SKRIPSI
Oleh :
DEARNI ANGGITA KRISMAYANI PURBA
150100001
Oleh :
DEARNI ANGGITA KRISMAYANI PURBA
150100001
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya, sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan Sarjana
Kedokteran Program Studi Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memaparkan
landasan pemikiran dan konsep menyangkut penelitian yang berjudul “Gambaran
Lokasi Metastasis berdasarkan Hasil Pemeriksaan Radiologi Foto Toraks dan
Ultrasonografi pada Penderita Kanker Payudara sesuai Hasil Histopatologi di
RSUP Haji Adam Malik tahun 2015-2017”.
Penulis menyadari bahwa sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala rasa
hormat, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S (K), selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. dr. Elvita Rahmi Daulay, M.Ked (Rad), Sp. Rad(K) selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan banyak arahan, masukan serta
semangat bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. dr. Mohd. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG), Sp. OG(K) selaku Ketua Penguji
yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat
dalam penyempurnaan skripsi ini.
5. dr. M. Oky Prabudi, M.Ked (OG), Sp. OG(K) selaku Anggota Penguji
yang telah memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat
dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. dr. Edy Ardiansyah, M.Ked(OG), Sp. OG(K) selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh pendidikan.
7. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara atas bimbingan selama penyelesaian studi.
ii
Penulis
Dearni Anggita Krismayani Purba
iii
Halaman pengesahan……………………………………………………... i
Kata pengantar……………………………………………………………. ii
Daftar isi………………………………………………………………….... iv
Daftar gambar…………………………………………………………….. vi
Daftar tabel………………………………………………………………... vii
Daftar singkatan…………………………………………………………... ix
Abstrak…………………………………………………………………...... x
Abstract…………………………………………………………………….. xi
iv
LAMPIRAN……. ............................................................................................ 57
vi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
viii
ix
Kata kunci: Metastasis kanker payudara, hasil radiologi, foto toraks, ultrasonografi, hasil
histopatologi kanker payudara.
x
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Background. Breast cancer is the leading cause of cancer death in women worldwide.
Around 80% of breast cancers are declared invasive and have 27% of 5-year survival rate.
Radiological examination like chest X-ray and ultrasonography play an important role to detect
the presence of distant metastases earlier. The aim of this study was to find out the location of
metastases based on the radiological result of chest X-ray and ultrasonography in breast cancer
according to histopathological results in Haji Adam Malik Hospital in 2015-2017. Method. The
study design was descriptive observational using cross sectional approach. The research sample is
secondary data as many as 133 samples. Results. From 1003 breast cancer patients in Haji Adam
Malik Hospital in 2015-2017, 212 people (0.21%) had metastasis. The majority of breast cancer
metastatic events occurred at ages 36-45 (39.1%) and 46-55 years (39.1%), moderate grade
histology (63.2%), and histopathological type of invasive ductal carcinoma (72.9%). ) Metastatic
cases can occur in one place (83.6%) and more than one place (16.4%), with distribution to the
lungs (47.2%), liver (40%) and bone (13.8%) . Invasive ductal carcinoma (46.2%), invasive
lobular carcinoma (45.5%), tubular carcinoma (56%), and mucinous carcinoma (100%) mostly
metastasizes to the lung while medullary carcinoma (60%) mostly metastasize to the liver.
Conclusion. The highest incidence of breast cancer metastasis is to the lung and having
histopathological type of invasive ductal carcinoma
Keywords: Metastatic breast cancer, radiology results, chest X-ray, ultrasonography, breast
cancer histopathology results
xi
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
2
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
dokter serta tenaga kesehatan mengenai gambaran lokasi metastasis berdasarkan
hasil pemeriksaan radiologi foto toraks dan ultrasonografi pada penderita kanker
payudara sesuai hasil histopatologi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan
bacaan untuk dikembangkan pada penelitian selanjutnya mengenai gambaran
lokasi metastasis berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi foto toraks dan
ultrasonografi pada penderita kanker payudara sesuai hasil histopatologi.
TINJAUAN PUSTAKA
Payudara merupakan organ elevasi dari jaringan glandular dan adiposa yang
tertutup kulit pada dinding anterior dada (PERABOI, 2015). Payudara orang
dewasa terletak diantara iga kedua dan keenam dengan ukuran diameter rata-rata
10-12 cm dan ketebalan 5-7 cm. Payudara terdiri dari 3 (tiga) struktur utama,
yaitu: kulit, jaringan subkutan dan jaringan payudara yang terdiri dari parenkim
dan stroma.
Jaringan parenkim payudara terdiri dari 15-20 segmen atau lobus yang
menyatu pada bagian nipple. Setiap lobus dialiri oleh duktus laktiferus yang
berdiameter 2 mm. Setiap lobus terdiri dari 20-40 lobulus dan setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil hingga berakhir di 10-100
alveoli sekretori, sedangkan jaringan stroma dan jaringan subkutan payudara
terdiri dari lemak, jaringan ikat, pembuluh darah, jaringan saraf dan pembuluh
limfatik (Osborne & Boolbol, 2014). Unit fungsional payudara adalah unit
duktulobular terminal yang terdiri dari sebuah lobulus dan duktus terminal
ekstralobular. Unit duktulobular terminal ini penting karena merupakan tempat
dari kebanyakan patologi payudara berasal (Phillips et al., 2018).
Berdasarkan perkembangannya, lobulus payudara terdiri dari tiga tipe
lobulus, yaitu: tipe I lobulus (lobulus pertama yang berkembang setelah masa
menarche), tipe II dan III lobulus yang secara bertahap menjadi tunas alveolar
payudara. Russo et.al menyatakan bahwa BRCA1 atau gen terkait yang
menyebabkan kanker payudara dapat mempengaruhi pola perkembangan lobulus
(Osborne & Boolbol, 2014).
Pubertas pada wanita dimulai dari umur 10-12 tahun sebagai pengaruh dari
sekresi hormon gonadotropin ke sistem vena portal hipotalamus-hipofisis. Sel
basofilik dari hipofisis anterior melepas hormon FSH (Follicle Stimulating
Hormone) yang menghasilkan estrogen dan LH (Luteinizing Hormone) yang
menghasilkan progesteron. Hormon ini berfungsi untuk pertumbuhan payudara
dan berbagai organ genitalia (Osborne & Boolbol, 2014).
Pada tahun pertama dan kedua setelah menarche, fungsi adenohipofisis
menjadi tidak stabil sehingga jumlah estrogen akan melebihi progresteron. Efek
estrogen tersebut akan menstimulasi pertumbuhan longitudinal epitelium duktus
payudara dan peningkatan volume jaringan ikat periduktus sebagai tempat
penyimpanan lemak dan vaskularisasi. Duktus terminal akan membentuk formasi
tunas untuk pembentukan lobulus (Osborne & Boolbol, 2014). Evolusi
pertumbuhan payudara dibagi menjadi 5 fase oleh TANNER seperti tabel 2.1
dibawah ini (Osborne & Boolbol, 2014):
Tabel 2.1 Klasifikasi perkembangan payudara menurut TANNER
Suplai darah darah utama payudara berasal dari arteri mamaria interna
(mendarahi 60% bagian payudara) dan arteri torakalis lateralis (mendarahi 30%
bagian payudara). Bagian medial dan sentral payudara disuplai oleh cabang
anterior arteri mamaria interna sedangkan bagian kuandran atas luar dipendarahi
oleh arteri torakalis lateralis. Arteri torako akromialis, arteri interkostalis, dan
arteri torakodorsalis memberikan pendarahan tambahan untuk bagian minor
payudara (Osborne & Boolbol, 2014).
Aliran pembuluh darah balik payudara berjalan melalui vena mamaria interna
dan cabang vena aksilaris menuju vena kava superior (PERABOI, 2015).
beberapa level yaitu: level I (kelenjar getah bening pada lateral muskulus
pektoralis minor), level II (kelenjar getah bening pada posterior muskulus
pektoralis minor), dan level III (kelenjar getah bening pada garis medial muskulus
pektoralis minor) (Osborne & Boolbol, 2014).
mengubah sel epitel payudara dari fase presekretori menjadi fase sekretori. Pada
empat hingga lima hari pertama melahirkan, payudara akan membesar
dikarenakan akumulasi kolostrum yaitu cairan serous yang mengandung
lactoglobulin sebagai antibodi, dan asam lemak decadienoic acid, phospholipids,
fat soluble vitamins, lactalbumin sebagai nutrisi. Setelah kolostrum disekresi, susu
transisional dan susu yang matang akan dihasilkan (Osborne & Boolbol, 2014).
Hormon prolaktin dilepaskan oleh hormon kortikotropin yang distimulasi
oleh gerakan menghisap bayi. Saraf sensorik pada komplek nipple-areolar di
stimulasi oleh taktil kemudian impuls akan dibawa menuju dorsal root medulla
spinalis. Pada medulla spinalis, impuls akan dilanjutkan melalui traktus
spinothalamus dorsal, lateral dan ventral ke mesensepalon dan hipotalamus lateral.
Inhibisi sekresi PIF mengakibatkan sekresi prolaktin dari hipofisis anterior. Pada
saat yang bersamaan, melalui jalur nukleus paraventrikular sintesis hormon
oksitosin terjadi. Oksitosin adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisis posterior
dan berfungsi untuk mengeluarkan susu yang terdapat di alveoli ke duktus
laktiferus. Oksitosin juga mempengaruhi uterus dan serviks (dilatasi serviks)
(Osborne & Boolbol, 2014).
Fase ketiga terjadi saat menopause terjadi. Menopause adalah peristiwa
atresia lebih dari 400.000 folikel yang terdapat pada ovarium wanita. Hal ini
menyebabkan terjadinya regresi struktur epitel maupun stroma payudara dan
digantikan oleh lemak (Osborne & Boolbol, 2014).
2.2.1 Definisi
2.2.2 Etiologi
Salah satu hal terpenting yang dapat menyebabkan kanker payudara adalah
riwayat keluarga. Meskipun sebagian besar gen yang bertanggung jawab untuk
kanker payudara belum dapat diidentifikasi, namun beberapa gen yang
diperkirakan berperan besar dapat dikategorikan menjadi tiga kelas berdasarkan
frekuensi dan tingkatan resiko yang diberikan yaitu seperti tabel 2.2 dibawah ini
(Vinayak et al., 2014):
Tabel 2.2 Gen dan lokus penyebab kanker payudara
(RR = Relative Risk ; OR = Old Ratio)
Mutasi /
Risiko kanker Frekuensi
Gen / Lokus Sindrom yang terkait
payudara minor alel
Faktor risiko yang utama adalah jenis kelamin. Hampir semua penderita
kanker payudara adalah wanita, meskipun dapat juga terjadi pada pria dengan
angka insidensi kurang lebih 1%. Faktor risiko penting kedua adalah usia. Kurang
lebih 75% kasus kanker payudara didiagnosis pada wanita berusia lebih dari 50
tahun. Berbagai faktor risiko kanker payudara lainnya yang telah diidentifikasi,
dapat dilihat pada tabel 2.3 dibawah ini (Davidson, 2016):
Tabel 2.3 Faktor risiko kanker payudara
2.2.4 Klasifikasi
Invasive Ductal Carcinoma (IDC) atau yang sering disebut Infiltrating Ductal
Carcinoma adalah pembagian grup heterogen kanker yang bentuknya tidak dapat
dikelompokkan ke tipe histologi yang spesifik. Tipe ini merupakan tipe yang
paling umum terjadi pada kanker payudara invasif, yaitu sekitar 50-80% dari
semua kejadian. Hasil pemeriksaan mammografi menunjukkan bentuk spikulata
atau massa oval dengan atau tanpa kalsifikasi.
Bentuk makroskopis IDC adalah irreguler, ujungnya berbentuk stelllate, keras
saat dipalpasi, berwarna putih keabu-abuan, berpasir dan cut surface. Tampilan
mikroskopis IDC adalah adanya infiltrasi sel dan pertumbuhan trabekular yang
tipis, mirip seperti tipe Invasive Lobular Carcinoma (ILC) namun tidak seperti
ILC, IDC belum dapat menginaktivasi e-cadherin (Peng et al., 2013).
Invasive Lobular Carcinoma (ILC) merupakan tipe kedua yang paling umum
terjadi pada kanker payudara invasif, yaitu sekitar 5-15% dari semua kejadian.
Tipe ini dapat tidak terdeteksi pada aspirasi jarum halus dan biopsi inti jarum
karena selularitas yang rendah dan sifat sel tumor yang lunak. Hilangnya kohesi
seluler disebabkan oleh inaktivasi e-cadherin.
Bentuk makroskopis ILC rata-rata berukuran lebih besar dari IDC dan kurang
Tubular Carcinoma adalah subtipe IDC yang terdiferensiasi dengan baik (1-
4% dari kejadian kanker payudara). Sebagian besar tubular carcinoma tidak dapat
dipalpasi dan terdeteksi oleh skrining mammografi sebagai lesi spikulata atau
kalsifikasi.
Bentuk makroskopis tubular carcinoma adalah lesi stellate dengan tampilan
putih keabuan bergaris-garis kuning. Tampilan mikroskopisnya adalah tubulus
yang terbentuk dengan baik dan berangulasi dengan lumen yang terbuka. Pada
tumor terlihat banyak jaringan elastis (Peng et al., 2013).
Adenoid Cystic Carcinoma adalah tumor kelenjar saliva yang dapat dilihat
pada payudara dan memiliki prognosis yang baik (0,1% dari kejadian kanker
payudara). Bentuk makroskopis Adenoid Cystic Carcinoma biasanya berbatas
tegas dan pada kasus tertentu terdapat gambaran lobus merah muda kecokelatan.
Tampilan mikroskopisnya mirip seperti gambaran kelenjar saliva. Neoplasma
terbentuk dari basaloid/sel mioepitelial dan sel epitel duktus dan menunjukkan
tiga gambaran yaitu cribriform, trabekular-tubular dan solid (Peng et al., 2013).
Medullary Carcinoma adalah karsinoma dengan batas yang tegas dan keras,
memiliki potongan berwarna abu kecokelatan dan dapat berbentuk lobular atau
nodular.(1-7% dari kejadian kanker payudara). Dari semua jenis kanker payudara,
karsinoma medulla merupakan tipe yang sering salah didiagnosis (overdiagnosis).
Diagnosis medullary carcinoma dapat ditegakkan jika memenuhi 5 (lima) kriteria
morfologi yaitu: (1) Pola pertumbuhan syncytial pada 75% dari tumor; (2) Tidak
didapati adanya struktur kelenjar atau tubular, meski sebagai komponen minor; (3)
Infiltrasi limfoplasmasitik yang moderat pada stroma; (4) Pleomorfisme nucleus
yang moderat; (5) Batas histologi yang tegas dan jelas (Peng et al., 2013).
Beberapa peneliti menyatakan bahwa jika setidaknya ada 90% cairan musin
ekstraseluler mengelilingi epitel tumor maka disebut sebagai pure mucinous.
Tumor dengan 50-89% cairan musin ekstraseluler disebut sebagai mixed ductal-
mucinous carcinoma dan tumor dengan jumlah cairan musin dibawah 50% disebut
sebagai invasive carcinoma with mucinous feature or differentiation (Peng et al.,
2013).
Inflammatory Carcinoma adalah wujud dari adanya eritema dan edema pada
setidaknya sepertiga kulit payudara (2,5% dari kejadian kanker payudara).
Karsinoma ini berjalan progresif dan secara signifikan dapat menurunkan angka
kelangsungan hidup dibandingkan karsinoma non inflamasi. Obstruksi limfatik
pada lapisan dermis oleh karena emboli tumor merupakan penyebab perubahan
pada kulit dan ciri khas histopatologi karsinoma inflamasi (Peng et al., 2013).
2.2.5.1 Anamnesis
Selain dari keluhan yang di sampaikan oleh pasien, dasar informasi mengenai
status menstruasi dan berbagai faktor risiko kanker payudara harus diperoleh.
Unsur-unsur dasar tersebut tercantum dalam tabel 2.4 dibawah ini (Morrow,
2014):
Tabel 2.4. Komponen riwayat medis dari keluhan menyangkut payudara
Wanita semua usia
- Umur saat menarche (menstruasi pertama kali)
- Angka kehamilan
- Jumlah anak yang lahir
- Umur saat melahirkan pertama kali
- Riwayat kanker payudara pada keluarga, termasuk hubungannya pada
penderita, umur saat menderita kanker, dan riwayat adanya penyakit
payudara
- Riwayat biopsi payudara (dan diagnosis histologinya jika tersedia)
Wanita pramenopause
- Tanggal menstruasi terakhir
- Lama dan keteraturan siklus
- Penggunaan kontrasepsi oral
Wanita pasca menopause
- Tanggal menopause
- Penggunaan pengganti hormone
Sumber: Disease of the Breast, Fifth edition
2.2.5.2 Pemeriksaan Fisik
2.2.5.3.1 Mammografi
Tabel 2.5 Gambaran tanda primer dan tanda sekunder mammografi untuk lesi ganas
Tanda primer Tanda sekunder
- Densitas yang meninggi pada tumor - Retraksi kulit atau penebalan kulit
- Batas tumor yang tidak teratur oleh - Bertambahnya vaskularisasi
karena adanya proses infiltrasi ke
jaringan sekitarnya atau batas yang
tidak (comet sign)
- Gambaran translusen disekitar - Perubahan posisi puting
tumor
- Gambaran stelata - Kelenjar getah bening aksila (+)
- Adanya mikrokalsifikasi sesuai - Keadaan daerah tumor dan
kriteria Egan jaringan fibroglandular tidak
teratur
- Ukuran klinis tumor lebih besar - Kepadatan jaringan subareolar
dari radiologis yang berbentuk utas
Sumber : Panduan penatalaksanaan kanker payudara, 2015
Stadium kanker adalah suatu gambaran mengenai seberapa luas kanker telah
berkembang dan sering dihubungkan dengan seberapa parahnya kanker tersebut.
Saat ini penetapan stadium kanker yang paling umum dan aplikatif memakai
klasifikasi TNM (Tumor, Nodus, Metastasis) dari American Joint Committee on
Cancer (AJCC) edisi 7 tahun 2010 yang dijabarkan seperti tabel 2.7 dan 2.8
dibawah ini (Egner, 2010):
Tabel 2.7 Stadium kanker payudara
Stadium Klinis Tumor Nodus Limfa Metastasis
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T0 N1mi M0
T1 N1mi M0
Stadium IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium IIIB T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IIIC T berapapun N3 M0
Stadium IV T berapapun N berapapun M1
Sumber : Panduan penatalaksanaan kanker payudara, 2015
Tabel 2.8 TNM (Tumor, Nodus, Metastasis) Staging by American Joint Committee on Cancer
Tumor Primer (T) T4c Gabungan T4a dan T4b
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai T4d Inflamatory Carcinoma
T0 Tidak ada bukti tumor primer Kelenjar Getah Bening / Nodus Regional (N)
KGB (Kelenjar Getah Bening) regional
Tis Karsinoma in situ Nx tidak dapat dinilai (misal telah
diangkat)
Tis
Ductal carcinoma in situ N0 Tidak terdapat metastasis KGB regional
(DCIS)
Tis Metastasis pada KGB aksila ipsilateral
Lobular carcinoma in situ N1
(LCIS) level 1-2 yang masih dapat digerakkan
Paget’s disease pada puting tanpa tumor
Metastasis pada KGB aksila ipsilateral
level 1-2 yang terfiksis atau matted
Catatan: Paget’s disease yang
Tis ,atau KGB mammaria interna yang
berhubungan dengan tumor yang N2
(Paget) terdeteksi secara klinis* jika tidak
diklasifikasikan sesuai dengan ukuran
tumor terdapat metastasis KGB aksila secara
klinis
Metastasis pada KGB aksila ipsilateral
T1 Tumor ≤ 20 mm pada dimensi terbesar N2a level 1-2 yang terfiksir satu sama lain
(matted) atau terfiksir pada struktur lain
Metastasis hanya pada KGB mammaria
interna yang terdeteksi secara klinis*
T1mic Tumor ≤ 1 mm pada dimensi terbesar N2b
dan jika tidak terdapat metastasis KGB
aksila secara kinis
Metastasis pada KGB infraklavikula
ipsilateral level 3 dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila level 1-2, atau
pada KGB mammaria interna
ipsilateral yang terdeteksi secara
Tumor > 1mm tetapi ≤ 5mm pada
T1a N3 klinis* dan jika terdapat metastasis
dimensi terbesar
KGB aksila level 1-2 secara klinis;
atau metastasis pada KGB
supraklavikula ipsilateral dengan atau
tanpa keterlibatan KGB aksila atau
mammaria interna
Tumor > 5mm tetapi ≤ 10 mm pada Metastasis pada KGB infraklavikula
T1b N3a
dimensi terbesar ipsilateral
Tumor >10 mm tetapi ≤ 20 mm pada Metastasis pada KGB mamaria interna
T1c N3b
dimensi terbesar ipsilateral dan KGB aksila
Tumor >20 mm tetapi≤ 50mm pada Metastasis pada supraklavikular
T2 N3c
dimensi terbesar ipsilateral
T3 Tumor >50 mm pada dimensi terbesar Metastasis Jauh (M)
Tumor berukuran apapun dengan
ekstensi langsung ke dinding dada
T4 dan/atau kulit (ulserasi atau skin nodule) Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
Catatan: invasi ke dermis saja tidak
termasuk T4
Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk
T4a M0 Tidak terdapat metastasis jauh
otot pektoralis
Ulserasi dan/atau ipsilateral satellite skin
nodules dan/atau edema (termasuk peau
T4b d’orange) pada kulit, yang tidak M1 Terdapatnya Metastasis jauh
temasuk kriteria inflammatory
carcinoma.
Sumber : Panduan penatalaksanaan kanker payudara, 2015
(*terdeteksi secara klinis maksudnya terdeteksi pada pemeriksaan imaging (termasuk lymphoscintigarphy) atau pada
pemeriksaan fisik dan memiliki karakteristik yang mencurigakan suatu keganasan atau diduga sebagai
makrometastasis patologik berdasarkan pemeriksaaan sitologi FNA).
Metastasis pada tulang (bone metastasis) terjadi pada sekitar 80% pasien
metastasis kanker payudara dan menjadi tempat metastasis yang paling umum.
Gejala dari metastasis pada tulang adalah rasa sakit pada tulang, fraktur dan/atau
kompresi pada medulla spinalis, meskipun beberapa pasien tidak merasakan
gejala. Metastasis kanker ke daerah tulang akan mengganggu keseimbangan
osteoklas dan osteoblas, sehingga pemecahan tulang terjadi lebih cepat tanpa
adanya regenerasi. Akibatnya pasien dengan metastasis tulang memiliki
konsistensi tulang yang lebih tipis dan kecenderungan mengalami hiperkalsemia,
suatu kondisi dimana terlalu banyak kalsium dilepaskan dari tulang ke dalam
darah (Loeser, 2015).
Penegakan diagnosis metastasis tulang secara radiologis adalah dengan
melakukan pemeriksaan foto polos x-ray dimana terlihat gambaran lubang
kehitaman (lytic metastases), gambaran bintik keputihan (blastic metastases) atau
keduanya (mixed metastases). Pemeriksaan scan tulang, CT Scan, MRI dan PET
(Positron emission tomography) scan juga dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis (American Cancer Society, 2016).
Gambar 2.5 Hasil pemeriksaan foto polos x-ray metastasis pada tulang
(terlihat adanya multiple fracture dan mixed metastases )
sumber: radiopaedia
Gambar 2.6 Hasil pemeriksaan CT-Scan dan PET metastasis pada sum-sum tulang
Sumber: semanticscholar
Gejala metastasis pada hati (liver metastasis) adalah jaundice (warna kuning
pada kulit atau putih pada mata), rasa sakit pada bagian hati dan/atau daerah
abdominal, rasa sakit pada bahu kanan atau abdomen atas, warna urin gelap,
kehilangan nafsu makan dan/atau penurunan berat badan (Loeser, 2015).
Penegakan diagnosis metastasis pada hati secara radiologis adalah dengan
melakukan pemeriksaan USG (tampilan halo hypoechoic atau hyperechoic
disekitar massa tumor), CT-Scan (gambarannya bergantung terhadap perbedaan
vaskularisasi kanker dan parenkim hati yang normal), MRI (dengan kontras) dan
PET untuk melihat metabolisme tumor (Junsung, 2006).
Gambar 2.7 Hasil pemeriksaan ultrasonografi metastasis pada hati (terlihat halo hypoechoic)
sumber: radiologykey
Gejala metastasis pada paru-paru (lung metastasis) adalah batuk, suara serak,
dan/atau nafas yang pendek. Kadang-kadang mungkin ada rasa sakit pada dada,
tulang rusuk atau punggung bagian atas (Loeser, 2015).
Penegakan diagnosis metastasis pada paru-paru secara radiologis adalah
dengan melakukan pemeriksaan foto x-ray dada dimana terlihat gambaran
berbagai nodul yang berkalsifikasi atau bergelembung (cavitate) (Beom et al.,
2001), pemeriksaan CT-Scan (feeding-vessel sign) , pemeriksaan MRI dan USG
(Naidich et al., 2007).
Gambar 2.8 Hasil pemeriksaan foto toraks metastasis pada paru-paru (terlihat adanya nodul)
sumber: radiopaedia
Metastasis pada otak (brain metastasis) dan metastasis pada cairan spinalis
(leptomeningeal metastasis) atau yang disebut carcinomatous meningitis
diperkirakan terjadi pada 10-30% penderita metastasis kanker payudara. Gejala
metastasis pada otak adalah sakit kepala, lesu, kehilangan ingatan, kesulitan
berkonsentrasi, perubahan sensasi fisik seperti mati rasa, nyeri / kesemutan,
kesulitan berbicara, perubahan penglihatan, muntah (dengan atau tanpa mual),
kelemahan di area tubuh, demam, dan/atau perubahan kepribadian (Loeser, 2015).
Gejala metastasis pada cairan spinalis adalah sakit kepala, sakit punggung,
kehilangan sensasi pada wajah (terutama pada dagu), kehilangan kontrol pada
kandung kemih dan usus, konstipasi, pusing, kelelahan yang ekstrim,
kebingungan, kelemahan atau hilangnya sensasi di kaki dan paha bagian dalam,
masalah penglihatan dan/atau kesulitan mendengar. Peningkatan tekanan
Cerebrospinal fluid (CSF), jumlah leukosit, kadar protein dan penurunan kadar
glukosa dapat menjadi tanda metastasis pada cairan spinal (Loeser, 2015).
Penegakan diagnosis metastasis pada otak secara radiologis adalah
pemeriksaan CT-Scan dengan kontras dimana akan menunjukkan gambaran
hiperdens, nodular, atau seperti cincin jika tumor kehilangan suplai darahnya
(Purandare, 2011). Sedangkan penegakan diagnosis metastasis pada cairan
spinalis dapat dilakukan dengan pemeriksaan MRI dengan gambaran khas sugar-
coating (Singh et al., 2002).
Gambar 2.9 Hasil pemeriksaan CT-Scan kontras metastasis pada otak (gambaran cincin)
sumber: radiopaedia
Gambar 2.10 Hasil pemeriksaan MRI metastasis pada cairan spinalis (sugar-coating)
sumber : radiopaedia
Gambar 2.12 Hasil pemeriksaan ultrasonografi dan CT-Scan metastasis pada ovarium
(terlihat adanya massa solid bilateral dan daerah nekrosis)
sumber: posterng.netkey.at
Kanker
payudara
Definisi
Etiologi
Faktor risiko
Anamnesis
Histopatologi Klasifikasi
Diagnosis Pemeriksaan
fisik
Stadium Pemeriksaan
kanker lanjutan
(Berdasarkan
TNM)
Metastasis
kanker
payudara
Lokasi
spesifik
metastasis
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau
kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang telah diteliti. Berdasarkan
judul dan tinjauan pustaka pada penelitian ini, maka hubungan variabel yang
diteliti dapat digambarkan sebagai skema berikut :
Keterangan :
= Variabel yang diteliti
= Variabel yang tidak diteliti
METODE PENELITIAN
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh data rekam medis penderita yang
didiagnosis kanker payudara sesuai hasil histopatologi dan telah mengalami
metastasis berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi foto toraks dan ultrasonografi
di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015-2017.
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh data rekam medis penderita yang
didiagnosis kanker payudara sesuai hasil histopatologi dan telah mengalami
metastasis berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi foto toraks dan ultrasonografi
di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015-2017 yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi penelitian.
37
Kriteria inklusi:
a. Semua data rekam medis penderita yang didiagnosis kanker payudara
sesuai hasil histopatologi dan telah mengalami metastasis berdasarkan
hasil pemeriksaan radiologi foto toraks dan ultrasonografi di RSUP Haji
Adam Malik pada tahun 2015-2017
Kriteria eksklusi:
a. Data rekam medis yang tidak lengkap
Sampel penelitian adalah seluruh populasi yang mengikuti kriteria inklusi dan
ekslusi. Berdasarkan proses dan keterbatasan penelitian, maka pemilihan sampel
dilakukan dengan metode purposive sampling dengan besar sampel sejumlah 133
orang.
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no.17 Medan, kelurahan Kemenangan,
kecamatan Medan Tuntungan, kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit
ini berdiri sejak 21 Juli 1993 dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor HK.02.02/MENKES/390/2014 tanggal 17 Oktober 2014 telah
ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan nasional. Selain itu, RSUP Haji Adam
Malik Medan ini juga merupakan jenis rumah sakit umum kelas A dan rumah
sakit pendidikan, sehingga peneliti dapat melakukan penelitian di rumah sakit
ini. Penelitian ini dilakukan di sub bagian rekam medis RSUP HAM Medan
(Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, 2018).
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa data
rekam medis pasien yang berobat ke RSUP HAM Medan. Penelitian dilakukan
terhadap 1003 penderita kanker payudara yang datang ke RSUP HAM pada
tahun 2015-2017. Dari hasil pengumpulan data rekam medis RSUP HAM Medan
tahun 2015-2017, didapatkan total populasi penelitian yang mengalami
metastasis adalah sekitar 212 pasien (0.21%). Sampel yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 133 orang.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi sampel berdasarkan usia
Karakteristik usia Jumlah (n) Persentase (%)
26-35 7 5,3
36-45 52 39,1
46-55 52 39,1
56-65 18 13,5
>65 4 3,0
Pada tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa distribusi sampel berdasarkan usia
tertinggi ada pada kelompok usia 36-45 tahun dan 46-55 tahun masing-masing
sebanyak 52 orang (39,1%) dan jumlah terendah ada pada kelompok usia diatas
41
65 tahun (>65) dengan sampel berjumlah 4 orang (3,0%). Nilai rata-rata usia
(mean) dalam penelitian ini adalah 47,23 tahun (rentang= 28-75 tahun, modus= 41
tahun).
Pengaruh usia pada saat diagnosis kanker payudara pertama kali memegang
peranan yang penting karena terkait dengan mortalitas dan prognosis pasien.
Insidensi kejadian kanker payudara kini sudah bergeser menjadi lebih sering
terjadi pada kelompok usia muda (DeSantis et al, 2016). Hal ini dapat dikaitkan
dengan paparan polusi, estrogen, alkohol dan gaya hidup sedentari yang lebih
sering terjadi pada usia muda sehingga kelompok usia muda lebih cenderung
mengalami metastasis mulipel (lebih dari satu organ) (Liedtke et al, 2015 ; Inal et
al, 2014). Penelitian lain juga mengatakan bahwa imunitas yang masih tinggi
pada usia muda diketahui dapat berperan dalam terjadinya metastasis jauh
(neutrofil membantu kolonisasi kanker payudara pada sel parenkim paru) (Wculek
et al, 2015).
100 64
16 17
13
Jumlah (n) 10 7
5
3 3
2
1 1 1
1
Invasive Invasive Tubular Mucinous Medullary
Ductal Lobular Carcinoma Carcinoma Carcinoma
Carcinoma Carcinoma
Gambar 4.1 Distribusi frekuensi hasil histopatologi berdasarkan grade kanker payudara
40
30
20
Jumlah (n)
10
0
26-35 36-45 46-55 56-65 >65
Pada gambar 4.1, data pasien kanker payudara yang telah bermetastasis
berdasarkan hasil histopatologi dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok
pertama invasive ductal carcinoma berjumlah 97 orang (72,9%) dengan distribusi
grade rendah berjumlah 16 orang (12,0%), grade sedang berjumlah 64 orang
(48,1%), dan grade tinggi berjumlah 17 orang (12,8%). Invasive ductal carcinoma
paling banyak terjadi pada kelompok usia 36-45 tahun dan 46-55 tahun.
Kelompok kedua invasive lobular carcinoma berjumlah 11 orang (8,4%) dengan
distribusi grade rendah berjumlah 3 orang (2,3%), grade sedang berjumlah 5
orang (3,8%), dan grade tinggi berjumlah 3 orang (2,3%). Invasive lobular
carcinoma paling banyak terjadi pada kelompok usia 36-45 tahun. Kelompok
ketiga tubular carcinoma berjumlah 21 orang (15,9%) dengan distribusi grade
rendah berjumlah 7 orang (5,3%), grade sedang berjumlah 13 orang (9,8%), dan
grade tinggi berjumlah 1 orang (0,8%). Tubular carcinoma paling banyak terjadi
pada kelompok usia 36-45 tahun dan 46-55 tahun. Kelompok keempat mucinous
carcinoma yang terdistribusi pada grade sedang berjumlah 1 orang (0.8%) dan
paling banya terjadi pada kelompok usia 46-55 tahun, serta kelompok kelima
medullary carcinoma berjumlah 3 orang (2,3%) dengan distribusi grade sedang 1
orang (0,8%) dan grade tinggi 2 orang (1,5%). Medullary carcinoma sebanyak 3
orang (2,4%) terdistribusi merata pada tiga kelompok umur yaitu 36-45 tahun, 46-
55 tahun dan >65 tahun.
CrI 0.12-0.76) dan 10 mm (OR=0.32, 95% CrI 0.19-0.49) memiliki angka reduksi
yang hampir serupa sehingga reseksi yang lebih lebar tidak menunjukkan banyak
perbedaan dalam menurunkan risiko (Marinovich et al., 2016).
60
P
e 50
r 40
s
30
e
n 20
t
10
a
s 0
e
5.1. KESIMPULAN
50
5.2 SARAN
1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit, khususnya pihak rekam
medis, paramedis dan dokter untuk lebih melengkapi data-data yang
berkaitan dengan penyakit pasien terutama hasil histopatologi dan hasil
radiologi pasien kanker payudara di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik sehingga dapat membantu penelitian dari segi kuantitas
dan kualitas variabel.
2. Pada penelitian ini, peneliti hanya meneliti Gambaran lokasi metastasis
kanker payudara sesuai hasil histopatologi. Oleh karena itu, diperlukan
adanya penelitian yang lebih berkembang terkait hubungan hasil
histopatologi dengan gambaran metastasis.
3. Jika peneliti lain akan melakukan penelitian yang sama, sebaiknya
ditambahkan juga variabel subtipe histopatologi (ER,PR,HER2,dll),
pendataan follow-up berdasarkan jadwal kemoterapi setelah operasi,
pendataan metastasis dengan alat radiologi yang lebih canggih seperti CT
Scan atau PET Scan serta meningkatkan rentang waktu penelitian agar
sampel yang diperoleh lebih banyak dan akurasi hasil penelitian lebih
tinggi.
American Cancer Society, 2017. What is Breast Cancer. [Online] Available at:
http://www.cancer.org [Accessed 1 April 2018].
Char, D.H., Miller, T. & Kroll, S., 1997. Orbital metastases: diagnosis and
course. British Journal of Ophtalmology , 81, pp.386-90.
Egner, J.R., 2010. AJCC Cancer Staging Manual. JAMA, 304(15), p.1726.
52
Engstrøm, M.J. et al., 2014. Invasive lobular breast cancer: the prognostic
impact of histopatological grade, E-Cadherin, and moleculer subtype.
Histopahology, (66), pp.409-19.
Gulia, S., Khurana, S., Shet, T. & Gupta, S., 2016. Radiographically occult
intrasinusoidal liver metastases leading to hepatic failure in a case of breast
cancer. Case Report. Mumbai, India: BMJ Case Report Tata Memorial
Centre.
Hall, J.E., 2011. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th ed.
United States of America: Elsevier.
Inal, A.e.a., 2014. Pathologic and clinical characteristics of elderly patients with
breast cancer: a retrospective analysis of a multicenter study (Anatolian
Society of Medical Oncology). International surgery, 99, pp.2-7.
JA, F. et al., 2009. The role of HER2 in early breast cancer metastasis and the
origins of resistance to HER2-targeted therapies. Exp Mol Pathol, 87(1),
pp.1-11.
JL, K., P, H. & E, B., 2013. Breast cancer follow-up and management after
primary treatment: American Society of Clinical Oncology clinical practice
guideline update. J Clin Oncol, (31), pp.961-65.
Junsung, C., 2006. Imaging of Hepatic Metastases. Cancer Control, 13(1), pp.6-
12.
Khunamornpong, S., Suprasert, P., Chiangmai, W.N. & Siriaunkgul, S., 2006.
Metastatic tumors to the ovaries: a study of 170 cases in northern Thailand.
Int J Gynecol Cancer, 16(1), pp.132-38.
Levy, A.D., Shaw, J.C. & Sobin, L.H., 2009. Secondary Tumors and Tumorlike
Lesions of the Periotenal Cavity: Imaging Features with Pathologic
Correlation. RadioGraphics, 29(2), pp.347-73.
Loeser, A., 2015. The Insider's Guide to Metastatic Breast Cancer. United States.
Marinovich, M.L. et al., 2016. The Association of Surgical Margins and Local
Recurrence in Women with Ductal Carcinoma Treated with Breast
Conserving Therapy: A Meta-Analysis. Ann Surg Oncol, 23(12), pp.3811–
21.
Mendoza, E.S.R., Moreno, E. & Caguioa, P.B., 2010. Predictors of early distant
metastasis in women with breast cancer. J Cancer Res Clin Oncol, 139(4),
pp.645-52.
Morrow, M., 2014. Diagnosis and Management of Benign Breast Disease. In J.R.
Harris, M.E. Lippman, M. Morrow & C.K. Osborne, eds. Disease of The
Breast. 5th ed. China: Wolters Kluwer. pp.25-26.
Morrow, M., Burstein, H.J. & Harris, J.R., 2014. Malignant Tumors of the
Breast. In V.T. DeVita, T.S. Lawrence & S.A. Rosenberg, eds. Cancer
Principles & Practice of Oncology. 10th ed. United States of America:
Wolters Kluwer. p.2326.
Naidich, D.P., Srichai, M.B. & Krinsky, G.A., 2007. Computed tomography and
magnetic resonance of the thorax. 4th ed. United States of America:
Lippincott Williams & Wilkins.
Nasir, I.U.I. et al., 2017. Mucinous carcinoma of breast: a rare tumour with
favorable prognosis -10 years experience from a single centre. Jurnal of
Cancer and Allied Specialities, 3(1).
Osborne, M.P. & Boolbol, S.K., 2014. Breast Anatomy and Development. In J.R.
Harris, M.E. Lippman, M. Morrow & C.K. Osborne, eds. Disease of the
breast. 5th ed. China: Wolters Kluwer. pp.3-13.
Park, H. et al., 2014. Risk Factor for Distant Metastasis as a Primary Site of
Treatment Failure in Early-Stage Breast Cancer. Chonnam Medical
Journal, III(50), pp.96-101.
Patil, C.B. et al., 2015. Carcinoma breast related metastatic pleural effusion: A
thoracoscopic approach. Clin Cancer Investig J, (4), pp.633-36.
Peng, Y., Kong, C.S. & Chen, Y.-Y., 2013. Invasive Breast Carcinomas. In K.A.
Atkins & C.S. Kong, eds. Practical Breast Pathology: A Diagnostic
Approach. 1st ed. China: Elsevier. pp.147-210.
Phillips, J., Mehta, R.J. & Stavros, A.T., 2018. The Breast. In C.M. Rumack &
D. Levine, eds. Diagnostic Ultrasound. 5th ed. China: Elsevier. pp.760-67.
Pu, R., Li, Y. & Li, X., 2018. Severe Bilateral Breast Mucinous Carcinoma with
Bilateral Lungs and Cutaneous Metastasis: A Case Report and Literature
Review. Case Report. Chengdu, China: Hindawi West China Hospital of
Sichuan University.
Rakha, E.A. et al., 2010. Tubular Carcinoma of the Breast : Further Evidence to
Support its Excellent Prognosis. American Society of Clinical Oncology,
28(1), pp.99-104.
Rich, N.E. et al., 2015. Malignant Infiltration of the Liver Presenting as Acute
Liver Failure. Clinical Gastroenterology and Hepatology, 13(5), pp.1025-
28.
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, 2018. Tentang RSUP HAM.
[Online] Available at: rsham.co.id/tentang [Accessed 12 Desember 2018].
Sukardja, I.D.G., 2000. Onkologi Klinik. 2nd ed. Surabaya: Airlangga University
Press.
Vinayak, S., Gilmore, H.L. & Harris, L.N., 2014. Molecular Biology of Breast
Cancer. In V.T. DeVita, T.S. Lawrence & S.A. Rosenberg, eds. Cancer
Principles & Practice of Oncology. 10th ed. United States of America:
Wolters Kluwer. pp.2306-08.
NIM : 150100001
Riwayat Pendidikan : 1.
: TK Sekeloa Bandung (2002-2003)
2. SD Swasta Katolik Budi Murni-2 Medan
(2003-2009)
N Valid 133
Missing 0
Mean 47.23
Mode 41
Minimum 28
Maximum 75
RENTANG USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
RENTANG USIA
Tubular Carcinoma 1 9 9 2 0 21
Mucinous Carcinoma 0 0 1 0 0 1
Medullary Carcinoma 0 1 1 0 1 3
Total 7 52 52 18 4 133
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
GEJALA PENYERTA
Valid Cumulat
Frequenc Perce ive
y Percent nt Percent
Valid Hepatomegali 5 3.8 3.8 3.8
Efusi Pleura Unilateral 23 17.3 17.3 21.1
Hepatomegali dan Asites 2 1.5 1.5 22.6
Hepatomegali dan Efusi Pleura Unilateral 4 3.0 3.0 25.6
Tidak Ada 64 48.1 48.1 73.7
Efusi Pleura Unilateral dan Hidropneumotoraks 1 .8 .8 74.4
Pneumonia 2 1.5 1.5 75.9
Hepatomegali dan Nefrolitiasis Multipel 1 .8 .8 76.7
Multipel Kolelitiasis 1 .8 .8 77.4
Kista pada ginjal kiri 1 .8 .8 78.2
Efusi Pleura Unilateral dan Atelektasis Total
2 1.5 1.5 79.7
Paru
Efusi Pleura Unilateral dan Pneumonia 1 .8 .8 80.5
Kardiomegali 10 7.5 7.5 88.0
Efusi Pleura Unilateral dan Kardiomegali 4 3.0 3.0 91.0
Efusi Pleura Bilateral dan Kardiomegali 1 .8 .8 91.7
Fatty Liver 2 1.5 1.5 93.2
Efusi Pleura Bilateral dan Dilatasi Aorta 1 .8 .8 94.0
Hepatomegali dan Efusi Pleura Bilateral 1 .8 .8 94.7
Kardiomegali dan aorta dilatasi 1 .8 .8 95.5
Spondylosis Servikalis 1 .8 .8 96.2
Aterosklerosis Aorta 1 .8 .8 97.0
Fatty Liver dan Efusi Pleura Unilateral 1 .8 .8 97.7
Efusi Pleura Bilateral 3 2.3 2.3 100.0
Total 133 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
METASTASIS TULANG
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
METASTASIS HATI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent