OLEH:
HILDA ARISANDI
NIM: 70900122034
( ) ( )
Puji syukur kita panjatkan kahadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga tugas laporan kami yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Tuberculosis pada “Tn.K” di Ruang Al-Fajar
RSUD. Haji Kota Makassar” dapat diselesaikan. Tak lupa pula kita kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai sosok
teladan bagi seluruh umat
Hilda Arisandi
1. Tinjauan Pustaka
a. Definisi
Tuberculosis atau TBC adalah penyakit infeksi yang menular
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman tuberculosis
banyak menyerang organ paru yang menyebabkan gangguan pernapasan,
seperti batuk kronis dan sesak nafas, meskipun dapat menyerang organ
yang lain sehingga penyakit ini dikenal dengan nama tuberculosis paru
(TB paru) sedangkan yang menyerang organ lain selain paru dinamakan
tuberculosis ekstra paru (Karyo & Munir, 2022).
b. Etiologi
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar ketika seseorang
menghirup percikan ludah (droplet) saat penderita TBC batuk, berbicara,
bersin, tertawa, atau bernyanyi (Kemenkes RI, 2022).
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk
batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian
besar komponen M. tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga
kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia
dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai
daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu M. tuberculosis senang
tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi.
Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit
tuberculosis.
c. Klasifikasi
Menurut (Singh & Reviono Sp.P, 2023) Penyakit TB paru
dibedakan dalam beberapa tingkatan atau kelas. Klasifikasi TB paru
tersebut berdasarkan dari faktor klinis dan radiologi, seperti yang tertera
pada table berikut.
Tabel 1 Klasifikasi TB berdasarkan penemuan klinis dan radiologi
Riwayat Penemuan
Kelas Pengertian Hasil Laboratorium
klinis Radiologi
0 Tidak ada Tidak ada Hasil pemeriksaan Tidak ada
paparan riwayat Tuberkulin atau IGRA kelainan
terhadap TB; pajanan negatif pada
tidak ada radiologi
infeksi
1 Terpajan TB; Terdapat Hasil pemeriksaan Tidak ada
tidak ada riwayat tuberkulin atau IGRA kelainan
infeksi pajanan negative (dilakukan pada
setidaknya 10 minggu radiologi
setelah terpajan)
2 Infeksi TB Tidak ada Hasil pemeriksaan Tidak ada
laten; tidak riwayat tuberkulin atau IGRA kelainan
ada penyakit penyakit TB positif; namun pada
TB pemeriksaan radiologi
bakteriologis negatif
(jika dilakukan)
3 Penyakit TB Memenuhi Memenuhi kriteria Hasil
aktif (saat kriteria untuk laboratorium radiologi
ini) kasus TB (contohnya kultur menunjukkan
aktif positif) adanya
infeksi aktif
4 Penyakit TB Riwayat Hasil pemeriksaan Penemuan
sebelumnya pengobatan tuberkulin atau IGRA radiologi
(tidak aktif) TB; tidak positif; namun abnormal
ada bukti pemeriksaan namun stabil;
penyakit TB bakteriologis negatif tidak
aktif (jika dilakukan) terdapat
bukti adanya
penyakit TB
aktif
5 Terduga TB; Sedang - -
diagnosis dievaluasi
tertunda untuk TB
aktif
berdasarkan
penemuan
klinis,
laboratorium,
dan atau
penemuan
radiologi
d. Patofisiologi
Setelah infeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka
penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle sehingga menghasilkan
necrotizing caseosa dalam bronchus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya
menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi
kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah
yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel
epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respon berbeda, kemudian
pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh
tuberkel.
e. Manifestasi klinis
Menurut Kemenkes RI (2014), gejala utama TB paru adalah batuk
berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk biasanya diikuti gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
pada malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan.
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberculosis adalah
asimptomatis. Pada individu lainnya, gejala berkembang secara bertahap
sehingga gejala tersebut tidak dikenali sampai penyakit telah masuk tahap
lanjut. Manifestasi klinis yang umum termasuk keletihan, penurunan berat
badan, latergi, anoreksia (kehilangan nafsu makan), dan demam ringan
yang biasanya terjadi pada siang hari. “Berkeringat malam” dan ansietas
umum sering tampak. Dispnea, nyeri dada, dan hemoptysis adalah juga
temuan yang umum (Karyo & Munir, 2022).
f. Penatalaksanaan
Kebanyakan individu dengan TB aktif yang baru didiagnosa tidak
dirawat di rumah sakit. Jika TB paru terdiagnosa pada individu yang
sedang dirawat, klien mungkin akan tetap dirawat sampai kadar obat
terapeutik telah ditetapkan. Beberapa klien dengan TB aktif mungkin
dirawat di rumah sakit karena alas an (1) mereka sakit akut; (2) situasi
kehidupan mereka dianggap berisiko tinggi; (3) mereka diduga tidak patuh
terhadap program pengobatan; (4) terdapat riwayat TB sebelumnya dan
penyakit aktif kembali; (5) terdapat penyakit lain yang bersamaan dan
bersifat akut; (6) tidak terjadi perbaikan setelah terapi dan (7) mereka
resisten terhadap pengobatan yang biasa, membutuhkan obat garis kedua
dan ketiga. Dalam situasi seperti ini, perawatan singkat di rumah sakit
diperlukan untuk memantau keefektifan terapi dan efek samping obat-obat
yang diberikan.
Klien dengan diagnosa TB aktif biasanya mulai diberikan tiga jenis
medikasi atau lebih untuk memastikan bahwa organisme yang resisten
telah disingkirkan. Dosis dari beberapa obat mungkin cukup besar karena
basil sulit untuk dibunuh. Pengobatan berlanjut cukup lama untuk
menyingkirkan atau mengurangi secara substansial jumlah basil dorman
atau semidorman. Terapi jangka panjang yang tidak terputus merupakan
kunci sukses dalam pengobatan TB.
Lamanya pengobatan beragam, beberapa program mempunyai
pendekatan dua fase: (1) fase intensif yang menggunakan dua atau tiga
jenis obat, ditujukan untuk menghancurkan sejumlah besar organisme
yang berkembang biak dengan cepat, dan (2) fase rumatan, biasanya
dengan dua obat, diarahkan pada permusnahan sebagian besar basil yang
masih tersisa. Program pengobatan dasar yang direkomendasikan bagi
klien yang sebelumnya belum diobati adalah dosis harian isoniazid,
rifampin, dan pirazinamid selama 2 bulan. Pengobatan ini diikuti dengan
isoniazid dan rifampin selama 4 bulan. Kultur sputum digunakan untuk
mengevaluasi kesangkilan terapi. Jika kepatuhan terhadap pendosisan
harian menjadi masalah, maka diperlukan protokol TB yang memberikan
medikasi dua atau tiga kali seminggu. Program ini biasanya diberikan di
klinik untuk memastikan klinik menerima obat yang diharuskan.
Jika medikasi yang digunakan tampak tidak efektif (mis.
memburuknya gejala, peningkatan infiltrat, atau pembentukan kavitas),
program harus dievaluasi kembali, dan kepatuhan klien harus dikaji.
Setidaknya dua medikasi (tidak pernah hanya satu) ditambahkan pada
program terapi TB yang gagal.
g. Pemeriksaan penunjang
Ketepatan diagnosis TBC penting dalam pengelolaan kasus.
Keterlambatan dalam diagnosis TBC dapat meningkatkan transmisi M.
tuberculosis pada komunitas dan keparah gejala pada pasien. Salah satu
penyebab keterlambatan “provider delay”, di antaranya ketika
dokter/petugas kesehatan tidak mencurigai pasien menderita TBC. Oleh
karena itu, diperlukan upaya peningkatan kesadaran dokter/petugas
kesehatan mengenai risiko dan gejala TBC untuk memperoleh diagnosis
dan pengobatan TBC secara dini.
Sebelum merekomendasikan pemeriksaan diagnostic, kecurigaan
klinis kea rah TBC dapat muncul dari: (1) adanya keluhan klinis TBC; (2)
pemeriksaan radiologi sugestif TBC; (3) adanya komorbid dan kondisi
epidemiologi yang meningkatkan risiko terkena TBC.
Diagnosis TBC ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
lainnya (Alisjahbana et al., 2020)
1. Keluhan dan hasil anamnesis meliputi :
Gejala organik :
- Batuk, khusunya bila dirasakan 2 minggu atau lebih, dapat
disertai darah (hemoptysis).
- Sesak nafas
Gejala sistemik :
- Demam
- Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
- Nafsu makan menurun
- Berat badan menurun
- Malaise, badan lemas
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis TBC pada dewasa meliputi :
- Pemeriksaan Bakteriologi
1) Pemeriksaan dahak mikroskopis lansung
2) Pemeriksaan Tes Cepat Molekular (TCM) TBC
3) Pemeriksaan biakan
- Pemeriksaan penunjang lainnya
1) Pemeriksaan foto toraks
2) Pemeriksaan histopalogi pada kasus yang dicurigai TBC
ekstraparu
- Pemeriksaan Uji Kepekaan Obat
Tujuan dari pemeriksaan uji kepekaan obat adalah untuk
mengetahui ada tidaknya resistensi terhadap OAT. Uji
kepekaan harus dilakukan di laboratorium yang telah lulus uji
pemantapan mutu/Quality Assurance (QA), dan mendapatkan
sertifikat nasional maupun internasional.
h. Komplikasi
Menurut (Singh & Reviono Sp.P, 2023) komplikasi TB paru dibagi atas
komplikasi dini dan komplikasi lanjut :
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, TB usus,
Poncet’s arthropathy.
2. Komplikasi lanjut : onstruksi jalan nafas (sindrom obstruksi pasca TB),
kerusakan parenkim berat (fibrosis paru), korpulmonal, amioloidosis
paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), TB milier, jamur, jamur
paru (aspergil-losis) dan kavitas.
i. Penyimpangan KDM
Mycobacterium Tuberculosis
Inhalasi droplet
Terjadi pengeluaran
secret/mucus
Gangguan Pola
Tidur
Misinterpretasi informasi
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
Alisjahbana, B., Hadisoemarto, P., Lestari, B. W., Afifah, N., Fatma, Z. H.,
Azkiya, W. S. N., Fattah, D., Dewi, N. F., & Saptiningrum, E. (2020).
Diagnosis dan Pengelolaan Tuberkulosis. Unpad Press.
Hulu, V. T., Salman, Supingato, A., Khairiri, L. A., Sianturi, E., Nilasari, Siagian,
N., Hastuti, P., & Syamdariati. (2020). Epidemiologi Penyakit Menular
Riwayat, Penularan dan Pencegahan. Yayasan Kita Menulis.
Karyo, & Munir, M. (2022). Terapi Motivasi Penderita Tuberkulosis Paru Untuk
Peningkatan Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Rena
Cipta Mandiri.
Singh, D. B., & Reviono Sp.P. (2023). Sitokin & Kemokin Biomarker
Tuberkulosis Laten. Rena Cipta Mandiri.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA
ABDOMINAL PAIN PADA Ny.B DI RUANGAN RINRA 1 RSUD HAJI KOTA
MAKASSAR
OLEH:
HILDA ARISANDI
NIM: 70900122034
( ) ( )
3
9
Haya terdiam
b. Konsep diri:
1) Bagaimana klien memandang dirinya?
a. Pemeriksaan labolatorium
30-03-2022HEMATOLOGI
WBC 12,75 4.00-10.0 10^3/UI
NEUT# 10,99 2.00-7,0 10^3/UI
LYMPH# 0,99 1,00-4,00 10^3/UI
MONO# 0,73 0,20-1,00 10^3/UI
EO# 0,01 0,00-0,50 10^3/UI
BASO# 0,03 0,00-0,20 10^3/UI
IG# 0,04 0,00-7,00 10^3/UI
NEUT% 86,2 50,0-70,0 %
LYMPH% 7,8 25,0-40,0 %
MONO% 5,7 2,0-8,0 %
EO% 0,1 2,0-4,0 %
BASO% 0,2 0,0-1,0 %
IG% 0,3 0,0-72,0 %
b. Pemeriksaan radiologi
- Bercak dilapangan paru kiri tengah
- Cor:WNL
- Kedua sinus costoprhenicus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
Kesan : Pneumonia Suspek spesifik
FORMAT KLASIFIKASI DATA
Sirkulasi DO:
- TD: 140/67 mmHg
- N: 80 x/i
Nutrisi dan Cairan DS:
- Pasien mengatakan bibir kering
- Pasien mengatakan sakit pada
tenggorokan
DO:
- Pasien terpasang infus pump : Nacl
3%
- Elektrolit
Natrium : 125
Kalium: 4,1
Chorida: 88
- Pasien terlihat lemah
- Mukosa mulut terlihat kering
Eliminasi
Aktivitas dan Istirahat
Neurosensory
Reproduksi dan
Seksualitas
Psikologis Nyeri dan Kenyamanan
-
Integritas Ego DO:
- Pasien mengatakan saat sakit lebih
banyak istirahat karna takut
penyakitnya kambuh
- Pasien merasa cemas terhadap
penyakitnya
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Perilaku Kebersihan Diri DS:
- Pasien mengatakan selama sakit
tidak pernah mandi
- Pasien mengatakan selama sakit
jarang menyikat gigi
- Pasien mengatakan untuk
beraktivitas ke wc perlu dampingan
keluarga
DO:
- Rambut terihat kusam dan kotor
- Gigi terlihat kotor
Penyuluhan dan
Pembelajaran
Relasional Interaksi Sosial
Lingkungan Keamanan dan Proteksi
FORMAT ANALISA DATA
dampingan
keluarga Defisit perawatan diri
cemas terhadap
keetidaktahuan penyakit
penyakitnya
Ansietas
No Diagnosis keperawatan
DO:
- Pasien terpasang infus pump : Nacl 3%
- Elektrolit
Natrium : 125
Kalium: 4,1
Chorida: 88
- Pasien terlihat lemah
- Mukosa mulut terlihat
DS:
- Pasien mengatakan saat sakit lebih banyak istirahat karna takut
penyakitnya kambuh
- Pasien merasa cemas terhadap penyakitnya
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Risiko ketidakseimbangan cairan Setelah dilakukan Manajemen Elektrolit Observasi
elektrolit berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi 1) Untuk mengetahui
gangguan mekanisme regulasi selama 2x24 jam
1) Identifikasi tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit
(diabetes) dibuktikan dengan : diharapkan ,
DS: keseimbangan elektrolit ketidakseimbangan elektrolit 2) Untuk mengurangi kehilangan
- Pasien mengeluh batuk meningkat dengan kriteria 2) Identifikasi kehilangan cairan elektrolit
kering sakit pada bagian hasil :
elektrolit melalui cairan 3) Untuk mengetahui kadar elektrolit
- Serum natrium
dada saat batuk 3) Monitor kadar elektrolit Terapeutik
meningkat
- Pasien mengatakan bibir - Serum kalium Terapeutik 1) Untuk menghindari kekurangan
kering meningkat
4) Berikan cairan cairan
- Serum klorida
- Pasien mengatakan sakit 5) Anjurkan pasien dan keluarga 2) Untuk menambah konsumsi cairan
meningkat
pada tenggorokan untuk modifikasi diet dalam tubuh
2. Defisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri
dengan kelemahan dibuktikan keperawatan selama 2x24 Observasi Observasi
dengan: jam, maka peraatan diri 1) Identifikasi kebiasaan aktivitas 1) Untuk melanjutkan kebiasaan
meningkat dengan kriteria perawatan diri sesuai usia perawatan diri sesuai usia
DS: hasil : 2) Monitor tingkat kemandirian 2) Unuk mengetahui tingkat kemandirian
kurang terpapar informasi Setelah dilakukan intervensi Observasi 1) Untuk mengetahui gejala yang muncul saat
keperawatan selama 2x24 1) Monitor tanda-tanda ansietas ansietas
dibuktikan dengan :
jam maka, tingkat ansietas (verbal dan nonverbal) 2) Memberikan rasa nyaman pada klien
DS: menurun dengan kriteria Terapeutik 3) Agar terjalin kepercayaan antara perawat
- Pasien mengatakan saat hasil : 2) Pahami situasi yang membuat dan klien
sakit lebih banyak istirahat - Verbalisasi khawatir akibat ansietas 4) Agar klien merasa mendapat dukungan dari
karna takut penyakitnya kondisi yang dihadapi 3) Ciptakan suasana terapeutik keluarga
DX.
No Waktu Implementasi Tindakan Keperawatan Nama Jelas
Kep
1. 1 Senin, 17 Manajemen Elektrolit
April 2023 Hilda Arisandi
Observasi
1) Mengidentifikasi tanda dan gejala
10.23
WITA ketidakseimbangan elektrolit
Hasil : mukosa mulut kering dan klien
terlihat lemah
10.28
WITA 2) Mengidentifikasi kehilangan elektrolit
melalui cairan
Hasil: klien terkadang batuk
10.33 3) Memonitor kadar elektrolit
WITA Hasil : elektrolit dalam darah menurun
Terapeutik
1) Memberikan cairan
10. 35 Hasil : cairan Nacl 3%
WITA
2) Memasang akses intravena
15.32
ketidakseimbangan elektrolit
WITA Hasil: keluarga memahami penanganan
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian suplemen elektrolit (mis.
Oral, NGT,IV)
Hasil : pemberian cairan elektrolit melalui intravena
5 2 Selasa, 18 Dukungan Perawatan Diri Hilda Arisandi
April 2023
Observasi
10.47 4) Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
WITA
diri sesuai usia
Hasil : membersihkan badan degan tisu basah
10. 57
5) Memonitor tingkat kemandirian
WITA
Hasil : memerlukan dampingan untuk ke wc
6) Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
diri,berpakaian , berhias, dan makan
Hasil : ttersedia tisu basah dan pakaian bersih
Terapeutik
6) Menyiapkan keperluan pribadi
Hasil : peralatan disiapkan keluarga
7) Mendampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
Hasil : pendampingan keluarga
Edukasi
Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
Hasil : klien memahami konsep perawatan diri
6 3 Selasa , Reduksi Ansietas Hilda Arisandi
18 April
Observasi
2023
4) Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
11.00
nonverbal)
WITA
Hasil : klien mengatakan cemas dengan
penyakitnya
11.05 Terapeutik
WITA
5) Memahami situasi yang membuat ansietas
Hasil : kurang informasi
6) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
11.15 kepercayaan
WITA
Hasil : klien mengungkapkan perasaan yang dialami
Edukasi
11.20
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
WITA
perlu
hasil : klien nampak selalu didampingi keluarga
4) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
hasil : klien mengungkapkan perasaan cemas yang
dirasakan
EVALUASI
Hari/ Diagnosa Waktu Evaluasi (SOAP/SOAPIER) Nama Jelas
Tgl
Senin , 1 14.15 S : - Klien mengatakan batuk berkurang dan mulut terasa Hilda Arisandi
17 April WITA kering
2023 O : - terpasang infus Nacl 0,9% dan infus pump Nacl 3%
A : Intervensi teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
1) Memberikan cairan
2) Memasang akses intravena
Terapeutik
1) Menyiapkan keperluan pribadi
2) Mendampingi dalam melakukan perawatan diri sampai
mandiri
Edukasi
- Menganjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
3 14.45 S : Klien mengatakan sudah cemas karena batuknya sudah Hilda Arisandi
berkurang
O : klien nampak terbaring
A : Intervensi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Rabu, 1 08.15 S : - Klien mengatakan sudah tidak batuk dan mulut sudah Hilda Arisandi
19 april WITA tidak kering
2023 O : - tidakterpasang infus Nacl 0,9% dan infus pump Nacl 3%
A : Intervensi teratasi
P : intervensi dihentikan
2 08.30 S : - klien mengatakan sudah menyikat gigi dan menyeka badan Hilda Arisandi
WITA dengan tisu basah
O : klien nampak bersih dan segar
A : intervensi teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 08.45 S : Klien mengatakan sudah tidak cemas karena batuknya Hilda Arisandi
berkurang
O : klien terlihat rileks saat berbicara
A : Intervensi teratasi
P : Intervensi dihentikan