Anda di halaman 1dari 37

Tuberkulosis

Devy Aprilia
202210471011059
PSPA UMM 11
RSUD Bangil
DEFINISI

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan


oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex.
ditularkan dari orang ke orang melalui batuk atau bersin.
Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga sering dikenal dengan Basil Tahan Asam
(BTA).

(Dipiro, C.V., 2020, Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition-Section 49, The McGraw-Hill Companies, Inc, United States)
ETIOLOGI

Tuberkulosis disebabkan oleh sejenis bakteri yang


disebut Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis biasanya
menular dari manusia ke manusia lain lewat udara melalui
percik renik atau droplet nucleus (<5 microns) yang keluar
ketika seorang yang terinfeksi TB paru atau TB laring batuk,
bersin, atau bicara. Percik renik, yang merupakan partikel
kecil berdiameter 1 sampai 5 μm dapat menampung 1-5
basilli, dan bersifat sangat infeksius, dan dapat bertahan di
dalam udara sampai 4 jam.
Satu batuk dapat memproduksi hingga 3,000 percik
renik dan satu kali bersin dapat memproduksi hingga 1 juta
percik renik. Sedangkan, dosis yang diperlukan terjadinya
suatu infeksi TB adalah 1 sampai 10 basil.

(Kemenkes RI 2019)
Patofisiologi Tuberkulosis
01 Bakteri yang berkembangbiak
Tuberkulosis adalah penyakit menular lewat
04 di makrofag akan keluar saat
udara. Penularannya melalui partikel
disebut droplet nuclei dengan ukuran 1-5 makrofag mati
mikron.
02 05
Sistem imun akan merespon dengan
Droplet nuclei bersifat aerodinamis artinya membentuk barrier atau pembatas
dapat masuk ke dalam saluran napas melalui disekitar area yang terinfeksi dan
iinspirasi hingga mencapai brnkuiolus membentuk granuloma
respiratorius dan alveoli.
06
03 Jika respon imun tidak dapat
Bila droplet nuclei yang terinhalasi berjumlah
mengontrol infeksi maka barrier
sedikit, bakteri TB yang terdeposisi pada
dapat ditembus oleh bakteri TB.
saluran napas akan segera difagosit dan
dicerna oleh system imun nonspesifik yaitu
oleh makrofag. Namun jika jumlah bakteri Bakteri TB dengan bantuan system limfatik dan
TB yang terdeposit melebihi kemampuan pembuluh darah, dapat tersebar ke jaringan dan
makrofag untuk memfagosit dan mencerna 07 organ lain seperti ginjal, tulang, dan otak dan
maka bakteri dapat bertahan dan area lain. Infeksi awal biasanya timbul dalam
berkembangbiak secara intraseluler di waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri
dalam makrofag.
(PDPI, 2021)
Gejala Klinis

Batuk berdahak >2 minggu Penurunan berat badan


A B
Batuk darah
B Berkeringat di malam hari
C
Sesak nafas
C
Demam subfebris > 1 bulan
B
Badan lemas
D
Nyeri dada
D
Penurunan nafsu makan
E
(PDPI, 2021)
FAKTOR RISIKO TB
01
Orang dengan HIV ositif dan
penyakit imunokompromais
05
Anak usia < 5 tahun dan
lain lansia
02
Orang yang mengonsumsi obat 06
imunosupresan dalam jangka Memiliki kontak erat
waktu panjang dengan orang penyakit
TB aktif yang infeksius
03
Perokok 07
Berada di tempat dengan risiko
04 tinggi terinfeksi TB
Konsumsi alcohol tinggi
08
Petugas kesehatan
(Kemenkes RI 2019)
KLASIFIKASI

1 Bakteriologis 2 Klinis
 Pasien TB paru BTA +  Pasien TB paru BTA (-) dengan
 Pasien TB paru hasil hasil pemeriksaan foto toraks.
biakan MTB +  Pasien TB paru BTA (-) dengan
 Pasien TB paru hasil tidak ada perbaikan klinis setelah
tes cepat MTB + diberikan antibiotika non OAT, dan
 Pasien TB ekstraparu mempunyai faktor risiko TB.
terkonfirmasi secara  Pasien TB ekstraparu yang
bakteriologis terdiagnosis secara klinis
 TB anak yang maupun laboratoris dan
terdiagnosis dengan histopatologis tanpa konfirmasi
pemeriksaan bakteriologis.
bakteriologis.  TB anak yang terdiagnosis
dengan sistim skoring.
.
(PDPI, 2021)
KLASIFIKASI

3 Lokasi Infeksi 4 Riwayat pengobatan


 Paru: TB yang berlokasi  Kasus baru
di parenkim  Kasus pengobatan gagal:
paru. kasus yang pernah diobati
 Ekstra paru: TB yang dengan OAT dan
terjadi pada organ dinyatakan gagal pada
selain paru, dapat pengobatan
melibatkan organ terakhir
pleura, kelenjar limfatik,  Kasus putus obat: kasus
abdomen, saluran yang terputus
kencing, saluran cerna, pengobatannya selama
kulit, meninges, dan minimal 2 bulan berturut-
tulang turut

(PDPI, 2021)
KLASIFIKASI

5 Hasil uji kepekaan 6 HIV


obat
 TB Sensitif Obat (TB-SO)  TB dengan HIV +
 TB Resisten Obat (TB-  TB dengan HIV –
RO): Monoresistan,  TB dengan status HIV
Resistan Rifampisin (TB tidak diketahui
RR), Poliresisten, Multi
drug resistant (TB MDR),
Pre extensively drug
resistant (TB Pre-XDR),
Extensively drug
resistant (TB XDR)

(PDPI, 2021)
Komplikasi Tuberkulosis

Dini Lanjut
 Pleurutis  Obstruksi jalan
 efusi pleura napas hingga
 Empiema gagal napas
 Laringitis  Sindrom ostruksi
 usus pasca TB
 Kerusakan
parenkim berat
 Fibrosis paru
DEFINISI TB LARINGITIS

Tuberkulosis laring adalah radang spesifik pada laring


yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
biasanya merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis
paru, sedangkan tuberkulosis laring primer sangat jarang
ditemukan. Perubahan klinis laring terjadi kirakira pada 3
% kasus tuberkulosis paru yang agak lanjut, tetapi
kejadian ini bisa mencapai 100 % pada kasuskasus
terminal.

(Bhat VK, Latha P, Upadhya D, Hedge J. Clinicopathological review of tubercular laryngitis in 32 cases of pulmonary Kochs. Am J Otolaryngol 2009; 30:327–30 )
ETIOLOGI TB LARINGITIS

Tuberkulosis laring disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis, yang merupakan bakteri tahan asam yang
secara sekunder berasal dari tuberculosis paru.
Tuberkulosis laring primer jarang ditemukan. Basil
tuberculosis berukuran sangat kecil, berbentuk batang
tipis agak bengkok dan bergranular, yang hanya bisa
dilihat di bawah mikroskop. Panjangnya 1-4 mikron dan
lebarnya antara 0,3 - 0,6 mikron. Basil tuberkulosis akan
tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 370C dengan
tingkat pH optimal (pH 6,4 – 7,0)
Penyebaran infeksi biasanya langsung dari bronkus
atau
sedikit sekali melalui hematogenik

Mark B, Berkow R. Tuberculosis, 2008. Available from: http://medical_dictionary.thefre edictionary.com/Tuberculosis. Accessed August 4, 2010
MANIFESTASI KLINIS TB LARINGITIS

1 3

Odinofagia (nyeri saat


Sesak
menelan)

Suara parau dalam Disfagia (sulit


jangka waktu yang menelan
lama

2 4

(Kemenkes RI 2019)
PEMERIKSAAN TB
Pemeriksaan
Tanda-tanda Vital Pemeriksaan Radiologi
Laboratorium
Foto Thorax
Suhu (0C) Laju Endap Darah (LED)

Nadi Skin test/ Mantoux

Kecepatan nafas (RR) IGRA

Kultur sputum

DNA M. tuberculosis (PCR)


Saturasi oksigen (SaO2)

PCR (Xpert MTB/RIF)


PENATALAKSANAAN TB
Tahap awal/fase
intensif
OAT diberikan setiap hari dengan tujuan
untuk menurunkan secara cepat jumlah kuman TB
yang terdapat dalam tubuh pasien dan
meminimalisasi risiko penularan. Jika pada tahap
awal OAT ditelan secara teratur dengan dosis yang
tepat, risiko penularan umumnya sudah berkurang
setelah 2 minggu pertama awal pengobatan. Durasi
pengobatan tahap awal pada pasien TB sensitif obat
(TB-SO) adalah 2 bulan.

Tahap lanjutan
Bertujuan untuk membunuh sisa kuman TB yang
tidak mati pada tahap awal sehingga dapat
mencegah kekambuhan. Durasi tahap lanjutan
berkisar antara 4 - 6 bulan.

(PDPI, 2021)
Obat Tuberkulosis
Regimen pengobatan TB-
SO
2RHZE / 4 RH
Pada fase intensif pasien diberikan kombinasi 4 obat
berupa Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z),
dan Etambutol (E) selama 2 bulan dilanjutkan dengan
pemberian Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4
bulan pada fase lanjutan. Pemberia nobat fase lanjutan
diberikan sebagai dosis harian (RH) sesuai dengan
rekomendasi WHO.

Pedoman Tatalaksana Tuberkulosis 2020


Obat Tuberkulosis

Pedoman Tatalaksana Tuberkulosis 2020


Pendekatan Berdasarkan Gejala Untuk Penatalaksanaan Efek Samping
OAT

(PDPI, 2021)
STUDI
KASUS
Patient Medical Story
Nama : Ny. L Diagnosis Awal
Efusi pleura + TB Paru + S. B24
No. RM : 0047XXXX Diagnosis
Akhir
Ruangan Asal : Paru (teratai) TB Paru + Laringitis TB
Pekerjaan : IRT
Alasan
Alamat : Pasuruan MRS batuk
Sesak, bertahun-
Umur : 34 tahun 5 bulan tahun, diare ± 2 minggu
BB/TB : 50 Kg / 150 cm setelah makan sate
kambing, badan lemas, BB
Riwayat Alergi : - menurun, suara parau
Status Pasien: BPJS PBI
Tgl. MRS : 25/12/2022 Riwayat pennyakit
Tidak ada
Dokter : dr. Wulan
DATA KLINIK
TANGGAL
NO. DATA KLINIK
25/12 26/12 27/12 28/12

1. Suhu (36-37,5) oC 36,3 36;36,2;36 36,5;36;36,4 36

2. Nadi (80-100 x/menit) 121 92;89;130 145;110;79 113

RR
3. 22 17;21;20 20;18;20 20
(18-20 x/menit)

Tekanan Darah
4. 112/71 92/68;95/64;98/68 108/69;104/72;94/67 105/76
(120/80 mmHg)

5. SPo2% 100% 96;96;97 99;95;98

5. KU Lemah Lemah Lemah Lemah


6. GCS 456 456 456 456
7. Sesak Nafas +++ ++ +
8. Batuk + + + +
9. Mual +
11. Diare + + +

12. Nyeri + + + +
Data Laboratorium

Data Lab. Nilai Normal


Tanggal

25/12 (IGD)
Data
Hematologi Laboratorium
Hemoglobin (HGB) 13.5 – 17.5 g/dL
Nilai kritis: 12,81
< 7 or > 21
Eritrosit (RBC) 4,5-5,9 4,798
Hematokrit (HCT) 37 – 53 %
Nilai kritis: 40,5
< 21 or >65
RDW 11,5 – 13,1% 13,27
MCV 80 – 100 84,45
MCH 26 – 34 26,71
MCHC 32 – 36% 31,62
Leukosit (WBC)
4,5 – 11
14,46
Nilai kritis : <2 or 30
Eosinofil% 0–3 0,1
Basofil% 0–1 0,8
Data Data Laboratorium

Laboratorium
Tanggal
Data Lab. Nilai Normal
25/12 (IGD)
Neutrofil% 35 – 66 79,2
Limfosit% 24 – 44 11,5
Monosit% 3–6 8,49
Eosinofil 0 – 0,33 0,013
Basofil 0 – 0,11 0,11
Neutrofil 1,5-8,5 11,5
Limfosit 1,0 – 5,0 1,66
Monosit 0,14 – 0,66 1,23
PLT
150 – 450
645
Nilai kritis : <20 or >1000
MPV 6,90 – 10,6 fL 5,201
NLR 6,93
Faal Hati
AST/SGOT < 35 U/L 13,09
ALT/SGPT < 45 U/L 6,87
Data Laboratorium
Data Laboratorium

Tanggal
Data Lab. Nilai Normal
25/12 (IGD)
Faal Ginjal

BUN 7.8–20.23 mg/dL


Nilai Kritis: 6
>100 mg/dL
Kreatinin 0.8-1.3 mg/dL
Nilai Kritis: 0,459
= 10 mg/dL (Pasien non dialisis)
Elektrolit
Natrium 135-147 mmol/L
Nilai Kritis:
<120 atau >160 134,40

Kalium 3,5 - 5 mmol/L


Nilai Kritis: 4,59
<3 atau >6,1

Klorida 95 - 105 mmol/L


102,20
Nilai Kritis: <80 atau >115
DATA RADIOLOGI
01 02

Hasil PCR (Xpert


Hasil foto thorax
MTB/RIF)

26 Desember 2022 27 Desember 2022 28 Desember 2022


DATA RADIOLOGI
01 02

Thorax Pro Marker HIV Rapid I


PROFIL PENGOBATAN
No Regimen
Nama Obat Rute Frekuensi 25/12 26/12 27/12 28/12
. Dosis
(IGD) (Teratai) (Teratai) (Teratai)
1. Asering 24 tpm IVFD ✓ // ✓
2. Renosan 14 tpm IVFD 2x1 ✓ ✓ ✓
3. Inf. PZ + Aminopilin 14 tpm IV ✓ ✓ //
4. Fartison 100 mg IV 2x1 ✓ ✓
5. Nebul Meprovent + Pulmicort 1 dosis 3-4x
(GINA, inh /12 jam ✓ ✓
2020)
6. Anbacim 1g IV 2x1 ✓ ✓ ✓ ✓
7. Inj. Lansoprazol 1 amp IV 2x1 ✓ ✓ ✓ ✓
8. Inj. Santagesik 1 amp IV 3x1 ✓
9. Sanmol/ Paracetamol 40 mg PO 3 x 500 ✓ ✓ ✓
10. Attapulgite/ Diagit 650 mg PO 3x1 ✓ ✓
11. NaCl
Tuberculosis

S A

O P
Pasien didiagnosa TB
Paru
TANGGAL
DATA KLINIK
25/12 26/12 27/12 28/12
Nadi (80-100 x/menit) 121 92;89;130 145;110;79 113
RR (18-20 x/menit) 22 17;21;20 20;18;20 20

S Sesak Nafas
Batuk
+
+
+
+
+
+
+
+

Data Laboratorium

O Data Lab. Nilai Normal


Tanggal
25/12 (IGD)
Leukosit (WBC) 4,5 – 11
14,46
Nilai kritis : <2 or 30
Monosit%
3–6 8,49

Hasil PCR (Xpert Hasil foto


MTB/RIF) thorax
Pasien didiagnosa TB
Paru
Regimen
Nama Obat Rute Frekuensi 25/12 26/12 27/12 28/12
Dosis
(IGD) (Teratai) (Teratai) (Teratai)
OAT
R (Rifampisin) : 150

A H (Isoniazid) :150
Z (Pirazinamid) :250
E (Etambutol):250
PO 1x1 ✓ ✓

Terapi sudah tepat

- Monitoring batuk, sesak napas pada pasien.


- Monitoring ESO dari Etambutol yaitu gangguan penglihatan.
- Monitoring ESO dari Rifampicin yaitu warna urine menjadi kemerahan.
P - Monitoring ESO dari Isoniazid yaitu kebas atau kesemutan. Bila perlu
diberikan vitamin B.
- Monitoring ESO dari Pirazinamid yaitu asam urat
Pasien lemah dan
diare
TANGGAL
DATA KLINIK
25/12 26/12 27/12 28/12
S KU Lemah Lemah Lemah Lemah

Data Laboratorium
Tanggal
Data Lab. Nilai Normal

O Natrium 135-147 mmol/L Nilai Kritis: <120 atau >160


25/12 (IGD)
134,40

Regimen
Nama Obat Rute Frekuensi
Dosis 25/12 26/12 27/12 28/12
(IGD) (Teratai) (Teratai) (Teratai)

A Asering 24 tpm IVFD ✓ // ✓


Renosan 14 tpm IVFD 2x1 ✓ ✓ ✓
Attapulgite/ Diagit 650 mg PO 3x1 ✓ ✓

• Pemberian infus asering dan renosan bertujuan untuk meningkatkan elektrolit pasien
• Pasien mengalami diare maka diberikan attapulgit
P  Monitoring kondisi umum dan elektrolit pasien
Pasien sesak, infeksi, suara parau, TB
Laringitis
TANGGAL
DATA KLINIK
25/12 26/12 27/12 28/12

RR (18-20 x/menit) 22 17;21;20 20;18;20 20


S Sesak Nafas +++ ++ +

Data Laboratorium

O Data Lab. Nilai Normal


Tanggal
25/12 (IGD)
Leukosit (WBC) 4,5 – 11
14,46
Nilai kritis : <2 or 30
Pasien sesak, infeksi, suara parau, TB Laringitis
Regimen
Nama Obat Rute Frekuensi 25/12 26/12 27/12 28/12
Dosis
(IGD) (Teratai) (Teratai) (Teratai)
Inf. PZ + Aminopilin 14 tpm IV ✓ ✓ //
Fartison 100 mg IV 2x1 ✓ ✓
Nebul Meprovent + Pulmicort 1 dosis 3-4x
(GINA, inh /12 jam ✓ ✓
2020)
Anbacim (Cefuroxime) 1g IV 2x1 ✓ ✓ ✓ ✓

A NaCl sue ✓

- Pemberian Inf. PZ + Aminopilin dapat menurunkan kerja pernapasan saat di IGD dan sebagai bronkodilator
- Pemberian Nebul Meprovent + Pulmicort untuk meredakan sesak (karena batuk), bronkodilator dan mengurangi
inflamasi di paru-paru.
- Pemberian Fartison untuk kasus dengan fiksasi pita suara dapat diberikan untuk mencegah fibrosis yang dapat
menyebabkan sumbatan jalan nafas atas
- Paisen didiagnosis TB laryngitis sehingga diberikan NaCl sebagai obat kumur untuk membersikan rongga mulut
- Pemberian Cefuroxime dapat mengatasi infeksi bakteri agar WBC normal

P - Monitoring RR.
- Monitoring saturasi oksigen
- Monitoring kadar leukosit
S Mual

O -
Regimen
A Nama Obat
Dosis
Rute Frekuensi 25/12
(IGD)
26/12
(Teratai)
27/12
(Teratai)
28/12
(Teratai)
Inj. Lansoprazol 1 amp IV 2x1 ✓ ✓ ✓ ✓

Diberikan Lansoprazol untuk menghambat sekresi asam lambung yang menyebabkan mual
dan juga unuk mengatasi stress ulcer

P Monitoring mual pasien


S Nyeri perut

O -
Regimen
Nama Obat Rute Frekuensi 25/12 26/12 27/12 28/12
Dosis
A Inj. Santagesik 1 amp IV 3x1
(IGD)

(Teratai) (Teratai) (Teratai)

Sanmol/ Paracetamol 40 mg PO 3 x 500 ✓ ✓ ✓

Diberikan santagesik dan sanmol untuk mengurangi rasa nyeri

P Monitoring nyeri
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai