Anda di halaman 1dari 4

Infeksi Tuberkulosis Anak

Dr Dhian

1. Epidemiologi TB
A. TB banyak tjd pada: anak <5th krn kurang imun, krn kontak dg sumber penularan (lacak
rantai penularan), banyak TB paru tp BTA - /tdk bisa diperiksa sputum (krn sulit dpt sampel)
B. Jumlah kasus pd puskesmas sedikit krn tdk ada Mantoux test & RO, tdk PD mendiagnosis TB
C. Jumlah kasus pd RS byk, cenderung overdiagnosis,dasar terapi tdk akurat (LED, jmlh limfosit)
2. Pathogenesis & Patofis1

3. Tahapan Tb pada anak

Terpajan TB/ sehat Infeksi TB Sakit TB


Gejala X, PF N, tuberculin /PPD Gejala X, PF N, Gejala +, PF biasanya TN, rontgen & BTA
(purified protein derivate) (-), tuberculin/ PPD (+), (+/-), PPD (+) (90%) imun terlalu ↓ shg
rontgen (-) rontgen (-) tdk berespon,
4. Diagnosis TB Anak didasarkan pada 4 hal
Konfirmasi bakteriologis TB (BTA/TCM +), gejala klinis khas TB, bukti infeksi TB (tuberculin +
atau kontak erat dg pasien TB), gambaran foto toraks sugestif TB
5. Anamnesis:
A. Gejala:
a. Batuk >2minggu: tdk membaik dg obat non TB (antibiotic/anti asma/dll)
b. Demam >2minggu: tdk membaik dg antibiotika/antimalaria (sesuai indikasi)
c. BB tdk naik/turun dlm 2 bln terakhir (makan susah kasih makan BB tetap TB)
d. Lesu & tdk aktif
B. Kontak erat: seberapa erat, kapan kontak, BTA sumber penularan +/- (kalau tdk bisa
diidentifikasi, tanya apakah batuk lama. Jika ya cek TB)
6. PF: suhu & frek napas, tanda distress napas, pembesaran nnll cervical, perkusi dan auskultasi
biasanya normal (kelainan pd TB paru berat/efusi pleura TB)
7. PP:
A. Px bakteriologis (BTA, kultur sputum (3 bln), TCM (2 jam. Sensitivitas tinggi)
a. Sulit dpt hasil BTA & kultur + krn pengambilan sputum sulit. Cara: berdahak langsung
(inspirasi 3x tahan batukkan), bilas lambung, induksi sputum
b. TB ekstraparu: aspirasi KGB, LCS
B. Uji tuberculin (jika uji + = terinfeksi. Jika uji + & bergejala= sakit)
a. Suntik 0.1ml PPD RT 23 intracutan di volar lengan bawah sampai ada bendungan
tunggu 48-72 jam post injeksi raba-tandai-ukur bendungan interpretasi
b. Interpretasi +: diameter indurasi ≥ 10mm ; pd imunokompromais d ≥ 5mm
C. Foto toraks dada
a. Tersering: pembesaran kel hilus, biasanya asimetri.
b. Tdk bisa digunakan sbg evaluasi krn thorax tdk kembali walau sdh sembuh (kec TB miler
& efusi harus diberi tatlak). Lakukan evaluasi dari klinis pasien
c. Gambaran foto toraks: limfadenopati hilus/paratrakeal, atelectasis, konsolidasi, milier,
lesi gohn peripheral, efusi pleura, kalsifikasi, kavitas, emfisema obstruktif
D. Px lab: LED, jmlh limfosit, px serologis tdk digunakan
8. System skoring TB anak IDAI

Kontak Mantou BB (KMS) Dema Batuk Limfadenopati colli, Tulang Foto


x / TST m aksila, inguinal sendi thorax
1 BB ≥2 ≥2 mgg Nodus ≥1 , ≥1cm, tdk Bengka Suges
kurang mgg nyeri k tif
2 Terlapo Malnutris
r, BTA i berat
(-)
3 BTA + +
Interpretasi: skor ≥ 6=diagnosis TB ; skor 4 = dirujuk ke RS ; skor ≤5 BTA + = profilaksis INH

9. Alur diagnosis TB anak

10. Klasifikasi pasien TB


A. Berdasarkan riwayat pengobatan
a. Pasien baru: blm pernah dpt obat TB sebelumnya/pernah konsumsi OAT <1 bulan
b. Pasien yg pernah diobati: konsumsi OAT ≥1 bln
a) Pasien kambuh: pernah dinyatakan sembuh/pengobatan lengkap & sakit TB lagi
b) Pasien yg diobati kembali setelah gagal: pernah diobati & dinyatakan gagal
c) Pasien yg diobati kembali setelah putus berobat: pernah diobati & lost to follow up
c. Pasien yg riwayat pengobatan sebelumnya tdk diketahui
B. Berdasarkan hasil px uji kepekaan obat
a. Monoresisten: resisten thd salah satu OAT lini 1
b. Poli resisten: resisten thd >1 OAT lini 1 selain isoniazid dan rifampisin
c. Resisten rifampisin (TB RR): resisten thd rifampisin dg/tanpa resistensi dg OAT lain
d. Multi drug resisten: resisten isoniazid & rifampisin
e. Extensive drug resisten (TB XDR): TB MDR yg jg resisten thd salah satu OAT gol
fluorokinolon & OAT lini 2 injeksi (kanamisin/kapreomisin/amikasin)
11. Tatlak
A. Tujuan: menyembuhkan, cegah kematian/kecacatan, cegah kekambuhan, cegah resistensi
obat, cegah transmisi TB & reservasi sumber infeksi
B. Prinsip: OAT diberi dlm paduan obat, pengobatan tiap hari, pemberian gizi adekuat, cari &
tatlak penyakit penyerta
C. Paduan OAT
a. 2HRZ 4HR: TB paru BTA -, TB kelenjar, efusi pleura TB
b. 2HRZE 4HR: TB paru BTA +, TB paru dg kerusakan luas, TB ekstraparu
c. 2HRZE 10HR: TB tulang/sendi, TB milier, TB meningitis
d. Biasanya pd anak >5kg obat diberikan dalam kombinasi dosis tetapi/KDT. Ketentuan:
Dosis menyesuaikan BB, harus utuh, a.c, jika INH+rifampisin tdk blh >10mg/kgBB/hari
D. Pemberian kortikosteroid
a. Indikasi: TB meningitis, endobronchial TB, pericarditis TB, TB milier dg ggn napas berat,
efusi pleura, TB abdomen dg asites
b. Obat: prednisone 2-4mg/kg/hari dosis max 60mg/hari selama 4 minggu. Lakukan
E. Pemantauan pengobatan pasien TB anak
a. Pemantauan fase intensif 2 minggu sekali, fase lanjutan sebulan sekali utk cek alergi,
ESO, respon pengobatan, toleransi, kepatuhan minum obat)
b. Pasien TB anak BTA + pemantauan sputum pd akhir bulan 2,5,6 & tdk rutin rontgen
F. Pengobatan ulang TB anak
a. Pengobatan ulang dari awal diberikan pd pasien yg tdk minum obat >2 minggu di fase
intensif atau >2 bulan di fase lanjutan & menunjukkan gejala TB (berisiko TB RO)
b. Pd anak yg pernah berobat TB dilakukan evaluasi dg sis skoring/dahak +  kambuh
G. Hasil: sembuh, pengobatan lengkap, gagal, meninggal, loss to follow up, tdk dievaluasi
12. Terapi pencegahan TB
A. Tujuan: ↓ beban TB pd anak, ↓ risiko TB pd anak di masa datang dg diberi pengobatan
pencegahan selama 6 bulan. Terapi: 6H atau 3 RH atau 3 HP (rifapentine & INH)
B. Indikasi: kontak dg TB dengan usia kurang 5th, HIV +, imunokompromais (gizi buruk, DM, CA,
kortikosteroid jangka panjang, transplantasi organ)
C. Obat & dosis Pengobatan pencegahan isoniazid (PP INH)
a. Kontak dg pasien TB sensitif: 10mg/kgBB (max 300mg/hari) 1x sehari, a.c
b. Gizi buruk & HIV: vit B6 10mg utk INH ≤200mg/hari dan 2x10mg utk INH >200mg/hari
c. Evaluasi muncul gejala: pantau gejala, pantau BB, periksa nnll & gejala TB
C. TPT pd anak kontak pasien TB resisten obat
a. Prinsip sama tp perbedaannya: pakai obat etambutol & levofloxacin 6 bln, pemantauan
ESO lebih ketat, evaluasi klinis tiap bulan selama 2 tahun setelah terpanjan
b. Curiga anak TB RO?
a) Kontak erat dg pasien TB RO, pasien meninggal krn TB, gagal pengobatan, tdk patuh
b) Tdk membaik setelah pengobatan OAT lini 1 selama 2-3 bln, pernah pengobatan TB
6-12 bln sebelumnya, anak dg TB-HIV yg tdk respons thd pemberian OAT
c. Anak yg kontak dg pasien TB RO
a) Dirujuk jika: bergejala periksa sputum dg TCM, uji kepekaan obat. Jika tdk TB
tentukan ingin melakukan observasi atau pencegahan
b) Pengobatan pencegahan: levofloxacin 15 mg/kgBB/hari, etambutol 15-25
mg/kgBB/hari, LFX tablet 250mg & E tablet 400mg. obat diminum 1-2 jam a.c
c) Jika anak tdk bergejala harus diobservasi setiap bulan selama 2 tahun
1. Sumber: 1((99) Patofisiologi TBC I Tuberculosis Paru I Pathway - YouTube Fikri Nabiha 2 Jan 2021)

Anda mungkin juga menyukai