Anda di halaman 1dari 7

Ringkasan Seminar Imaging Pulmonary TB

TB (Tuberkulosis)

Hari TB sedunia diperingati pada tanggal 24 maret yang ditemukan oleh Robert Koch.
Indonesi merupakan negara urutan ke lima didunia dengan jumlah TB yang mengalami resisten
setelah India.

 3 arahan presiden mengenai percepatan pengurangan TB di Indonesia


- Pelacakan secara agresif
- Layanan diagnostik maupun pengobatan TBC
- Upaya lintas sector.
 Klasifikasi TB menurut WHO :
- TB terkonfrimasi bakteri, berdasarkan pemeriksaan : BTA, kultur, TCM
- TB terdiagnosis klinis : pemeriksaan kinis , CXR.
 Permenkes 67 tahun 2016 tentang penanggulangan TB :
1. Tersedianya alat tes cepat TB untuk semua orangg yang dengan bergejala TB
2. Semua pasien TB yang dikonfirmasi secara bakteriologis harus diperiksa uji kepekaan
setidaknya untuk rifampisin
3. Semua pasien TB yang resisten
 Jenis pemeriksaan mikrobiologi dalam program TB :
- TCM : MTB dan resistensi terhadap rifampisisn dalam maksimal waktu 2 jam
- LPA lini 2 : MTB dan resisten terhadap golongan fluorokuinolon dan SUD (obat
individual).
- Biakan media cair : mendeteksi MTB dalam waktu 2-6 minggu.
- Mikroskopis : mudah, murah, level biosafety rendah, tidak bisa membedakan
dengan kuman MOTT.
- Biakan media padat : Menndeteksi MTB dalam waktu 4-8 minggu.
 Pemanfaatan radiologis pada program TB : rontgen thorax (CXR)
1. dapat digunakan untuk triage dan skrining TB paru dan membantu diagnosis kasus TB
yang tidak dapat terkonfirmasi secara bakteriologis.
2. Sensitivitas cukup tinggi untuk TB paru sehingga CXR pernah menjadi salah satu metode
utama untuk mendiagnosis TB.
3. spesifisitas rendah
4. Terdapatnya variasi intra- dan interobserver pada pembacaan CXR: bila hanya berdasarkan
CXR dapat terjadi overdiagnosis dan underdiagnosis TB.
 Rekomendasi pemeriksaan radiologis untuk TB
- CXR untuk skrining TB aktif (CXR lebih sensitive dari skkrining gejala)
- Hasil CXR abnormal sugestif TB merupakan indicator untuk evaluasi TB/ pemeriksaan
bakteriologis.
- CXR penting dalam membantu diagnosis TB anak (dikombinasikan dnegan riwayat
pasien, uji tuberculin dan pemeriksaan bakteriologis)
- Triage dengan CXR untuk efisiensi penggunaan TCM
- CXR digunakan untuk mengekslusi TB aktif untuk pasien yang akan mendapatkan terapi
TB laten, termasuk pada anak dan ODHA
- CXR berperan penting pada survey prevalens.
 Penggunaan radiologi pada program TB nasional
1. Membantu diagnosis TB paru pada pasien yang tidak dapat terkonfirmasi secara
bakteriologis
2. Membantu diagnosis TB pada pasien anak
3. Membantu diagnosis TB ekstraparu
4. Penggunaan CXR untuk semua pasien TB resisten obat dengan tujuan untuk melihat
kondisi awal penyakit dan pemantauan pengobatan
5. Untuk mengekslusi penyakit TB aktif pada pasien yang akan mendapatkan terapi
pencegahan TB
6. Melakukan skrining TB pada populasi tertentu/risiko tinggi
7. Rencana pemanfaatan teknologi CAD4TB untuk skrining TB.
 SEA Regional WHO Surveys Predicting Similar Discription

Case detection Suspended active case finding / screening &


akses terbatas pada pelayanan kesehatan
Laboratory Reduced specimen referral & akses terbatas
pada laboratorium
Drug supply Disruption of procenement and supply chain &
stock out of some drug
Treatment & monitoring Facility-based DOT affected & monitoring
supervision suspended and reporting delayed
Human resources Many TB workers, laboraroties and TB
hospital are repurposed for covid-19 responses

 The role of imaging in PTB


- Screening
- Help clinical diagnose : to show abnormal pattern for typical and atypical
- Severity of PTB
- Predict MDR
- Follow up treatment
- Complication & TB relaps
 Post TB sequel yaitu terjadi perubahan anatomi dan patofisiologis thorax yang merupakan
komplikasi sekunder dari PTB , baik TB primer maupun sekunder bahkan setelah pengobatan
dan penyembuhan bakteriologi lengkap.
 Post TB sequel :
- Perubahan radiologis di thorax yang dikarenakan komplikasi sekunder dari infeksi TB
primer atau secondary pulmonary TB
- Perubahan ini banyak variasi dari bentuk sedangn hingga parah
- Pasca gejala sisa TB dapat dikategorikan menjadi parenkim, saluran nafas, pleura,
vaskular dan mediastinum.

 Kategori komplikasi dari TB


- Parenkim : tuberkuloma, thin walled cavity, sikatriks kolaps, aspergilloma, Ca
bronkogenik.
- Saluran nafas : bronkiektasis, trakeobronchial stenosis, bronkolithiasis.
- Pleura : emfisema, fibrothorax, bronkopleura fistula, penumothorax.
- Vascular : Rasmussen aneurysm, arteritis dan thrombosis, dilated bronchial arteries.
- Mediastinum : kalsifikasi lymphnodes, fibrosis mediastinitis, pericardial TB.
 MDR-TB (Multi Drug Resistant Tuberculosis), dimana pada kasus resisten minimal
terhadap rifampisin dan isoniazid secara bersamaan dengan atau tanpa OAT lini I yang lain.
Resistensi OAT sangat erat hubungannya dengan riwayat pengobatan sebelumnya.
 Kategori resisten obat OAT
- Monoresistance
- Polyresistance
- Multidrug resistance
- Extensive drug resistance
- Tuberculosis rifamicine resistance.
 Penegakan diagnosis TB-RO
- Pemeriksaan laboratorium untuk uji kepekaan M. Tuberculosis dengan metode
konvensional.
- Tes cepat (Rapid test).
 Pemantauan kemajuan pengobatan
- Pemantauan meliputi klinis, laboratorium, radiologi.
- Foto thorax dilakukan setiap 6 bulan atau bila terjadi komplikasi selama waktu
pengobatan.
 Evaluasi hasil akhir pengobatan TB-MDR
- Sembuh
- Pengobatan lengkap
- Meninggal
- Gagal
- Lost to follow-up
- Tidak dievaluasi.
 Gambaran radiologi X-Ray thorax MDR-TB
- Bercak opasitas/infiltrate
- Noduler/retikulonoduler/nodul milier
- Konsolidasi
- Kavitas
- Tuberkuloma
- Efusi pleura
- Fibrosis
- Penebalan pleura.
 DS-TB : infiltrate and ground-glass opacity were more dominant.
 MDR TB : consolidation, cavity, fibrosis, bronchiectasis, calcification, node, atelectasis,
bullae, emfisema dan lainnya. Parenchymal findings, were more dominant.
 Bercak opasitas/infiltrate yaitu suatu area opasitas pulmo yang disebabkan oleh kelainan air
space atau interstisial yang terlihat pada radiografi dan CT scan.
 Nodul/retikulonoduler/milier ; pada foto thorax pola milier terdiri dari opasitas paru
berbentuk bulat (diameter 3mm), kecil berlimpah, diskrit, yang umumnya seragam dalam
ukuran dan terdistribusi difus ke seluruh paru-paru.
 Retikulododuler adalah gambaran bentuk retikuler dan noduler, biasanya merupakan hasil
gambaran tumpang tindih dari sejumlah titik perpotongan dari garis yang tak terhitung
banyaknya menimbulkan efek mikro nodules pada foto thorax.
 Nodul adalah opasitas bulat, terdefinisikan dnegan baik atau buruk, diameter berukuran
sampai dengan 3 cm.
 Konsolidasi ; tampak sebagai penngkatan homogeny atenuasi parenkim paru yang
mengaburkan batas pembuluh darah dan dinding saluran nafas.
 Ground glass opacity ; pada foto thorax tampak sebagai area dnegan peningkatan opasitas
paru yang kabur, biasanya luas, dimana batas pembuluh darah paru didalamnya masih dapat
terlihat. Ground glass opacitymerupakan konsolidasi yang kurang opak, dimana batas
bronkovaskuler kabur.
 Fibrotik adalah opasitas linier atau retikuler pada parenkim paru, tanpa disertai infiltrate
atau konsolidasi disekitarnya. Dapat terjadi kalsifikasi pada jaringan fibrotik yang disebut
jaringan fibrokalsifikasi.
 Kavitas adalah lusensi pada parenkim paru dengan atau tanpa batas yang tidak tegas yang
dikelilingi infltrat/konsolidasi/nodul/massa/fibrotik.
 Kavitas multiple lebih sering ditemukan pada pasien infeksi MDR-TB dibandingkan
dengan DS TB. Kavitas dapat sembuh total tanpa meninggalkan bekas atau meninggalkan
sisa berupa residual cavity, meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru,
memadat dan membungkus diri menjadi tuberkuloma.
 Pemeriksaan X-Ray toraks pegang peranan penting untuk evaluasi pengobatan TB-MDR.
 NTM (Non Tuberculous Mycobacterial), dimana prevalensi angka kejadiannya meningkat
setiap tahun yaitu 5/6 kasus /100.000 pada wanita berusia >50 tahun. NTM spesies
commonly recognized :
- Mycobacterium Avium Complex (MAC), M.kansasii, M. Xenopi, M. abscessus, M.
fortuilitium dan M. chelonae
- Spesies NTM yang dapat berkembangbiak secara cepat : M. abscessus, M. fortuilitium
dan M. chelonae dapat membuat peradangan pada paru
- Spesies NTM yang berkembang biak lambat : Mycobacterium Avium Complex (MAC),
M.kansasii.
 Klasifikasi 4 klinikal sindrom NTM :
- Chronic lung disease
- Lymphadenitis
- Skin disease
- Disseminated disease
 Klinikal sindrom NTM yang mempunyai efek serius pada paru-paru, yaitu batuk kronik,
accompanied by purulent sputum and sometimes hemopysis.
 Sistematik simtom NTM : malaise, fatigue and advanced disease can lead to weight loss.
 Faktor risiko NTM : usia tua, immunosuppressive therapy dan HIV/AIDS, peningkatan
pemakaian antibiotic pada penyakit paru kronik.
 Karakteristik foto thorax NTM
- Infiltrate linier dan konsolidasi pada apex paru dan lobus posterior atas, lingual dan
lobus medial
- Cavitas (ukuran diameter <2,5cm)
- Multiple nodule (ukuran >0,5cm)
- bronkiektasis

Anda mungkin juga menyukai