Anda di halaman 1dari 43

TUBERKULOSIS

DAN
PENATALAKSANAANNYA

SMF PARU
Dr. RATIH PAHLESIA, Sp.P.
5 ELEMEN STRATEGI DOTS
Komitmen politis
Jaminan 1
Ketersediaan OAT Diagnosa dengan
Yg bermutu mikroskop
4 2

3
5
Directly Observed
Treatment Short-course
Monitoring dan Pengobatan
evaluasi jangka pendek dgn
pengawasan langsung
2
3
DOTS
TB Epidemic
HIV Epidemic
DOTS vs DOTS Plus
DOTS DOTS Plus

directly observed treatment directly observed


Shortcourse Consists of treatment strategy Plus:
5 components: 1. Culture and DST
1. Commitment 2. Second line drugs
2. Diagnosis with sputum 3. Infection control
smear
3. Directly-observed
shortcourse regimen
4. Drug availability
5. Recording/reporting
Kolaborasi TB-HIV
A. Membentuk mekanisme kolaborasi
A.1. Membentuk Pokja TB-HIV di semua tingkat JOINT
A.2. Melaksanakan surveilans HIV pada pasien TB
A.3. Melaksanakan perencanaan bersama TB-HIV
A.4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

B. Menurunkan beban TB pada ODHA


B.1. Mengintensifkan penemuan kasus TB dan pengobatannya HIV
B.2. Memperkenalkan Isoniazid PreventiveTherapy (IPT)
B.3. Menjamin pengendalian infeksi TB pada layanan kesehatan dan
tempat orang terkumpul (rutan/lapas, panti rehabilitasi napza)

C. Menurunkan beban HIV pada pasien TB


C.1. Menyediakan konseling & test HIV TB
C.2. Melaksanakan cara-cara pencegahan HIV & PMS
C.3. Menyediakan Cotrimoxazole Preventive Therapy (CPT)
C.4. Melaksanakan HIV/AIDS care and support & treatment (CST)
Tujuan Pengendalian HIV-AIDS dan IMS

GETTING THREE ZEROES


• Menurunkan jumlah kasus baru HIV
• Menurunkan angka kematian
• Menurunkan stigma dan diskriminasi

Meningkatkan kualitas hidup ODHA

7
TB dan AIDS
Risiko TB
70% selama hidup 60%
60%
50%
40%
30%
20% 10%
10%
0%
PPD+/HIV-negatif PPD+/HIV+
Kebijakan TB - HIV
• Klien HIV yang tidak sakit TB diberikan IPT
• Semua pasien TB ditawarkan VCT
• Pasien ko-infeksi TB-HIV diberikan ARV tanpa
memandang nilai CD4
• Pasien ko-infeksi TB-HIV diberikan PPK
Sejarah Tuberkulosis
• TB dikenal dengan sebutan:
– Consumption
– Wasting disease
– White plague
• Pertengahan 1800-an  TB  penyakit keturunan
• 1865: Jean Antoine-Villemin  TB peny. menular
• 1882: Robert Koch  M. tuberculosis penyebab TB
• 1895: Wilhelm Konrad von Roentgen  foto toraks
untuk mendiagnosis TB
Sejarah Tuberkulosis
• 1924: Albert Calmette dan Camille Guerin vaksin
Bacille Calmette-Guerin (BCG)
• 1943: Selman A Waksman  Streptomisin
• 1949: p-aminosalicylic acid (PAS)
• 1952: Isoniazid (H)
• 1954: Pirazinamid (Z)
• 1955: sikloserin
• 1962: Etambutol (E)
• 1963: Rifampisin (R)
Epidemiologi Global TB

• 1950- pertengahan1980: insidens TB menurun di


negara-negara maju
• Akhir thn 1980  TB meningkat berbagai negara:
– HIV
– Kemiskinan
– Pengendalian TB yang buruk
– MDR-TB
– Imigrasi
– Perang
• 1993: WHO  TB “GLOBAL EMERGENCY”
C1/M1/S2
TB dan Penyebarannya
Mycobacterium tuberculosis (tubercle bacilli)

• Bakteri aerob, gram-positif


• Mempunyai dinding sel yang tebal
• Spesies lain: M. bovis, M. avium

TB menyebar melalui udara = droplet infection

Sakit TB TB Laten (terinfeksi)

C1/M1/S3
Kandungan droplet

• bicara :
0 – 210 partikel
• batuk :
0 – 3500 partikel
• bersin :
4500 – 1 juta partikel
Penularan Tuberkulosis

• Penularan M.tb terjadi melalui udara (airborne) yang


menyebar melalui partikel percik renik (droplet nuclei) saat
seseorang batuk, bersin, berbicara, berteriak atau bernyanyi

• Percik renik ini berukuran 1- 5


mikron dan dapat bertahan di
udara selama beberapa jam
sampai beberapa hari sampai
akhirnya ditiup angin.
Percik Renik
• Sekali batuk akan menghasilkan 500 droplet
• Rata rata pasien TB memproduksi 75,000 droplet
per hari sebelum pengobatan
• Dalam 2 minggu pengobatan yang efektif jumlah
terjadi penurunan sampai 25 droplet
Penularan TB

 Percik renik

 
 

 
 
 


M. tuberculosis inhalation

phagocytosis by PAM bacilli dead

live bacilli
Patogenesis TB multiplies
incubation period
(2-12 weeks)

primary focus formation


lymphogenic spread
hematogenic spread1)

Primary complex2)
TST (+) Cell mediated immunity (+)

TB disease TB infection
primary complex complication Optimal immunity
hematogenic spread complication
lymphogenic complication
immunity 
Dead reactivation

immunity 
reactivation/reinfecktion

Cured TB disease4)
Kompleks primer
Sakit TB dan TB laten
TB dan Penyebarannya

TB Paru
• Merupakan bentuk TB yang paling umum
• Penyebab utama morbiditi dan mortaliti
• Gejala pasien dewasa dan anak usia > 10 tahun:
 Batuk produktif,  Demam
 Kadang disertai darah  Keringat malam
pada sputum (hemoptysis)  Penurunan BB
 Nyeri dada  Tidak nafsu makan
 Sesak napas  Lemah atau fatigue
C1/M1/S3
Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien

• Lokasi / organ tubuh yang sakit : paru / ekstra paru;


• Konfirmasi Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak scr
mikroskopis) : BTA positif atau BTA negatif atau melalui
pemeriksaan tes cepat TB
• Riwayat pengobatan TB sebelumnya : kasus baru atau
sudah pernah mendapatkan pengobatan TB;
• Status HIV pasien
Klasifikasi TB berdasarkan Bakteriologi

• TB paru BTA positif :


– Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif.
– 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks
menunjukkan gambaran TB.
– 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan
kuman TB positif.
– ≥ 1 spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA
negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT.
Klasifikasi TB berdasarkan Bakteriologi
• TB paru BTA negatif :
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA
positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
- Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif.
- Foto toraks abnormal sesuai dengan gambaran TB.
- Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT.
- Dipertimbangkan oleh dokter untuk diberi pengobatan.
Klasifikasi TB berdasarkan
riwayat pengobatan sebelumnya
1. Kasus baru
2. Kasus yang sebelumnya diobati
– Kasus kambuh (Relaps)
– Kasus setelah putus berobat (Default)
– Kasus setelah gagal (Failure)
3. Kasus Pindahan (Transfer In)
4. Kasus lain:
• tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya,
• pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya,
• kembali diobati dengan BTA negatif
TB Resistan Obat: Definisi
• Mono-resistant : resistan terhadap satu obat
• Poly-resistant : resistan terhadap lebih dari satu obat,
tapi bukan terhadap kombinasi INH dan Rifampisin
• Multidrug-resistant (MDR) : resistan terhadap paling
sedikit INH dan Rifampisin
• Extensively drug-resistant (XDR) : MDR ditambah
resistan terhadap fluoroquinolon dan sedikitnya 1
dari 3 obat suntik (amikasin, kanamisin, kapreomisin)
Diagnosis TB Paru

• Pemeriksaan apusan mikroskopis dahak


• Pemeriksaan tes cepat TB
• Pemeriksaan biakan sputum
• Foto toraks
• Mantoux tes
• Bilas lambung
• Induksi sputum
• Bronkoskopi
Deteksi M.tuberculosis Penemuan dengan biakan  >
cepat  diagnosis dan senstitif dan definitif  80-
terapi 85%
Pemeriksaan sputum  Kendala ???
deteksi 30-60% kasus Biakan dengan media padat
Diagnosis pasti TB   waktu lama yaitu ± 4-8
biakan  baku emas minggu

The Lancet infectious disease.2003; 3: 288-96Int J Tuberc Lung Dis.2008;12:786-91


TB dan Penyebarannya

Pemeriksaan sputum:
M. tuberculosis = acid-fast bacillus (AFB)
• Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen
• BTA berwarna merah dgn latar belakang biru:

•Pewarnaan lain: auramine-rhodamine  mikroskop


fluoroscence
C1/M1/S3
• Apusan sputum sederhana, cepat, murah,
efektif & efisien menjaring kasus TB paru
• Tujuan diagnosis, respons
S pengobatan,menyatakan pasien sembuh atau gagal
• Sputum yang baikberwarna kuning
P kehijauan, kental dengan volume 3-5 ml
• Cara lain induksi dengan inhalasi
U menggunakan larutan garam hipertonik selama
5-15 menit, bronkoskopi atau aspirasi lambung
T
U
M

Toman’s Tuberculosis case detection, treatment and monitoring-question


and answers. 2nd edition. Genewa: WHO; 2004.p.14-22.
Pemeriksaan apusan dahak mikroskopis

• Akurat dan cost-effective


• Pemeriksaan apusan dahak mikroskopis minimal 3 kali
selama pengobatan untuk follow-up:

1st time 2nd month; 75-85% of smear positive


converting to smear negative

2nd time 5th months; to confirm TB cure

3rd time 6th months; to confirm TB cure

C1/M2/S1
Diagnosis TB ekstraparu

• Biopsi pada tempat kelainan;


• BJH pada tempat kelainan;
• Lumbal punksi (TB meningitis);
• imaging (contoh: CT/MRI);
• Ideal : berdasarkan biakan positif  jarang.
TUJUAN DAN PRINSIP PENGOBATAN TB

Tujuan Pengobatan Prinsip Pengobatan


 Menyembuhkan pasien  OAT dalam bentuk kombinasi ( beberapa
jenis obat) jumlah dan dosis tepat sesuai
 Mencegah kematian kategori
 Dapat diberikan dalam bentuk terlepas
 Mencegah kekambuhan dan atau KDT
komplikasi  Kombinasi Dosis Terpadu (KDT) lebih
menguntungkan untuk me kepatuhan
 Memutuskan rantai  Pengobatan sesuai klasifikasi dan tipe
penularan pasien
 Mencegah terjadinya  Melakukan pengawasan langsung dengan
PMO
resistansi OAT  Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap,
yaitu tahap awal dan lanjutan
Paduan OAT dan Peruntukannya
• Kategori 1 {2HRZE/4(HR)3}
– Pasien baru TB BTA positif
– Pasien TB BTA negatif foto toraks positif
– Pasien TB ekstra paru
• Kategori 2 {2HRZES/1HRZE/5(HR)3E3}
– Pasien kambuh yaitu setelah dinyatakan sembuh
pemeriksaan BTA-nya kembali positif
– Pasien gagal yaitu pemeriksaan BTA selama pengobatan
tetap positif
– Pasien default yaitu mangkir berobat selama 2 bulan
berturut-turut
Pengobatan TB (Kategori 1)
Pengobatan TB (Kategori 2)
Tuberkulosis
- OAT lini pertama
TB Sensitif
- Angka kesembuhan > 95%

TB MDR - OAT lini kedua

- Angka kesembuhan 50 - 70%

TB XDR - OAT lini kedua

- Angka kesembuhan 10 - 30%


Keuntungan KDT (Kombinasi Dosis Tetap)
dalam Pengobatan TB :

• Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan


untuk menjamin efektifitas dan mengurangi efek
samping
• Menurunkan risiko terjadinya resistansi obat ganda
dan kesalahan penulisan resep
• Jumlah tablet yang ditelan lebih sedikit sehingga
meningkatkan kepatuhan pasien
PEMANTAUAN PENGOBATAN

Tujuan Pemantauan Melakukan


• Menilai respons • Penilaian klinis (anamnesis dan pemeriksaan
fisis)
pengobatan • Pemeriksaan mikrobiologis
• Identifikasi dan Pemeriksaan ulang BTA 2 X (SP)
Hasil BTA 2X(-) : disebut negatif
penanganan efek samping
Hasil BTA 1X/2X (+) disebut positif
• Identifikasi dan 1. akhir fase intensif ; untuk konversi
penanganan komplikasi 1minggu sbl akhir bulan ke 2 kat I atau
1minggu sbl akhir bulan ke 3 kat II
2. sebulan sebelum AP/ AP: untuk menilai
hasil pengobatan pada kat I & II
• Pemeriksaan radiologis (bila ada
indikasi/fasilitas)
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai