Anda di halaman 1dari 53

TUBERKULOSIS

dan
PEMBAHASAN KASUS
Dewi Behtri Yanifitri
LATAR BELAKANG

Tuberkulosis •Sumber penularan adalah


 Penyakit menular langsung pasien TB paru BTA postif
 Disebabkan oleh kuman mengeluarkan droplet
tuberkulosis (TB)  (percikan dahak) yang
Mycobacterium Tuberculosis. mengandung kuman
 Sebagian besar kuman BTA Mycobacterium Tuberculosis.
menyerang paru, dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. •Pencegahan utama
 Penularan secara menemukan pasien TB secara
aerogen/airborne. dini serta mengobati dengan
 Pasien TB paru menyebarkan tuntas
kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak).
Penularan TB
TB menular melalui
udara

Sumber penularan adalah


Batuk “dahak” penderita
atau
bersin
Dipengaruhi oleh :
 Jumlah kuman
 Lamanya kontak
Penderita  Daya tahan tubuh Orang lain

Kuman dapat bertahan selama beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena
sinar matahari dan lembab
Kuman dan penularan TB
Batuk
Kuman didalam
droplet di udara
Mati oleh sinar Bicara : 0-210
matahari atau
partikel
tersapu angin

Batuk : 0-3500
partikel

Bertahan Bersin : 4500 – 1 juta


diruang gelap partikel
dan lembab
sampai bulanan
4
 Penularan M. Tb  udara (airborne) yang
menyebar melalui partikel percik renik
(droplet nuclei)
 Seseorang dengan penyakit TB  batuk
bersin, berbicara, berteriak, bernyanyi
 Ukuran 1-5 µ, dapat bertahan di udara
PENULARAN TB beberapa jam
 Infeksi  menghirup percik renik yang
mengandung kuman M. Tb  alveoli
 Respons imun: 2-10 minggu setelah infeksi
 Kuman dorman  infeksi laten TB
5
TB 220719
 Terdapat dua tahapan TB
 Terinfeksi TB (laten)
Tahapan  Sakit TB

penyakit TB
 Sebagian besar infeksi pada
manusia menyebabkan infeksi
laten tanpa gejala, tetapi 1
dari 10 infeksi laten pada
akhirnya berkembang menjadi
penyakit.

Patogenesis TB 220719 6
 Muncul ketika individu sehat
menghirup bakteri penyebab TB
 Pada sebagian besar orang, bakteri
TB Laten ini akan menjadi tidak aktif di paru
karena sel-sel imunitas mencegah
pertumbuhannya dan membuat
mereka tetap tidak aktif
 Bakteri TB ini akan tetap hidup dan
dapat menjadi aktif nantinya di saat
sistem imunitas menjadi lemah
misalnya karena HIV atau malnutrisi
 Pasien dengan TB laten tidak
menunjukkan gejala apapun dan
tidak dapat menularkan TB ke
orang lain
 Biasanya mereka akan menunjukkan
reaksi positif terhadap uji tuberkulin
 Mereka memiliki risiko menjadi sakit
TB
7
Patogenesis TB 220719
Patogenesis  Ketika airborne droplet nuclei
mencapai alveoli, mereka dimakan oleh
berhubungan makrofag alveolar dan sebagian besar
kuman TB/tuberkel akan dimusnahkan
dengan reaksi atau dihambat pertumbuhannya

imunologi  Sebagian lainnya yang tidak


dimusnahkan atau dihambat, akan
tetap hidup dan dilepaskan di darah
setelah makrofag mati
 Kuman dibawa melalui aliran darah ke
jaringan misal lobus atas paru, ginjal,
otak, dan tulang. Kuman ini juga
terdapat di kelenjar getah bening
melalui sistem limfe
  menyebabkan respons imun sistemik

Patogenesis TB 220719 8
Patogenesis berhubungan
dengan reaksi imunologi
 Makrofag dan sel darah putih berkumpul pada jaringan
tersebut untuk membentuk granuloma dan mencegah infeksi
untuk berlangsung lebih lanjut
 Pada tahap ini, pasien sudah terkena infeksi TB laten dan
akan memberikan hasil positif pada uji tuberkulin atau
interferon gamma release assay
 Pasien dengan infeksi TB laten tidak dapat menularkan TB
dan tidak dianggap sebagai kasus TB
 Namun, jika kuman tuberkulosis dapat mengalahkan respons
imun akan menimbulkan penyakit TB yang dapat muncul
beberapa tahun setelah infeksi TB

Patogenesis TB 220719 9
Patogenesis TB 220719 10
TB Primer :
infeksi pertama biasanya pada anak.

TB Post Primer :
biasanya pada orang dewasa (15-40 tahun),
infeksi paling yang menjadi sumber penularan
di masyarakat.
TUBERKULOSIS PRIMER

 Kuman masuk melalui saluran nafas terjadi peradangan di


jaringan paru (sarang pneumoni ) disebut dengan fokus
primer yang dapat berlanjut ke saluran limph
(limfangitis lokal) dan selanjutnya dapat melibatkan kelenjar
limph hilus (limfadenopati regional)

1. Fokus primer
2. Limfangitis lokal
3. Limfadenopati Kompleks Primer
regional
NASIB KOMPLEKS PRIMER

1. Sembuh tanpa cacat


2. Sembuh dengan meninggalkan bekas
3. Berkomplikasi dan menyebar dengan cara :
 Perkontinuitatum
 Lymphogen
 hematogen
 Bronkogen

Penyebaran ini tergantung pada :


 Daya tahan tubuh
 Jumlah basil
 Virulensi kuman

Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :


 Sembuh dengan meninggalkan Sequele
 Meninggal
Penemuan dan Diagnosis Kasus TB

Penemuan pasien TB paru


 Temukan pasien yang mempunyai gejala kearah TB :
batuk berdahak, dapat disertai darah, panas
badan, nyeri dada dan gejala penyakit paru lainnya
 Diagnosis pasti Pasien TB  Pemeriksaan
bakteriologis
 Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan:
1. Hasil anamnesis,
2. Pemeriksaan klinis,
3. Pemeriksaan laboratorium; dan
4. Pemeriksaan penunjang lainnya.

Identifikasi Terduga TB:


1. Skrining Gejala:
a. Gejala Utama, batuk berdahak > 2 mgg
b. Gejala Tambahan, dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak napas dan rasa nyeri dada, badan lemah,
nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang
enak badan (malaise), berkeringat pada malam hari
2. Skrining Radiologis
(pada pemeriksaan kesehatan umum = medical check-up)
Jenis Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Keterangan


Pemeriksaan Dahak Mikroskopik Langsung (BTA )
Bakteriologis Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)TB

Penunjang Lain Pemeriksaan Foto Toraks


Pemeriksaan Histopatologi pada kasus terduga TB Ekstra Paru

Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya


Uji Kepekaan Obat resistensi M.tb terhadap OAT. ( lini 1 dan 2 )
Pemeriksaan Line Probe Assay (LPA ) lini 2
Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di laboratorium
yang telah lulus uji pemantapan mutu/Quality Assurance (QA),
dan mendapatkan sertifikat nasional maupun internasional.

Pemeriksaan serologis Sampai saat ini belum direkomendasikan


Pemeriksaan
Mikroskopis
• Mikobakteria dapat dibedakan
secara visual dari organisme lain
dengan perwarnaan tahan asam.

• Pemeriksaan dengan dua spesimen


sputum dapat mengidentifikasi 95-
98% pasien TB yang smear positif
• Rekomendasi WHO untuk negara
dengan PME dan kualitas
mikroskop yang baik maka untuk
diagnosis TB cukup menggunakan
dua sputum
PEMERIKSAAN BIAKAN DAN UJI KEPEKAAN TB

• Keuntungan (MGIT):
o Waktu hasil
pemeriksaan lebih
singkat
o Sensitifitas lebih tinggi
dibanding dengan LJ
o Manual, semi
automated, fully
• Lamanya waktu pemeriksaan automated formats
1. LJ (media padat) : 10-14 • Kendala (MGIT):
minggu o Higher isolation rate of
NTM
2. MGIT (media cair): 6-8 minggu
o Higher contamination
Hasil Biakan pada media padat LJ rate

Pembacaan Pencatatan
>200 koloni 3+ Hasil Biakan pada cair
media MGIT:
100 – 200 koloni 2+  Hasil : Positif atau
negatif (tanpa
10 – 100 koloni 1+ gradasi)
1 – 9 koloni Jumlah koloni  Hasil Negatif
Tidak ada dikeluarkan setelah
Negatif 42 hari
pertumbuhan
TES CEPAT MOLEKULER (TCM)
Alur penegakan Diagnosis TBC

Terduga TBC

Pemeriksaan TCM

MTB pos Rif No result, error,


MTB pos Rif resistan* MTB pos Rif sensitif** MTB Negatif
Indeterminate** invalid

Pemeriksaan ulang
Pemeriksaan molekuler (LPA Pemeriksaan paket standar uji TCM***
lini dua / TCM XDR dll.) kepekaan fenotipik Pemeriksaan
Pemeriksaan ulang
TCM dan sesuaikan radiologis / antibiotik
Pemeriksaan uji kepekaan pengobatan spektrum luas
INH pada pasien dengan berdasarkan hasil
riwayat pengobatan TCM
sebelumnya
Sensitif terhadap Resistan terhadap Abnormalitas
obat gol. obat gol. paru yang Gambaran paru
flurokuinolon flurokuinolon mengarah TB / tampak normal/
Resistan INH Sensitif INH tidak ada perbaikan klinis
perbaikan klinis

Pengobatan
Pengobatan TBC Pengobatan TBC
Pengobatan TBC RO TBC Lanjutkan
RO paduan SO dengan OAT Bukan TBC
paduan individu monoresistan OAT lini satu
jangka pendek lini satu
INH

**Inisiasi pengobatan *** Pengulangan hanya 1 kali. Hasil


* Inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan riwayat pengobatan TBC. Sementara itu Hasil MTB pos Rif resisten dari kriteria pengulangan yang menjadi acuan
terduga TB baru harus diulang dan hasil pengulangan (yang memberikan hasil Mtb pos) yang menjadi acuan. dengan OAT lini satu
 Definisi Pasien TB
( Berdasarkan Bakteriologi)

1. Pasien TB Terkonfirmasi
Bakteriologis

Definisi  Pasien TB Paru BTA atau Tes Cepat


Molekuler Positif

Kasus 


Pasien TB Paru hasil biakan MTb positif
Pasien TB Ekstra Paru terkonfirmasi
Bakteriologis  BTA, Biakan, Tes Cepat
Molekuler
 TB Anak terdiagnosis secara
bakteriologis.
Definisi
Kasus 2. Pasien TB Terdiagnosis secara Klinis
a. Pasien TB Paru BTA negatif/Tes cepat
MTb negatif hasil foto toraks
mendukung TB
b. Pasien TB Paru BTA negatif/Tes cepat
MTb negatif tidak ada perbaikan paska
pemberian Antibiotik non OAT
c. Pasien TB ekstra Paru terdiagnosis
secara klinis/laboratoris/histopatologis
tanpa ada konfirmasi bakteriologis
d. TB Anak terdiagnosis dengan sistem
skoring
 Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan
kemudian terkonfirmasi bakteriologis positif
(baik sebelum maupun setelah memulai
pengobatan) harus diklasifikasi ulang sebagai
pasien TB terkonfirmasi bakteriologis.
Catatan

 Pasien yang mendapatkan pengobatan


pencegahan TB tidak termasuk definisi kasus
TB sehingga tidak dilaporkan dalam laporan
penemuan kasus TB.
Identifikasi Terduga TB Resisten Obat ( TB
RO )

Terduga TB-RO adalah pasien yang memiliki risiko tinggi


resistan terhadap OAT, yaitu pasien yang mempunyai gejala TB
yang memiliki riwayat satu atau lebih di bawah ini:
1) Pasien TB gagal pengobatan Kategori 2
2) Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah
3 bulan pengobatan
3) Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak
standar serta menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini
kedua paling sedikit selama 1 bulan
4) Pasien TB gagal pengobatan kategori 1
Identifikasi Terduga TB RO

5) Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah


2 bulan pengobatan.
6) Pasien TB kasus kambuh (relaps), dengan pengobatan OAT
kategori 1 dan kategori 2.
7) Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (putus
berobat/default).
8) Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan
pasien TB- RO (warga binaan yang ada di Lapas/Rutan, hunian
padat seperti asrama, barak, buruh pabrik).
9) Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara
bakteriologis maupun klinis terhadap pemberian OAT
Prinsip Jenis OAT
Pengobatan • OAT lini pertama
• OAT lini kedua
TB
jenis OAT
• OAT lini pertama
untuk TB SO
• OAT lini 2 untuk
Resistan Obat ( TB RO)
Jenis OAT
OAT lini pertama

Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)

Harian 3 x seminggu
Isoniasid (H) Bakterisid 5 10
(4-6) (8-12)
Rifampisin (R) Bakterisid 10 10
(8-12) (8-12)
Pirazinamid (Z) Bakterisid 25 35
(20-30) (30-40)
Streptomisin (S) Bakterisid 15  
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostati 15 30
k (15-20) (20-35)
Pengelompokkan Obat TB RO
WHO 2018
Levofloksasin, atau Lfx
Moksifloksasin Mfx
Grup A
Bedaquiline Bdq
Linezolid Lzd
Clofazimine Cfz
Grup B
Sikloserin Cs
Etambutol E
Delamanid Dlm
Pirazinamid Z
Imipenem-cilastatin, atau Ipm-Cln
Meropenem Mpm
Grup C
Amikasin, atau Am
Streptomisin S
Etionamid, atau Eto
Protionamid Pto
P-asam aminosalisilat PAS
Pengobatan TB Dewasa
Pengobatan TB Sensitif Obat ( TB SO)

- Memakai OAT lini pertama:


2(HRZE)/4H3R3 atau 2(HRZE)/4HR
diberikan pada pasien:
1.TB paru baru terkonfirmasi bakteriologis,
2.TB paru baru terkonfirmasi klinis,
3.TB ekstra paru

•Pada tahun 2021, prioritas pemberian OAT fase


lanjutan harian adalah untuk:
1)Pasien TBC HIV
2)Kasus TBC yang diobati di Rumah Sakit
3)Kasus TBC dengan hasil MTB pos
Rifampisin sensitif dan Rifampisin
indeterminate dengan riwayat pengobatan
sebelumnya.
Dosis Paduan OAT KDT
Regimen 2(HRZE) / 4H3R3

Tahap Awal Tahap Lanjutan


tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama 16
Berat Badan RHZE (150/75/400/275) minggu
RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT


38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
DOSIS PADUAN OAT KDT
REGIMEN 2(HRZE) / 4HR

Berat badan (KG) Fase intensif Fase lanjutan


setiap hari KDT setiap hari KDT
RHZE RH (150/75)
(150/75/400/275)
Selama 8 minggu Selama 16 minggu
30-37 2 tablet KDT 2 tablet
38-54 3 tablet KDT 3 tablet
> 55 4 tablet KDT 4 tablet
KDT Regimen 2 RHZE/4HR
Dosis OAT lepasan
 Jenis dan dosis OAT
Obat Dosis Dosis yang dianjurkan Dosis Dosis (mg)/berat
Maksi
Mg/KgBB/Hari) mal/hr
badan (kg)/hari
(mg)
Harian Intermitten <40 40-60 >60
(mg/kgBB/hari) (mg/kg/BB/kal
i

R 8-12 10 10 600 300 450 600

H 4-6 5 10 300 300 300 300


Z 20-30 25 35 750 1000 1500

E 15-20 15 30 750 1000 1500

S* 15-18 15 15 1000 Sesuai 750 1000


BB

*pasien berusia lebih 60 tahun tidak bisa mendapatkan dosis lebih dari 500mg/hari
Pengobatan TB Sensitif Obat
• OAT Kategori 2 tidak direkomendasikan untuk pengobatan
Pasien TBC.
• Mulai tahun 2021 Program TBC tidak menyediakan OAT
Kategori 2.
• Apabila stok OAT Kategori 2 masih tersedia di instalasi farmasi
provinsi, kabupaten/kota dan di fasilitas pelayanan Kesehatan, maka
harus dimanfaatkan sampai habis.
• Pasien TBC dengan MTB pos Rifampisin Sensitif yang berasal dari
kriteria dengan riwayat pengobatan sebelumnya (kambuh, gagal dan
loss to follow up) diobati dengan OAT Kategori 1 dosis harian.
PENGOBATAN TB SENSITIF
OBAT
Pada akhir fase intensif, bila hasil apusan
dahak tetap positif, maka fase sisipan tidak
lagi direkomendasikan namun dievaluasi
untuk TB-RO (uji kepekaan), sementara
pengobatan diteruskan sebagai fase
lanjutan.

Rekomendasi A
Pengobatan TB Sensitif Obat
(kasus baru)

Pemeriksaan dahak untuk evaluasi


1. Akhir bulan kedua
➢ Negatiffase lanjutan
➢ Positif uji kepekaan + fase lanjutan
2. Akhir bulan kelima
➢ Negatif selesaikan pengobatan
➢ Positif gagal pengobatan uji
kepekaan
Pengobatan TB Sensitif Obat
(pengobatan ulang)

Semua pasien dengan riwayat pengobatan


OAT harus diperiksa uji kepekaan OAT pada
awal pengobatan.

Jika hasil cepat keluar (fasilitas memadai)


pengobatan sesuai hasil uji kepekaan
Jika lama lini pertama sambil menunggu
hasil
Untuk memantau kemajuan pengobatan dapat dilihat tabel
berikut:
KATEGORI BULAN PENGOBATAN
PENGOBATAN 1 2 3 4 5 6 7 8

Pasien baru (====) (====) (-------) (-------) (-------) (-------)  


( kat 1 ) X (X)   X X
apabila hasilnya apabila apabila
BTA positif, hasilnya hasilnya
dinyatakan BTA BTA
tidak konversi*. positif, positif,
dinyatakan dinyatakan
gagal * gagal*.

Pasien (====) (====) (====) (-------) (-------) (-------) (-------) (-------)


pengobatan X (X) X     X
ulang apabila apabila apabila
( kat 2 ) hasilnya BTA hasilnya hasilnya
positif, BTA BTA
dinyatakan positif, positif,
tidak konversi*. dinyatakan dinyataka
gagal* n gagal*
Penetapan paduan dan dosis OAT TB RO di
Indonesia

 Paduan OAT standar


Pengobatan OAT standar jangka pendek (9-11 bulan)

4-6 Km - Mfx - Eto - Cfz – Z – H dosis tinggi – E / 5 Mfx - Eto - Cfz - Z - E

II. Pengobatan OAT standar konvensional/individual (20-26


bulan)
PEMERIKSAAN
PADA PENGOBATAN
JANGKA PENDEK
 Paduan Jangka Panjang

3A
+
2B
Tahap awal: 6 Bdq-Lfx-Lzd-Cfz-Cs
Tahap Lanjutan: 12 Lfx-Cfz-Cs

Minimal pengobatan 18 bulan


Langkah penyusunan paduan jangka panjang
Kelompok Obat Nama Obat
Grup A Levofloxacin (Lfx) atau Moxifloxacin (Mfx
Pilih semua (tiga) obat Bedaquiline (Bdq)
  Linezolid (Lzd)
Grup B Clofazimine (Cfz)
Pilih semua (dua) obat Sikloserin (Cs)
Etambutol (E)
Grup C Delamanid (Dlm)
Apabila jumlah obat dari Pirazinamid (Z)
group A dan B belum Imipenem-clastatin (Ipm-Cln) atau Meropenem (Mpm)
mencukupi 5 jenis obat * saat ini tidak disediakan oleh program
maka diambil 1 atau lebih Amikasin (Amk) atau Streptomisin (S)
obat group C untuk
Etionamid (Eto)
melengkapi komposisi obat
  P-asam aminosalisilat (PAS)
 
Pengobatan TB-RO Jangka Panjang 42
Durasi Pengobatan Panduan Jangka
Panjang

 |Total
lama pengobatan 18 – 20 bulan tergantung respon
pengobatan dengan lama tahap awal adalah 6 bulan.
 Jika Konversi pengobatan pada bulan 1 – 3, maka total lama
pengobatan 18 bulan
 Jika Konversi 4 – 6 bulan, maka total lama pengobatan
ditambahkan 15 - 17 bulan setelah konversi, tergantung dari
respon klinis pasien, dan total pengobatan menjadi 21 - 23
bulan.
 Apabila belum terjadi konversi pada akhir bulan ke-6, pasien
dinyatakan gagal

Pengobatan TB-RO Jangka Panjang 43


Pemeriksaan LPA utk melihat resistensi oat lini 2 ( quinolone dan injeksi lini 2) dan kultur
biakan dan resistensi oat lini 1 dilakukan sebelum pasien mendapatkan pengobatan TB RO
jangka pendek atau jangka panjang/individual bisa diulang jika didapatkan gagal terapi TB
RO
Pembahasan kasus
1. Perempuan 25 tahun, berat badan 39 kg, datang ke igd dengan
keluhan batuk berdahak kekuningan sudah 6 bln, meningkat 1 bulan ini,
dahak kadang berwarna kemerahan, os mengeluh dada kanan sedikit
sakit jika bernafas, kadang rasa spt susah bernafas, demam dirasakan 1
minggu ini meningkat kdg sampai menggigil, pasien merasakan sering
berkeringat lebih banyak pada saat demam dibandingkan biasa nya. Di
jumpai penurunan berat badan 5 kg dalam 2 bulan ini. Pada pemeriksaan
fisik dijumpai TD 130/80, nadi 90, rr, 24x, temp 37.8
Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : SF sedikit meningkat di kanan
Perkusi : sonor meningkat di kanan
Ausk : bronkial di lapangan tengah kanan, rh +, wh -• Pemeriksaan foto
thorak : tampak bayangan bercak berawan di lap tengah paru kanan
 Tuliskan:
a.Apa differential diagnosa dan diagnosis kerja
b.Pemeriksaan penunjang lain yang di anjurkan
c.Jika pemeriksaan penunjang sesuai seperti yang di duga , bagaimana
manajemen dan penatalaksanaan Jika pemeriksaan tdk sesuai dengan
diharapkan, bagaimana tindak lanjutnya dan tatalaksana psn ini
d.Tuliskan regimen dan resep pasien ini.
2. Tn M, 55 th, BB 75 kg, pekerjaan supir , datang ke igd dengan keluhan sesak
nafas tiba2 sejak 3 hr ini, sesak tidak berbunyi tidak dipengaruhi cuaca atau
makanan. Sesak meningkat sejalan dengan aktivitas. Sebelumnya os batuk2
hebat dan tiba2 dada kanan terasa nyeri dn langsung disertai sesak nafas. Sdh
2 bln ini os merasakan batuk2 hilang timbul, berdahak kadang kadang , demam
di sangkal, keringat malam di sangkal, di jumpai penurunan berat badan 3 kg
dlm 2 bulan ini. 1 th yang lalu os pernah berobat ke pkm dianjurkan mkn obat
rutin tp os cm datang 2 bln, os berhenti karena sudah merasa sembuh. Os
seorang perokok berat sehari menghabiskan 2 sampai 3 bungkus rokok. Pada
pemeriksaan fisik di dapatkan kes tampak sesak, saturasi oksigen 90 %, VS TD
140/ 80, nadi 110x, rr 34x/ i, temp 38•
 Pemeriksaan fisik di dapatkan
Inspeksi : tampak pemakaian otot bantu nafas meningkat. dada kanan sedikit
cembung,
Palpasi : SF melemah di kanan
Perkusi : hipersonor di kanan
Auskultasi : suara nafas menghilang di kanan, di dapatkan suara tambahan
ronkhi di kiri atas
Pada pemeriksaan penunjang foto thorak di dapatkan gambaran hiper
radiolucent di paru kanan dengan adanya batas paru kolaps di kanan
dan infiltrat di apek kiri

Tuliskan:
a.Apa Differential diagnosis dan diagnosis kerja kasus ini
B.Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan utk psn ini dan
interpretasi utk kasus ini, jika hasil pemeriksaan seperti diharapkan
bgmn tatalaksana psn ini
C.Buatkan regimen dan resep utk kasus ini
3 .Perempuan 50 tahun, berat badan 42 kg, datang ke igd dengan keluhan batuk hlg
timbul 3 bln, os mengeluh dada kdg terasa berat , demam di sangkal, keringat mlm di
sangkal. Di jumpai penurunan berat badan drastis dalam 3 bulan ini pdhl os sering
makan krn srg terasa lapar, sering terbangun malam krn BAK sejak 6 bln.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai TD 110/80, nadi 90, rr, 24x, temp 37.5 •
Inspeksi : asimetris dalam keadaan statis dan dinamis, kanan sedikit tertinggal•
Palpasi : SF sedikit menurun di kanan atas•
Perkusi : redup di kanan atas•
Ausk : melemah di lapangan atas kanan rh -, wh -•
Pemeriksaan foto thorak : tampak perselubungan homogen di lap atas paru kanan
( kesan atelektasis)
Tuliskan:
A. Manajemen kasus ini
B. Apa differential diagnosa dan diagnosis kerja
C. Pemeriksaan penunjang lain yang di anjurkanc. Jika pemeriksaan penunjang
sesuai seperti yang di duga , bagaimana talaksana kasus iniJika pemeriksaan tdk sesuai
dengan diharapkan, bagaimana tindak lanjutnya dan tatalaksana psn ini
D .Tuliskan regimen dan resep pasien ini.
4 .Laki2 R, 18 th, BB 35 kg, tdk bekerja, datang ke igd diantar oleh ke 2 orang tuanya
dengan keluhan sesak nafas 2 mgg ini, sesak tidak berbunyi tidak dipengaruhi cuaca atau
makanan.sesak memberat 1 mgg ini, Batuk2 dijumpai 1 bln ini, demam disangkal , BB
menurun dlm 1 bln ini, sejak 1 mgg ini os semakin lemah dn tdk mampu berjalan, pasien
hanya dibw berobat kampung 1 bln ini , demam di sangkal, keringat malam di sangkal, di
jumpai penurunan berat badan 1 bln ini,
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan kes tampak pucat, sesak,cuping hidung saturasi
oksigen 70 %, VS TD 90/ 80, nadi 110x, rr 34x/ i, temp 38•
Inspeksi : tampak pemakaian otot bantu nafas meningkat, simetris ke 2 lap paru
Palpasi : SF melemah di ke 2 lap paru
Perkusi : sonor memendek di ke 2 lap paru
Auskultasi : suara nafas bronkovesikuler, ronkhi di seluruh lap paru
 Tuliskan
A. Manajemen kasus ini
B. Apa Differential diagnosis kasus ini
C. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan utk psn ini dan interpretasi utk kasus ini,
jika hasil pemeriksaan seperti diharapkan bgmn tatalaksana psn ini
D . Buatkan regimen dan resep utk kasus ini
5.Tn. A, 54 tahun dengan BB 38 kg, sedang menjalani
pengobatan OAT 5 bulan dengan fase lanjutan .
Sebelumnya Tn. A dinyatakan sebagai pasien pengobatan
lalai, hasil pemeriksaan dahak sekarang masih didapatkan
BTA 1+

 Terangkan manajemen dan tatalaksana kasus ini.


 Differential Diagnosis ?
 Pemeriksaan penunjang ?
 Diagnosis kerja
 R/ ?
6. Tn. B, 50 th, datang ke puskesmas dengan keluhan batuk
terus menerus. Tn. B sedang menjalani terapi OAT 6 bulan,
hasil pemeriksaan BTA akhir pengobatan didapatkan BTA
2+. Pemeriksaan dengan TCM diakhir pengobatan
didapatkan MTB not detected. Apa kemungkinan diagnosis
kasus ini
 Bagaimana managemennya.
 Differential Diagnosis ?
 Pemeriksaan penunjang ?
 Diagnosis kerja
 R/ ?
7. Tn. K, 42 tahun dengan berat badan 54 kg, sedang
menjalani terapi OAT 2 bulan. BTA follow up bulan ke 2
didapatkan hasil BTA 1+, dilakukan TCM, dengan hasil MTB
detected low, rifampisin resistant detected.
 Bagaimana manajemen untuk kasus ini
 Differential Diagnosis ?
 Pemeriksaan penunjang ?
 Diagnosis kerja
 R/ ?

Anda mungkin juga menyukai