Anda di halaman 1dari 43

PELAYANAN KEFARMASIAN

TENTANG TBC (TUBERCULOSIS)

OLEH:
DOSEN PENGAMPUH:
Apt., SABARUDIN, S.Farm., M.Si.
KELAS B
KELOMPOK 3
01 ANDI TENRI GADING (O1A118104)

02 UFU RINDANG (O1A119

03 ANNISA FITRI ARIANI (O1A119071)

NAMA-NAMA 04 AYU DEWI WIDANINGSIH (O1A119073)

ANGGOTA 05 DEVI AGUSTINA (O1A119075)

KELOMPOK 3 06 FADHILA RAMADHANI (O1A119085)

07 MUHAMMAD RABIL JANTANI JAYA (O1A119097)

08 NOFITA PERMATASARI (O1A119106)


TOPIK BAHASA N

Definisi, Etiologi, dan


01 04 Regimen Terapi
Patogenesis

Diagnosis, Klasifikasi
02 Penyakit, dan Tipe 05 Masalah terapi obat
Penderita
Peran apoteker
03 Tanda-Tanda dan Gejala 06 dalam pelayanan
Klinis kefarmasian TBC
01
DEFINISI,
ETIOLOGI, DAN
PATOGENESIS
TUBERCULOSIS
Definisi TBC (Tuberculosis)

Tuberkulosis (TB atau TBC) adalah suatu penyakit


menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut
biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui
udara pernapasan ke dalam paru, kemudian
kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke
bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfa, melalui saluran
pernapasan (bronchus) atau penyebaran langsung
ke bagian tubuh lainnya.
Etiologi TBC (Tuberculosis)
Tuberkulosis paru atau TBC paru
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang merupakan basil
tahan asam dan alkohol. M. tuberculosis
adalah bakteri yang bersifat aerobik
obligat, fakultatif, dan intraseluler.
Kandungan lipid yang tinggi pada
dinding sel M. tuberculosis
menyebabkan bakteri ini dapat resisten
terhadap beberapa jenis antibiotik dan
sulit diwarnai dengan pewarnaan Gram
atau pewarnaan
Patofisiologi TBC (Tuberculosis)
Patofisiologi tuberkulosis paru atau
TBC paru disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis yang
menular melalui aerosol dari membran
mukosa paru-paru individu yang telah
terinfeksi. Ketika seseorang dengan TB
paru yang aktif batuk, bersin, atau
meludah, droplet akan keluar ke udara
bebas. Ketika terinhalasi oleh individu
lain, droplet infeksius akan terkumpul di
paru-paru dan organisme akan
berkembang dalam waktu 2–12 minggu
02
DIAGNOSIS,
KLASIFIKASI
PENYAKIT, DAN TIPE
PENDERITA
TUBERCULOSIS
Diagnosis Tuberculosis

A. Prinsip penegakkan diagnosis TB


1. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih
dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologis
yang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis, tes cepat molekuler
TB dan biakan.
2. Pemeriksaan TCM digunakan untuk penegakan diagnosis TB,
sedangkan pemantauan kemajuan pengobatan tetap dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopis. Terduga TB
3. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan
foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang
spesifik pada TB paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi over
diagnosis ataupun under diagnosis.
4. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan serologis.
B. Fasyankes yang mempunyai alat tes cepat molukuler (TCM) TB:

1. Fasyankes yang mempunyai akses pemeriksaan TCM, penegakan diagnosis TB


pada terduga TB dilakukan dengan pemeriksaan TCM. Pada kondisi dimana
pemeriksaan TCM tidak memungkinkan (misalnya alat TCM melampaui
kapasitas pemeriksaan, alat TCM mengalami kerusakan, dll.), penegakan
diagnosis TB dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
2. Jika terduga TB adalah kelompok terduga TB RO dan terduga TB dengan HIV
positif, harus tetap diupayakan untuk dilakukan penegakan diagnosis TB
dengan TCM TB, dengan cara melakukan rujukan ke layanan tes cepat
molekuler terdekat, baik dengan cara rujukan pasien atau rujukan contoh uji.
3. Jumlah contoh uji dahak yang diperlukan untuk pemeriksaan TCM sebanyak 2
(dua) dengan kualitas yang bagus. Satu contoh uji untuk diperiksa TCM, satu
contoh uji untuk disimpan sementara dan akan diperiksa jika diperlukan
(misalnya pada hasil indeterminate, pada hasil Rif Resistan pada terduga TB
yang bukan kriteria terduga TB RO, pada hasil Rif Resistan untuk selanjutnya
dahak dikirim ke Laboratorium LPA untuk pemeriksaan uji kepekaan lini-2
dengan metode cepat)
C. Fasyankes yang tidak mempunyai alat tes cepat molukuler (TCM) TB

1. Fasyankes yang tidak mempunyai alat TCM dan kesulitan mengakses TCM,
penegakan diagnosis TB tetap menggunakan mikroskop.
2. Jumlah contoh uji dahak untuk pemeriksaan mikroskop sebanyak 2 (dua) dengan
kualitas yang bagus. Contoh uji dapat berasal dari dahak sewaktu-sewaktu atau
sewaktu-Pagi.
3. BTA (+) adalah jika salah satu atau kedua contoh uji dahak menunjukkan hasil
pemeriksaan BTA positif. Pasien yang menunjukkan hasil BTA (+) pada pemeriksaan
dahak pertama, pasien dapat segera ditegakkan sebagai pasien dengan BTA (+)
4. BTA (-) adalah jika kedua contoh uji dahak menunjukkan hasil BTA negatif. Apabila
pemeriksaan secara mikroskopis hasilnya negatif, maka penegakan diagnosis TB dapat
dilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang
(setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan ditetapkan oleh dokter.
5. Apabila pemeriksaan secara mikroskopis hasilnya negatif dan tidak memilki akses
rujukan (radiologi/TCM/biakan) maka dilakukan pemberian terapi antibiotika
spektrum luas (NonOAT dan Non-kuinolon) terlebih dahulu selama 1-2 minggu. Jika
tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian antibiotik, pasien perlu dikaji faktor
risiko TB. Pasien dengan faktor risiko TB tinggi maka pasien dapat didiagnosis sebagai
TB Klinis.
D. Diagnosis TB ekstra paru
1. Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena, misalnya
kaku kuduk pada meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura
(Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis
TB serta deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan
lain-lainnya.
2. Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan dengan
pemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologis dari contoh
uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena.
3. Pemeriksaan mikroskopis dahak wajib dilakukan untuk memastikan
kemungkinan TB Paru.
4. Pemeriksaan TCM pada beberapa kasus curiga TB ekstra paru
dilakukan dengan contoh uji cairan serebrospinal (cerebro spinal
fluid/CSF) pada kecurigaan TB meningitis, contoh uji kelenjar getah
bening melalui pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus/BAJAH (fine
neddle aspirate biopsy/FNAB) pada pasien dengan kecurigaan TB
kelenjar, dan contoh uji jaringan pada pasien dengan kecurigaan TB
jaringan lainnya.
E. Diagnosis TB resistan obat

Terduga TB-RO adalah pasien yang memiliki risiko tinggi


resistan terhadap OAT, yaitu pasien yang mempunyai gejala
TB yang memiliki riwayat satu atau lebih di bawah ini:
Pasien TB gagal pengobatan kategori 2.
Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3
bulan pengobatan.
Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang
tidak standar serta menggunakan kuinolon dan obat injeksi
lini kedua paling sedikit selama 1 bulan.
Pasien TB gagal pengobatan kategori 1.
Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah 2
bulan pengobatan.
Pasien TB kasus kambuh (relaps), dengan pengobatan OAT
kategori 1 dan kategori 2.
F. Diagnosis TB pada anak

Tanda dan gejala klinis Gejala klinis berupa gejala sistemik/umum


atau sesuai organ terkait. Gejala klinis TB pada anak tidak khas,
karena gejala serupa juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit
selain TB. Gejala khas TB sebagai berikut:

1. Batuk≥ 2 minggu
2. Demam ≥ 2 minggu
3. BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
4. Lesu atau malaise≥ 2 minggu
5. Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang
adekuat
Klasifikasi Penyakit
Tuberkulosis

B. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan :


A. Klasifikasi berdasarkan lokasi 1. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat OAT sebelumnya atau riwayat
anatomis : mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan (< dari 28 dosis bila memakai obat program).
2. Kasus dengan riwayat pengobatan adalah pasien yang pernah mendapatkan OAT 1
bulan atau lebih (>28 dosis bila memakai obat program). Kasus ini diklasifikasikan lebih
1. TB paru adalah kasus TB yang melibatkan lanjut berdasarkan hasil pengobatan terakhir sebagai berikut :
parenkim paru atau trakeobronkial. TB milier 3. Kasus kambuh adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan
diklasifikasikan sebagai TB paru karena dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir pengobatan dan saat ini
terdapat lesi di paru. Pasien yang mengalami ditegakkan diagnosis TB episode kembali (karena reaktivasi atau episode baru yang
TB paru dan ekstra paru harus disebabkan reinfeksi).
diklasifikasikan sebagai kasus TB paru. 4. Kasus pengobatan setelah gagal adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan
2. TB ekstra paru adalah kasus TB yang OAT dan dinyatakan gagal pada akhir pengobatan.
melibatkan organ di luar parenkim paru 5. Kasus setelah loss to follow up adalah pasien yang pernah menelan OAT 1 bulan atau
seperti pleura, kelenjar getah bening, lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2 bulan berturut-turut dan
abdomen, saluran genitorurinaria, kulit, sendi dinyatakan loss to follow up sebagai hasil pengobatan.
dan tulang, selaput otak. Kasus TB ekstra 6. Kasus lain-lain adalah pasien sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan hasil akhir
paru dapat ditegakkan secara klinis atau pengobatannya tidak diketahui atau tidak didokumentasikan.
histologis setelah diupayakan semaksimal 7. Kasus dengan riwayat pengobatan tidak diketahui adalah pasien yang tidak diketahui
mungkin dengan konfirmasi bakteriologis. riwayat pengobatan sebelumnya sehingga tidak dapat dimasukkan dalam salah satu
kategori di atas.
C. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji D. Klasifikasi berdasarkan
kepekaan obat Berdasarkan hasil uji kepekaan,
status HIV
klasifikasi TB terdiri dari :
1. Kasus TB dengan HIV positif adalah kasus TB
1. Monoresisten: resistensi terhadap salah satu
terkonfirmasi bakteriologis atau terdiagnosis klinis pada
jenis OAT lini pertama.
pasien yang memiliki hasil tes HIV-positif, baik yang
2. Poliresisten: resistensi terhadap lebih dari satu
dilakukan pada saat penegakan diagnosis TB atau ada
jenis OAT lini pertama selain isoniazid (H) dan
bukti bahwa pasien telah terdaftar di register HIV
rifampisin (R) secara bersamaan.
(register pra ART atau register ART).
3. Multidrug resistant (TB MDR) : minimal
2. Kasus TB dengan HIV negatif adalah kasus TB
resistan terhadap isoniazid (H) dan rifampisin
terkonfirmasi bakteriologis atau terdiagnosis klinis pada
(R) secara bersamaan.
pasien yang memiliki hasil negatif untuk tes HIV yang
4. Extensive drug resistant (TB XDR) : TB-MDR
dilakukan pada saat ditegakkan diagnosis TB. Bila pasien
yang juga resistan terhadap salah satu OAT
ini diketahui HIV positif di kemudian hari harus kembali
golongan fluorokuinolon dan salah satu dari
disesuaikan klasifikasinya.
OAT lini kedua jenis suntikan (kanamisin, 3. Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui adalah kasus
kapreomisin, dan amikasin). TB terkonfirmasi bakteriologis atau terdiagnosis klinis
5. Rifampicin resistant (TB RR) : terbukti resistan yang tidak memiliki hasil tes HIV dan tidak memiliki
terhadap Rifampisin baik menggunakan bukti dokumentasi telah terdaftar dalam register HIV.
metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip Bila pasien ini diketahui HIV positif dikemudian hari
(konvensional), dengan atau tanpa resistensi harus kembali disesuaikan klasifikasinya.
terhadap OAT lain yang terdeteksi.
Tipe Penderita
Tuberkulosis
A. Pasien TB Terkonfirmasi B. Pasien TB Terdiagnosis
Bakteriologis Secara Klinis
1. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil
1. Pasien TB paru BTA positif pemeriksaan foto toraks mendukung TB.
2. Pasien TB paru hasil biakan M.TB positif 2. Pasien TB paru BTA negatif dengan tidak
3. Pasien TB paru hasil tes cepat M.TB positif ada perbaikan klinis setelah diberikan
4. Pasien TB ekstra paru terkonfirmasi secara antibiotika non OAT, dan mempunyai faktor
bakteriologis, baik dengan BTA, biakan maupun risiko TB
tes cepat dari contoh uji jaringan yang 3. Pasien TB ekstra paru yang terdiagnosis
terkena. secara klinis maupun laboratoris dan
5. TB anak yang terdiagnosis dengan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.
pemeriksaan bakteriologis. 4. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim
skoring.
03
TANDA-TANDA
DAN
GEJALA KLINIS
TUBERCULOSIS
1. TB Paru
Tanda dan Gejala TB Paru
Beberapa penyakit TB yang sering diderita
oleh masyarakat, yaitu TB paru dan TB
ekstra paru. TB ekstra paru dibagi menjadi Gejala Utama Gejala Tambahan
beberapa bagian yaitu TB kelenjar getah
Dahak bercampur darah/batuk
bening, TB payudara, dan TB tulang Batuk terus-menerus
darah.
belakang (Spondilitis) dan berdahak selama Demam selama tiga minggu atau
tiga minggu/lebih lebih
Sesak nafas dan nyeri dada.
Penurunan nafsu makan.
Berat badan turun.
Rasa kurang enak badan (malaise,
lemah.
Berkeringat di malam hari walaupun
tidak melakukan apa-apa
2. TB Ekstra Paru
A. TB Kelenjar Getah Bening
Gejala Khusus
Munculnya benjolan-benjolan pada bagian
Gejala Sistemik/Umum yang mengalami gangguan kelenjar seperti
Batuk terus-menerus dan berdahak leher, sela paha, serta ketiak.
selama tiga minggu/lebih Ada tanda-tanda radang di daerah sekitar
Demam selama tiga minggu/lebih benjolan kelenjar.
Penurunan nafsu makan Benjolan kelenjar mudah digerakkan.
Berat badan turun Benjolan kelenjar yang timbul terasa kenyal.
Rasa kurang enak badan/malaise,
Membesarnya benjolan kelenjar yang
lemah
mengakibatkan hari demi hari kondisinya
Berkeringat di malam hari walaupun
tidak melakukan apa-apa semakin memburuk dan merusak tubuh.
Benjolan kelenjar pecah dan mengeluarkan
cairan seperti nanah kotor.
Terdapat luka pada jaringan kulit atau kulit
yang disebabkan pecahnya benjolan kelenjar
getah bening.
B. TB Payudara

Gejala Sistemik/Umum
Gejala Tambahan
Batuk terus-menerus dan berdahak
selama tiga minggu/lebih.
Timbulnya benjolan di payudara.
Demam selama tiga minggu/lebih
Penurunan nafsu makan. Rasa nyeri di bagian payudara.
Berat badan turun. Adanya tanda radang di sekitar
Rasa kurang enak badan (malaise), benjolan yang timbul di payudara
lemah.
Berkeringat di malam hari walaupun
tidak melakukan apa-apa
C. TB Tulang Belakang
(Spondilitis)

Gejala Khusus
Gejala Sistemik/Umum
Rasa nyeri pada bagian punggung atau
Batuk terus-menerus dan berdahak mengalami kekakuan punggung.
selama tiga minggu/lebih. Penderita enggan menggerakkan
Demam selama tiga minggu/lebih punggungnya.
Penurunan nafsu makan Penderita menolak untuk membungkuk
Berat badan turun atau mengangkat barang dari lantai, bila
Rasa kurang enak badan/malaise,
diminta penderita akan menekuk
lemah
lututunya agar punggung tetap lurus.
Berkeringat di malam hari walaupun
Rasa nyeri pada punggung berkurang
tidak melakukan apa-apa
bila penderita beristirahat.
Timbulnya benjolan di bagian
punggung/tulang belakang
04
TATA LAKSANA
TERAPI
TUBERCULOSIS
Terapi Non
Farmakologi
A. Teknik Pursed Lips B. Posisi Semi Fowler
Breathing Posisi semi fowler untuk mengurangi dan
membantu menangani sesak nafas. Posisi
Teknik pursed lips breathing bertujuan semi fowler dengan derajat kemiringan
untuk meningkatkan ventilasi secara 30-45 derajat, yaitu mengandalkan gaya
maksimal. Pursed lips breathing adalah gravitasi untuk membantu pengembangan
teknik pernapasan yang dilakukan paru dan mengurangi tekanan dari
perlahan dan terkontrol dengan abdomen dan diafragma. Adanya
menghirup udara dari hidungdan pelebaran saluran napas dapat
menghembuskannya melalui mulut. meningkatkan oksigen yang dihirup pasien.
Terapi Farmakologi

Obat Anti Tuberkulosis (OAT)


Pengobatan TB diberikan
dalam 2 tahap, yaitu tahap
intensif (2-3 bulan) dan
lanjutan 4-7 bulan). Obat
yang umum dipakai adalah
Rifampisin (R), Isoniazid
(H), Pirazinamid (Z), dan
Etambutol (E).
Pengobatan TBC pada Orang Dewasa

Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3 Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3

Tahap intensif terdiri dari


Tahap intensif terdiri dari Tahap intensif diberikan selama 3
bulan, yang terdiri dari 2 bulan HRZ diberikan setiap hari
HRZE diberikan setiap hari
dengan HRZES setiap hari. selama 2 bulan (2HRZ),
selama 2 bulan. Kemudian
Dilanjutkan 1 bulan dengan HRZE diteruskan dengan tahap
diteruskan dengan tahap setiap hari. Setelah itu diteruskan
lanjutan yang terdiri dari HR lanjutan terdiri dari HR
dengan tahap lanjutan selama 5
diberikan tiga kali dalam bulan dengan HRE yang diberikan selama 4 bulan diberikan 3
seminggu selama 4 bulan. tiga kali dalam seminggu. kali seminggu. Obat ini
Obat ini diberikan untuk penderita diberikan untuk:
Diberikan kepada:
TB paru BTA(+) yang sebelumnya
- Penderita baru TBC paru - Penderita baru BTA negatif
pernah diobati, yaitu:
BTA positif. - Penderita kambuh. dan röntgen positif sakit
- Penderita TBC ekstra paru - Penderita gagal terapi. ringan,
(TBC di luar paru-paru) - Penderita dengan pengobatan - Penderita TB ekstra paru
berat. setelah lalai minum obat. ringan.
Pengobatan TBC pada Anak

Prinsip dasar pengobatan TB Susunan paduan obat TB anak adalah


pada anak tidak berbeda dengan 2HRZ/4HR:
pada orang dewasa, tetapi ada
Tahap intensif terdiri dari Isoniazid
beberapa hal yang memerlukan
(H), Rifampisin (R) dan Pirazinamid
perhatian:
(Z) selama 2 bulan diberikan setiap
- Pemberian obat baik pada
hari (2HRZ). Tahap lanjutan terdiri
tahap intensif maupun tahap dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)
lanjutan diberikan setiap hari. selama 4 bulan diberikan setiap hari
- Dosis obat harus disesuaikan (4HR).
dengan berat badan anak
05
MASALAH
TERKAIT TERAPI
TUBERCULOSIS
1. Efek Samping Obat
Efek samping obat berdasarkan tingkat kemaknaan
klinis
2. Interaksi Obat
Next...
3. Masalah Terkait Kegagalan Pengobatan TBC
Penyebab Masalah Terkait Penanganan Masalah
Kegagalan Pengobatan TBC Strategi penanganan masalah kegagalan
pengobatan tuberkulosis yang paling
dibutuhkan adalah dengan edukasi.
Aspek sosio-demografi
Edukasi diperlukan untuk meningkatkan
dan ekonomi pemahaman masyarakat mengenai obat
Masalah pemahaman anti tuberkulosis (OAT) sehingga dapat
mengubah persepsi masyarakat mengenai
dan persepsi
pengobatan tuberkulosis. Selain itu, untuk
Efek pengobatan TBC menghindari efek samping dari OAT
dapat dilakukan dengan monitoring efek
samping obat dan melakukan penanganan
yang sesuai dengan tingkat keparahan efek
samping jika timbul efek samping yang
tidak diinginkan.
06
PERAN APOTEKER DALAM
PELAYANAN
KEFARMASIAN UNTUK
PENYAKIT TUBERKULOSIS
Peran apoteker dalam pemberantasan TB yaitu
mengedukasi penderita tentang beberapa hal
berikut:

1. Pentingnya adherence (Kepatuhan),


motivasi agar penderita patuh, efek
samping, perilaku hidup sehat dll.
2. Peran dalam mendeteksi penderita TB
3. Peran dalam memantau adherence
penderita, adanya efek samping , adanya
interaksi dengan obat lain.
4. Peran secara keseluruhan, apoteker harus
berperan secara aktif mencegah terjadinya
resistensi, kekambuhan, kematian.
A. Adherence (Kepatuhan)

Salah satu kunci keberhasilan pengobatan TB adalah adherence penderita


terhadap farmakoterapi :
1. Kemungkinan penderita TB tidak adherence sangat besar , karena pemakaian
jangka panjang, jumlah obat yang diminum perhari, efek samping yang
mungkin timbul dan kurangnya kesadaran penderita akan penyakitnya.
2. Adherence adalah keterlibatan penderita dalam penyembuhan dirinya, bukan
hanya sekedar patuh. Dengan meningkatnya adherence penderita, diharapkan
tidak timbul resistensi obat yang dapat merugikan penderita itu sendiri maupun
lingkungan, kambuh maupun kematian.
3. Peran Apoteker dalam meningkatkan adherence akan obat terdiri dari berbagai
kegiatan: menilai masalah adherence, mengidentifikasi faktor penyebab non
adherence, memberikan konseling, dan merekomendasikan strategi adherence,
sesuai kebutuhan penderita.
B. Apoteker Sebagai Pengawas Menelan
Obat

Apoteker diharapkan dapat meminta seseorang Tugas seorang PMO


yang berfungsi sebagai PMO dengan
persyaratan : 1. Mengawasi penderita TB agar menelan obat
secara teratur sampai selesai pengobatan.
1. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan 2. Memberi dorongan kepada penderita agar
disetujui oleh penderita dan lebih baik lagi mau berobat teratur.
dikenal dan disetujui oleh petugas kesehatan 3. Mengingatkan penderita untuk segera
termasuk Apoteker, selain itu harus disegani menemui petugas kesehatan (dokter atau
dan dihormati oleh penderita. peugas kesehatan lain) yang memberikan
2. Seseorang yang tinggal dekat dengan obat, jika terjadi gejala efek samping, atau
penderita. kondisi penyakit yang bertambah parah atau
3. Bersedia membantu penderita dengan ada kelainan lain.
sukarela. 4. Mengingatkan penderita, tindakan untuk
4. Bersedia dilatih dan/atau mendapat segera meneruskan meminum obat, jika lupa
penyuluhan bersama-sama dengan penderita meminum obat.
C. Konseling Pasien Tuberkulosis
Pertanyaan yang dapat dipakai Apoteker (Three Prime Questions) untuk memberikan
konseling kepada penderita TB , pada kunjungan pertama, yaitu
1. Bagaimana penjelasan Dokter tentang obat Anda?
2. Bagaimana penjelasan Dokter tentang harapan setelah minum obat ini?
Perlu dipastikan agar penderita tahu :
Bahwa pengobatan penyakit TB membutuhkan waktu
lama (6-12 bulan)
Bila patuh minum obat, dalam 2-4 minggu penderita akan
merasa nyaman, tetapi obat masih harus diteruskan
sampai Dokter menghentikannya.
Bahaya bila tidak patuh yaitu resisten
Akibat dari resistensi kuman
Efek samping yang mungkin akan dialami serta tindakan
yang perlu diambil jika mengalaminya (penjelasan lengkap
ada pada Bab IV dan V)
3. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara minum obat ini?
Perlu dicek apakah dokter memberikan informasi berikut ini :

Isoniazide, rifampisin sebaiknya diminum pada saat perut kosong (1 jam


sebelum atau 2 jam sesudah makan)
Bila pencernaan terganggu (mual dsb) dapat diminum 2 jam sesudah
makan.
Ethambutol & pirazinamid sebaiknya diminum saat perut isi
Bila perlu minum antasida, beri antara beberapa jam
Bila lupa minum obat, minum sesegera mungkin, tetapi bila dekat waktu
dosis berikutnya, kembali ke jadwal semula jangan didobel dosisnya.
D. Penyuluhan Pasien Tuberculosis

Penyuluhan tentang pencegahan dan


penanggulangan penyakit TB yang
merupakan bagian dari promosi kesehatan Beberapa contoh penjelasan yang
yaitu rangkaian kegiatan yang berlandaskan diberikan saat penyuluhan antara lain:
prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
keadaan dimana individu, kelompok, atau Bagaimana cara meminum OAT
masyarakat secara keseluruhan dapat hidup Bagaimana kalau lupa minum OAT
sehat dengan cara memelihara, melindungi Apa akibatnya bila lupa meminum
OAT
dan meningkatkan kesehatannya. Tujuan
Apa yang dilakukan jika mengalami
penyuluhan adalah untuk meningkatkan
efek samping
kesadaran, kemauan dan peran serta Dimana menyimpan OAT
masyarakat dalam penanggulangan TB. Apa tanda tanda obat rusak
Penyuluhan TB dapat dilaksanakan dengan
menyampaikan pesan penting secara
langsung ataupun menggunakan media.
E. Pencatatan Data dan Pelayanan Kefarmasian
Penderita Tuberkulosis
Aspek yang perlu didokumentasikan oleh Apoteker di Apotek antara lain
:
1. Identitas penderita , nama, alamat, umur, berat badan dsb.
Salah satu komponen penting 2. Kategori penyakit TB dan tahap pengobatan
3. Rangkuman dari catatan pengobatan penderita sebelum menggunakan
dalam pharmaceutical care obat TB
adalah dokumentasi dari 4. Hasil konsultasi atau pemberian informasi yang dilaksanakan oleh dokter
penderita dan pengobatan atau provider lain sebelum memperoleh resep baik secara tertulis maupun
lisan (hasil dari jawaban atas Three Prime Question dll)
serta masalah terapi obat yang
5. Permintaan lisan lain dari dokter kepada Apoteke
mungkin ada serta catatan 6. Hasil konsultasi atau klarifikasi dari resep dengan dokter
tentang pelayanan 7. Penyesuaian jumlah, dosis, bentuk sediaan, frekuensi dosis, dan cara
kefarmasian yang diberikan. pemakaian obat, bila ada.
8. Obat obatan selain obat anti tuberkulosis yang dipakai oleh penderita
9. Waktu mulai minum obat untuk setiap tahap, dan waktu pengambilan obat
berikutnya.
10. Masalah terapi obat yang potensial ada
11. Hasil pengamatan terhadap pemakaian obat
12. Aspek aspek yang diberikan atau dilakukan selama pendidikan atau
konseling terhadap penderita.
TERIMA
KASIH!

Anda mungkin juga menyukai