Anda di halaman 1dari 37

TUBERKULOSIS

dr. Silmi Kaffah, Sp.P


TOPIK
DASHBOARD TB

PATOFISIOLOGI

DIAGNOSIS

DEFINISI KASUS DAN KLASIFIKASI

TATALAKSANA

EFEK SAMPING OAT

KESIMPULAN
DASHBOARD TB

9.900.000
Penderita TB di Seluruh Dunia pada tahun 2021

World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2021. 2021


Sumber: Data TB per 2 Februari 2022

4
Setiap 1 jam, 11 orang di Indonesia
meninggal dunia karena TB
Sejak Pandemi COVID-19…

Indonesia
Eliminasi
Tuberkulosis
tidak lagi
menjadi fokus
perhatian
PATOFIOLOGI
• Kuman TB masuk melalui saluran napas dan
berkembang biak di paru disebut FOKUS
PRIMER.
• Fokus primer dapat timbul peradangan saluran
getah bening disebut LIMFANGITIS LOKAL dan
menyebar ke sekitarnya disebut LIMFANGITIS
REGIONAL.
• FOKUS PRIMER + LIMFANGITIS REGIONAL dikenal
dengan KOMPLEKS PRIMER(GOHN’S) yang akan
mengalami :
1. SEMBUH tanpa CACAT
2. SEMBUH dengan CACAT ( FIBROSIS)
3. MENYEBAR dengan :
- Perkontinuitatum ( kedaerah sekitarnya)
- Bronkogen
- Limfogen
Lancet Infect Dis 2005; 5: 415–30
- Hematogen
PATOFIOLOGI
Pajanan
terhadap
pathogen TB

Terinfeks
Tidak
terinfeks i (30%)
i (70%)

TB aktif (5%) TB laten


(95%)

Reaktivasi
(5%)

Tetap
laten
Lancet Infect Dis 2005; 5: 415–30 (95%)
DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS
2. PEMERIKSAAN FISIS (PF)
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
ANAMNESIS
Gejala penyakit TB tergantung pada lokasi
lesi (RESPIRASI)
1. Batuk >2 minggu
2. Batuk berdahak
3. Batuk berdahak dapat bercampur darah
4. Dapat disertai nyeri dada Dengan gejala lain (NON RESPIRASI) meliputi :
5. Sesak napas 1. Malaise
2. Penurunan berat badan
3. Menurunnya nafsu makan
4. Menggigil
5. Demam
6. Berkeringat di malam hari
7. Terdapat benjolan/pembesaran KGB di colli
PEMERIKSAAN FISIS
• Auskultasi : suara napas bronkial, amforik, suara
napas melemah, ronki basah kasar/halus,
dan/atau tanda-tanda penarikan paru,
diafragma, dan mediastinum.
• Peluritis TB🡪perkusi redup atau pekak, auskultasi
ditemukan suara napas yang melemah sampai
tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan
• Limfadenitis TB🡪 pembesaran KGB tersering di
daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis
tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.
Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi
“cold abscess”.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
PENUNJANG
❑ Pemeriksaan Bakteriologis
• Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung (Sputum
Bakteri Tahan Asam (BTA)
• Dikumpulkan berupa dahak sewaktu dan pagi.
❑ Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
TB
❑ Analisis Cairan Pleura 🡪uji Rivalta positif, kesan
cairan eksudat, terdapat sel limfosit dominan, dan
jumlah glukosa rendah.
❑ Adenosine deaminase (ADA) dapat digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis efusi pleura TB.
ADA adalah enzim yang dihasilkan oleh limfosit dan
berperan dalam metabolisme purin. Kadar ADA
meningkat pada cairan eksudat yang dihasilkan pada
efusi pleura TB
PEMERIKSAAN
PATOLOGI ANATOMI
PENUNJANG
• Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH)
kelenjar getah bening (KGB).
• Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau
dengan jarum abram, Cope dan Veen
Silverman).
• Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung
biopsy/TBLB) dengan bronkoskopi, trans
thoracal needle aspiration/TTNA, biopsi paru
terbuka).
PEMERIKSAAN
RADIOLOGI
PENUNJANG
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah:
• Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah.
• Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular.
• Bayangan bercak milier.
• Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang).

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif:


• Fibrotik
• Kalsifikasi
• Schwarte atau penebalan pleura
DEFINISI KASUS DAN KLASIFIKASI

• Terduga (presumptive) 🡪seseorang yang mempunyai keluhan atau


gejala klinis mendukung TB
• Pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis 🡪pasien TB yang terbukti
positif bakteriologi pada hasil pemeriksaan (contoh uji bakteriologi
adalah sputum, cairan tubuh dan jaringan),mikroskopis langsung, TCM
TB, atau biakan.
• Pasien TB terdiagnosis secara klinis🡪pasien yang tidak memenuhi
kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi didiagnosis sebagai
pasien TB aktif oleh dokter, dan diputuskan untuk diberikan
pengobatan TB.
TB PARU KLINIS

• TB paru, dahak negatif, Foto toraks mendukung TB


• TB paru, dahak negatif, tidak ada perbaikan setelah pengobatan non OAT dan
ada faktor risiko
• TB ekstra paru secara klinis/labolatoris/histopatologis tanpa konfirmasi
bakteriologis
• TB anak dengan sistem skoring
FAKTOR RISIKO TB

1. Orang dengan HIV positif dan penyakit imunokompromais lain.


2. Orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka waktu panjang.
3. Perokok
4. Konsumsi alkohol tinggi
5. Anak usia <5 tahun dan lansia
6. Memiliki kontak erat dengan orang dengan penyakit TB aktif yang infeksius.
7. Berada di tempat dengan risiko tinggi terinfeksi tuberkulosis (contoh: lembaga
permasyarakatan, fasilitas perawatan jangka panjang)
8. Petugas kesehatan
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomis

• TB paru 🡪 kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau


trakeobronkial. TB milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena
terdapat lesi di paru. Pasien yang mengalami TB paru dan ekstra paru
harus diklasifikasikan sebagai kasus TB paru.
• TB ekstra paru 🡪kasus TB yang melibatkan organ di luar parenkim
paru seperti pleura, kelenjar getah bening, abdomen, saluran
genitorurinaria, kulit, sendi dan tulang, selaput otak. Kasus TB ekstra
paru dapat ditegakkan secara klinis atau histologis setelah
diupayakan semaksimal mungkin dengan konfirmasi bakteriologis.
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan
• Kasus baru 🡪pasien yang belum pernah mendapat OAT sebelumnya atau riwayat
mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan (< dari 28 dosis bila memakai obat
program).
• Kasus kambuh 🡪pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan OAT dan
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap pada akhir pengobatan dan saat ini
ditegakkan diagnosis TB episode kembali (karena reaktivasi atau episode baru yang
disebabkan reinfeksi).
• Kasus pengobatan setelah gagal 🡪 pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan
OAT dan dinyatakan gagal pada akhir pengobatan.
• Kasus setelah loss to follow up 🡪pasien yang pernah menelan OAT 1 bulan atau
lebih dan tidak meneruskannya selama lebih dari 2 bulan berturut-turut dan
dinyatakan loss to follow up sebagai hasil pengobatan.
Klasifikasi berdasarkan status HIV

• Kasus TB dengan HIV positif


• Kasus TB dengan HIV negatif
• Kasus TB dengan status HIV tidak diketahui
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat

• Monoresisten: resistensi terhadap salah satu jenis OAT lini pertama.


• Poliresisten: resistensi terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain
isoniazid (H) dan rifampisin (R) secara bersamaan.
• Multidrug resistant (TB MDR) : minimal resistan terhadapisoniazid (H) dan
rifampisin (R) secara bersamaan.
• Extensive drug resistant (TB XDR) : TB-MDR yang juga resistan terhadap salah satu
OAT golongan fluorokuinolon dan salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan
(kanamisin, kapreomisin, dan amikasin).
• Rifampicin resistant (TB RR) : terbukti resistan terhadap Rifampisin baik
menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip (konvensional),
dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi. Termasuk dalam
kelompok TB RR adalah semua bentuk TB MR, TB PR, TB MDR dan TB XDR yang
terbukti resistan terhadap rifampisin.
Pada pasien terduga TB-RO yang memiliki risiko tinggi yaitu
Riwayat satu atau lebih
memiliki
FAKTOR dibawah ini :
1. Pasien TB GAGAL pengobatan kategori 2

RISIKO 2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang TIDAK KONVERSI


setelah 3
bulan
TINGGI pengobatan
3. Pasien TB yang mendapat pengobatan TB TIDAK
STANDAR
(Kuinolon dan injeksi) paling sedikit selama 1
TB-RO bulan
4. Pasien TB GAGAL pengobatan kategori 1
5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang TIDAK KONVERSI
setelah 3
bulan
pengobatan
6. Pasien TB kasus KAMBUH
7. Pasien TB kasus lalai/ Loss to follow up
8. Terduga TB yang kontak erat dengan TB-RO
9. Pasien TB-HIV yang tidak respon terhadap pemberian
OAT.
Alur
diagnosis
TB
TATALAKSANA
Tahapan pengobatan TB terdiri dari 2 tahap
• Tahap awal (2 bulan)🡪Pengobatan diberikan setiap hari 🡪secara efektif
menurunkan jumlah kuman dan meminimalisir pengaruh dari
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum
pasien mendapatkan pengobatan.
• Tahap lanjutan (4 bulan)🡪membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh, khususnya kuman persisten sehingga pasien dapat
sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan🡪fase lanjutan
seharusnya obat diberikan setiap hari.
TATALAKSANA
DOSIS HARIAN
NAMA OBAT DOSIS ( mg/kgBB) Dosis max (mg)
Rifampisin (R) 10 ( 8-12) 600
Isoniazid (H) 5 ( 4-6) 300
Pirazinamid (Z) 25 (20-30)
Etambutol (E) 15 (15-20)
Streptomisin 15 (15-20)
TATALAKSANA
TATALAKSANA
Dosis OAT dengan panduan kombinasi dosis tetap
(KDT)
Berat Badan (kg) DOSIS HARIAN
Fase intensif Fase lanjutan
dengan KDT dengan
R/H/Z/E KDT R/H (150/75)
(150/75/400/275
)
30-37 2 tablet 2 tablet
38-54 3 tablet 3 tablet
> 55 kg 4 tablet 4 tablet
TATALAKSANA TATA LAKSANA

PRINSIP PENGOBATAN TB
1. Pasien kasus baru : 2RHZE/4RH dosis setiap hari
2. TB paru dan ekstraparu lama pengobatan :
Meningitis TB : 9-12
bulan Spondilitis TB :
9-12 bulan

Meningitis TB,TB milier dan Perikarditis TB : diberikan


Kortikosteroid Limfadenitis TB : 6-12 bulan
3. Tidak dianjurkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan hasil foto
toraks atau
pemeriksaan serologis ( IGRA)
4. Diagnosis TB wajib menggunakan sputum TCM
5. Sputum TCM tidak digunakan untuk follow up terapi, gunakan sputum
BTA 2x untuk evaluasi pengobatan
EFEK SAMPING OAT

Efek samping MAYOR Nama OBAT Tatalaksana


Kemerahan kulit dengan Semua OAT Hentikan OAT
/tanpa gatal /reaksi
alergi
Tuli Streptomisin Hentikan S
Pusing (vertigo ) Streptomisin Hentikan S
Ikterik R, H, Z Hentikan R, H, Z
Gangguan penglihatan E Hentikan E
Syok, Purpura, Gagal R Hentikan R
ginjal
akut
Anuria S Hentikan S
EFEK SAMPING OAT

Efek samping MINOR Nama OBAT Tatalaksana


Tidak nafsu makan, mual R, H, Z Minum obat 2 jam setelah
dan nyeri perut makan, minum obat
bertahap
Nyeri sendi Z Parasetamol/NSAID, cek asam
urat
Rasa terbakar, kebas H Tambahan piridoksin B6 dosis
atau kesemutan pada 100- 200mg /hari, profilaksis
tangan dan kaki 25- 100mg/hari
Mengantuk, Halusinasi H Hentikan H jika halusinasi
Urin kemerahan R Edukasi
Flu like syndrome R Rubah dosis intermittent
(demam, menggigil, menjadi harian
malaise, sakit kepala
dan linu)
Evaluasi
pengobatan :
• Klinis meliputi keluhan, respon
pengobatan, efek samping obat,
evaluasi berat badan dan
pemeriksaan fisis.
EVALUASI • Konversi sputum setelah pengobatan
PENGOBATAN TB 2 bulan, 1 bulan sebelum akhir, dan
akhir pengobatan.
• Perbaikan radiologis setelah
pengobatan 2 bulan, 1 bulan sebelum
akhir, dan akhir pengobatan.
• Monitor ESO selama pengobatan
EVALUASI PENGOBATAN TB
Hasil pengobatan DEFINISI

SEMBUH Pasien TB Paru dengan hasil bakteriologis KONVERSI


diakhir
pengobatan
LENGKAP Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan
secara lengkap tanpa bukti konversi
GAGAL Pasien TB yang hasil bakteriologis TIDAK
KONVERSI atau Kembali POSITIF selama masa
pengobatan dan diperoleh hasil lab RESISTEN
OAT
PUTUS OBAT Pasien TB yang tidak melanjutkan pengobatan
terputus selama 2 bulan berturut-turut
MENINGGAL Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun saat
pengobatan TB
Tidak dievaluasi Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir
pengobatan, misalnya
pasien transfer dari yankes lain tanpa data lengkap.
Permasalahan Tuberkulosis di Indonesia
KESIMPULAN

Morbiditas ↑, Mortalitas ↑, Disabilitas ↑

Pendekatan tatalaksana TBC multidisiplin


dan komprehensif
36
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai