Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA

TUBERCULOSIS PARU PADA Tn. K DI RUANGAN AL-FAJAR RSUD HAJI


KOTA MAKASSAR

OLEH:

HILDA ARISANDI

NIM: 70900122034

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kahadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga tugas laporan kami yang
berjudul “Laporan Pendahuluan Tuberculosis pada “Tn.K” di Ruang Al-Fajar
RSUD. Haji Kota Makassar” dapat diselesaikan. Tak lupa pula kita kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagai sosok
teladan bagi seluruh umat

Laporan pendahuluan ini dibuat sebagai bentuk pelaksanaan tugas dalam


menjalani proses profesi ners. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terima
kasih baik kepada preceptor lahan maupun institusi yang telah senantiasa
memberikan bimbingan serta arahan kepada kami. Kami juga mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak yang ikut berpartisipasi
dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini yang tidak dapat kami
disebutkan.

Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan ini, kami sebagai manusia


biasa menyadari bahwa laporan ini tidaklah sempurna dan tidak luput dari
kesalahan. Oleh karenanya, kami sangat mengharapkan kiritik, saran serta
masukan yang membangun sehingga kami dapat meminimalisir kesalahan baik itu
dari segi penulisan, bahasa maupun dari segi penyusunan. Kami juga berharap
semoga apa yang disajikan pada laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Akhir kata sekian dan terima kasih.

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Makassar, 27 April 2023

Hilda Arisandi
1. Tinjauan Pustaka
a. Definisi
Tuberculosis atau TBC adalah penyakit infeksi yang menular
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kuman tuberculosis
banyak menyerang organ paru yang menyebabkan gangguan pernapasan,
seperti batuk kronis dan sesak nafas, meskipun dapat menyerang organ
yang lain sehingga penyakit ini dikenal dengan nama tuberculosis paru
(TB paru) sedangkan yang menyerang organ lain selain paru dinamakan
tuberculosis ekstra paru (Karyo & Munir, 2022).
b. Etiologi
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyebar ketika seseorang
menghirup percikan ludah (droplet) saat penderita TBC batuk, berbicara,
bersin, tertawa, atau bernyanyi (Kemenkes RI, 2022).
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk
batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian
besar komponen M. tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga
kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia
dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai
daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu M. tuberculosis senang
tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi.
Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit
tuberculosis.
c. Klasifikasi
Menurut (Singh & Reviono Sp.P, 2023) Penyakit TB paru
dibedakan dalam beberapa tingkatan atau kelas. Klasifikasi TB paru
tersebut berdasarkan dari faktor klinis dan radiologi, seperti yang tertera
pada table berikut.
Tabel 1 Klasifikasi TB berdasarkan penemuan klinis dan radiologi
Riwayat Penemuan
Kelas Pengertian Hasil Laboratorium
klinis Radiologi
0 Tidak ada Tidak ada Hasil pemeriksaan Tidak ada
paparan riwayat Tuberkulin atau IGRA kelainan
terhadap TB; pajanan negatif pada
tidak ada radiologi
infeksi
1 Terpajan TB; Terdapat Hasil pemeriksaan Tidak ada
tidak ada riwayat tuberkulin atau IGRA kelainan
infeksi pajanan negative (dilakukan pada
setidaknya 10 minggu radiologi
setelah terpajan)
2 Infeksi TB Tidak ada Hasil pemeriksaan Tidak ada
laten; tidak riwayat tuberkulin atau IGRA kelainan
ada penyakit penyakit TB positif; namun pada
TB pemeriksaan radiologi
bakteriologis negatif
(jika dilakukan)
3 Penyakit TB Memenuhi Memenuhi kriteria Hasil
aktif (saat kriteria untuk laboratorium radiologi
ini) kasus TB (contohnya kultur menunjukkan
aktif positif) adanya
infeksi aktif
4 Penyakit TB Riwayat Hasil pemeriksaan Penemuan
sebelumnya pengobatan tuberkulin atau IGRA radiologi
(tidak aktif) TB; tidak positif; namun abnormal
ada bukti pemeriksaan namun stabil;
penyakit TB bakteriologis negatif tidak
aktif (jika dilakukan) terdapat
bukti adanya
penyakit TB
aktif
5 Terduga TB; Sedang - -
diagnosis dievaluasi
tertunda untuk TB
aktif
berdasarkan
penemuan
klinis,
laboratorium,
dan atau
penemuan
radiologi

d. Patofisiologi

Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. tuberculosis.


Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang
biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M. tuberculosis juga dapat
menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga
menyebar melalu system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain
(ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus
atas). Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan
melakukan refleksi inflamasi. Neutrophil dan makrofag melakukan aksi
fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis
menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan
ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam elveoli yang
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam
waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.

Interaksi antara M. tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada


masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut
granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang
dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah
bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut
disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri
menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi penampakannya
seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan
akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi
nonaktif.

Setelah infeksi awal, jika respon sistem imun tidak adekuat maka
penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali
menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle sehingga menghasilkan
necrotizing caseosa dalam bronchus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya
menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi
kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh
dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah
yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel
epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respon berbeda, kemudian
pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh
tuberkel.

e. Manifestasi klinis
Menurut Kemenkes RI (2014), gejala utama TB paru adalah batuk
berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk biasanya diikuti gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat
pada malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan.
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberculosis adalah
asimptomatis. Pada individu lainnya, gejala berkembang secara bertahap
sehingga gejala tersebut tidak dikenali sampai penyakit telah masuk tahap
lanjut. Manifestasi klinis yang umum termasuk keletihan, penurunan berat
badan, latergi, anoreksia (kehilangan nafsu makan), dan demam ringan
yang biasanya terjadi pada siang hari. “Berkeringat malam” dan ansietas
umum sering tampak. Dispnea, nyeri dada, dan hemoptysis adalah juga
temuan yang umum (Karyo & Munir, 2022).
f. Penatalaksanaan
Kebanyakan individu dengan TB aktif yang baru didiagnosa tidak
dirawat di rumah sakit. Jika TB paru terdiagnosa pada individu yang
sedang dirawat, klien mungkin akan tetap dirawat sampai kadar obat
terapeutik telah ditetapkan. Beberapa klien dengan TB aktif mungkin
dirawat di rumah sakit karena alas an (1) mereka sakit akut; (2) situasi
kehidupan mereka dianggap berisiko tinggi; (3) mereka diduga tidak patuh
terhadap program pengobatan; (4) terdapat riwayat TB sebelumnya dan
penyakit aktif kembali; (5) terdapat penyakit lain yang bersamaan dan
bersifat akut; (6) tidak terjadi perbaikan setelah terapi dan (7) mereka
resisten terhadap pengobatan yang biasa, membutuhkan obat garis kedua
dan ketiga. Dalam situasi seperti ini, perawatan singkat di rumah sakit
diperlukan untuk memantau keefektifan terapi dan efek samping obat-obat
yang diberikan.
Klien dengan diagnosa TB aktif biasanya mulai diberikan tiga jenis
medikasi atau lebih untuk memastikan bahwa organisme yang resisten
telah disingkirkan. Dosis dari beberapa obat mungkin cukup besar karena
basil sulit untuk dibunuh. Pengobatan berlanjut cukup lama untuk
menyingkirkan atau mengurangi secara substansial jumlah basil dorman
atau semidorman. Terapi jangka panjang yang tidak terputus merupakan
kunci sukses dalam pengobatan TB.
Lamanya pengobatan beragam, beberapa program mempunyai
pendekatan dua fase: (1) fase intensif yang menggunakan dua atau tiga
jenis obat, ditujukan untuk menghancurkan sejumlah besar organisme
yang berkembang biak dengan cepat, dan (2) fase rumatan, biasanya
dengan dua obat, diarahkan pada permusnahan sebagian besar basil yang
masih tersisa. Program pengobatan dasar yang direkomendasikan bagi
klien yang sebelumnya belum diobati adalah dosis harian isoniazid,
rifampin, dan pirazinamid selama 2 bulan. Pengobatan ini diikuti dengan
isoniazid dan rifampin selama 4 bulan. Kultur sputum digunakan untuk
mengevaluasi kesangkilan terapi. Jika kepatuhan terhadap pendosisan
harian menjadi masalah, maka diperlukan protokol TB yang memberikan
medikasi dua atau tiga kali seminggu. Program ini biasanya diberikan di
klinik untuk memastikan klinik menerima obat yang diharuskan.
Jika medikasi yang digunakan tampak tidak efektif (mis.
memburuknya gejala, peningkatan infiltrat, atau pembentukan kavitas),
program harus dievaluasi kembali, dan kepatuhan klien harus dikaji.
Setidaknya dua medikasi (tidak pernah hanya satu) ditambahkan pada
program terapi TB yang gagal.
g. Pemeriksaan penunjang
Ketepatan diagnosis TBC penting dalam pengelolaan kasus.
Keterlambatan dalam diagnosis TBC dapat meningkatkan transmisi M.
tuberculosis pada komunitas dan keparah gejala pada pasien. Salah satu
penyebab keterlambatan “provider delay”, di antaranya ketika
dokter/petugas kesehatan tidak mencurigai pasien menderita TBC. Oleh
karena itu, diperlukan upaya peningkatan kesadaran dokter/petugas
kesehatan mengenai risiko dan gejala TBC untuk memperoleh diagnosis
dan pengobatan TBC secara dini.
Sebelum merekomendasikan pemeriksaan diagnostic, kecurigaan
klinis kea rah TBC dapat muncul dari: (1) adanya keluhan klinis TBC; (2)
pemeriksaan radiologi sugestif TBC; (3) adanya komorbid dan kondisi
epidemiologi yang meningkatkan risiko terkena TBC.
Diagnosis TBC ditetapkan berdasarkan keluhan, hasil anamnesis,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang
lainnya (Alisjahbana et al., 2020)
1. Keluhan dan hasil anamnesis meliputi :
Gejala organik :
- Batuk, khusunya bila dirasakan 2 minggu atau lebih, dapat
disertai darah (hemoptysis).
- Sesak nafas
Gejala sistemik :
- Demam
- Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
- Nafsu makan menurun
- Berat badan menurun
- Malaise, badan lemas
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis TBC pada dewasa meliputi :
- Pemeriksaan Bakteriologi
1) Pemeriksaan dahak mikroskopis lansung
2) Pemeriksaan Tes Cepat Molekular (TCM) TBC
3) Pemeriksaan biakan
- Pemeriksaan penunjang lainnya
1) Pemeriksaan foto toraks
2) Pemeriksaan histopalogi pada kasus yang dicurigai TBC
ekstraparu
- Pemeriksaan Uji Kepekaan Obat
Tujuan dari pemeriksaan uji kepekaan obat adalah untuk
mengetahui ada tidaknya resistensi terhadap OAT. Uji
kepekaan harus dilakukan di laboratorium yang telah lulus uji
pemantapan mutu/Quality Assurance (QA), dan mendapatkan
sertifikat nasional maupun internasional.
h. Komplikasi
Menurut (Singh & Reviono Sp.P, 2023) komplikasi TB paru dibagi atas
komplikasi dini dan komplikasi lanjut :
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, TB usus,
Poncet’s arthropathy.
2. Komplikasi lanjut : onstruksi jalan nafas (sindrom obstruksi pasca TB),
kerusakan parenkim berat (fibrosis paru), korpulmonal, amioloidosis
paru, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), TB milier, jamur, jamur
paru (aspergil-losis) dan kavitas.
i. Penyimpangan KDM

Mycobacterium Tuberculosis

Inhalasi droplet

Bakteri mencapai alveolus

Terjadi reaksi antigen-antibodi

Muncul reaksi radang

Terjadi pengeluaran
secret/mucus

Akumulasi secret dijalan napas

Hipersekresi jalan napas Batuk

Bersihan Jalan Nafas Tidak REM (Rapid Eye Movement)


Efektif menurun

Klien sering terjaga


Kurang terpajan informasi

Gangguan Pola
Tidur
Misinterpretasi informasi

Kurang informasi

Kurang pengetahuan

Ansietas Koping tidak efektif


2. Tinjauan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Data pasien
Penyakit tuberculosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari
usia anak sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama
antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak
ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan
tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat
minim (Hulu et al., 2020)
2. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41° C) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini terjadi
untuk membuang/ mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari
batuk kering sampai dengan batuk purulent (menghasilkan sputum).
3) Sesak napas: bila sudah lanjut di mana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
4) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis
5) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam.
6) Sianosis, sesak napas, dan kolaps merupakan gejala atelectasis.
Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung
terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
tampak bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi
merupakan penyakit infeksi menular.
3. Pemeriksaan fisik
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar, dan nyaring
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberikan suara umforik.
- Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi intercostal, dan fibrosis.
- Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan
suara pekak).
4. Pemeriksaan tambahan
a. Sputum culture: untuk memastikan apakah keberadaan M.
tuberculosis pada stadium aktif.
b. Ziehl neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid):
positif untuk BTA.
c. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi positif
(area indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi
antigen intradermal) mengindikasikan penyakit sedang aktif.
d. Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di
bagian atas paru-paru, deposit kalsium pada lesi primer yang
membaik atau cairan pleura. Perubahan yang mengindikasikan TB
yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrosa.
e. Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine
dan CSF, serta biopsy kulit): positif untuk M. tuberculosis.
f. Needle biopsy of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya
sel-sel besar yang mengindikasi nekrosis.
g. Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya
infeksi; misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat
ditemukan pada TB paru-paru kronis lanjut.
h. ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa
kerusakan paru-paru
i. Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat
kerusakan bronchus atau kerusakan paru-paru karena TB.
j. Darah: lekositosis, LED meningkat.
k. Test fungsi paru-paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC
meningkat, dan menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala
sekunder dari fibrosis/infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit
pleura.
b. Diagnosis Keperawaatan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016)
b. Penyebab
- Spasme jalan napas
- Hipersekresi jalan napas
- Disfungsi neuromuskuler
-Benda asing dalam jalan napas
-Adanya jalan napas buatan
-Sekresi yang tertahan
-Hyperplasia dinding jalan napas
-Proses infeksi
-Respon alergi
-Efek agen farmakologis
c. Gejala dan tanda mayor
- Batuk tidak efektif
- Tidak mampu batuk
- Sputum berlebih
-Mengi, wheezing, dan/atau ronkhi
2. Gangguan Pola Tidur
a. Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
b. Penyebab
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) penyebab gangguan
pola tidur yaitu :
- Hambatan lingkungan
- Kurang kontrol tidur
- Kurang privasi
- Restrain fisik
- Ketiadaan teman tidur
- Tidak familiar dengan alat tidur
c. Gejala dan Tanda
- Mengeluh sulit tidur
- Mengeluh sulit terjaga
- Mengeluh tidak puas tidur
- Mengeluh pola tidur berubah
- Mengeluh istirahat tidak cukup
3. Ansietas
a. Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
b. Penyebab
- Krisis situasional
- Kebutuhan tidak terpenuhi
- Krisis maturasional
- Ancaman terhadap konsep diri
- Ancaman terhadap kematian
- Kekhawatiran mengalami kegagalan
- Disfungsi system keluarga
- Hubungan orang tua dan anak-anak tidak memuaskan
c. Tanda dan gejala
- Merasa bingung
- Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
- Sulit berkonsentrasi
- Tampak gelisah
- Tampak tegang
- Sulit tidur
c. Intervensi Keperawatan
Masalah 1 : Bersihan Jalan Nafas : Manajemen Jalan Nafas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan : Bersihan Jalan Napas Meningkat
Kriteria hasil :
- Batuk efektif Meningkat
- Produksi Sputum menurun
- Dispnea menurun
- Frekuensi napas membaik
- Pola napas membaik
b. Intervensi keperawatan
Observasi
- Monitor pola napas
- Monitor bunyi napas
- Monitor sputum
Terapeutik
- Posisikan semi fowler-fowler
- Berikan minum hangat
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian blonkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu

Masalah 2 : Gangguan Pola Tidur : Dukungan Tidur

a. Tujuan dan Kriteria Hasil


Tujuan : Pola Tidur membaik
Kriteria Hasil :
- Keluhan sulit tidur meningkat
- Keluhan sering terjaga meningkat
- Keluhan tidak puas tidur meningkat
- Keluhan pola tidur berubah meningkat
- Keluhan istirahat tidak cukup meningkat
b. Intervensi Keperawatan
Observasi
- Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Identifikasi faktor pengganggu tidur
- Identifikasi obat tidur yang dikonnsumsi
Terapeutik
- Modifikasi lingkungan
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
- Lakukanprosedur untuk meningkatkan kenyamanan
Edukasi
- Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu
tidur
- Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

Masalah 2 : Ansietas : Reduksi Ansietas

a. Tujuan dan kriteria hasil


Tujuan : Tingkat ansietas menurun
Kriteria hasil :
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
- Perilaku gelisah menurun
- Frekuensi pernafasan menurun
- Frekuensi nadi menurun
- Pola tidur membaik
b. Intervensi keperawatan
Observasi
- Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
- Pahami situasi yang membuat ansitas
- Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Edukasi
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, B., Hadisoemarto, P., Lestari, B. W., Afifah, N., Fatma, Z. H.,
Azkiya, W. S. N., Fattah, D., Dewi, N. F., & Saptiningrum, E. (2020).
Diagnosis dan Pengelolaan Tuberkulosis. Unpad Press.

Hulu, V. T., Salman, Supingato, A., Khairiri, L. A., Sianturi, E., Nilasari, Siagian,
N., Hastuti, P., & Syamdariati. (2020). Epidemiologi Penyakit Menular
Riwayat, Penularan dan Pencegahan. Yayasan Kita Menulis.

Karyo, & Munir, M. (2022). Terapi Motivasi Penderita Tuberkulosis Paru Untuk
Peningkatan Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Rena
Cipta Mandiri.

Kemenkes RI. (2022). Tuberkulosis (TBC).


https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1375/tbc#:~:text=Tuberkulosis atau
TBC adalah penyakit,batuk kronis dan sesak napas.

Singh, D. B., & Reviono Sp.P. (2023). Sitokin & Kemokin Biomarker
Tuberkulosis Laten. Rena Cipta Mandiri.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA
ABDOMINAL PAIN PADA Ny.B DI RUANGAN RINRA 1 RSUD HAJI KOTA
MAKASSAR

OLEH:

HILDA ARISANDI

NIM: 70900122034

PRESEPTOR INSTITUSI PRESEPTOR LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXII


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023
PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

HARI/TANGGAL : Senin, 17 April 2023


JAM PENGKAJIAN : 11:00
PENGKAJI : Hilda Arisandi
RUANG : Al-Fajar
I. IDENTITAS
A. PASIEN
1. Nama : Tn. K
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 69 tahun
4. Agama : Islam
5. Status Perkawinan : Kawin
6. Pekerjaan : Tukang cukur
7. Pendidikan terakhir : SMA
8. Alamat : Macinikondo Kab.Gowa
9. No. RM : 304670
10. Diagnostik Medis : TB Paru
11. Tgl masuk RS : 15 April 2023
B. PENANGGUNGJAWAB
1. Nama : Sahalang
2. Umur: : 50 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : IRT
5. Alamat : Macinikondo Kab.Gowa
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
A. RIWAYAT KESEHATAN PASIEN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan utama
Pasien mengeluhkan batuk sesekali, tidak disertai lendir, nyeri dada
sesekali
b. Kronologi penyakit saat ini (dimulai kapan klien sakit, riwayat
pengobatan, respon terhadap pengobatan, perjalanan
pengobatan/perawatan di RS saat ini).
Pasien masuk dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada sejak 2
hari yang lalu, pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit
diabetes dan biasa knsumsi obat.
c. Pengaruh penyakit terhadap pasien
Pasien mengatakan tidak bisa bekerja karna penyakitnya
d. Apa yang diharapkan pasien dari pelayanan kesehatan
Pasien mengatakan sudah cukup puas dengan pelayanan kesehatan.
Hanya saja, pasien berharap agar tenaga kesehatan bias lebih sigap
lagi.
2. Riwayat Penyakit Masa Lalu
a. Penyakit masa anak-anak
Pasien mengatakan sudah tidak ingat penyakitnya dulu.
b. Imunisasi
Pasien mengatakan bahwa ia lupa tentang riwayat imunisasinya
c. Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
d. Pengalaman sakit/dirawat sebelumnya
Pasien mengatakan tidak pernah dirawat sebelumnya
e. Pengobatan terakhir
Pasien pernah melakukan pengobatan diabetes
B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Genogram

3
9

: Laki-laki : Meninggal : Garis perkawinan :


Serumah

: Perempuan : Klien : Garis keturunan

G1: Pasien mengatakan kakek nenek sudah meninggal

G2: Pasien mengatakan ayah dan ibu sudah meninggal

G3: Pasien mengatakan dia anak pertama dari 2 bersaudara


a. Dengan siapa klien tinggal dan berapa jumah keluarga?
Pasien mengatakan bahwa ia tinggal dengan istri dan anak-
anaknya
b. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa?
Pasien mengatakan bahwa istri dan anak-anaknya dalam keadaan
sehat
c. Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau
menurun?
Pasien mengatakan bahwa tidak ada mengetahui riwayat penyakit
keluarga
d. Bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota
keluarga sakit?
Pasien mengatakan bahwa jika ada anggota keluarga yang sakit
maka ia akan membawanya ke rumah sakit
C. PENGKAJIAN BIOLOGIS
1. RASA AMAN DAN NYAMAN
a. Apakah ada rasa nyeri? Di bagian mana? jelaskan secara rinci:
PQRST.
Pasien mengatakan tidak ada nyeri
b. Apakah mengganggu aktifitas?
Tidak
c. Apakah yang dilakukan untuk mengurangi/menghilangkan nyeri?
Tidak ada yang dilakukan
d. Apakah cara yang digunakan untuk mengurangi nyeri efektif?
Tidak ada nyeri
e. Apakah ada riwayat pembedahan?
-tidak ada
2. AKTIVITAS ISTIRAHAT-TIDUR
a. Aktivitas
1) Apakah klien selalu berolah raga? Jenis OR?

Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah olah raga


2) Apakah klien menggunakan alat bantu dalam beraktifitas?

Keluarga klien mengatakan dalam aktifitas selama di RS


pasien hanya di bantu keluarga
3) Apakah ada gangguan aktifitas?

Keluarga klien mengatakan selama di RS pasien dibantu dalam


beraktifitas
4) Berapa lama melakukan kegiatan perhari? Jam berapa mulai
kerja?
Klien mengatakan mulai bekerja dari pagi hari sampai sore
5) Apakah klien mampunyai keterampilan khusus?
Klien mengatakan memiliki keahlian dalam mencukur rambut
sehingga dijadikan pekerjaan
6) Bagaimana aktifitas klien saat sakit sekarang ini? Apakah perlu
bantuan?
Ya, karna pasien merasa lemah akibat sesak nafas yang dialaminya.
b. Istirahat
1) Kapan dan berapa lama klien beristirahat?
Klien mengatakan setelah di rawat di rumah sakit pasien
beristirahat di malam sekitar 8 jam dan siang hari sekitar 3
jam.
2) Apa kegiatan untuk mengisi waktu luang?
Klien mengatakan sebelum sakit bekerja sebagai jasa cukur
dan apabila ada waktu luang menonton tv bersama keluarga
saat dirawat di RS pasien hanya berbaring ditempat tidur.
3) Apakah klien manyediakan waktu khusus untuk istirahat?
Klien mengatakan klien menyiapkan waktu istirahat di siang
hari dan malam hari
4) Apakah pengisian waktu luang sesuai hoby?
Iya karena klien menyukai menonton
5) Bagaimana istirahat klien saat sakit sekarang ini?
Klien mengatakan pada saat dirawat di RS lebih banyak
beristirahat
c. Tidur
1) Bagaimana pola tidur klien? (jam, berapa lama,
nyenyak/tidak?)
Klien mengatakan setelah sakit lebih banyak tidur dia tidur 2
X sehari yaitu siang dan malam, siang 2-3 jam dan malam 6-7
jam perhari. Sebelum sakit bekerja di pagi dan siang hari.
2) Apakah kondisi saat ini menganggu klien?
Tidak, klien mengatakan tidur dengan nyenyak.
3) Apakah klien terbiasa menggunakan obat penenang sebelum
tidur?
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat penenang
sebelum tidur
4) Kegiatan apa yang dilakukan menjelang tidur?
Pasien mengatakan tidak ada kegiatan menentu saat ingin tidur
5) Bagaimana kebiasaan tidur?
Pasien mengatakan biasa tidur di malam hari
6) Berapa jam klien tidur? Bagaimana kualitas tidurnya ?
Klien mengatakan setelah sakit lebih banyak tidur pada siang
hari bisa 2-3 jam sedangkan malam 6-7 jam perhari.
7) Apakah klien sering terjaga saat tidur?
Kien mengatakan tidur dengan nyenyak
8) Pernahkan mengalami gangguan tidur? Jenisnya?
Klien mengatakan tidak pernah mengalami gangguan tidur
sebelumnya
9) Apa hal yang ditimbulkan akibat gangguan tersebut?
Tidak ada
3. CAIRAN
a. Berapa banyak klien minum perhari? Gelas?
Keluarga klien mengatakan klien bisa menghabiskan 1 botol besar
aqua
b. Minuman apa yang disukai klien dan yang biasa diminum klien?
Klien mengatakan minuman yang disukai yaitu teh, dan untuk
sekarang klien hanya minum air mineral
c. Apakah ada minuman yang disukai/ dipantang?
Klien mengatakan suka minum teh dan minuman yang dipantang
yaitu minuman tinggi gula
d. Apakan klien terbiasa minum alkohol?
Klien mengatakan tidak pernah minum minuman yang alkohol
e. Bagaimana pola pemenuhan cairan perhari?
Klien mengatakan ia rajin minum air mineral perhari
f. Ada program pembatasan cairan?
Klien mengatkan tidak ada program pembatasan cairan
4. NUTRISI
a. Apa yang biasa di makan klien tiap hari?
Klien mengatakan klien biasa makan nasi putih, lauk pauk dan
sayur
b. Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kali perhari?
Kluarga klien mengatakan klien makan 3X sehari dan porsi
makan selalu dihabiskan
c. Apakah ada makanan kesukaan, makanan yang dipantang?
Pasien mengatakan suka memakan coto, namun sudah dikurangi
karena diabetes
d. Apakah ada riwayat alergi terhadap makanan?
Klien mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan
e. Apakah ada kesulitan menelan? Mengunyah?
Klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan dan mengunyah
f. Apakah ada alat bantu dalam makan? Sonde, infus.
Klien terpasang infus dan infus pump Nacl 3%
g. Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan?
Klien mengatakan tidak ada gangguan pencernaan
h. Bagaimana kondisi gigi geligi klien? Jumlah gigi? Gigi palsu?
Kekuatan gigi?
Klien mengatakan tidak memiliki gigi palsu
i. Adakah riwayat pembedahan dan pengobatan yang
berkaiatan dengan sistem pencernaan?
Klien mengatakan tidakada riwayat pembedahan yang
berkaitan dengan system pencernaan
j. Adakah program DIET bagi klien ? Jenis ? Bila ada, jelaskan
secara rinci!
Klien mengatakan tidak ada program diet
5. ELIMINASI: URINE DAN FESES
a. Eliminasi feses:
1) Bagaimana pola klien dalam defekasi? Kapan, pola dan
karakteristik feses?
Klien mengatakan frekuensi BAB 1 X sehari BAB klien
padat dan berwarna kecoklatan
2) Apakah terbiasa menggunakan obat pencahar?

Klien mengatan tidak pernah menggunakan obat pelancar


3) Apakah ada kesulitan?

Klien mengatakan tidak ada kesulitan dalam BAB


4) Usaha yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah?

Klien mengatakan tidak melakukan apapun dalam mengatasi


masalah BAB nya
5) Apakah klien mengguankan alat bantu untuk defeksi?

Klien mengatakan tidak menggunakan alat bantu untuk


defekasi
b. Eliminasi Urine:
1) Apakah BAK klien teratur?

Klien mengatakan BAK lancar


2) Bagaimana pola frekuensi, waktu, karakteristik serta
perubahan yang terjadi dalam miksi?
Klien mengatakan sebelum sakit BAK lancer BAK 4-8 X/
hari berwarna kekuningan dan berbaukhas urin
3) Bagaimana perubahan pola miksi klien?

Klienmengatakan tidakada perubahan pada pola miksi


4) Apakah ada riwayat pembedahan, apakah menggunakan alat
bantu dalam miksi?
Klien mengatakan ada riwayat pembedahan dan tidak
menggunakan alat bantu dalam miksi

5) Berapa volume air kemih?

Klien mengatakan tidak mengetahui pasti volume urinnya


6) Bila menggunakan alat bantu sudah berapa lama?
Klien mengatakan tidakmenggunaka alat bantu

6. KEBUTUHAN OKSIGENASI DAN KARBONDIOKSIDA


a. Pernafasan
1) Apakah ada kesulitan dalam bernafas? Bunyi nafas? Dypsnue?
Tidak. Pernafasan 20 kali permenit
2) Apakah yang dilakukan klien untuk mengatasi masalah?
Tidak ada masalah
3) Apakah klien mengguanakan alat bantu pernafasan? (Ya,
jelaskan apa jenisnya)
Klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan
4) Posisi yang nyaman bagi klien?
Klien mengatakan posisi yang nyaman dirasakan yaitu
berbaring
5) Apakah klien terbiasa merokok? Obat – obatan untuk
melancarkan pernafasan?
klien mengatakan pernah merokok
6) Apakah ada alergi terhadap debu, obat- obatan dll?
klien mengatakan tidak ada alergi
7) Apakah klien pernah dirawat dengan gangguan pernafasan?
Klien mengatakan tidak pernah
8) Apakah klien pernah punya riwayat gangguan pernafasan dan
mendapat pengobatan? ( Ya, apa jenis obat, bepara lama
pemberiannya? Kapan?)
Klien mengatakan tidak pernah punya riwayat gangguan
pernafasan
b. Kardiovaskuler
1) Apakah klien cepat lelah?
Pasien mengatakan tidak cepat lelah
2) Apakah ada keluhan berdebar- debar? Nyeri dada yang
menyebar? Pusing? Rasa berat didada?
Klien mengatakan terkadang nyeri dada saat batuk
3) Apakah klien menggunakan alat pacu jantung?
Klien mengatakan tidak pernah menggunakan alat pacu
jantung
4) Apakah klien mendapat obat untuk mengatasi gangguan
kardiovaskuler?
Klien mengatakan tidak ada
7. PERSONAL HYGIENE
a. Bagaimana pola personal hygiene? Berapa kali mandi, gosok gigi
dll?
Pasien mandi dan gosok gigi minimal 2 kali sehari, selama sakit
klien mengatakan tidak pernah mandi dan menggosok gigi
b. Berapa hari klien terbiasa cuci rambut?
Pasien mengatakan mencuci rambutnya 3-4 kali dalam seminggu,
pada saat sakit belum mencuci rambut
c. Apakah klien memerlukan bantuan dalam melakukan personal
hygiene?
Pasien mengatakan perlu bantuan dalam personal hygiene
8. SEX
a. Apakah ada kesulitan dalam hubungan seksual?
Tidak dikaji
b. Apakah penyakit sekarang mempengaruhi / mengguangggu fungsi
seksual?
Tidak dikaji

D. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


1. Psikologi
a. Status Emosi.
1) Apakah klien dapat mengekspresikan perasaannya?

Pasien mengatakan tidak bisa mengekspresikan perasaannya


2) Bagaimana suasana hati klien?

Klien mengatakan capek


3) Bagaimana perasaan klien saat ini?

Pasien mengatakan perasaannya sedih


4) Apa yang dilakukan bila suasana hati sedih, marah, gembira?

Haya terdiam
b. Konsep diri:
1) Bagaimana klien memandang dirinya?

Pasien mengatakan tidak percaya diri karna tidak bisa


melakukan pekerjaannya
2) Hal-hal apa yang disukai klien?

Pasien suka membantu orang lain


3) Apakah klien mampu mengidentifikasi kekuatan,
kelemahan yang ada pada dirinya?
-Ya. Pasien mengatakan bahwa fisiknya kuat
4) Hal-hal apa yang dapat dilakukan klien saat ini?

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien dapat melakukan


segala hal sendiri, pada saat sakit klien tidak dapat melakukan
aktivitas
2. Hubungan Sosial
a. Apakah klien mempunyai teman dekat?
Ya. Pasien mempunyai banyak sahabat seumurannya
b. Siapa yang dipercaya klien?
Istri, anak dan keluarga.

c. Apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat?


Klien mengatakan tidak ikut dalam kegiatan masyarakat
d. Apakah pekerjaan klien sekarang? Apakah sesuai kemampuan?
Ya. Klien bekerja sebagai jasa cukur.
3. Spiritual
a. Apakah klien menganut satu agama?
Ya
b. Saat ini apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan
ibadah?
Ya. Karna pasien merasa tidak bias melaksanakan solat jika
sedang sakit.
c. Bagaimana hubungan antara manusia dan Tuhan dalam agama?
Pasien mengatakan bahwa hubungannya dengan Tuhan bagus,
karena setiap saat ia selalu bedoa
I. PEMERIKSAAN FISIK
A. KEADAAN UMUM
1. Kesadaran: CM, GCS: E4M6V5
2. Kondisi klien secara umum
Baik
3. Tanda-tanda vital
-TD: 140/67 mmHg
-N: 80 x/i
-P: 20 x/i
-S: 36 ˚C
- SpO2: 95%
4. Pertumbuhan fisik: TB,BB,postur tubuh.antropometri
-TB:160 cm
-BB: 70 Kg
-IMT: 27,3
5. Keadaan kulit: wana, tekstur, kelaianan kulit.
-Warna kulit sawo matang -Turgor kulit elastis
B. PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL
1. Kepala
a. Bentuk, keadaan kulit, pertumbuhan rambut.
-Bentuk kepala bulat merata,tidak terdapat nyeri dikepala yang
dirasakan, tidak ada massa, tidak ada lesi atau kotoran
-Keadaan kulit kepala kotor dan ada ketombe
-Rambut kusam
b. Mata: kebersihan, penglihatan, pupil, reflek, sklera, konjungtiva
-Tidak ada massa atau pembengkakan
-Pupil isokor, refleks kanan kiri mengikuti cahaya, ukuran 2,5
cm kanan kiri
-Konjungtiva tidak anemis
-Sklera tidak ikterik
c. Telinga: bentuk, kebersihan, sekret, fungsi dan nyeri telinga?
- Simetris
- Bersih dan tidak ada serumen atau cairan telinga
- Fungsi telinga baik
d. Hidung: fungsi, polip,sekret, nyeri?
Penciuman baik, tidak ada polip atau sumbatan, tidak ada secret
e. Mulut: kemampuan bicara, keadaan bibir, selaput mukosa, warna
lidah, gigi ( letak, kondisi gigi), oropharing (bau nafas, suara
parau, dahak)
-Kemampuan bicara baik dan lancar
-Keadaan bibir normal dan tidak ada kelainan
-Letak gigi rata atau tidak bersusun, kondisi bersih dan putih
2. Leher
Bentuk, gerakan, pembesaran thyroid, kelenjar getah bening, tonsil,
JVP, Nyeri telan?
- Refleks menelan
-Tidak ada pembesaran thyroid
-Tidak ada kelenjar getah bening
-Tidak ada distensi vena jugularis
-Tonsil normal, berwarna merah muda dan tidak bengkak
-Tidak ada nyeri tekan
3. Dada
a. Inspeksi: Bentuk dada, kelainan bentuk, retraksi otot dada,
pergerakan selama pernafasan, jenis pernafasan.
Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk dada, tidak ada
retraksi dinding dada, jenis pernafasan dada
b. Auskultasi: Suara pernafasan, Bunyi jantung, suara abnormal
yang ditemui
Tidak dikaji
c. Perkusi: batas jantung dan paru? Dullness.
Tidak dikaji
d. Palpasi: simetris?nyeri tekan? Massa? Pernafasan (kedalaman,
kecepatan), ictus kordis.
Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
4. Abdomen
a. Inspeksi: simetris?, contour, warna kulit, vena, ostomy.
Simetris, tidak ada lesi, tidak ada massa, warna kulit kecoklatan
b. Auskultasi: bunyi perstaltik normal
c. Perkusi: Udara. Cairan, massa/ tumor?
Tidak dikaji
d. Palpasi: batasjantung danparu ditandai dengan jantung saat
diperkusi terdengar redup dan paru terdengar sonor
e. Genitalia, Anus dan Rektum
Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat
pembengkakan.
f. Ekstermitas
1) Atas: alat ekstermitas lengkap simestris tidak ada edema
tidak ada lukadan hanya lemah singga susah untuk di gerakan
2) Bawah: kelengkapan, edema perifer, kekuatan otot, bentuk
kaki, varices, gerakan otot, gerakan panggul, luutut,
pergelangan kaki dan jari-jari.
Ekstermitas bawah lengkap, tidak ada kelainan jari, tonus
otot lemah, gerak terbatas karna kelemahan pada ekstermitas
sebelah kanan Kekuatan 3
3) Kekuatan otot
5 5
5 5
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan labolatorium

Tanggal Test Hasil Hasil Normal Satuan

30-03-2022HEMATOLOGI
WBC 12,75 4.00-10.0 10^3/UI
NEUT# 10,99 2.00-7,0 10^3/UI
LYMPH# 0,99 1,00-4,00 10^3/UI
MONO# 0,73 0,20-1,00 10^3/UI
EO# 0,01 0,00-0,50 10^3/UI
BASO# 0,03 0,00-0,20 10^3/UI
IG# 0,04 0,00-7,00 10^3/UI
NEUT% 86,2 50,0-70,0 %
LYMPH% 7,8 25,0-40,0 %
MONO% 5,7 2,0-8,0 %
EO% 0,1 2,0-4,0 %
BASO% 0,2 0,0-1,0 %
IG% 0,3 0,0-72,0 %

RBC 4,02 4,00-5,00 10^6/UI


HGB 11,1 12,0-16,0 g/dl
HCT 31,7 36,0-48,0 %
MCV 78,9 84,0-96,0 fL
MCH 27,6 28,0-34,0 pg
MCHC 35,0 32,0-36,0 g/dl
RDW-SD 34,8 39,0-52,0 fL
RDW-CV 11,9 11,0-14,5 %

PLT 259 150-450 10^3/UI


PDW 12,8 11,0-18,0 fL
MPV 10,9 7,4-10,4 fL
P-LCR 31,3 13,0-43,0 %
PCT 0,28 0,15-0,50 %

Glukosa sewaktu 457 <140 Mg/dL


kreatinin 0,65 L:0,7-1,3 P0,6-1,1 Mg/dl
ureum 27 10-50 Mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 125 136-145 Mmol/L
Kalium 4,1 3,5-5,2 Mmol/L
Chlorida 88 96-108 Mmol/L

b. Pemeriksaan radiologi
- Bercak dilapangan paru kiri tengah
- Cor:WNL
- Kedua sinus costoprhenicus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
Kesan : Pneumonia Suspek spesifik
FORMAT KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


- Pasien mengeluh batuk kering sakit pada - Pasien terlihat lemah
bagian dada saat batuk - Mukosa mulut terlihat kering
- Pasien mengatakan saat sakit lebih banyak - Rambut terihat kusam dan kotor
istirahat karna takut penyakitnya kambuh
- Gigi terlihat kotor
- Pasien merasa cemas terhadap penyakitnya
- TD: 140/67 mmHg
- Pasien mengatakan bibir kering
- N: 80 x/i
- Pasien mengatakan sakit pada tenggorokan
- P: 20 x/i
- Pasien mengatakan selama sakit tidak
- S: 36 ˚C
pernah mandi
- SpO2: 95%
- Pasien mengatakan selama sakit jarang
menyikat gigi - Pasien terpasang infus pump : Nacl

- Pasien mengatakan untuk beraktivitas ke 3%

wc perlu dampingan keluarga - Elektrolit


Natrium : 125
Kalium: 4,1
Chorida: 88
KATEGORISASI DATA
Kategorisasi dan Sub Kategorisasi Data Subjektif dan Objektif
Fisiologis Respirasi
DO:
RR: 20 x/menit

Sirkulasi DO:
- TD: 140/67 mmHg
- N: 80 x/i
Nutrisi dan Cairan DS:
- Pasien mengatakan bibir kering
- Pasien mengatakan sakit pada
tenggorokan
DO:
- Pasien terpasang infus pump : Nacl
3%
- Elektrolit
Natrium : 125
Kalium: 4,1
Chorida: 88
- Pasien terlihat lemah
- Mukosa mulut terlihat kering

Eliminasi
Aktivitas dan Istirahat
Neurosensory
Reproduksi dan
Seksualitas
Psikologis Nyeri dan Kenyamanan
-
Integritas Ego DO:
- Pasien mengatakan saat sakit lebih
banyak istirahat karna takut
penyakitnya kambuh
- Pasien merasa cemas terhadap
penyakitnya

Pertumbuhan dan
Perkembangan
Perilaku Kebersihan Diri DS:
- Pasien mengatakan selama sakit
tidak pernah mandi
- Pasien mengatakan selama sakit
jarang menyikat gigi
- Pasien mengatakan untuk
beraktivitas ke wc perlu dampingan
keluarga
DO:
- Rambut terihat kusam dan kotor
- Gigi terlihat kotor

Penyuluhan dan
Pembelajaran
Relasional Interaksi Sosial
Lingkungan Keamanan dan Proteksi
FORMAT ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


. Keperawatan
1. DS: Virus ,bakteri, jamur Risiko
- Pasien mengeluh ketidakseimbang
an cairan
batuk kering Menempel dijalan nafas elektrolit
sakit pada dan paru

bagian dada saat


batuk Radang bronkus dan
alveolus
- Pasien
mengatakan
bibir kering Stimulasi kemoreseptor
hipotalamus
- Pasien
mengatakan
Reaksi peningkatan panas
sakit pada tubuh
tenggorokan
DO: Hipetermi
- Pasien terlihat lemah
- Mukosa mulut terlihat Evaporasi
kering
- Pasien terpasang Cairan tubuh berkurang
infus pump :
Nacl 3% Risiko
ketidakseimbangan
- Elektrolit elektrolit
Natrium : 125
Kalium: 4,1
Chorida: 88
2. DS: virus, bakteri , jamur Defisit
perawatan diri
- Pasien
mengatakan Menempel dijalan nafas
bronkus dan alveolus
selama sakit
tidak pernah
Radang bronkus dan
mandi alveolus
- Pasien
mengatakan Fribrosus dan pelebaran
selama sakit
jarang menyikat atelektasis
gigi
- Pasien Gangguan difusi
mengatakan
untuk O2 ke jaringan menurun
beraktivitas ke
wc perlu Kelemahan fisik

dampingan
keluarga Defisit perawatan diri

3. DS: virus, bakteri dan jamur Ansietas


- Pasien
mengatakan saat radang pada bronkus dan
alveolus
sakit lebih
banyak istirahat peningkatan produksi sekret
karna takut
penyakitnya obstruksi jalan nafas
kambuh
- Pasien merasa gangguan ventilasi

cemas terhadap
keetidaktahuan penyakit
penyakitnya

Ansietas
No Diagnosis keperawatan

1. Risiko ketidakseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan gangguan


mekanisme regulasi (diabetes) dibuktikan dengan :
DS:
- Pasien mengeluh batuk kering sakit pada bagian dada saat batuk
- Pasien mengatakan bibir kering
- Pasien mengatakan sakit pada tenggorokan

DO:
- Pasien terpasang infus pump : Nacl 3%
- Elektrolit
Natrium : 125
Kalium: 4,1
Chorida: 88
- Pasien terlihat lemah
- Mukosa mulut terlihat

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan:


DS:
- Pasien mengatakan selama sakit tidak pernah mandi
- Pasien mengatakan selama sakit jarang menyikat gigi
- Pasien mengatakan untuk beraktivitas ke wc perlu dampingan keluarga
DO:
- Rambut terihat kusam dan kotor
- Gigi terlihat kotor

3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan :

DS:
- Pasien mengatakan saat sakit lebih banyak istirahat karna takut
penyakitnya kambuh
- Pasien merasa cemas terhadap penyakitnya

DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Risiko ketidakseimbangan cairan Setelah dilakukan Manajemen Elektrolit Observasi
elektrolit berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi 1) Untuk mengetahui
gangguan mekanisme regulasi selama 2x24 jam
1) Identifikasi tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit
(diabetes) dibuktikan dengan : diharapkan ,
DS: keseimbangan elektrolit ketidakseimbangan elektrolit 2) Untuk mengurangi kehilangan
- Pasien mengeluh batuk meningkat dengan kriteria 2) Identifikasi kehilangan cairan elektrolit
kering sakit pada bagian hasil :
elektrolit melalui cairan 3) Untuk mengetahui kadar elektrolit
- Serum natrium
dada saat batuk 3) Monitor kadar elektrolit Terapeutik
meningkat
- Pasien mengatakan bibir - Serum kalium Terapeutik 1) Untuk menghindari kekurangan
kering meningkat
4) Berikan cairan cairan
- Serum klorida
- Pasien mengatakan sakit 5) Anjurkan pasien dan keluarga 2) Untuk menambah konsumsi cairan
meningkat
pada tenggorokan untuk modifikasi diet dalam tubuh

DO: 6) Pasang akses intravena 3) Untuk menambah kekurangan


- Pasien terpasang infus Edukasi cairan elektrolit dalam darah
pump : Nacl 3% 7) Jelaskan jenis, penyebab dan Edukasi
- Elektrolit penanganan 1) Agarpasien dan keluarga
Natrium : 125 ketidakseimbangan elektrolit mengetahui efek ketidakeimbangan
Kalium: 4,1 Kolaborasi elektrolit
Chorida: 88 1) Kolaborasi pemberian Kolaborasi
suplemen elektrolit (mis. 1) Untuk menambah asupan cairan
- Pasien terlihat lemah Oral, NGT,IV) elektrolit
- Mukosa mulut terlihat

2. Defisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan intervensi Dukungan Perawatan Diri
dengan kelemahan dibuktikan keperawatan selama 2x24 Observasi Observasi

dengan: jam, maka peraatan diri 1) Identifikasi kebiasaan aktivitas 1) Untuk melanjutkan kebiasaan
meningkat dengan kriteria perawatan diri sesuai usia perawatan diri sesuai usia
DS: hasil : 2) Monitor tingkat kemandirian 2) Unuk mengetahui tingkat kemandirian

- Pasien mengatakan selama - Verbalisasi keinginan 3) Identifikasi kebutuhan alat pasien


melakukan perawatan diri bantu kebersihan 3) Untuk memudahkan dalam melakukan
sakit tidak pernah mandi
meningkat diri,berpakaian , berhias, dan perawatan diri
- Pasien mengatakan selama
- Minat melakukan makan. Terapeutik
sakit jarang menyikat gigi
perawatan diri meningkat Terapeutik 1) Untuk memudahkan perawatan
- Pasien mengatakan untuk
- Mempertahankan 1) Siapkan keperluan pribadi 2) Untuk meningkatkan minat
beraktivitas ke wc perlu kebersihan diri meningkat 2) Dampingi dalam melakukan perawatan diri
dampingan keluarga - Mempertahankan melakukan perawatan diri 3) Agar klien menerima keadaannya
kebersihan mulut sampai mandiri Edukasi
DO:
meningkat 3) Fasilitasi untuk menerima 1) Agar klien terbiasa melakukan
- Rambut terihat kusam dan kotor keadaan ketergantungan peraatan secara mandiri
Edukasi
- Gigi terlihat kotor
1) Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
3. Ansietas berhubungan dengan Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas

kurang terpapar informasi Setelah dilakukan intervensi Observasi 1) Untuk mengetahui gejala yang muncul saat
keperawatan selama 2x24 1) Monitor tanda-tanda ansietas ansietas
dibuktikan dengan :
jam maka, tingkat ansietas (verbal dan nonverbal) 2) Memberikan rasa nyaman pada klien
DS: menurun dengan kriteria Terapeutik 3) Agar terjalin kepercayaan antara perawat
- Pasien mengatakan saat hasil : 2) Pahami situasi yang membuat dan klien
sakit lebih banyak istirahat - Verbalisasi khawatir akibat ansietas 4) Agar klien merasa mendapat dukungan dari
karna takut penyakitnya kondisi yang dihadapi 3) Ciptakan suasana terapeutik keluarga

kambuh menurun untuk menumbuhkan 5) Membantu mengidentifikasi respon klien.


- Frekuensi pernapasan kepercayaan
- Pasien merasa cemas menurun Edukasi
terhadap penyakitnya
- Tekanan darah menurun 4) Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
5) Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

DX.
No Waktu Implementasi Tindakan Keperawatan Nama Jelas
Kep
1. 1 Senin, 17 Manajemen Elektrolit
April 2023 Hilda Arisandi
Observasi
1) Mengidentifikasi tanda dan gejala
10.23
WITA ketidakseimbangan elektrolit
Hasil : mukosa mulut kering dan klien
terlihat lemah
10.28
WITA 2) Mengidentifikasi kehilangan elektrolit
melalui cairan
Hasil: klien terkadang batuk
10.33 3) Memonitor kadar elektrolit
WITA Hasil : elektrolit dalam darah menurun
Terapeutik
1) Memberikan cairan
10. 35 Hasil : cairan Nacl 3%
WITA
2) Memasang akses intravena

10. 38 Hasil : terpasang infus pump Nacl 3%


WITA Edukasi
1) Menjelaskan jenis, penyebab dan penanganan
ketidakseimbangan elektrolit
10. 32
WITA Hasil: keluarga memahami penanganan
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian suplemen elektrolit (mis.
Oral, NGT,IV)
Hasil : pemberian cairan elektrolit melalui
intravena
2. 2 Senin, 17 Dukungan Perawatan Diri Hilda Arisandi
April 2023
Observasi
10.47 1) Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
WITA
diri sesuai usia
Hasil : menyikat gigi
10. 57
WITA 2) Memonitor tingkat kemandirian
Hasil : memerlukan dampingan untuk ke wc
3) Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
diri,berpakaian , berhias, dan makan
Hasil : tersedia sikat gigi
Terapeutik
4) Menyiapkan keperluan pribadi
Hasil : peralatan disiapkan keluarga
5) Mendampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
Hasil : pendampingan keluarga
Edukasi
Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
Hasil : klien memahami konsep perawatan diri
3. 3 Senin , 17 Reduksi Ansietas Hilda Arisandi
April 2023
Observasi
11.00 1) Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
WITA
nonverbal)
Hasil : klien mengatakan cemas dengan
penyakitnya
11.05
WITA Terapeutik
2) Memahami situasi yang membuat ansietas
Hasil : kurang informasi
3) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
11.15
WITA kepercayaan
Hasil : klien mengungkapkan perasaan yang dialami
11.20 Edukasi
WITA
1) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
perlu
hasil : klien nampak selalu didampingi keluarga
2) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
hasil : klien mengungkapkan perasaan cemas yang
dirasakan

4 1 Selasa, 18 Manajemen Elektrolit Hilda Arisandi


April 2023
Observasi
4) Mengidentifikasi tanda dan gejala
15.23
WITA ketidakseimbangan elektrolit
Hasil : mukosa mulut kering dan klien
terlihat lemah
15.28
WITA 5) Mengidentifikasi kehilangan elektrolit
melalui cairan
Hasil: klien terkadang batuk
15.33 6) Memonitor kadar elektrolit
WITA
Hasil : elektrolit dalam darah menurun
Terapeutik
3) Memberikan cairan
15.35 Hasil : cairan Nacl 3%
WITA
4) Memasang akses intravena

15.38 Hasil : terpasang infus pump Nacl 3%


WITA Edukasi
2) Menjelaskan jenis, penyebab dan penanganan

15.32
ketidakseimbangan elektrolit
WITA Hasil: keluarga memahami penanganan
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian suplemen elektrolit (mis.
Oral, NGT,IV)
Hasil : pemberian cairan elektrolit melalui intravena
5 2 Selasa, 18 Dukungan Perawatan Diri Hilda Arisandi
April 2023
Observasi
10.47 4) Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
WITA
diri sesuai usia
Hasil : membersihkan badan degan tisu basah
10. 57
5) Memonitor tingkat kemandirian
WITA
Hasil : memerlukan dampingan untuk ke wc
6) Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
diri,berpakaian , berhias, dan makan
Hasil : ttersedia tisu basah dan pakaian bersih
Terapeutik
6) Menyiapkan keperluan pribadi
Hasil : peralatan disiapkan keluarga
7) Mendampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
Hasil : pendampingan keluarga
Edukasi
Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
Hasil : klien memahami konsep perawatan diri
6 3 Selasa , Reduksi Ansietas Hilda Arisandi
18 April
Observasi
2023
4) Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
11.00
nonverbal)
WITA
Hasil : klien mengatakan cemas dengan
penyakitnya
11.05 Terapeutik
WITA
5) Memahami situasi yang membuat ansietas
Hasil : kurang informasi
6) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
11.15 kepercayaan
WITA
Hasil : klien mengungkapkan perasaan yang dialami
Edukasi
11.20
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
WITA
perlu
hasil : klien nampak selalu didampingi keluarga
4) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
hasil : klien mengungkapkan perasaan cemas yang
dirasakan

7 1 Rabu, 19 Manajemen Elektrolit


April 2023 Hilda Arisandi
Observasi

08.23 7) Mengidentifikasi tanda dan gejala


WITA ketidakseimbangan elektrolit
Hasil : mukosa mulut kering dan klien

08.28 terlihat lemah


WITA 8) Mengidentifikasi kehilangan elektrolit
melalui cairan
Hasil: bibr terasa kering
08.33 9) Memonitor kadar elektrolit
WITA
Hasil : elektrolit dalam darah menurun
Terapeutik
5) Memberikan cairan
08. 35
WITA Hasil : menganjurkan untuk lebih banyak
minum
08. 38 Edukasi
WITA
3) Menjelaskan jenis, penyebab dan penanganan
ketidakseimbangan elektrolit
08. 32 Hasil: keluarga memahami penanganan
WITA
ketidakseimbangan elektrolit
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian suplemen elektrolit (mis.
Oral, NGT,IV)
Hasil : pemberian cairan elektrolit melalui
intravena
8 2 Rabu, 19 Dukungan Perawatan Diri Hilda Arisandi
April 2023
Observasi
08.47 7) Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
WITA
diri sesuai usia
Hasil : membersihkan badan dengan tisu basah
08. 57
8) Memonitor tingkat kemandirian
WITA
Hasil : memerlukan dampingan untuk ke wc
9) Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan
diri,berpakaian , berhias, dan makan
Hasil : ttersedia tisu basah dan pakaian bersih
Terapeutik
8) Menyiapkan keperluan pribadi
Hasil : peralatan disiapkan keluarga
9) Mendampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
Hasil : pendampingan keluarga
Edukasi
Menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemampuan
Hasil : klien memahami konsep perawatan diri
9 3 Rabu , 19 Reduksi Ansietas Hilda Arisandi
April 2023
Observasi
9.00 7) Memonitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
WITA
nonverbal)
Hasil : klien mengatakan mengetahui penyakit
Terapeutik
9.05
WITA 8) Memahami situasi yang membuat ansietas
Hasil : kurang informasi
9) Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
9.15
WITA Hasil : klien mengungkapkan perasaan yang dialami
Edukasi
9.20 5) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika
WITA
perlu
hasil : klien nampak selalu didampingi keluarga
6) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
hasil : klien mengungkapkan perasaan cemas yang
dirasakan

EVALUASI
Hari/ Diagnosa Waktu Evaluasi (SOAP/SOAPIER) Nama Jelas
Tgl
Senin , 1 14.15 S : - Klien mengatakan batuk berkurang dan mulut terasa Hilda Arisandi
17 April WITA kering
2023 O : - terpasang infus Nacl 0,9% dan infus pump Nacl 3%
A : Intervensi teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan

1) Memberikan cairan
2) Memasang akses intravena

2 14.30 S : - klien mengatakan akan menyikat gigi Hilda Arisandi


WITA O : klien nampak terbaring
A : intervensi tidak teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

Terapeutik
1) Menyiapkan keperluan pribadi
2) Mendampingi dalam melakukan perawatan diri sampai
mandiri
Edukasi
- Menganjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan

3 14.45 S : Klien mengatakan sudah cemas karena batuknya sudah Hilda Arisandi
berkurang
O : klien nampak terbaring
A : Intervensi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Rabu, 1 08.15 S : - Klien mengatakan sudah tidak batuk dan mulut sudah Hilda Arisandi
19 april WITA tidak kering
2023 O : - tidakterpasang infus Nacl 0,9% dan infus pump Nacl 3%
A : Intervensi teratasi
P : intervensi dihentikan

2 08.30 S : - klien mengatakan sudah menyikat gigi dan menyeka badan Hilda Arisandi
WITA dengan tisu basah
O : klien nampak bersih dan segar
A : intervensi teratasi
P : Intervensi dihentikan
3 08.45 S : Klien mengatakan sudah tidak cemas karena batuknya Hilda Arisandi
berkurang
O : klien terlihat rileks saat berbicara
A : Intervensi teratasi
P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai