TUBERKULOSIS
penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mtb.
perkontinuitatum, bronkogenik, limfatogenik dan hematogenik → tb pasca primer atau menjadi tb ekstra
paru.
Tuberkulosis pasca primer dimulai dgn sarang dini yg biasanya terletak di apikal lobus superior atau lobus
inferior, sarang pneumonia kecil ini kemudian dapat mengalami:
a. resorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
b. Mengalami perluasan diikuti proses penyembuhan dgn pembentukan fibrosis jaringan
c. Mengalami perluasan dan membentuk jaringan kaseosa -> kavitas. Kavitas dapat meluas kembali
membentuk sarang baru atau memadat dan enkapsulasi membentuk tuberkuloma.
DOTS
1. Komitmen politis dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan
2. Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yg terjamin mutunya
3. Pengobatan yang standar dengan supervisi dan dukungan bagi pasien
4. Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif
5. Sistem monitoring, pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian
terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program
Q. Diagnosis TB?
Klinis Lokal : batuk ≥2 minggu, batuk darah, sesak napas, nyeri dada
Sistemik : demam, malaise, nafsu makan trn, BB turun, keringat malam
Ekstraparu : limfadenitis TB, meningitis TB, pleuritis TB, dll
Faktor risiko kelompok khusus
Px fisis Tanda vital, status gizi, kelainan px toraks biasanya di apeks (B1,B2), apeks lobus inferior (B6).
Suara napas amforik, ronkhi, ateletaksis, penarikan trakea, dll
Px fisis lain sesuai organ terlibat pada TB ekstraparu
Bakteriologis Pemeriksaan dahak 3x SPS, pada ISTC ed III px dahak minimal 2x, min 1x pagi
Skala IUATLD
Pembacaan di mikroskop Hasil
Tidak ditemukan BTA dlm 100 lap pandang Neg
1-9 BTA dlm 100 lap pandang +1-9
10-99 BTA dalam 100 lap pandang 1+
1-10 BTA dlm 1 lap pandang 2+
>10 BTA dlm 1 lap pandang 3+
Biakan MTb :: Kultur hanya deteksi kuman TB yg hidup (metabolisme aktif). Kultur untuk dx
pada pasien tertentu: Tb ekstraparu, anak, tb hasil bta neg
Hasil kultur: Hasil kultur:
Tidak tumbuh Mtb = neg 100-200 koloni = 2+
1-19 koloni = tulis jmlh koloni 200-500 koloni = 3+
20-100 koloni = 1+ >500koloni = 4+
Uji kepekaan obat , Xpert-MtbRif (deteksi DNA M.tb hidup dan mati)
Px BTA dan kultur MTb dari organ yg terlibat pada TB ekstraparu, PCR TB CP, ADA CP
Foto radiologis Curiga lesi AKTIF -> predileksi di apex atau apex lobus inferior, fibroinfiltrat, perselubungan,
kavitas, bercak milier, efusi pleura unilateral
Lesi INAKTIF -> fibrosis, kalsifikasi, schwarte
Luluh paru -> ateletaksis, fibrosis, ektasis
LESI LUAS: gambaran lesi TB > sela iga-2 atau > Th-4
TIPK : test HIV atas inisiatif pemberi pelayanan kesehatan dan konseling
Pertimbangan pemberian OAT => klinis TB, kondisi segera (meningitis TB, TB-HIV, TB milier)
Definisi Pasien TB :
1. Pasien TB berdasarkan hasil konfirmasi pemeriksaan BAKTERIOLOGIS
(mikroskopis, biakan, tes cepat GeneXpert)
a. Pasien TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positif
c. Pasien TB paru hasul tes cepat M.Tb positif
d. TB ekstraparu konfirmasi secara bakteriologis jaringan yg terkena
e. TB anak yg terdiagnosis dgn px bakteriologis
2. Pasien TB terdiagnosis secara KLINIS
tidak memenuhi kriteria dx secara bakteriologis tapi didiagnosis sbgai pasien TB
aktif oleh dokter dan diputuskan untuk diberikan OAT
a. TB paru BTA negatif dgn hasil foto toraks mendukung TB
b. TB ekstraparu yg terdiagnosis secara klinis maupun labortorium dan
histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis
NB: jika pasien terduga TB tp blm diperiksa bakteriologis nya, ditetapkan sebagai terduga
TB, bukan TB klinis, TB klinis jika klinis dan foto toraks TB tetapi BTA (-)
NB: pasien yg terdiagnosis secara klinis kemudia terkonfirmasi baktriologis positif hrs
diklasifikasi ulang sebagai TB terkonfirmasi bakteriologis
KLASIFIKASI PASIEN TB (ad 4 yaitu :lokasi anatomi, riw pengobatan sebelumnya, hasil pemeriksaan uji
kepekaan, status HIV)
b. Riw pengobatan sebelumnya 2. Pasien yg pernah diobati TB : pasien yg sebelumnya pernah menelan
(baru, pernah diobati TB, riw OAT selama 1 bulan atau lebih ( ≥28 dosis)
pengobatan sebelumnya tidak Klasifikasi brdsrkan hasil pengobatan TB terakhir:
diketahui)
a. Pasien kambuh : pasien TB yg pernah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil
pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik krn benar-benar
kambuh atau reinfeksi)
d. Lain-lain
Pasien TB yg pernah diobati namun hasil akhir pengobatan
sbeelumnya tidak diketahui
1. Monoresisten
Resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja
2. Poliresisten
Resisten thdp >1 jenis OAT lini pertama selain INH dan R secara
bersamaan
3. MDR
Resisten thdp INH dan R secara bersamaan
4. XDR
c. Hasil pemeriksaan uji
TB MDR yg sekaligus resisten thdp salah satu OAT gol fluoroquinolon
kepekaan obat
DAN minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis injeksi (Km, Am,Cm).
NB: jika TB MDR + fluoroquiolon ATAU injeksi lini kedua => preXDR
5. Resisten rifampisin (TB RR)
Resisten thdp Rifampisin dgn atau tanpa resisten thdp OAT lain yg
dideteksi menggunakan metode genotip atau metode fenotip
NB: TDR (total drug resistance) : resistensi total OAT lini 1 dan 2.
1. TB-HIV positif
Pasien TB dgn hasil tes HIV positif sblmnya atau sdg mendapatkan
ART atau tes HIV positif saat diagnosis TB
2. TB-HIV negatif
Pasien TB dgn hasil tes HIV negatif sebelumnya atau hasil tes HIV
d. Status HIV neg saat diagnosis TB
3. TB dgn status HIV tidak diketahui
Pasien TB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat dx TB.
Q. Prinsip pengobatan TB
o Paduan OAT yg teapy menagndung min 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
o Diberikan dosis tepat
o Ditelan secara teratur dan diawasi oleh PMO sampai selesai pengobatan
o Pengobatan diberikan dlm jangka waktu terbagi tahap awal dan tahap lanjutan untuk mencegah
kekambuhan
Regimen yg diberikan secara intermitten dasarnya adalah krn ada lag phase, pemberian intermiiten sama
efektifnya dgn pemberian tiap hari. Pemberian intermitten diberikan pada fase lanjutan dan tidak semua
OAT dapat diberikan secara intermitten (cth tiasetazon)
Pulmo Juli 2011 |Created by Priska DP 11
RINGKASAN PENYAKIT PARU INFEKSI TB & DRUG RESISTANT TB
b. Kategori 2: 2RHZES/RHZE/5(HR)3E3
Paduan OAT untuk pasien BTA positif yg pernah diobati sebelumnya (pengobatan ulang) pada:
- Pasien kambuh
- Gagal pada pengobatan dengan OAT kat 1 sebelumnya
- Diobati kembail setelah putus berobat (loss to follow up)
NB: pelarutan streptomisin vial 1gr + aquabidest 3,7 ,l sehingga menjadi 4 ml (1ml=250 mg)
BB tiap bulan dan dosis disesuaika bila trdpt perubahan BB
Penggunaan OAT lini kedua (inj lini 2 aminoglikosida, fluoroquinolo) tdk diberikan kpd pasien tanpa indikasi
jelas krn potensi obat lebih rendah dan risiko resistensi OAT lini kedua
Keterangan:
x => (cek dahak). Px dahak evaluasi dilakukan 2x (sewaktu, pagi) dinyatakan positif bila salah satu atau dua
dahak hasil BTA(+)
(X) => cek dahak ulang bila hasil dahak di akhir fase intgensif masih (+)
Jika hasil DST tdpt resisten obat => pasien dinyatakan gagal dan dirujuk ke TB resisten obat
Paduan TB 2014 => TIDAK ADA OAT SISIPAN. Jika BTA(+) pada akhir fase intensif, berikan OAT fase lanjutan
dan dicek ulang setelah 1 bula fase lanjutan. Jangan luap evaluasi kepatuhan dan cara minum obat.
Evaluasi foto toraks: minggu terakhir di fase intensif dan minggu terakhir akhir engobatan (bln 6 or 8)
Apusan dahak tetap positif pada akhir fase intensig mengindikasikan bbrp hal:
supervisi tidak baik dan kepatuhan pasien yg buruk
Kualitas OAT yg buruk
Dosis OAT < dosis rekomendasi
Resolusi lambat krn kavitas besar dan jmlh kuman banyak
Mtb resisten obat yg tdk respons
Bakteri mati yg terlihat mikroskop
Ibu menyusui semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Tekankan pencegahan penularan pada bayi
dan pemberian INH profilaksis pada bayi
TB+ gangg fungsi Gagal ginjal /gangg fungsi ginjal berat: 2RHZE / 4 RH
ginjal R dan H ekskresi di empedu => tdk perlu penyesuaian dosis
Z dan E ekskresi di ginjal. Dosis
o Pyrazinamide 25 mg/kgBB, dosis 3x/minggu
o Ethambutol 15 mg/kgNN, dosis 3x/minggu
Streptomisin bila diberikan, dosis 15 mg/kgBB max 1 gr, pemberian 2-3x/minggu
+ piridoksin, evaluasi fungsi ginjal selama pengobatan
TB+DM Prinsip paduan OAT pada DM sama dgn non-DM bila kadar GD terkontrol
GD tdk terkontrol => durasi OAT bisa sampai 9 Bulan
Hati-hati efek samping Etambutol pada DM => optik neuritis
Rifampisin menurunkan efektifitas OAD sulfonil urea => dosis OAD dinaikkan
Pengawasan sesudah OAT selesai utk deteksi dini kekambuhan
Gangguan
S dihentikan
keseimbangan S
Penurunan
produksi urin S
Gangguan
penglihatan E E dihentikan
Purpura, syok,
R R dihentikan
gagal ginjal akut
R, H, Z, S Bila gatal tanpa rash => simtomatis antihistamin, OAT lanjut dgn
pengawasan
Rash => OAT stop sampai perbaikan, kemudian drug challengin:
- Start OAT yg kecil kemingkinan timbul reaksi (H or R) pada
Bercak kemerahan
dosis rendah ditingkatkan secara bertahap dalam 3 hari
dgn atau tanpa
gatal - Bila tdk timbul reaksi, tambahkan 1 macam OAT lagi. Jika
muncul reaksi setelah pemberian OAT tertentu, menunjukkan
OAT tersebut penyebab reaksi rash
- Paduan obat dilanjutkan tanpa OAT penyebab rash
INH
Dosis 4-6mg/kgBB/hari, dosis max 300 mg/hari. Concentration dependent killing
Waktu paruh dipengaruhi oleh kecepatan setilasi di hati
Metabolisme di hati, ekskresi di urin
Mekanisme kerja : menghambat sintesis asam mikolat:
INH merupakan prodrug yg akan diaktivasi oleh catalase-peroxidase yg dikode oleh Kat-G. Sete;ah
teraktivasi, INH akan menghasilkan radikal bebas, target utama INH yaitumenghambat kerja enzim yg
dikode oleh InhA yaitu NADPH-dependent enoyl-acyl carrier protein reductase yg berperan untuk
sintesis asam mikolat yg merupakan komponen dinding sel.
Mekanisme resitensi : mutasi pada KatG (50-90%), mutasi pada inhA (20-35%), mutasi ahpC, mutasi
gen KasA
Efek samping : peningkatan transaminase, hepatitis imbas obat, neuritis perifer (Tx pyridoxin 25-50
mg/hr).
Rifampisin
Dosis 10-20 mg/kg/Hari, maks 600mg/hari. Time dependent killing
Metabolisme di hati, eksresi di kantung empedu
Efek samping : ganng saluran cerna, kencing berwarna merah, mengurangi efektifitas obat
kontrasepsi serta ARV, hiperbilirubinemia, trombositopenia, hepatotoksik, sindrom flu (krn
pemberian intermitten)
Mekanisme kerja : menghambat transkripsi gen
mengikat subunit β RNA polymerase (dikode oleh gen rpo-B) => gangguan proses transkripsi dan
elongasi RNA
Mekanisme resisten : mutasi pada gen rpo-B. Hampir 90% galur yg resistens thdp rifampisin juga
mengalami resistensi INH sehingga bila terdapat resistensi pd rifampisin dpt digunakan sebagai
petunjuk resisten INH. Pengobatan TB RR sama dgn TB MDR.
Pyrazinamide
Dosis 15-30 mg/kgBB/hari. Dosis max 2 gr/hari
Metabolisme di hati, eksresi di urin
Efek samping : hepatotoksik, hiperuricemia
Mekanisme kerja : ganng metabolisme membran sel
Pyrazinamide adlh prodrug yg akan diaktivasi oleh enzim pyrazinamidase (dikode oleh gen pncA)
menjadi bentuk aktif yaitu asam pirazinoat (POA). Anion POA kemudian keluar ke ekstrasel dan dlm
Pulmo Juli 2011 |Created by Priska DP 21
RINGKASAN PENYAKIT PARU INFEKSI TB & DRUG RESISTANT TB
suasana asam, POA akan mengalami protonisasai menjadi HPOA yg akan difusi ke dlm sel sehingga
terjadi peningkatan keasaman di sitoplasma MTb yg menyebabkan ganng potensial listrik membran
sel dan menghambat produksi energi sel dan fungsi transport.
Struktur mirip dgn INH. Eto adlh prodrug yg akan diaktifkan oleh enzim EthA yg bekerja menghambat
inhA yg terlibat pada sintesis asam mikolat.
Mekanisme resistensi => mutasi pada gen EthA, mutasi pada inhA.
Sikloserin : menghambat sintesis peptidoglikan dgn menghambat kerja enzim D-alanine racemasi dan
D-alanin ligase.
PAS
Mekanisme : mengganggu sintesis as folat dan menghambat iron uptake.
TB-HIV
Q. TB pada HIV ? (Juknis TB-HIV 2013 dan Pedoman TB nasional 2014)
DiagnosisTB pada HIV : sama dgn pasien TB HIV negatif
- Sekitar 60% ODHA terinfeksi TB menjadi sakit TB (Pada bukan HIV hanya 10%). HIV(+) risiko TB 20-30x
- Angka mortalitas pasien HIV dgn TB => 25%
- Pasien TB harus diperiksa status HIV tanpa melihat faktor risiko
- Pemeriksaan dahak pada ODHA dgn TB biasanya negatif => priksa GenXpert untuk dx dan mengetahui
resistensi thdp rif (suspek MDR kriteria 9)
- Pemeriksaan biakan dahak
- Pemberian antibiotik untuk alat bantu diagnosis TIDAK DIREKOMENDASI LAGI => memperlambat
diagnosis. Pemberian antibiotik bila terdapat infeksi oportunistik atau infeksi sekunder dgn bakteri lain
- Foto toraks tidak spesifik
- Angka kematian lebih tinggi pada ODHA+TB dgn BTA neg dan TB ekstra paru karena pasien dlm kondisi
imunosupresi dibandingkan ODHA+TB BTA pos
- Pasien koinfeksi TB-HIV segera diberikan OAT kemudian ARV segera mungkin setelah pengobatan TB
dapat ditoleransi (dlm 2-8minggu) tanpa menilai jmlh CD4
- Pasien koinfeksi TB-HIV diberikan pengobatan pencegahan cotrimoxazole tanpa menilai jmlh CD4 untuk
menangani infeksi oportunistik
- PPI (pengobatan pencegahan dengan INH) diberikan pada ODHA yg tdk terbukti TB => INH dosis 300
mg/hari + B6 25 mg sebanyak 180 dosis atau 7 bulan
- Stadium klinis HIV dewasa => jika terdapat TB paru => stadium klinis 3, sedangkan ekstraparu =>stadium
klinis 4.
Q. Faktor yg menyebabkan resistensi obat ? fenomena buatan manusia akibat terapi yg tidak adekuat.
1. Faktor mikrobiologi :
Resisten yg natural
Resisten yg didapat
Cek dahak :
1 GenXpert, 2 apusan BTA
OAT lanjut hingga selesai. TB RR => OAT MDR standar Mulai atau lanjutkan OAT
Jika pasien kecurigaan kuat kat 1 atau 2 yg sesuai
MDR => cek ulang GenXpert 1x
dahak berkualitas. Hasil px Biakan dan resistensi Mtb lini 1
GeneXpert yg terakhir yg jadi (RHES) dan lini 2 (ofx, Km,Am)
acuan
TB MDR (jika ada preXDR (+ resisten ofloxsasin XDR (+ resisten ofloxsasin DAN
tambahan INH atau kanamisin/amikasin), kanamisin/amikasin), sesuaikan
resisten), lanjut sesuaikan paduan OAT MDR paduan OAT XDR
OAT MDR Standar
Pemeriksaan K/R Mtb tidak untuk konfirmasi hasil geneXpert, tapi untuk lihat pola resistensi
NB: Jika terdapat perbedaan hasil biakan dangan GenXpert => hasil GeneXpert menjadi dasar dx
Pasien risk MDR rendah (diluar 9 kriteria), jika Xpert rif res => cek ulang Xpert dgn dahak baru. Jika hasil
berbeda, maka hasil Xpert terakhir yg dijadikan acuan DX.
Data dasar
Kunjungan rumah Untuk memastikan alamat yg jelas dan kesiapan keluarga untuk mendukung
Informed consent pengobatan => informed consent pasien dan keluarga
Px penunjang Darah lengkap, faal ginjal (ur,cr), asam urat, faal hati (SGOT/SGPT), elektrolit
(Na,K,Cl), GDS, TSH, tes kehamilan, tes HIV, foto toraks, EKG, audiometri
Km-Lfx-Eto-Cs-Z-(E) / Lfx-Eto-Cs-Z-(E)
2. Sejak awal terbukti resisten fluoroquinolon (lfx stop, tambahkan Mfx dan PAS) : Jika tidak ada Mfx,
diberikan Lfx dosis tinggi
Km-Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E)
Regimen empirik = paduan dibuat berdasarkan riw pengobatan TB sebelumnya dan data hasil uji resistensi
pada populasi representatif
Regimen empiris disesuaikan setelah ada hasil resistensi individual
Regimen perorangan/individu = paduan pengobatan brdsrkan riwayat pengobatan TB dan hasil uji resistensi
pasien bersangkutan.
DURASI DAN CARA OAT MDR
1. Tahap awal : Tahap pemberian obat oral dan minum
Lama tahap awal = 4 + a (bulan pertama konversi biakan dahak), minimal diberikan selama 6 bulan
Cara pemberian obat : injeksi 5x/minggu (jmlh dosis 120 dosis), obat oral (jmlh dosis 168 dosis)
diminum di depan petugas (7 hari dlm seminggu), dosis pemberian obat,dosis tunggal kecuali bila ada
efek samping, dpt diberikan dosis terbagi (PAS, Cs, Eto).
Pemberian obat diberikan dgn dosis bertahap (ramping dose/incremental dose max 1 minggu) untuk
minimalkan efek samping obat.
2. Tahap lanjutan : pemberian paduan obat oral tanpa suntikan. Obat oral dimunim 6 hari dlm seminggu
TAHAP LANJUTAN = TOTAL LAMA PENGOBATAN – TAHAP AWAL
TOTAL PENGOBATAN = a + 18 BULAN
Definisi konversi : pemeriksaan biakan 2 kali berturutan dengan jarak pemeriksaan 30 hari menunjukan hasil
negatif. Bulan konversi yaitu bulan pertama pengambilan dahak dgn hasil biakan negatif,
NB. Definisi 1 bulan = 4 minggu = 28 hari.
TB MDR alergi ≥2 obat grup 4 atau toksisitas Km-Lfx-(≥1 obat grup 4 yg tdk alergi tau msh efektif)-Z-Bdq-
berat (grup 2 dan 3 msh efektif) linezolid atau clofazimin
Q. Kriteria klinis yg memerlukan rawat inap pada pasien TB MDR yg mulai OAT MDR?
Tanda gangg jiwa Gangg hormon tiroid Gangg gastrointestinal yg ganggu
Pneumonia Insufisensi ginjal absorbsi
Pneumotoraks Gangg elektrolit Underlying disease yg butuh
Abses paru Malnutrisi berat, Diabetes rawat
Efusi pleura mellitus
Kelainan hati berat
Evaluasi lanjutan setelah sembuh/ pengobatan lengkap : px fisis, dahak, biakan dan foto toraks dilakukan
setiap 6 bulan sekali selama 2 tahun kecuali timbul gejala dan keluhan TB
Q. Hasil akhir pengobatan TB MDR ?
Hasil pengobatan Definisi
Sembuh a. Pasien telah menyelesaikan pengobatan sesuai pedoman TB MDR tanpa
bukti terdapat kegagalan, DAN
b. Hasil biakan telah negatif minimal 3 kali berturut-turut dgn jarak
pemeriksaan minimal 30 hari selama fase lanjutan
Lengkap Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan sesuai pedoman pengobatan TB
MDR tetapi tidak memenuhi kriteria sembuh atau gagal
Meninggal
Pasien meninggal karena sebab apapun selama pengobatan TB MDR
Gagal Pengobatan TB MDR dihentikan atau membutuhkan perubahan paduan
pengobatan TB MDR yaitu ≥ 2 obat TB MDR yang disebabkan oleh salah satu
kondisi berikut:
a. Tidak terjadi konversi sampai dengan akhir bulan ke-8 pengobatan
b. Terjadi reversi pada fase lanjutan setelah sebelumnya konversi. (reversi =
hasil biakan kembali positif pada 2x pemeriksaan dahak berturut-turut
dgn jarak 30 hari setelah sebelumnya menunjukkan konversi)
c. Terbukti terjadi resistensi tambahan terhadap obat TB MDR golongan
quinolon atai obat injeksi lini kedua
d. Terjadi efek samping obat yang berat
Loss to follow up
Pasien terputus pengobatannya selama 2 bulan berturut-turut atau lebih
Tidak dievaluasi Pasien yang tidak mempunyai atau tidak diketahui hasil akhir pengobatan TB
MDR termasuk TB MDR yang pindah ke fasyankes di daerah lain dan hasil akhir
pengobatan TB MDR nya tidak diketahui
4-8 minggu <4 minggu 1. Konseling intensif kpd pasien dan keluarga
2. Pengobatan diulang dari awal dgn paduan OAT yg sama
Q. Pencegahan dan pengendalian infeksi tuberkulosis ? ad 4 pilar yaitu pengendalian manajerial, administratif,
lingkungan dan APD.
a. Pengendalian manajerial : membuat kebijakan, spo alur pasien, perencanaan program, desain bangunan,
monitoring dan evaluasi, promosi melibatkan masyarakat, dll
b. Pengendalian administratif
strategi TEMPO (TEMukan pasien secepatnya, Pisahkan secara aan, Obati secara tepat)
penyuluhan etika batuk : palingkan wajah dari org sekitar, tutp dgn tangan, tisu atau lengan baju
o Tutup dengan tangan bila batuk atau bersin dan segera cuci tangan dgn hand rub atau sabun
dengan air mengalir
o Tutup dengan lengan baju saat batuk atau bersin
o Tutup mulut dengan tisue dan bang tissu pada tempat sampah
o Saat flu atau batu gunakan masker agar tidak tertular
Penyediaan tisue, masker dan tempat pembuangan dahak serta hand rub utk cuci tangan
Pemasangan poster, spanduk dan bahan untuk KIE
Skrining petugas yg merawat TB
c. Pengendalian lingkungan : ventilasi alami, mekanik atau campuran
d. pengendalian dengan APD : petugas memakai respirator, penderita TB memakai masker bedah
Q. Gambaran histologi tuberkuloma? Area nekrosis luas yg dikelilingi lapisan epiteloid dan sel datia langhans.
Patogenesis tuberkuloma paru yaitu inhalasi partikel yg mengandung MTb mencapai saluran napas bawah dan
alveolus kemudian di fagosit oleh makrofag. Makrofag akan mengeliminasi MTb, namun bila MTb sangat
virulen atau makrofag tidak adekuat untuk eliminasi MTb, maka MTb akan replikasi di dlm makrofag kemudian
makrofag akan mati => MTb akan infeksi makrofag lain dan makrofag lain akan menuju ke lokasi infeksi =>
membentuk tuberkel yg mengandung sel epiteloid (makrofag yg rusak) dan sel datia langhans (bbrp makrofag
akan bersatu membentuk sel raksasa yg mengandung byk inti).
Q. Latent TB infection?
Kondisi terdapatnya infeksi kuman M.tb tanpa menimbulkan gejala dan tanda sakit TB, foto toraks normal, tdk
ada bukti bakteriologi M.tb tetapi menunjukan hasil positif pada uji imunologi seperti tuberkulin positif dan
atau IGRA positif. Pada pasien dgn LTBI, sekitar 5% akan menjadi TB aktif dalam 5 tahun dan 5% selama
hidupnya. Terapi TB latent yaitu :
Regimen Durasi
Isoniazid 6-9 bulan
Rifampin 4-6 bulan
Rifampin +INH 4 bulan
12 dosis INH/Rifapentin 3 bulan (1x/minggu)
Q. Perbandingan pemeriksaan untuk LTBI?IGRA menilai produksi IFN gamma oleh sel T sebagai respons
terhadap antigen spesifik ESAT-6 dan CFP-10.