Anda di halaman 1dari 64

Penemuan Kasus TB

Resisten Obat
Workshop TB RO
Kota Makassar, 17 Oktober 2019
dr. Fenni
Technical Officer IO DPPM
Pokok Bahasan 1:
Strategi Penemuan Pasien TB

Penemuan Pasien TB secara Penemuan Pasien TB Aktif


Pasif Intensif dan/atau Masif Berbasis Keluarga
dan Masyarakat

Jejaring layanan: Penemuan pasien TB di luar


• Merupakan bagian dari fasyankes
kegiatan PPM. Investigasi Kontak  pada
• Penguatan jejaring layanan 10-15 orang kontak erat
antar fasyankes pasien TB
• Fasyankes yang tidak Penemuan di tempat
memiliki TCM merujuk ke khusus
fasyankes yg punya alat Penemuan di populasi
TCM berisiko
Pokok Bahasan 1:
Strategi Penemuan Pasien TB

Penemuan Pasien TB secara Penemuan Pasien TB Aktif


Pasif Intensif dan/atau Masif Berbasis Keluarga
dan Masyarakat

Kolaborasi Layanan : Penemuan aktif berbasis


• Kegiatan integrasi dan keluarga dan masyarakat
kolaborasi penemuan Penemuan aktif berkala:
pasien TB ke layanan kes oleh FKTP di kantung TB
lain di fasyankes (klinik Skrining massal: penemuan
lansia, klinik berhenti aktif tahunan di wilayah
merokok dll) yang penemuan kasusnya
• Penjaringan melalui rendah
penapisan batuk oleh
petugas registrasi
Pokok Bahasan 1: Strategi Penemuan Pasien TB

Investigasi kontak

• Kolaborasi antara pemberi layanan kesehatan dengan


potensi kesehatan masyarakat
• 10 - 15 orang kontak erat pasien TB
• Kontak erat : orang yang tinggal serumah (kontak
serumah) maupun orang yang berada di ruangan yang
sama dengan pasien TB aktif (index cases) sekurang-
kurangnya 8 jam minimal satu bulan berturutan
Pokok Bahasan 2:
Definisi Kasus

• Dasar: hasil pemeriksaan bakteriologis TB


• Definisi Pasien TB:
1. Pasien TB Terkonfirmasi Bakteriologis
a. Pasien TB Paru BTA Positif
b. Pasien TB Paru hasil biakan MTb positif
c. Pasien TB Ekstra Paru terkonfirmasi bakteriologis  BTA, Biakan,
Tes Cepat Molekuler
d. TB Anak terdiagnosis secara bakteriologis

Catatan : semua pasien yang memenuhi definisi tersebut di atas harus


dicatat dan dilaporkan tanpa memandang apakah pengobatan
TB sudah dimulai atau belum
Pokok Bahasan 2:Definisi Kasus

2. Pasien TB Terdiagnosis secara Klinis


a. Pasien TB Paru BTA negatif atau TCM negatif dengan hasil foto
toraks mendukung TB

b. Pasien TB Paru BTA negatif atau TCM negatif tidak ada


perbaikan paska pemberian antibiotik non OAT & faktor risiko
TB

c. Pasien TB ekstra Paru terdiagnosis secara


klinis/laboratoris/histopatologis tanpa ada konfirmasi
bakteriologis

d. TB Anak terdiagnosis dengan sistem skoring


Pokok Bahasan 2:Definisi Kasus

Catatan:
• Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudian
terkonfirmasi bakteriologis positif (baik sebelum maupun
setelah memulai pengobatan) harus diklasifikasi ulang
sebagai pasien TB terkonfirmasi bakteriologis.

• Pasien yang mendapatkan pengobatan pencegahan TB


tidak termasuk definisi kasus TB sehingga tidak dilaporkan
dalam laporan penemuan kasus TB.
Pokok Bahasan 3:
Penegakan Diagnosis TB

Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan:


1. Keluhan,
2. Hasil anamnesis,
3. Pemeriksaan klinis,
4. Pemeriksaan labotarorium; dan
5. Pemeriksaan penunjang lainnya.
Pokok Bahasan 3:Penegakan Diagnosis TB

Identifikasi Terduga TB:

Skrining Gejala
• Gejala Utama: batuk berdahak 2 minggu atau lebih
• Gejala Tambahan: dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak napas dan rasa nyeri dada, badan
lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun,
rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat
pada malam hari tanpa kegiatan, demam meriang
yang berulang lebih dari sebulan

Skrining Radiologis
• Bisa juga diperoleh dari hasil evaluasi pemeriksaan
foto toraks. Semua kelainan yang tidak diketahui
penyebabnya yang mendukung ke arah TB harus
dievaluasi TB
Pokok Bahasan 3:Penegakan Diagnosis TB

Selain identifikasi pada orang dengan gejala tersebut,


perlu dipertimbangkan pula pemeriksaan pada orang
dengan faktor risiko TB, seperti:
• Orang yang kontak erat dengan pasien TB.
• Kelompok berisiko (ODHA, penderita DM, pasien yang
memiliki penyakit paru selain TB seperti Bronkitis,
Bronkiektasis, Bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan
lain-lain).
• Populasi khusus (Lapas, Rutan, tempat kerja, pondok
pesantren, asrama, dan institusi pendidikan) dan
tempat berisiko (tempat padat penduduk, pengungsian,
dan daerah kumuh).

Orang yang memiliki faktor risiko dan memiliki gejala


tambahan meski tanpa batuk berdahak > 2 minggu
TB Pada Anak
Pokok Bahasan 3:Penegakan Diagnosis TB

Identifikasi Terduga TB Anak

• Gejala klinis TB pada anak: gejala sistemik/umum atau sesuai


organ terkait.

• Gejala umum TB pada anak:


1) Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
atau terjadi gagal tumbuh (failure to thrive).
2) Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab
yang jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih,
malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi.
Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB
pada anak.
3) Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain
Epidemiologi TB pada anak
• Sebagian besar kasus terjadi pada anak umur < 5 tahun

• Sebagian besar penyakit terjadi dalam 2 tahun setelah


kontak dengan sumber penularan

• Sebagian besar kasus TB pada anak adalah TB paru,


bukan ekstra paru
– Sebagian besar BTA negatif atau tidak dilakukan pemeriksaan
BTA sputum
– BTA positif biasanya ditemukan pada anak yang lebih tua
ALUR
DIAGNOSA

TB ANAK
Anak dengan satu atau lebih gejala khas TB:
 Batuk ≥ 2 minggu
ALUR DIAGNOSIS  Demam ≥ 2 minggu
TB ANAK 2016  BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
 Malaise ≥ 2 minggu
(1) Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi
yang adekuat

Pemeriksaan mikroskopis/
tes cepat molekuler (TCM) TB

Positif Negatif Spesimen tidak dapat diambil

Ada akses foto Tidak ada akses foto


TB anak rontgen toraks rontgen toraks dan uji
terkonfirmasi dan/atau uji tuberkulin
bakteriologis tuberkulin*)

Terapi OAT
ALUR
D I AG N O S I S
TB ANAK
2016 Ada akses foto
Tidak ada akses foto
rontgen toraks
rontgen toraks dan uji
(II) dan/atau uji
tuberkulin
tuberkulin*)

Berkontak dengan Tidak ada/ tidak


pasien TB paru jelas berkontak
**Kontak TB Paru Dewasa dan dewasa ** dengan pasien TB
Kontak TB Paru Anak paru dewasa
terkonfirmasi bakteriologis

Observasi gejala
selama 2 minggu

Menetap Menghilang

TB anak klinis
Bukan TB

Terapi OAT
ALUR
D I AG N O S I S
TB ANAK
2016 Ada akses foto rontgen Tidak ada akses foto
toraks dan/atau uji rontgen toraks dan uji
(III) tuberkulin tuberkulin

Skoring sistem

Skor ≥6 Skor <6

Uji tuberkulin(+) Uji tuberkulin (-) DAN


DAN/ATAU tidak ada kontak TB
**Kontak TB Paru Dewasa dan
Kontak TB Paru Anak terkonfirmasi
ada kontak TB paru dewasa
bakteriologis paru dewasa **
Observasi gejala
selama 2 minggu,

TB anak klinis
Menetap Menghilang
Terapi OAT
Bukan TB
Pokok Bahasan 3:Penegakan Diagnosis TB
Diagnosis TB Anak – Sistem Skoring

Parameter 0 1 2 3
KontakTB Tidak jelas - Laporan keluarga, BTA BTA(+)
(-)/BTA tidak
jelas/tidaktahu
Uji tuberculin Negatif - - Positif (≥10 mm atau ≥5
(Mantoux) mm pada
imunokompromais)

Berat Badan/ Keadaan Gizi - BB/TB<90% atau Klinis gizi buruk atau -
BB/U<80% BB/TB<70%
atau BB/U<60%
Demam yang tidak diketahui - ≥2 minggu - -
Penyebabnya

Batuk kronik - ≥3 minggu - -


Pembesaran kelenjar limfekolli, - ≥1 cm, lebih dari 1 - -
aksila, inguinal KGB,tidak nyeri
Pembengkakan tulang/sendi - Ada pembengkakan - -
panggul, lutut, falang

Foto toraks Normal/Kelainan tidak Gambaran - -


jelas (mendukung) TB
Alternatif Paduan Pencegahan Iltb
Kriteria Terduga TB RO pada Anak
Gejala TB dengan salah satu atau lebih kriteria berikut:
1.Riwayat pengobatan TB 6-12 bulan sebelumnya
2.Kontak erat dengan pasien TB RO (bisa kontak serumah, di sekolah, di tempat penitipan anak,
dsb)
3.Kontak erat dengan pasien yang meninggal akibat TB, gagal pengobatan TB atau tidak patuh
dalam pengobatan TB
4.Tidak menunjukkan perbaikan (hasil pemeriksaan dahak dan atau kultur yang masih positif,
gejala tidak membaik atau tidak ada penambahan berat badan) setelah pengobatan dengan OAT
lini pertama selama 2-3 bulan
5.Anak dengan TB-HIV yang tidak respons terhadap pemberian OAT
Anak yang berkontak
“Alur dengan Kasus Indeks TB RO
investigasi
Gejala TB
kontak
pasien TB Satu atau lebih gejala Tidak ada gejala
RO”
Pemeriksaan TCM

Mtb Mtb Sensitif Mtb


Resistan Rifampisin Negatif
Rifampisin (SR)
(RR)
Foto toraks, uji tuberkulin

TB (+) TB (-)

Pengobatan
Observasi
pencegahan
OAT RHZE,
Tatalaksana OAT lini
konfirmasi ulang
TB RO Anak pertama setelah 2 bulan
Alur Diagnosis TB RO pada Anak
TERDUGA TB RO ANAK

PemeriksaanTCM TB

TB resisten rifampisin TB sensitif rifampisin MTB not detected

Kondisi klinis stabil Kondisi klinis tidak


pengobatan TB MD standar, OAT RHZE
tanpa ada kegawatan stabila) atau ada
Lakukan biakan dan uji
gejala TB berat b)
kepekaan obat
Observasi gejala klinis
Foto toraks sesuai indikasi Pertimbangkan
Sesuaikan paduan OAT
pengobatan secara
berdasarkan hasil uji empirisc)
Gejala menetap
kepekaan obat Lakukan biakan dan
uji kepekaan obat
OAT lini 1, biakan dan uji kepekaan
Hasil Uji Kepekaan
Obat, Obsevasi gejala klinis
Obat : Resisten (+)
Gejala Menetap
Biakan tidak tumbuh atau memberat

Klinis membaik Lanjutkan OAT Lini 1


Tuberkulosis Resisten Obat
DEFINISI DAN JENIS TB RO
▪ Multi Drug Resistance (MDR): Resistan terhadap isoniazid dan
rifampisin, dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain, misalnya
resistan HR, HRE, HRES.

▪ Extensively Drug Resistance (XDR):TB MDR disertai resistansi terhadap


salah salah satu obat golongan fluorokuinolon dan salah satu dari OAT
injeksi lini kedua (capreomisin, kanamisin dan amikasin).

