Anda di halaman 1dari 38

Tuberkulosis

Paru
Ilham Taufiqul Hakim 20210420083

Pembimbing : dr. Sri Sarwosih Indah Marthaty, Sp. P


Definisi

Penyakit kronik menular akibat bakteri


Mycobacterium tuberculosis.
Epidemiologi 2020 = 10 Juta kasus
Pria 5,6 ~ Perempuan 3,3
Asia
44%
Tenggara
25% Afrika
18% Pasifik Barat
2022 Indonesia
824.000 Jumlah kasus
93.000 Kematian
Terbanyak di Usia produktif 45
– 54 tahun
Morfologi M. Tuberculosis
● Bentuk lurus / melengkung,
tidak berkapsul, tidak berspora
● Panjang 1-4 um, lebar 0,3-0,6
um
● Lapisan lemak tinggi pada
dinding & susunan kompleks ->
Asam mikolat, trahalosa
dimikolat, mycobacterial
sulfolipid, polisakarida
Etiologi dan Transmisi
 5 Bakteri : Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum,
Mycobacterium microti and Mycobacterium cannettii. M.tuberculosis. -> saat ini yang
paling sering ditemukan dan menular lewat udara.

 Penderita TB Ketika batuk, bersin, bicara dapat menularkan lewat udara -> droplet nuclei
(1-5 um) -> bertahan 4 jam di udara
 1x Batuk = 3.000 percik renik
 1x Bersin = 1 juta percik renik
 1 percik renik = 1-5 basil
 Infeksi bisa terjadi -> 1-10 basil

 Penentu transmisi TB
A. Jumlah Organisme keluar di udara
B. Konsentrasi Organisme (ditentukan volume ruang dan ventilasi)
C. Lama orang menghirup udara kontaminasi
Faktor Resiko
Dengan HIV + dan penyakit Anak usia < 5 tahun dan
imunokompromais lain lansia

Orang riwayat konsumsi


obat imunosupresan Kontak erat pasien TB
jangka panjang

Perokok, Alkohol Di tempat risiko tinggi


Patogenesis
 Droplet nuclei terinhalasi -> jumlah memadai ->
terdeposit melebihi makrofag untuk difagosit -> bakteri
TB bertahan + berkembang biak pada makrofag ->
pneumonia & TB terlokalisasi
 Ketika makrofag mati -> Bakteri TB keluar -> imun
merespon dengan membuat barrier disekitar area
terinfeksi -> granuloma
 Jika barrier ditembus -> infeksi menyebar -> system
limfatik + pembuluh darah -> infeksi organ lain (apeks
paru, ginjal, otak, tulang
Patogenesis (2)
 Bakteri yang masuk jaringan paru -> bersarang di jaringan
paru -> fokus primer -> bisa di bagian paru mana saja
 Fokus primer -> radang KGB menuju hilus -> limfangitis
lokal -> pembesaran KGB -> limfadenitis regional

 Terbentuknya fokus primer + limfadenitis regional ->


kompleks primer
Patogenesis (3)
 Kompleks Primer dapat menjadi :
A. Sembuh tanpa cacat sama sekali -> restitution ad
integrum
B. Sembuh meninggalkan sedikit bekas -> ghon focus,
fibrosis, kalsifikasi
C. Menyebar :
• Bronkogen -> bronkus ke bronkus lain
• Limfogen -> limfadenitis TB
• Hematogen -> TB milier, meningitis, tulang, ginjal
Patogenesis (4)
 TB Primer -> paparan pertama menjadi kompleks primer

 TB Laten -> dorman, asimtomatik

 TB Post Primer -> Reinfeksi -> kavitas, kerusakan paru luas


Klasifikasi
1. Terduga (presumptive) pasien TB -> terdapat keluhan atau
gejala klinis mendukung TB.

2. Pasien TB terkonfirmasi bakteriologis -> pasien TB terbukti


positif bakteriologi pada hasil pemeriksaan (sputum) melalui
pemeriksaan mikroskopis langsung, TCM TB, atau biakan.

3. Pasien TB terdiagnosis secara klinis -> tidak memenuhi kriteria


secara bakteriologis, tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif
oleh dokter, dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB
Klasifikasi (2) Lokasi Anatomis
A. TB paru
Melibatkan parenkim paru atau trakeobronkial.
B. TB ekstra paru
Melibatkan organ di luar parenkim paru. (pleura, kelenjar
getah bening, abdomen, saluran genitorurinaria, dll)
Klasifikasi (3) RPO
a. Kasus baru
Belum pernah meminum OAT sebelumnya / riwayat mengomsumsi OAT <
1 bulan

b. Kasus dengan riwayat pengobatan


Pernah mendapatkan OAT 1 bulan atau lebih

c. Kasus kambuh
Sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap dan saat ini ditegakkan diagnosis TB episode kembali
Klasifikasi (4) RPO
d. Kasus gagal pengobatan

sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan dinyatakan gagal pada akhir pengobatan.
~ Setelah terapi 5 bulan  BTA tetap / menjadi (+)
~ Sebelum Tx TB BTA (-)  terapi 2 bulan BTA menjadi (+)
e. Kasus Putus Berobat
Berhenti obat >2 bulan, pemeriksaan BTA (+), klinis TB aktif
f. Kasus setelah loss to follow up
Pernah OAT 1 bulan / lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2 bulan berturut-
turut dan dinyatakan loss to follow up sebagai hasil pengobatan.
Klasifikasi (5) RPO
g. Kasus lain-lain
Sebelumnya pernah mendapatkan OAT, hasil akhir tidak diketahui

h. Kasus dengan riwayat pengobatan tidak diketahui


Tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya sehingga tidak dapat
dimasukkan dalam salah satu kategori di atas.
Klasifikasi (6) Kepekaan obat
a. Monoresisten
Resistensi terhadap salah satu jenis OAT lini pertama.
b. Poliresisten
Resistensi terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
selain isoniazid (H) dan rifampisin (R) secara bersamaan.
c. Multidrug resistant (TB MDR)
Minimal resistan terhadap isoniazid (H) dan rifampisin (R)
secara bersamaan
Klasifikasi (7) Kepekaan obat
d. Extensive drug resistant (TB XDR)
TB-MDR + resistan terhadap salah satu OAT golongan
fluorokuinolon dan salah satu dari OAT lini kedua jenis
suntikan (kanamisin, kapreomisin, dan amikasin).
e. Rifampicin resistant (TB RR)
Terbukti resisten terhadap Rifampisin dengan atau tanpa
resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi. Termasuk dalam
kelompok TB RR adalah semua bentuk TB MR, TB PR, TB
MDR dan TB XDR yang terbukti resistan terhadap rifampisin.
Diagnosis
- Gejala Klinis
- Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Bakteriologis
- Pemeriksaan Radiologis
- Penunjang Lain
Gejala Klinis
Gejala Utama
~ Batuk berdahak ≥ 2 minggu

Gejala Tambahan :
- Batuk darah
- Keringat malam hari
- Sesak napas
- Demam subfebris > 1 bulan
- Badan lemas
- Nyeri dada
- Penurunan nafsu makan
- Malaise
- Penurunan BB
Pemeriksaan Fisik
• Bergantung luas kelainan struktur, pada awal akan sulit
ditemukan kelainan, biasanya bisa terdengar suara nafas
bronkial, amforik, suara nafas melemah, ronki basah
kasar/halus, atau anda penarikan paru, diafragma, dan
mediastinum
• Pleuritis TB
- Perkusi -> redup.
- Auskultasi -> suara nafas melemah
• Limfadenitis TB -> KGB membesar
Pemeriksaan Bakteriologis
 Bahan -> Dahak, CSF, cairan pleura, urin, feses, biopsy
 Pengumpulan :
 Dahak diambil 2x, untuk TCM cukup 1x
 FNAB -> apusan kering di gelas objek u/ kultur dan uji
kepekaan antibiotic bisaa ditambah NaCl 0.9% 3-5 ml
sebelum kirim Lab. Mikrobio & PA

Pemeriksaan dahak & bahan lain -> mikroskop atau


biakan
Pemeriksaan Bakteriologis (2)
Pemeriksaan Mikroskopis
Biasa -> ziehl Nielsen
Fluoresen -> auramine-rhodamine

Pemeriksaan Biakan
Media padat -> Lowenstein-Jensen
Media cair -> Mycobacteria Growth
Indicator Tube
Pemeriksaan Bakteriologis (3)
~ Tes cepat molekular (TCM) -> identifikasi M. Tb dan
kepekaan obat
• GeneXpert MTB/RIF (uji kepekaan untuk
rifampisin)
• MTBDRplus (uji kepekaan untuk R dan H)
• MTBDRsl (uji kepekaan untuk etambutol,
aminoglikosida, dan florokuinolon)
Pemeriksaan Radiologi
~ Posisi standar TB paru -> PA
~ Gambaran Bermacam-macam bentuk ->
multiforme
~ Gambaran curiga lesi aktif TB
- Bayangan berawan / nodular pada segmen
apical dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah
- Bayangan berccak milier
- Efusi pleura unilateral atau bilateral
- Kavitas, >1 dikelilingi bayangan opaque
berawan atau nodular
Pemeriksaan Radiologi (2)
~ Gambaran curiga lesi inaktif TB
- Fibrotik
- Schwarte
- Kalsifikasi
Pemeriksaan Radiologi (3)
TREATMENT TB

Prinsip Pengobatan :
- Diberikan dalam bentuj - Diberikan dalam jangka waktu
paduan obat minimal 4 macam cukup -> ada 2 fase ( 2 bulan
-> mencegah resistensi awal intensif, 4 bulan tahap
- Diberikan sesuai dosis lanjutan) -> apabila ada
- Diberikan secara teratur dan komorbid jangka waktu bisa
diawasi hingga masa lebih.
pengobatan selesai
Treatment TB
2 fase pengobatan TB :
(1.) Intensif (2-3 bulan)
-> 4 kombinasi obat R
HZE
(2.) Tahap lanjutan (4
bulan) -> obat H R
Treatment TB
 Untuk kepatuhan berobat,
OAT lini pertama sudah
dikombinasi dalam KDT
(kombinasi dosis tetap)

 Fase Intensif Lanjutan


 R -> 150 mg - R -> 150 mg
 H -> 75 mg - H -> 75 mg
 Z -> 400 mg
 E -> 275 mg
Treatment TB
- Paduan Obat
~Pasien Baru -> 2HRZE/ 4 HR
~Pasien pertama dengan riwayat pengobatan
TB -> didasarkan uji kepekaan antibiotic, selama
menunggu hasil diberikan OAT lini pertama
~Untuk TB RO -> Rujuk ke Spesialis Paru
Evaluasi Treatment TB
- Evaluasi Bakteriologis -> 0 – 2 – 3” – 5 – 6 Bulan

- Evaluasi Radiologis -> 0 – 2 – 6 Bulan

- Evaluasi Pasien Sembuh -> 3 – 6 – 12 Bulan setelah


pengobatan selesai
* Evaluasi keluhan klinis, mikroskopis BTA dahak &
foto thoraks
Efek
Samping OAT
Efek Samping
OAT
Pencegahan

Vaksinasi BCG IDAI -> Vaksin segera


01 (Bacilus Calmete sebelum bayi berusia 1
bulan
Guerin )

- Profilaksis primer u/ pencegahan

02
penularan kelompok kontak erat ->
Profilaksis Isoniazid 5-10 mg/KgBB/hari
- Diberikan selama kontak / minim 3 bulan
Komplikasi
• Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik
sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah
selesai pengobatan.
• Beberapa komplikasi yang mungkin timbul adalah :
• Hemoptisis
• Pneumotoraks
• Gagal napas
• Fibrosis paru
• Keadaan komplikasi harus dirujuk ke faskes memadai
Prognosis
• Sebagian besar pasien dengan diagnosis TB memiliki hasil yang baik. Ini
terutama karena pengobatan yang efektif. Tanpa pengobatan angka
kematian untuk tuberkulosis lebih dari 50%.
• Kelompok pasien berikut lebih rentan terhadap hasil yang lebih buruk atau
kematian setelah infeksi TB :
• Lanjut usia, bayi, dan anak kecil
• Terlambat menerima pengobatan
• Bukti radiologis adanya penyebaran yang luas
• Kompromi pernapasan parah sehingga membutuhkan ventilasi
mekanis
• Imunosupresi
• Multidrug Resistance (MDR) Tuberkulosis
Terima
Kasih !

Anda mungkin juga menyukai