD and…) 1.40%
- kelainan ginjal 0.80%
- immunodeficiency state 0.01%
- Lacak
1. Meningkatkan jumlah tracers hingga 80.500 orang (rasio 30 tracers/
100.000 penduduk). Menggerakan 30.000 Babinsa, 60.000
Babinkamtibmas, dan para kader untuk tracing dan memantau karantina 14
hari.
2. Melakukan pelacakan dan karantina pada seluruh kontak erat < 72 jam
sejak kasus terkonfirmasi.
74
3. Memanfaatkan teknologi digital untuk tracing.
- Isolasi
1. Melakukan isolasi terpusat untuk kasus konfirmasi tidak bergejala &
bergejala ringan di kabupaten/kota.
2. Memberikan BLT & perlindungan terhadap PHK pada orang yang
menjalankan karantina/isolasi.
3. Memperbaiki SOP, memperketat pengawasan, memberlakukan denda
bagi pelanggar karantina/isolasi.
- Perubahan perilaku
1. PKK/BKKBN – Program Dasa Wisma PKK (Kemendagri) untuk aktif
mempromosikan Perubahan Perilaku dan Tracking & Isolasi
.
- Data
1. Integrasi berbagai sistem informasi surveilans yang ada di Kemenkes
maupun di daerah.
2. Mendorong seluruh lab & Faskes agar terdaftar di Pusdatin dan
melaporkan hasil tesnya ke dalam sistem <48 jam sejak tes dilakukan.
75
Mengkonversi Minimal 40% dari TT Rawat Inap untuk pasien Covid 19
Mengkonversi Minimal 25% ICU dari Ruang Rawat Inap yang
dikoneversi untuk Ruang Rawat Inap Covid
76
E. CLINICAL PATHWAY
UPDATE BUKU SAKU EDISI KE-2 PROTOKOL TATALAKSANA
COVID-19
Rumah sakit rujukan COVID-19 wajib memakai protocol yang sama untuk
menekan angka kematian.
Halaman baru:
77
4. Presiden akan menjadi yang pertama mendapat vaksin Covid-19.
Tujuannya untuk memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada
masyarakat bahwa vaksin yang digunakan aman.
5. meminta masyarakat untuk terus menjalankan disiplin 3M yaitu memakai
masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan
b. VAKSINASI
Imunitas alamiah / natural
→ aktif : antibody terjadi setelah infeksi
→ pasif : dari ibu ke janin melalui plasenta
Imunitas didapat
→ aktif : antibody terbentuk setelah pemberian vaksin
→ pasif : pemberian antibody
c. KERJA VAKSIN
d. Pentingnya Vaksinasi
78
Jumlah orang yang divaksinasi dalam masyarakat dalam jumlah yang
cukup (95%) dapat melindungi kelompok masyarakat yang rentan
79
a. orang yang mendapatkan vaksin SINOVAC, risiko terinfeksi COVID-19
berkurang 65,3% dibandingkan orang yang tidak tervaksinasi
80
1. Data epidemiologi
• Community transmision
• Sporadic/cluster cases
• No. Case
81
3. Masyarakat rentan 63,9 juta
Masyarakat di daerah dengan resiko penularan tinggi
4. Masyarakat lainnya 77,4 juta
Dengan pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin
82
k. Vaksin UNTUK PROGRAM
Pemilihan Vaksin COVID-19 Rekomendasi ITAGI
1. Keamanan (tidak ada efek samping berat)
2. Efikasi (ideal : 70% ; minimal 50%)
3. Lama perlindungan panjang (setidaknya 1 tahun)
4. Stabilitas penyimpanan (suhu 2 - 8⁰C)
5. Kemasan : Multi dose (optimalisasi kapasitas rantai dingin vaksin)
6. Platform yang sama untuk memudahkan evaluasi
7. Persetujuan pengunaan dari BPOM – mendapatkan Emergency Use
Authorization (EUA)
83
Gambar 8. Registrasi dan Verifikasi Sasaran
84
Gambar 9. Kesiapan Pelaksaan Vaksinasi Covid-19
85
- Petugas memberikan vaksinasi secara intra muskular sesuai
prinsip penyuntikan aman
- Petugas mencatat merek/jenis dan nomor batch vaksin yang
diberikan kepada sasaran
Meja 4 (Pencatatan dan Observasi)
- Petugas mencatat hasil pelayanan vaksinasi ke dalam aplikasi
PCare.
- Sasaran diobservasi selama 30 menit untuk memonitor
kemungkinan KIPI
- Petugas memberikan penyuluhan tentang 3M dan vaksinasi
COVID-19
- Peserta mendapatkan kartu vaksinasi
I. Sertifikat Vaksinasi Covid-19
86
Gambar 11. Tanda Sudah Melakukan Vaksinasi Covid-19
87
Koordinasi dengan seluruh organisasi profesi SDM Kesehatan PERSI,
ARSI, ASKLIN, IDI, PDGI, IBI, PPNI, PATELKI, PAFI dan lainnya
untuk menggerakkan seluruh SDM Kesehatan vaksinasi pada bulan
Januari 2021.
Perbaikan sistem informasi Satu Data Vaksin COVID-19 secara intensif
dan terus menerus untuk meningkatkan kelancaran customer journey
dalam menerima vaksin.
L. KOLABORASI PEMERINTAH-MASYARAKAT
3T Pemerintah
- Test
- Treat
- Trace
3M Masyarakat
- Memakai masker
- Mencuci tangan
- Menjaga jarak
88