▪ Resistan Rifampisin (TB RR): Resistan terhadap rifampisin


(monoresistan, poliresistan) yang terdeteksi menggunakan metode
fenotip atau genotip dengan atau tanpa resistan OAT lainnya.
PENEMUAN KASUS TB RESISTEN OBAT

• Pemeriksaaan TCM sesuai alur Penegakan Diagnosa Terduga


TB dan Terduga TB RO

• Investigasi Kontak
Investigasi kontak

• 10 - 15 orang kontak erat pasien TB


• Investigasi kontak dilaksanakan untuk semua pasien TB
aktif dewasa untuk mendeteksi secara dini
kemungkinan penularan kepada kontak serumah atau
kontak eratnya
• Investigasi kontak pasien TB anak yang ditemukan
untuk mencari sumber penularan
• Investigasi kontak harus dicatat dan dilaporkan baik
(kartu pengobatan pasien TB maupun register
pemeriksaan kontak)
semua pasien TB yang merupakan kasus pertama
Kasus yang ditemukan di suatu rumah atau tempat-tempat
lain (kantor, sekolah, tempat penitipan anak,
indeks lapas/rutan, panti, dsb).

orang yang terpajan/berkontak dengan kasus indeks,


misalnya orang serumah, sekamar, satu asrama, satu
Kontak tempat kerja, satu kelas, atau satu
penitipan/pengasuhan

orang yang tinggal serumah minimal satu malam, atau


Kontak sering tinggal serumah pada siang hari dengan kasus
serumah indeks dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus indeks
mulai mendapat obat anti tuberkulosis (OAT).

orang yang tidak tinggal serumah, tetapi sering


Kontak bertemu dengan kasus indeks dalam waktu yang
cukup lama, yang intensitas pajanan/berkontaknya
erat hampir sama dengan kontak serumah.
IDENTIFIKASI TERDUGA TB RESISTAN OBAT

Terduga TB-RO adalah pasien yang memiliki risiko tinggi resistan terhadap OAT, yaitu
pasien yang mempunyai gejala TB yang memiliki riwayat satu atau lebih di bawah ini:

1) Pasien TB gagal pengobatan Kategori 2.


2) Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan pengobatan.
3) Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar serta
menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua paling sedikit selama 1 bulan.
4) Pasien TB gagal pengobatan kategori 1.
5) Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah 2 bulan pengobatan.
6) Pasien TB kasus kambuh (relaps), dengan pengobatan OAT kategori 1 dan kategori
2.
IDENTIFIKASI TERDUGA TB RESISTAN OBAT

7) Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai berobat/default).


8) Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB RO
(warga binaan yang ada di Lapas/Rutan, hunian padat seperti asrama,
barak, buruh pabrik).
9) Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara bakteriologis maupun
klinis terhadap pemberian OAT

Pasien dengan risiko rendah TB-RO:


Kasus TB RO dapat juga dijumpai pada kasus TB baru, sehingga pada
kasus ini perlu juga dilakukan penegakan diagnosis dengan TCM TB jika
fasilitas memungkinkan.
Pada kelompok ini, jika hasil pemeriksaan tes cepat memberikan hasil
TB RR, maka pemeriksaan TCM TB perlu dilakukan sekali lagi untuk
memastikan diagnosis ditegakan berdasarkan hasil pemeriksaan ke 2.
ALUR RUJUKAN TERDUGA / CONTOH UJI TB RO
ALUR RUJUKAN TERDUGA / CONTOH UJI TB RO
ALUR RUJUKAN TERDUGA / CONTOH UJI TB RO
ALUR RUJUKAN TERDUGA / CONTOH UJI TB RO
Jenis Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Keterangan


Bakteriologis Pemeriksaa Dahak Mikroskopik Langsung
Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB
Penunjang Lain Pemeriksaan Foto Toraks
Pemeriksaan Histopatologi pada kasus terduga TB Ekstra Paru

Uji Kepekaan Obat Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
resistensi M.tb terhadap OAT.
Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di laboratorium
yang telah lulus uji pemantapan mutu/Quality Assurance (QA),
dan mendapatkan sertifikat nasional maupun internasional.

Pemeriksaan serologis Sampai saat ini belum direkomendasikan


CSF, jar.biopsi,
bilasan lambung &
aspirasi cairan
lambung
Alur Diagnosis TB Paru pada orang Dewasa
Alur Diagnosis TB Paru pada orang Dewasa 1
sesuai permenkes No. 67/2016 Terduga TB

Pasien baru
Tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak erat dgn TB RO,
pasien dgn HIV (-) atau tidak diketahui

Pemeriksaan Klinis & Bakteriologis dengan Mikroskop atau TCM

TIDAK memiliki akses untuk MEMILIKI akses untuk TCM


TCM TB TB
Pemeriksaan mikroskopis BTA
(S - P/ S - S)

(--) (++)
tidak bisa dirujuk
(+ -)

Foto Thorax Terapi Antibiotika Non OAT


TIDAK ada perbaikan
TIDAK mendukung Ada perbaikan
Gambaran klinis
klinis,
TB
mendukung TB ada faktor resiko TB, &
BUKAN TB, cari atas pertimbangan
kemungkinan penyebab dokter
lain
TB terkonfirmasi
TB terdiagnosa KLINIS BAKTERIOLOGIS

PENGOBATAN OAT LINI I


Alur Diagnosis TB Paru pada orang Dewasa
sesuai permenkes No. 67/2016 2
Terduga TB

Pasien baru
Tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak Pasien dengan riwayat pengobatan TB, riwayat
erat dgn TB RO, pasien dgn HIV (-) atau tidak diketahui kontak erat dgn TB RO, pasien dgn HIV (+)

MEMILIKI akses untuk TCM


TB

Pemeriksaan TCM TB

ERROR,
MTB Positif MTB Positif MTB Negatif RIF
Rifampisin RESISTAN INDETERMINAT
Rifampisin Sensitif E
Foto Thorax, ikuti alur
pem. mikroskopis
TB terkonfirmasi
BAKTERIOLOGIS
TB RR dengan BTA(-)

MULAI pengobatan TB RO, ULANGI PEM.


Lakukan pem C/DST Lini I & II TCM
PENGOBATAN OAT
LINI I
TB RR TB Pre
TB MDR TB XDR
XDR

Lanjutkan pengobatan Pengobatan TB RO dengan


TB RO paduan baru
Komunikasi Informasi Edukasi

Komunikasi Komunikasi
Efektif Motivasi
1. KIE pada pasien dan keluarga pasienTB (1)

Semua informasi terkait TB harus disampaikan pada pasien


dengan maksud terjadi peningkatan pengetahuan dan
perubahan sikap dan perilaku untuk menimbulkan motivasi
pasien untuk menyelesaikan pengobatan menuju
kesembuhan.

Informasi yang diberikan secara bertahap kepada pasien TB,


dimulai sejak pertemuan awal, pada setiap kunjungan
mengambil obat, dan sampai pasien menyelesaikan
pengobatannya
1. KIE pada pasiendan keluarga pasienTB (2)

Pesan yang perlu dikomunikasikan pada Tahap awal:


 Apa itu TB
 TB dapat disembuhkan
 Kesediaan menjalankan pengobatan
 Bagaimana mencegah penularan TB
 Pemeriksaan kontak serumah
 Perlunya PMO
 Menjelaskan paduan pengobatan
 Pemeriksaan lanjutan pada akhir tahap awal
 Kemungkinan yang terjadi selama pengobatan dan
tindakan yang harus dilakukan
 PHBS pasien TB
1. KIE pada pasiendan keluarga pasienTB (3)

Pesan yang perlu dikomunikasikan pada Tahap Lanjut:

• Efek samping obat


• Jenis, warna kemasan, jumlah dan frekuensi obat
• Pentingnya kepatuhan pasien
• Apabila pasien hanya menelan sebagian obat atau berhenti
menelan obat
• Pentingnya pemeriksaan dahak, frekuensi dan arti hasil
pemeriksaan
• PHBS
2. KM pasienTB

Peran keluarga:
 Memotivasi pasien untuk menjalani pengobatan
sampai sembuh
 Mendampingi dan memberikan dukungan moral
 Mengingatkan pasien datang ke faskes untuk
mendapatkan obat dan periksa ulang dahak
sesuai jadual (koordinasi dengan PMO)
 Menemukan dan mengenali gejala-gejala efek
samping obat
2. KM pasienTB

a) Saat kunjungan pertama setelah pasien didiagnosis TBC:

• Apa itu TBC (penyebab & gejala) • Etika batuk


• TBC dapat disembuhkan • Pentingny pem. dahak ulang secara
teratur
• Pengobatan TBC • Pentingnya PHBS bagi pasien & keluarga
• Keteraturan menelan obat sampai tuntas • Stop merokok & minum alkohol bagi
sesuai anjuran dokter pasien
• Efek samping obat, kapan dan ke mana • membersihkan rumah & lingkungan
harus mencari pertolongan
• Pentingnya pengawasan keteratutan • olahraga bagi pasien
menelan obat
• Penularan TBC • konseling dan perbaikan gizi pasien
• Pencegahan Penularan TBC • tidak diperlukan diet khusus, memisahkan
dan mensterilkan alat makan pasien
2. KM pasienTB

b) Kunjungan berikutnya selama masa pengobatan:


• Ulangi pesan seperti pada kunjungan awal
(Jangan berikan terlalu banyak informasi pada satu
kunjungan)
• Yakinkan keluarga tentang pentingnya pengobatan
sampai selesai.
• Jika seorang pasien tidak datang untuk mengambil obat
atau tampak tidak bersemangat, petugas kesehatan dapat
mencari tahu lewat anggota keluarga apa yang menjadi
masalah dan turut mencari solusi sesuai kebutuhan dan
kemampuan
2. KM pasienTB

Pesannya sama seperti pada pasien TB Sensitif Obat,


namun penekanan pada Pencegahan Penularan Infeksi:
1. Selalu memakai masker
2. Etika batuk dengan menyediakan tempat berdahak
3. Hindari bersama pasien dalam ruangan tertutup
tanpa ventilasi selama masih menular (hasil biakan
masih positif)
2. KM pasienTB

Hal-hal yang perlu disampaikan pada pasien TB RO


1. Informed consent atau inform refusal

2. Pengobatan TB RO:
a) tempat pengobatan
b) jenis dan cara menelan obat
c) lama pengobatan
d) efek samping obat
e) evaluasi kemajuan pengobatn
f) sistem rujukan
g) pencegahan penularan
2. KM pasienTB

Petugas Kesehatan dan lingkungan sekitarnya


 Pasien TB RO jangan dikucilkan.
 TB RO menular, namun pencegahan dapat dilakukan dengan
etika batuk dan pengobatan sedini mungkin.
 Pasien TB RO butuh dukungan psikologis dan sosial untuk
mendukung keberhasilan pengobatan.
 Kesembuhan pasien TB RO penting untuk memutus rantai
penularan.
 Lamanya pengobatan, beratnya efek samping serta dampak
sosial yang timbul, membuat pasien TB RO sangat butuh
dukungan lingkungan sekitarnya.

Catatan :
Penyampaikan informasi tentang penyakit TB RO ke lingkungan tempat
tinggal atau tempat kerja pasien, perlu persetujuan tertulis dari pasien
KM pasienTB

Pesan kepada pasien TB RO di akhir pengobatan


1. Sembuh atau pengobatan lengkap
• kontrol dahak setiap 6 bulan setiap 2 tahun
• segera datang ke RS bila ada gejala pada pasien/kontaknya
meskipun belum tiba jadual periksa 6 bulanan
2. Pengobatan gagal
• alasan penghentian pengobatan saat ini
• butuh dukungan dan konseling keluarga
• rencana pengendalian infeksi yang perlu dilakukan dalam
mencegah penularan
3. Memastikan pasien patuh melakukan kunjungan lanjutan
setelah akhir pengobatan
4. Waspadai timbulnya gejala pada pasien atau kontak pada saat
monitoring akhir pengobatan
Komunikasi Motivasi

• Teknik komunikasi yang bersifat mengarahkan, berpusat pada pasien


untuk memperoleh perubahan perilaku dengan cara membantu pasien
menggali dan mengatasi sikap mendua (ambivalensi) dalam membuat
Pengertian keputusan

• Mengarahkan percakapan agar pasien dapat mengungkapkan lebih


banyak mengenai keinginan untuk berubah berdasarkan nilai-nilai dan
Tujuan keyakinan mereka

• Empati
• Hindari Perdebatan
• Memberikan gambaran dua situasi berbeda
Prinsip • Memampukan pasien membuat keputusan
Memampukan
Menunjukan Hindari Memberikan gambaran Pasien
Empati Perdebatan dua situasi berbeda Membuat
Keputusan

membimbing pasien untuk pasien dibantu


kemampuan dengan
memberikan gambaran untuk membuat
seseorang untuk memahami dan
tentang kondisi berbeda keputusan yang
mengenali dan mengetahui alasan
yang akan terjadi (positif lahir dari dirinya
memahami mengapa pasien
dan negatif) bila pasien sendiri, bukan
perasaan orang mengambil
mengambil keputusan lahir dari petugas
lain. keputusan tersebut
untuk berubah atau tidak. kesehatan
Keterampilan Kunci Komunikasi Motivasi

Refleksi – menyatakan kembali perkataan


pasien dengan kata-kata yang sama (membeo) atau
atau penekanan terhadap apa yang dikatakan
pasien
Peneguhan (afirmasi) –
Melihat sisi positif
Pertanyaan – Terbuka,
Tertutup dan Mengarahkan
Bertanya-Beritahu-Bertanya
(Ask-Tell-Ask) – Memberi Informasi dan Saran
Refleksi – Mengulang Pernyataan Pasien
• Refleksi adalah pernyataan (bukan pertanyaan) yang
mengharuskan petugas kesehatan mendengarkan,
mengamati dan menginterpretasi isyarat verbal dan visual
pasien agar sesuai dengan yang dimaksud
• Kunci dari “mendengarkan secara aktif” adalah
bagaimana petugas menanggapi kata-kata pasien
• HINDARI:
– Memberi saran
– Menceramahi
– Mempermalukan/mengolok-olok
Pasien akan merasa dihormati, dihargai, dimengerti dan akan memberikan
informasi lebih banyak lagi
Petugas kesehatan bisa meluruskan kesalahpahaman pasien
Afirmasi - Peneguhan
– “ Menekankan hal positif”
– Tulus, apa adanya
– PENTING diingat
• Afirmasi bukan MEMUJI
• Letakkan di akhir kalimat
• Hindari penggunaan kata ‘saya’
“Anda kesal dengan diri anda sendiri karena telah berjanji untuk
minum obat TB setiap hari. Anda terganggu dengan efek samping
obat yang menyebabkan mual dan muntah-muntah. Anda tetap
berusaha untuk datang minum obat setiap hari ke Faskes. Anda
mempunyai kemauan kuat untuk sembuh.”

• mengurangi sikap pembelaaan diri pasien


• mendorong keterbukaan pasien
Pertanyaan – Terbuka, Tertutup dan Mengarahkan

• Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang


memberikan kebebasan pasien untuk menjawab.
merupakan keterampilan penting yang memungkinkan
kita menggali banyak informasi dari pasien.
Pertanyaan terbuka memungkinkan pasien untuk
berbagi informasi atau pengalaman sesuai keinginan
mereka.
Pertanyaan – Terbuka, Tertutup dan Mengarahkan
• Pertanyaan Tertutup
Memerlukan jawaban pendek (ya atau tidak, fakta
tertentu : umur, jenis kelamin)

• Pertanyaan mengarahkan
Mengarahkan pasien pada jawaban yang diinginkan oleh si
penanya
Pertanyaan ini membatasi kemungkinan jawaban & Perlu dihindari
Anda tahu perlu minum obat setiap hari, kan?
Bertanya – Beritahu - Bertanya

Petugas dapat memberikan informasi tanpa kesan


“menggurui” pasien
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai