OLEH:
dr. Nana Angelia Seran
PENDAMPING:
dr. Theodorus L. Mau Bere
Pengobatan:
Obat Anti Tuberkulosis
(OAT)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TUBERKULOSIS
Penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis
TUBERKULOSIS
PARU TUBERKULOSIS
EKSTRA PARU
n
k
u
r
ak
IMUNOPATOGENESIS
ol TUBERKULOSIS
fve
eia
og
lm
ie
an
l
g
av
dn
e
id
o
fu
lan
ag
or
sb
,
iak
ts
ai
rm
l
aa
kt
EPIDEMIOLOGI
WHO Global TB
Report 2020:
10 juta org di dunia
h menderita TB dan 1,4
juta org meninggal tiap
tahun. Indonesia
peringkat kedua dunia,
setelah India.
2.Sarang meluas, tapi segera menyembuh dengan jaringan fibrosis. Ada yang
menimbulkan perkapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran.
Batuk darah
a). Indurasi 0-5 mm (diameternya) : Mantoux negatif = golongan no sensitivity. Di sini peran
antibodi humoral paling menonjol.
b). Indurasi 6-9 mm : Hasil meragukan = golongan normal sensitivity. Di sini peran antibodi
humoral masih menonjol.
c). Indurasi 10-15 mm : Mantoux positif = golongan low grade sensitivity. Di sini peran kedua
antibodi seimbang.
d). Indurasi > 15 mm : Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity. Di sini peran antibodi
seluler paling menonjol.
PENGOBATAN
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu
fase intensif dan fase lanjutan.
Pasien dikontrol dalam 1 -biasanya setelah 2-3 minggu -foto kontrol dapat dibuat pada
minggu pertama, selanjutnya 2 pengobatan sputum BTA mulai akhir pengobatan sebagai
minggu selama tahap intensif menjadi negatif dokumentasi untuk
dan seterusnya sekali sebulan -Px dilakukan sebulan sekali perbandingan bila nanti timbul
sampai akhir pengobatan. anjuran WHO kontrol kasus kambuh
Secara klinis hendaknya sputum pada akhir bulan ke-2, - Jika keluhan pasien tidak
terdapat perbaikan keluhan- 4 atau 5 dan 6 berkurang (misalnya
keluhan pasien seperti batuk -Pemeriksaan resistensi tetap batuk-batuk), dengan
berkurang, batuk darah hilang, dilakukan pada pasien baru pemeriksaan radiologis dapat
nafsu makan bertambah, berat yang BTA-nya masih positif dilihat keadaan TB parunya
badan meningkat dll setelah tahap intensif dan pada atau adakah penyakit lain yang
awal terapi bagi pasien yang menyertainya
mendapatkan pengobatan ulang - Evaluasi foto dada dilakukan
(retreatment) setiap 3 bulan sekali (karena
perubahan tidak secepat
perubahan bakteriologis)
HASIL PENGOBATAN PASIEN TB
Hasil Pengobatan Definisi
Sembuh Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positif pada awal pengobatan, yang
hasil pemeriksaan bakteriologis pada akahir pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu
pemeriksaan sebelumnya.
Pengobatan lengkap Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap di mana pada salah satu
pemeriksaan sebelum akhir pengobatan hasilnya negatif, namun tanpa ada bukti hasil
pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.
Gagal Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan atau kapan saja apabila selama pengobatan diperoleh
hasil laboratorium yang menunjukkan adanya resistensi OAT.
Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelum memulai atau sedang dalam
pengobatan.
Putus berobat (loss to Pasien TB yang tidak memulai pengobatan atau yang pengobatannya terputus selama 2 bulan
follow up) berturut-turut atau lebih.
Tidak dievaluasi Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya. Termaksud dalam kriteria ini
adalah pasien pindah (transfer out) ke kabupaten/kota lain di mana hasil akhir pengobatannya
tidak diketahui oleh kabupaten/kota yang ditinggalkan.
DEFINISI HEMOPTISIS
Hemoptisis nonmasif
Theron J, Diacon AH, Bolliger CT. Management of massive hemoptysis. In: Nava S, Welte T, editors. Respiratory
Emergencies. UK: The European Respiratory Monograph; 2006. p. 95-105.
ETIOLOGI HEMOPTISIS MASIF
Tabel 1. Berbagai etiologi hemoptisis masif
Kelompok kelainan Penyakit yang menyebabkan hemoptisis masif
Kelainan sistemik Behcet’s disease
Wegener’s granulomatosis
Goodpasture’s syndrome
Systemic lupus erythematosus (SLE)
Gangguan koagulasi Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Trombositopenia
Hemofilia
Von Willebrand’s disease
Terapi antikoagulan
Penyebab lain-lain Lymphangioleiomyomatosis
Katamenial (endometriosis)
Bronkolith
Theron J, Diacon AH, Bolliger CT. Management of massive hemoptysis. In: Nava S, Welte T, editors.
Respiratory Emergencies. UK: The European Respiratory Monograph; 2006. p. 95-105
DIAGNOSIS
Tabel 2. Perbedaan antara hemoptisis dan hematemesis
Perbedaan Hemoptisis Hematemesis
Anamnesis Tanpa keluhan mual atau Disertai keluhan mual atau
muntah muntah
Pasien memiliki riwayat Pasien biasanya tidak
penyakit paru memiliki riwayat penyakit
paru
Mungkin mengalami asfiksia Jarang disertai asfiksia
Pemeriksaan sputum Frothy Jarang frothy
Kemerahan cair atau tampak Warna kehitaman/Coffe
ada bekuan darah bercampur ground appearance
dahak Kecoklatan atau kehitaman
Merah segar atau pink
• Penderita bekas TB dengan hemoptisis memiliki lesi ektasis bronkus sisa lesi
lama berupa:
• bronkiektasis, hipervaskularisasi, pelebaran pembuluh darah bronkial, kavitas,
serta pembentukan pembuluh darah kolateral anastomosis.
PATOGENESIS HEMOPTISIS PADA TB PARU
R
u
p
t
u
r
a
n
e
u
r
i
s
m
a
R
a
s
s
m
u
s
s
e
n
’
s
k
e
t
e
r
l
i
b
a
t
a
n
t
u
n
i
k
a
a
d
v
e
n
t
i
s
i
a
p
e
m
b
u
l
u
h
d
a
r
a
h
y
a
n
g
m
e
n
g
a
l
a
m
i
d
e
s
t
r
u
k
s
i
a
k
i
b
a
t
i
n
f
l
a
m
a
s
i
l
o
k
a
l
(
i
n
f
e
k
s
i
T
B
y
a
n
g
a
k
t
i
f
k
e
m
b
a
l
i
)
PATOGENESIS HEMOPTISIS PADA TB PARU
• Erosi lesi kalsifikasi merupakan sebab lain hemoptisis bekas TB.
• Lesi kalsifikasi membentuk bronkolith di dekat pembuluh darah dinding saluran
napas.
• Gerakan saluran napas saat batuk menyebabkan erosi dinding pembuluh darah oleh
kalsifikasi hemoptisis masif
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
laboratorium darah
Pemeriksaan sputum
Foto toraks
Bronkoskopi diagnostik
PERBEDAAN ANTARA HEMOPTISIS DAN HEMATEMESIS
Bidwell JL, Pachner RW. Hemoptysis: diagnosis and management. Am Fam Physician.
2005;72:1253-60
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan hemoptisis masif /non masif
Menghentikan pendarahan
Penderita berbaring pada posisi lateral dekubitus ke sisi paru yang sakit
pemantauan kesadaran, tanda vital yaitu tekanan darah, frekuensi nadi, laju
pernapasan, dan saturasi oksigen, serta pantau jumlah darah yang
dibatukkan
Pemberian oksigen dengan kanul atau masker bila jalan napas bebas
hambatan/sumbatan
PENATALAKSANAAN
Penanganan awal penderita yang mengalami pendarahan aktif
Obat dengan efek sedasi ringan dapat diberikan jika penderita gelisah
Obat supresi refleks batuk seperti kodein dan morfin sebaiknya dihindari
Transfusi darah diberikan jika hematokrit < 25-30% atau Hb < 10 gr/dL
sedangkan perdarahan masih berlangsung.
PENATALAKSANAAN
Algoritma penatalaksanaan awal hemoptisis di ruang gawat darurat
Baptiste EJ. Management of hemoptysis in the emergency department. Hospital Physician. 2005;28:53-9
PENATALAKSANAAN
Algoritma penatalaksanaan hemoptisis masif
Theron J, Diacon AH, Bolliger CT. Management of massive hemoptysis. In: Nava S, Welte T, editors. Respiratory
Emergencies. UK: The European Respiratory Monograph; 2006. p. 95-105
PROGNOSIS
RIWAYAT SOSIAL
Pasien belum menikah, tinggal bersama dengan kedua orangtua
dan 4 orang saudara kandung. Rumah memiliki ventilasi udara
yang cukup di setiap kamar/ruangan, namun jarang membuka
jendela dan pintu rumah.
PEMERIKSAAN FISIK 10/01/2022
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran/GCS : compos mentis/E4V5M6
Tekanan Darah : 107/76 mmHg
Nadi : 104 x/m (reguler, kuat angkat)
Pernafasan : 28 x/m
Suhu : 37,6oC (Axilla)
SpO2 : 95%
Berat Badan : 42 kg
Tinggi Badan : 154 cm
STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephal, rambut distribusi merata,
tidak mudah rontok
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik
(+/+), pupil , isokor (+/+), reflex
cahaya (+/+)
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-), Epistaksis (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering, lidah kotor (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-), peningkatan JVP (-)
Abdomen
Inspeksi : perut datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), Nyeri tekan
abdomen (-), hepar dan lien tidak teraba,
massa (-), turgor kulit normal
Perkusi : Timpani ke 4 kuadran abdomen,
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris , retraksi inter costa (+/+)
Palpasi : Vokal Fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor-sonor-sonor/pekak-sonor-sonor
Auskultasi : suara dasar paru vesikuler (+/+), rhonki +--/+++),
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea
midclavicularis sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
Ekstremitas :
Atas : Udem (-/-), turgor kulit baik, akral hangat,
sianosis (-), CRT < 2 detik
Bawah : Udem (-/-), turgor kulit baik, akral hangat, sianosis
(-), CRT < 2 detik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RSUD MGR. GABRIEL MANEK
(10/01/2022)
Codein 3 x 10 mg (PO)
Pemeriksaan TCM TB
MRS Flamboyan
F.U Flamboyan/ 11/01/2022
S Pasien mengatakan masih batuk bercampur darah sedikit (+), lemas berkurang,
demam (-)
• Pemfis:
• Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Leher: Pemb. KGB (-), pemb. Tiroid (-)
• Paru: Ves (+/+), rh (+/+), wh(-/-), retraksi intercosta (+/+) berkurang
• Cor: S1S2 T/R, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen: cembung BU (+), nyeri tekan abdomen (+)
• Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 dtk, edema inferior -/-
A Hemoptoe ec TB Paru Aktif (TB Paru Kasus Baru)
P Planning DPJP:
Infus RL 20 tpm
02 nasal kanul 2-3 lpm
Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gram (IV)
Codein 3 x 10 mg (PO)
Asam traneksamat 3 x 500 mg (IV)
Paracetamol 3 x 500 mg (PO)
Pemeriksaan TCM TB
F.U Flamboyan/ 12/01/2022
S Pasien mengatakan masih batuk bercampur darah sedikit (+), lemas berkurang,
demam (-)
• Pemfis:
• Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Leher: Pemb. KGB (-), pemb. Tiroid (-)
• Paru: Ves (+/+), rh (+/+), wh(-/-), retraksi intercosta (+/+) berkurang
• Cor: S1S2 T/R, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen: cembung BU (+), nyeri tekan abdomen (+)
• Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 dtk, edema inferior -/-
A Hemoptoe ec TB Paru Aktif (TB Paru Kasus Baru)
P Planning DPJP:
Infus RL 20 tpm
02 nasal kanul 2-3 lpm
Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gram (IV)
Codein 3 x 10 mg (PO)
Asam traneksamat 3 x 500 mg (IV)
Paracetamol 3 x 500 mg (PO)
HASIL PEMERIKSAAN TCM
Mycobacterium Tuberculosis terdeteksi
F.U Flamboyan/ 12/01/2022
S Pasien mengatakan masih batuk berkurang, darah (bercak-bercak), lemas (-), demam (-)
• Pemfis:
• Mata: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
• Leher: Pemb. KGB (-), pemb. Tiroid (-)
• Paru: Ves (+/+), rh (---/++-) berkurang, wh(-/-), retraksi intercosta (-/-)
• Cor: S1S2 T/R, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen: cembung BU (+), nyeri tekan abdomen (+)
• Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 dtk, edema inferior -/-
A Hemoptoe ec TB Paru Aktif (TB Paru Kasus Baru)
P Planning DPJP:
Codein 3 x 10 mg (PO)
Asam traneksamat 3 x 500 mg (PO)
Paracetamol 3 x 500 mg (PO)
OAT Kategori 1 dari Puskesmas
Pasien boleh pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Kasus Teori
Keluhan batuk berdarah sejak 3 hari SMRS. Riwayat Keluhan Pasien mengarah ke gejala TB paru.
batuk-batuk sejak 3 bulan. Batuk berdahak,berwarna Di mana berdasarkan teori gejala yang
kuning kadang kehijauan, dahak berbau busuk (-).
Sejak 3 hari yll dahak bercampur darah, warna darah ditimbulkan dari TB paru adalah
merah segar, darah berbentuk gumpalan. Pada saat Batuk terus menerus dan berdahak ≥ 2
batuk darah yang di keluarkan kira-kira sebanyak 1/2 minggu, dahak bercampur darah, batuk darah,
sendok makan. Setiap kali batuk, dahak bercampur sesak napas, nyeri dada, badan lemas, nafsu
darah. Muntah berdarah (-), keluar darah berwarna makan menurun, penurunan berat badan,
hitam gelap dari mulut (-), mual (-), nyeri ulu hati (-).
Selain itu pasien juga mengeluhkan merasa sesak napas malaise, berkeringat malam walaupun tanpa
hilang timbul sejak 3 bulan. Keluhan sesak napas kegiatan , demam/meriang.
memberat 3 hari terakhir. Nafsu makan menurun (+),
lemas (+), pernurunan berat badan (+), lebih sering
berkeringat di malam hari (+) dan demam naik turun
(+). Pasien merasa berat badannya turun selama 3 bulan
ini, BAK lancar. BAB lancar. BAB hitam disangkal.
Pasien tida memiliki riwayat keluhan yang sama
sebelumya.
Kasus Teori
Ayah pasien pernah terdiagnosis TB paru pada Faktor risiko:
tahun 2018 dan tidak tuntas pengobatan 6 bulan. 1. Orang dengan HIV positif dan penyakit
Rumah pasien memiliki ventilasi udara yang imunokompromais lain.
cukup di setiap kamar/ruangan, namun jarang 2. Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan
membuka jendela dan pintu rumah. dalam jangka waktu
panjang.
3. Perokok
4. Konsumsi alkohol tinggi
5. Anak usia <5 tahun dan lansia
6. Memiliki kontak erat dengan orang dengan
penyakit TB aktif yang
infeksius.
7. Berada di tempat dengan risiko tinggi
terinfeksi tuberkulosis
(contoh: lembaga permasyarakatan, fasilitas
perawatan jangka
panjang)
8. Petugas kesehatan
9. Ruangan dengan sirkulasi udara yang kurang
baik dan tanpa cahaya matahari akan
meningkatkan risiko penularan.
Kasus Teori
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan pasien Berdasarkan teori pada kasus TB paru kelainan yang didapat
compos mentis, tekanan darah 107/76 tergantung luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal)
mmHg, nadi 104 x/m (reguler, kuat angkat) , perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)
pernafasan 28 x/m, suhu: 37,6oC (Axilla), menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak
SpO2 95%. Pada pemeriksaan lapang paru di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen
didapatkan adanya retraksi intercosta, posterior (S1 dan S2), serta daerah apeks lobus inferior (S6).
perkusi pekak pada 1/3 lapang paru kiri Pada pemeriksaan dapat ditemukan antara lain suara napas
(apeks paru) dan ada suara napas tambahan bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-
rhonki pada lapang paru. tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. Pada
pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisik tergantung
dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi
ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah
sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan. Pada
limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah
bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan
metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.
Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess.
Kasus Teori
Berdasarkan hasil pemeriksaan Di mana pemeriksaan darah akan bermakna jika kasus telah
laboratorium tidak ditemukan berlangsung lama (kronik), berdasarkan teori anemia pada kasus
kelainan pada pemeriksaan darah TB paru bisa disebabkan yang pertama karena supresis eritropoesis
lengkap. oleh mediator inflamasi. Kondisi ini terjadi karena adanya
disregulasi sistem imun terkait dengan respon sistemik terhadap
kondisi penyakit yang diderita. Pada kasus TB terjadi peningkatan
sitokin pro inflamasi seperti TNF-α, IL-6, IL1β serta interferon-γ
berpengaruh terhapat penurunan eritroid progenitor. Penurunan
eritroid progenitor ini menghambat diferensiasi dan proliferasi
eritrosit secara langsung. Selain itu, anemia pada kasus TN juga
dapat disebabkan oleh terganggunya homeostasis zat besi dengan
adanya peningkatan ambilan dan retensi zat besi dalam sel RES.
Zat besi merupakan faktor pertumbuhan penting untuk
Mycobacterium Tuberculosis. Retensi besi pada sistem RES
merupakan salah satu mekanisme pertahanan tubuh. Terganggunya
hemostasis zat besi menyebabkan terjadinya pengalihan zat besi
dari sirkulasi ke tempat penyimpanan RES dan diikuti terbatasnya
persediaan zat besi untuk sel eritroid progenitor. Hal ini
menyebabkan terbatasnya proses pembentukan eritrosit.
Kasus Teori
Hasil pemeriksaan TCM Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan dahak
ditemukan kuman Mycobacterium mikroskopis langsung dengan mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang
Tuberculosis terdeteksi dan pada dikumpulkan berupa dahak Sewaktu-Pagi (SP) lalu diwarnai dengan
pemeriksaan rontgen X-Ray pewarnaan Ziehl Neelsen, emeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB,
Thorax didapatkan adanya Pemeriksaan biakan dapat dilakukan dengan media padat (Lowenstein-
Perselubungan inhomogen di Jensen) dan media cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube). Selain itu,
lapang atas-tengah paru kiri penegakkan diagnosis TB paru juga menggunakan hasil foto thorax X-ray
disertai bercak-bercak dan cavitas maupun CT Scan. Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB
berdinding tipis yang merupakan aktif antara lain:
gambaran TB Paru aktif. • Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah.
• Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular. Bayangan bercak milier.
•Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif:
Fibrotik, Kalsifikasi, Schwarte atau penebalan pleura
Luluh Paru (destroyed Lung): Gambaran radiologi yang menunjukkan
kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh
paru . Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/
multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau
penyakit hanya perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan
aktivitas proses penyakit.
PATOGENESIS HEMOPTISIS PADA TB PARU
• Patogenesis hemoptisis TB paru aktif adanya kavitas disertai peradangan
ulserasi bronkus atau alveolus disekitarnya.
• Kavitas + peradangan nekrosis atau erosi pembuluh darah dinding bronkus dan
alveolus di sekitarnya.
• Erosi pecahnya pembuluh darah hemoptisis
• Penderita bekas TB dengan hemoptisis memiliki lesi ektasis bronkus sisa lesi
lama berupa:
• bronkiektasis, hipervaskularisasi, pelebaran pembuluh darah bronkial, kavitas,
serta pembentukan pembuluh darah kolateral anastomosis.
PATOGENESIS HEMOPTISIS PADA TB PARU
R
u
p
t
u
r
a
n
e
u
r
i
s
m
a
R
a
s
s
m
u
s
s
e
n
’
s
k
e
t
e
r
l
i
b
a
t
a
n
t
u
n
i
k
a
a
d
v
e
n
t
i
s
i
a
p
e
m
b
u
l
u
h
d
a
r
a
h
y
a
n
g
m
e
n
g
a
l
a
m
i
d
e
s
t
r
u
k
s
i
a
k
i
b
a
t
i
n
f
l
a
m
a
s
i
l
o
k
a
l
(
i
n
f
e
k
s
i
T
B
y
a
n
g
a
k
t
i
f
k
e
m
b
a
l
i
)
PATOGENESIS HEMOPTISIS PADA TB PARU
• Erosi lesi kalsifikasi merupakan sebab lain hemoptisis bekas TB.
• Lesi kalsifikasi membentuk bronkolith di dekat pembuluh darah dinding saluran
napas.
• Gerakan saluran napas saat batuk menyebabkan erosi dinding pembuluh darah oleh
kalsifikasi hemoptisis masif
Tanto, Christ [et. al.]. (2016). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI.
Kementirian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta. 2014.
WHO The Global Plan to Stop TB 2011-2015 : Transforming the fight toward Elimination of TB. 2011.
Pfyffer GE. Mycobacterium : General characteristics Laboratory Detection and Staining Procedure in
manual of Clinical Microbiology. Editor Patrick R Murray. 9th ed. ASM Press. Washington DC. 2007.
Vincet V, Gutierrez MC. Mycobacterium : Laboratory Charateristics of Slowly Growing Mycobacterium.
in manual of Clinical Microbiology. Editor Patrick R Murray. 9th ed. ASM Press. Washington DC. 2007.
Siddiqi S. Drug Resistant TB; Role of culture-based testing compared with new technologies. Bacton-
Dickinson product information. 2012
Kolegium PAMKI, Modul MK/07: Penanganan Mikrobiologi Klinik Penyakit Tuberculosis dan Non
Tuberculosis Mycobacterium, Modul Pendidikan Spesialis Mikrobiologi Klinik Berbasis Kompetensi.
2010. 7.1-7.13.
TERIMA KASIH