Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
PENYAKIT TB (TUBERKOLOSIS)

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9

Gladys C Sariowan
Yana Rahajaan
Yuliana Luturmas
Norlince Tekege
Militia Aring

MATA KULIAH:
PENYAKIT TROPIS

DOSEN MATA KULIAH:


Ns. Jetty Mongdong, S.Kep., M.M.Kes

UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON


FAKULTAS KEPERAWATAN
SULAWESI UTARA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Penyakit APENDISITIS/APPENDIKSITIS”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan
serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta
saran dari semua pihak yang membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis
dikemudian hari.

Tomohon, 20 Maret 2019

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB 1 (PENDAHULUAN)
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 1
1.3 TUJUAN 1
BAB II (PEMBAHASAN)
2.1 DEFINISI 2
2.2 ETIOLOGI 3
2.3 MANIFESTASI KLINIS 4
2.4 MASALAH YANG LAZIM MUNCUL 15
2.5 DISCHARGE PLANNING 15
2.6 PATOFISIOLOGI 15
BAB III (ASUHAN KEPERAWATAN)
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN 18
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 21
BAB IV (PENUTUPAN)
3.1 KESIMPULAN 43
3.2 SARAN 43

DAFTAR PUSTAKA 44

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan
oleh bakteri mikrobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak
terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya, dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia
khususnya , penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250
juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan “KEMATIAN”. Bahkan Indonesia
menduduki Negara terbesar ke-3 di dunia dalam masalah penyakit TBC ini. Maka dari itu, hal
demikian yang mendorong kami untuk membuat makalah ini, agar kita bisa mengenal lebih
jauh mengenai penyakit tuberculosis dan tetap waspada terhadap penyakit ini, karena telah
banyak korban dari penyakit tersebut “WASPADA TUBERCULOSIS”.
B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud penyakit TUBERCULOSIS ?
 Bagaimana cara penularan penyakit TUBERCULOSIS ?
 Apa saja tanda dan gejala penyakit TUBERCULOSIS ?
 Tindakan keperawatan apakah yang tepat dan pengobatan bagi penderita penyakit
TUBERCULOSIS ?
C. Tujuan
 Mengetahui lebih jauh mengenai penyakit TUBERCULOSIS
 Mengetahui cara penularan penyakit TUBERCULOSIS
 Mengetahui tanda dan gejala penyakit TUBERCULOSIS
 Mengetahui Tindakan keperawatan pengobatan yang tepat pada penderita penyakit
TUBERCULOSIS

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium
tuberculosi yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri
ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka
terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang
yang terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia A.price)
Klasifikasi tuberkolusis dari system lama:
1. Pembagian secara patologis
- Tuberkolusis primer (childhood yuberkolusis)
- Tuberkolusis post-primer (adult tuberkolusis)
2. Pembagian secara aktivitas radiologi Tuberkolusis paru (Koch Pulmonum) aktif,
non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang menyembuh)
3. Pembagian secara radiologis (luas lesi)
- Tuberkolusis minimal
- Moderately advanced tuberkolusis
- Far advanced tuberkolusis
Klasifikasi menurut American Thoracic Society:
1. Kategori 0: Tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative,
tes tuberculin negative
2. Kategori 1: Terpajan tuberkolusis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Disis riwayat
kontak positif, tes tuberculin negative
3. Kategori 2: Terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin positif,
radiologis dan sputum negative
4. Kategori 3: Terinfeksi tuberculosis dan sakit
Klasifikasi diindonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan makro
biologis:

2
1. Tuberkolusis paru
2. Bekas tuberkolusis paru
3. Tuberkolusis paru tersangka, yang terbagi dalam:
- TB tersangka yang diobati : sputum BTA (-), tetapi tanda0tanda lain positif.
- TB tersangka yang tidak diobat : sputum BTA negative dan tanda-tanda lain
juga meragukan.
Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu: (Sudoyo Aru)
1. Kategori 1, ditujukan terhadap:
- Kasus batu dengan sputum positif
- Kasus baru dengan bentuk TB berat
2. Kategori 2, ditunjukan terhadap:
- Kasus kambuh
- Kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori 3, ditujukan terhadap:
- Kasus BTA negative dengan kelainan paru yang luas
- Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori
4. Kategori 4, ditujukan terhadap TB kronik

B. Etiologi
Penyebab tuberkolosis adalah Mycobacterium tubercolosis. Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada
dua macam mikobakteria tuberculosis yaitu Tipe Human Dan Tipe Bovin. Basil Tipe
Bovin berada dalam susu sapi yang menderita masititis tuberkolosis usus. Basil Tipe
Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udarayang berasal dari pencerita
TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. (Wim de Jong)
Setelah organism terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan hidup dan
menyebar kenodus limfatikus local. Penyebaran melalui aliran darah ini dapat
menyebabkan TB pada organ lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai
bertahun-tahun. (Patrick Davey)

3
Dalam perjalanan penyakitnya terdapat 4 fase: (Wim de Jong0
1. Fase 1 (Fase Tuberculosis Primer)
Masuk kedalam paru dan berkembang biak tanpa menimbulkan reaksi
pertahanan tubuh.
2. Fase 2
3. Fase 3 (Fase Laten): Fase dengan kuman yang tidur (bertahun-tahun/seumur
hidup) dan reaktifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya tahan tubuh,
dan bisa terdapat di tulang panjang, vertebra, tuba fallopi, otak, kelenjar limf
hilus, leher dan ginjal.
4. Fase 4: dapat sembuh tanpa cacat atau sebaliknya, juga dapat menyebar ke
organ yang lain dan yang kedua keginjal setelah paru.

C. Manifestasi Klinis
1. Demam 40-41oC, serta ada batuk/batuk darah
2. Sesak napas dan nyeri dada
3. Malaise, Keringatan malam
4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6. Pada anak
- Bekurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal
tumbuh.
- Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut samapi 2 minggu.
- Batuk kronik >3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
- Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

4
System scoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB anak
Parameter 0 1 2 3 Skor
Kontak pasien Tidak jelas Laporan keluarga, Kontak dengan
dengan pasien TB kontak dengan pasien BTA positif
pasien BTA negative
atau tidak tahu, atau
BTA tidak jelas
Uji tuberkulin Negative Positif (≥10 mm,
atau ≥5 mm,
keadaan
imunosupresi)
BB/keadaan gizi Gizi kurang: Gizi buruk: BB/TB
(dengan KMS atau BB/TB <90% <70% atau BB/U
table) atau BB/U 80% <60%
Demam tanpa ≥2 minggu
sebab jelas
Batuk ≥3 minggu
Pembesaran ≥1 cm
kelenjar limfe koli, Jml ≥1, tidak
aksila, inguinal nyeri
Pembengkakan Ada
tulang/sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto dada Normal/tidak Sugestif TB
jelas
Jumlah skor

Catatan :
- Diagnosis dengan system scoring ditegakkan oleh dokter

5
- Jika dijumpai skrofulderma (TB pada kelenjar dan kulit), pasien dapat langsung
didiagnosis tuberculosis
- Berat badan dinilai saat pasien datang
- Demam dan batuk tidak respons terhadap terapi sesuai buku puskesmas
- Foto dada bukan alat diagnostic utama pada TB anak
- Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi local timbul <7 hari setelah
penyuntikan) harus dievaluasi dengan system secoring TB anak
- Anak dengan TB jika jumlah skor ≥6 (skor maksimal 13)
- Pasien usia balita yang mendapat skor 5, dirujuk kerumah sakit untuk
evaluasi lebih lanjut
Table frekuensi gejala dan tanda TB paru sesuai kelompok umur
Kelompok umur Bayi Anak Akil balik
Gejala
- Demam Sering Jarang Sering
- Keringat malam Sering jarang Sangat jarang Jarang
- Batuk Sering Sering Sering
- Batuk produktif Sering jarang Sangat jarang Sering
- Hemoptitis Tidak pernah Sangat jarang Sangat jarang
- Dispnu Sering Sangat jarang Sangat jarang
Tanda
- Ronki basah Sering Jarang Sangat jarang
- Mengi Sering Jarang Jarang
- Fremitus Sangat jarang Sangat jarang Jarang
- Perkusi pekak Sangat jarang Sangat jarang Jarang
- Suara nafas Sering Sangat jarang jarang
berkurang

6
Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer, dkk (1999 : hal 472), pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada klien
dengan tuberculosis Paru, yaitu:
1. Laboratorium darah rutin : LED normal/meningkat, limfositosis

7
2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostic TB paru, namun pemeriksaan
ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini
3. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
4. Tes Mantoux/Tuberkulin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
5. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam specimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi
6. Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolism asam lemak
oleh mikobaktrium tuberculosis
7. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang diletakkan pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai
warna sisir akan berubah
8. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB, yaitu :
- Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas segment apical lobus bawah
- Bayangan berwarna (patchy) atau bercak (nodular)
- Adanya kavitas, tunggal atau ganda
- Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
- Adanya klasifikasi
- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
- Bayangan millie

8
Penatalaksanaan
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan
4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
a. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
- Rifampisin
Dosis 10mg/kg BB, maksimal 600mg 2-3X/minggu atau
BB > 60 kg : 600 mg
BB 40-60 kg : 450 mg
BB <40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600mg/kali

- INH
Dosis 5 mg/kg BB, maksimal 300mg, 10mg/kg BB 3 kali seminggu, 15 mg/kg
BB 2 kali seminggu atau 300mg/har
Untuk dewasa. Intermiten : 600mg/kali
- Pirazinamid
Dosis fase intensif 25 mg/kg BB, 35 mg/kg BB 3 kali seminggu, 50 mg/kg BB 2
kali seminggu atau
BB > 60kg :1500mg
BB 40-60 kg : 1000mg
BB < 40 kg : 750 mg
- Streptomisin
Dosis 15mg/kg BB atau
BB >60 kg : 1000mg
BB 40-60 kg : 750 mg
BB <40 kg : sesuai BB
- Etambutol

9
Dosis fase intensif 20mg/kg BB, fase lanjutan 15mg/kg BB, 30mg/kg BB 3X
seminggu, 45mg/kg BB 2X seminggu atau
BB >60 kg : 1500 mg
BB 40-60 kg : 1000 mg
BB <40 kg : 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/kg BB/kali
b. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination), kombinasi dosis tetap ini terdiri
dari:
- Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150mg,
isoniazid 75mg, pirazinamid 400mg dan etambutol 275mg dan
- Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150mg,
isoniazid 75mg dan pirazinamid 400mg
- Kombinasi dosis tetap Rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi dosis tetap,
penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase intensif,
sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis 2 obat
antituberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan sesuai dengan
pedoman pengobatan.
c. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
- Kanamisin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian; makrolid, amoksilin +asam klavulanat
- Derivate rifampisin dan INH
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh karena
itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting
dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dengan obat
simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan. Efek samping OAT dapat
dilihat pada table di bawah ini.

10
Efek samping ringan dari OAT
Efek samping Penyebab Penanganan
Tidak nafsu makan, mual, Rifampisin Obat diminum malam
sakit perut sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin/allopurinol
Kesemutan s/d rasa INH Beri vitamin B6
terbakar dikaki (piridiksin) 100mg perhari
Warna kemerahan pada air Rifampisin Beri penjelasan, tidak
seni perlu diberi apa-apa

Efek samping berat dari OAT


Efek samping Penyebab Penanganan
Gatal dan kemerahan pd Semua jenis OAT Beri antihistamin &
kulit dievaluasi ketat
Streptomisin Streptomisin dihentikan
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan Hampir semua OAT Hentikan semua OAT
Ikterik sampai ikterik menghilang
Hampir semua obat Hentikan semua OAT &
Bingung dan muntah- lakukan uji fungsi hati
muntah Ethambutanol Hentikan ethambutanol
Rifampisin Hentikan rifampisin
Gangguan pengelihatan
Purpura dan renjatan
(syok)

2. Paduan Obat Anti Tuberkulosis


Pengobatan tuberculosis dibagi menjadi:
a. TB paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas
11
Paduan obat yang diberikan : 2 RHZE/ 4 RH
Alternative : 2 RHZE / 4 R3H3 atau (program P2TB) 2 RHZE/6HE
Paduan ini dianjurkan untuk:
- TB paru BTA (+), kasus baru
- TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologic lesi luas
- TB di luar paru kasus berat
Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan, dengan
panduan 2RHZE / 7 RH, dan alternative 2RHZE/ 7R3H3, seperti pada keadaan:
- TB dengan lesi luas
- Disertai penyakit komorbid (diabetes mellitus,
- Pemakaian obat imunosupresi/kortikosteroid)
- TB kasus berat (milier, dll)
Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji
resistensi.
b. TB Paru (kasus baru), BTA negative
Paduan obat yang diiberikan : 2 RHZ/ 4 RH
Alternative : 2 RHZ/ 4R3H3 atau 6 RHE
Paduan ini dianjurkan untuk :
- TB paru BTA negative dengan gambaran radiologic lesi minimal
- TB paru di luar paru kasus ringan
- TB paru kasus kambuh
Pada TB paru kasus kambuh minimal menggunakan 4 macam OAT pada fase intensif
selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan obat sesuai hasil uji
resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 6 bulan atau lebih lama dari pengobatan
sebelumnya, sehingga paduan obat yang diberikan : 3 RHZE / 6 RH. Bila tidak ada /
tidak dilakukan uji resistensi, maka alternative diberikan paduan obat : 2 RHZES/ 1
RHZE/ 5 R3H3E3 (program P2TB)
a. TB paru kasus gagal pengobatan

12
Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji resistensi, dengan minimal
menggunakan 4-5 OAT dengan minimal 2 OAT yang masih sensitive (seandainya
H resisten, tetap diberikan). Dengan lama pengobatan minimal selama 1-2
tahun.
b. TB paru kasus lalai berobat penderita TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai
pengobatan kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut:
- Penderita yang menghentikan pengobatannya < 2 minggu, pengobatan OAT
dilanjutkan sesuai jadwal
- Penderita menghentikan pengobatannya ≥2 minggu
- Berobat ≥4 bulan, BTA negative dan klinik, radiologic negative, pengobatan
OAT STOP
- Berobat > 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan
obat yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang lebih lama
- Berobat < 4 bulan, BTA positif : pengobatan dimulai dari awal dengan paduan
obat yang sama
- Berobat < 4 bulan, berhenti berobat > 1 bulan, BTA negative, akan tetapi
klinik dan atau radiologic positif : pengobatan dimulai dari awal dengan
paduan obat yang sama.
- Berobat < 4 bulan, BTA negative, berhenti berobat 2-4 minggu pengobatan
diteruskan kembali sesuai jadwal.
c. TB paru kasus kronik
- Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belumada hasil uji resistensi, berikan
RHZE. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi
(minimal terdapat 2 macam OAT yang masih sensitive dengan H tetap
diberikan walaupun resistensi) ditambah dengan obat lain seperti kuinolon,
betalaktam, makrolid
- Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup. Pertimbangakan
pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan
- Kasus TB paru kronik perlu ditunjuk ke ahli paru

13
1. Pengobatan Suportif/Simptomatik
Pengobatan yang diberikan kepada penderita TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya.
Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, dapat rawat jalan. Selain OAT
kadang perlu pengobatan tambahan atau suportif/simtomatik untuk meningkatkan daya
tahan tubuh atau mengatasi gejala/keluhan.
a. Penderita rawat jalan.
- Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin
tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita
tuberculosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya)
- Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam
- Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas
atau keluhan lain.
b. Penderita rawat inap
- TB paru disertai keadaan/ komplikasi sbb: Batuk darah (profus), keadaan
umum buruk, Pneumotoraks, Empiema, Efusi pleura massif/bilateral, sesak
napas berat (bukam karena efusi pleura)
- TB diluar paru yang mengancam jiwa: TB paru milier, Meningitis TB.
2. Terapi pembedahan
a. Indikasi ,utlak
- Semua penderita yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap
positif
- Penderita batuk darah yang massif tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif
- Penderita dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi
secara konservatif
b. Indikasi relative
- Penderita dengan dahak negative dengan batuk darah berulang
- Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
- Sisa kaviti yang menetap.

14
3. Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)
a. Bronkoskopi
b. Punksi pleura
c. Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)
4. Kriteria sembuh
a. BTA mikroskopik negative dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan)
dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
b. Pada foro toraks, gambaran radiologic serial tetap sama/perbaikan
c. Bila ada fasilitas biakan, maka kriteria ditambah biakan negative

D. Masalah yang Lazim Muncul


1. Ketidakefektif bersihan jalan napas b.d bronkospasme
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer
yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung
3. Hipertermia b.d reaksi inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan intake
nutrisi, dyspnue dyspnue
5. Resiko infeksi b.d organism purulen

E. Discharge Planning
1. Pelajari penyebab dan penularan dari TB serta pencegahan saat diluar rumah.
2. Pahami tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukkan
secret di saluran pernapasan.
3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
4. Lakukan pernapasan diafragma: tahan napas selama 3-5 detik kemudian secara
perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
5. Selalu menjaga kebersihan mulut dan pelajari cara yang baik saat batuk dan setelah
batuk juga cara pengontrolan bantuk.

15
6. Jangan memberikan vansin BCG pada bayi baru lahir dan konsultasikan kepada tenaga
medis terlebih dahulu sebelum vaksin.
7. Ibu menderita TB aman untuk memberikan ASI pada bayinya dengan catatan
menghindari cara penularan TB.
8. Jalankan terapi obat dengan teratur dan jangan sampai putus tanpa instruksi.
9. Berhenti merokok dan berhenti minum alcohol.
10. Olahraga secara teratur, makan makanan yang bergisi serta istirahat cukup.

F. Patofisiologi

Microbacterium Droplet infection Masuk lewat jalan nafas


tuberkulosa

Menempel pada paru

Keluar dari
Dibersihkan oleh makrofrag Menetap dijaringan paru
tracheabionchial bersama
sekret
Terjadi proses peradangan

Sembuh tanpa pengobatan

Pengeluaran zat pirogen Tumbuh dan berkembang di


sitoplasma makrofrag
Mempengaruhi hipothalamus
Sarang primer/afek primer
Mempengaruhi sel point (focus ghon)

Hipertermi

Komplek primer Limfangitis lokal Limfadinitis

Menyebar ke organ lain Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas


(paru lain, saluran pengobatan fibrosis
pencernaan, tulang) melalui
media (bronchogen
percontinuitum, 16
hematogen, limfogen)
Droplet infection Batuk berat

Terhirup orang sehat Distensi abdomen

Resiko infeksi Mual, Muntah

Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
- Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih
dari 3 minggu.

- Riwayat keluhan utama


Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu
tubuh, penurunan nafsu makan dan kelemahan tubuh.

b. Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Pasien pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh. Pernah berobat
tetapi tidak sembuh. Pernah berobat tetapi tidak teratur. Riwayat kontak dengan

18
penderita Tuberkulosis Paru. Daya tahan tubuh yang menurun. Riwayat vaksinasi
yang tidak teratur.

c. Riwayat Pengobatan Sebelumnya:


- Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.
- Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
- Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.
- Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.
d. Riwayat Sosial Ekonomi:
- Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah
penghasilan.
- Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas,
menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan
dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang
banyak, masalah tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan
putus harapan.
e. Faktor Pendukung:
- Riwayat lingkungan.
- Pola hidup.
Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan
diri.

- Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit,


pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
f. Pemeriksaan Diagnostik:
- Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.
- Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72
jam).
- Poto torak:
o Infiltnasi lesi awal pada area paru atas

19
o Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidak jelas
o Pada kavitas bayangan, berupa cincin
o Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
- Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB
paru.
- Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
- Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.
3. Data dasar pengkajian
a. Pola aktivitas dan istirahat
Data subjektif Data objektif
 Rasa lemah cepat lelah  Takikardia

 Aktivitas berat timbul  takipnea/dispnea saat kerja

 sesak (nafas pendek)  sesak (tahap, lanjut; infiltrasi


radang sampai setengah paru)
 sulit tidur
 demam subfebris (40 -410C)
 demam
hilang timbul.

 menggigil

 berkeringat pada malam hari.

b. Pola nutrisi

Data subjektif Data objektif


 Anoreksia  Turgor kulit jelek

 Mual  kulit kering/bersisik

 tidak enak diperut

20
 penurunan berat badan.  kehilangan lemak sub kutan.

c. Respirasi

Data subjektif Data objektif


 Batuk produktif/non produktif  Mulai batuk kering sampai batuk
sesak napas dengan sputum hijau/purulent

 sakit dada.  mukoid kuning atau bercak darah

 pembengkakan kelenjar limfe

 terdengar bunyi ronkhi basah

 kasar di daerah apeks paru

 sesak napas

 pengembangan pernapasan tidak


simetris (effusi pleura.)

 perkusi pekak dan penurunan


fremitus (cairan pleural)

d. Rasa nyaman/nyeri

Data subjektif Data objektif


 Nyeri dada meningkat karena  Berhati-hati pada area yang sakit
batuk berulang
 prilaku distraksi

 Gelisah

21
 nyeri bisa timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga
timbul pleuritis.

e. Integritas ego

Data subjektif Data objektif


 Faktor stress lama  Menyangkal (selama tahap dini)

 masalah keuangan  Ansietas

 perasaan tak berdaya/tak ada  Ketakutan


harapan.
 mudah tersinggung.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektif bersihan jalan napas b.d bronkospasme
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer
yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung
3. Hipertermia b.d reaksi inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakadekuatan intake
nutrisi, dyspnue dyspnue
5. Resiko infeksi b.d organism purulen
ASUHAN KEPERAWATAN NANDA NIC NOC

32 Ketidakefektifan bersihan NOC NIC


. jalan napas  Respiratory status : Airway suction
Definisi: Keridakmampuan Ventilation - Pastikan
untuk membersihkan  Respiratory status : kebutuhan
sekresi atau obstruksi dari airway patency oral/tracheal

22
saluran pernafasan untuk Kriteria Hasil : suctioning.
mempertahankan  Mendemostrasikan - Auskultasi suara
kebersihan jalan nafas. batuk efektif dan nafas sebelum
Batasan Karakteristik: suara nafas yang dan sesudah
 Tidak ada batuk bersih, tidak ada suctioning.
 Suara napas sianosis dan dyspnea - Informasikan
tambahan (mampu pada klien dan
 Perubahan mengeluarkan keluarga tentang
frekuensi napas sputum, mampu suctioning.
 Perubahan irama bernafas dengan - Minta klien nafas
napas mudah, tidak ada dalam sebelum

 Sianosis pursed lips) suction dilakukan.

 Kesulitan berbicara  Menunjukkan jalan - Berikan O2

atau mengeluarkan nafas yang paten dengan

suara (klien tidak merasa menggunakan

 Penurunan bunyi tercekik, irama nasal untuk

napas nafas, frekuensi memfasilitasi

 Dipsneu pernafasan dalam suksion

 Sputum dalam rentang normal, nasotrakeal.

jumlah yang tidak ada suara nafas - Gunakan alat

berlebihan abnormal) yang steril setiap

 Batuk yang tidak  Mampu melakukan

efektif mengidentifikasikan tindakan.

 Orthopneu dan mencegah factor - Anjurkan pasien

 Gelisah yang dapat untuk istirahat


menghambat jalan dan napas dalam
 Mata terbuka lebar
nafas setelah kateter
Faktor-faktor yang
dikeluarkan dari
berhubungan:
nasotrakeal.
 Lingkungan :

23
- Perokok pasif - Monitor status
- Mengisap asap oksigen pasien
- Merokok - Ajarkan keluarga
 Obstruksi jalan bagaimana cara
nafas : melakukan
- Spasme jalan suksion
nafas - Hentikan suksion
- Mokus dalam dan berikan
jumlah oksigen apabila
berlebihan pasien
- Eksudat dalam menunjukkan
jalan alveoli bradikardi,
- Materi asing peningkatan
dalam jalan saturasi O2, dll.
napas Airway Management
- Adanya jalan - Buka jalan nafas,
napas buatan gunakan teknik
- Sekresi chin lift atau jaw
bertahan/sisa thrust bila perlu
sekresi - Posisikan pasien
- Sekresi dalam untuk
bronki memaksimalkan
 Fisiologis : ventilasi
- Jalan napas - Identifikasi
alergik pasien perlunya
- Asma pemasangan alat
- Penyakit paru jalan nafas
obstruktif buatan
kronik - Pasang mayo

24
- Hiperplasi bila perlu
dinding bronkial - Lakukan
- Infeksi fisioterapi dada
- Disfungsi jika perlu
neuromuskular - Keluarkan secret
dengan batuk
atau suction
- Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan
- Lakukan suction
pada mayo
- Berikan
bronkodilator
bila perlu
- Berikan
pelembab udara
kassa basah NaCl
lembab
- Atur intake
untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
- Monitor
respirasi dan
status O2.

25
1 Gangguan pertukaran gas NOC NIC
4 Definisi: Kelebihan atau  Respiratory Status : Airway Management
deficit pada oksigenasi Gas exchange - Buka jalan nafas,
dan/atau eliminasi karbon  Respiratory Status : gunakan teknik chin
dioksida pada membrane Ventilation lift atau jaw thrust bila
alveolar-kapiler  Vital Sign Status perlu
Batasan karakteristik: Kriteria Hasil : - Posisikan pasien untuk

26
pH darah arteri  Mendemonstrasikan memaksimalkan
abnormal peningkatan ventilasi ventilasi
pH arteri abnormal dan oksigenasi yang - Identifikasi pasien
 Pernapasan adekuat perlunya pemasangan
abnormal (mis.  Memelihara alat jalan nafas buatan
Kecepatan, irama, kebersihan paru- - Pasang mayo bila
kedalaman) paru dan bebas dari perlu
 Warna kulit tanda-tanda distress - Lakukan fisioterapi
abnormal (mis. pernafasan dada jika perlu
Pucat, kehitaman)  Mendemonstrasikan - Keluarkan secret
 Konfusi batuk efektif dan dengan batuk atau
 Sianosis (pada suara nafas yang suction
neonates saja) bersih, tidak ada - Auskultasi suara nafas,

 Penurunan karbon sianosis dan dyspnue catat adanya suara

dioksida (mampu tambahan

 Diaphoresis mengeluarkan - Lakukan suction pada

 Dispnea sputum, mampu mayo

 Sakit kepala saat bernafas dengan - Berikan bronkodilator

bangun mudah, tidak ada bila perlu

 Hiperkapnia pursed lips) - Berikan pelembab

 Hipoksemia  Tanda-tanda vital udarah

 Hipoksia dalam rentang - Aturr intake untuk


normal cairan
 Iritabilitas
mengoptimalkan
 Napas cuping
keseimbangan
hidung
- Monitor respirasi dan
 Gelisah
status O2
 Samnolen
Respiratory Monitoring
 Takikardi
- Monitor rata-rata,
 Gangguan

27
pengelihatan kedalaman, irama dan
Faktor-faktor yang usaha respirasi
berhubungan: - Catat pergerakan
 Perubahan dada, amati
membrane alveolar kesimetrisan,
kapiler penggunaan otot
 Ventilasi-perfusi tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostals
- Monitor suara nafas,
seperti dengkur
- Monitor pola nafas :
bradipnea, takipnea,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, blot
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan
otot diafragma
(gerakan paradoksis)
- Auskultasi suara nafas,
catat area
penurunan/tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
- Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi

28
pada jalan napas
utama
- Auskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

21 Hipertermia NOC NIC


Definisi : Peningkatan suhu tubuh Thermoregulation Fever treatment
diatas kisaran normal Kriteria Hasil : - Monitor suhu
Batasan Karakteristik :  Suhu tubuh sesring mungkin
 Konvulsi dalam - Monitor IWL
 Kulit kemerahan rentang - Monitor warna
 Peningkatan suhu tubuh normal dan suhu kulit
diatas kisaran normal  Nadi dan RR - Monitor tekanan

 Kejang dalam darah, nadi dan

 Takikardi rentang RR

 Takipnea normal - Monitor


 Tidak ada penurunan

29
 Kulit terasa hangat perubahan tingkat
Faktor-faktor yang berhubungan : warna kulit kesadaran
 Anastesia dan tidak - Monitor WBC,
 Penurunan respirasi ada pusing Hb dan Hct

 Dehidrasi - Monitor intake

 Pemajanan lingkungan yang dan output

panas - Berikan anti

 Penyakit piretik

 Pemakaian pakaian yang - Berikan

tidak sesuai dengan suhu pengobatan

lingkungan untuk mengatasi

 Peningkatan laju penyebab

metabolism demam

 Medikasi - Selimuti pasien

 Trauma - Lakukan tapid

 Aktivitasi berlebihan sponge


- Kolaborasi
pemberian
cairan intravena
- Kompres pasien
pada lipat paha
dan aksila
- Tingkatkan
sirkulasi udarah
- Berikan
pengobatan
untuk mencegah
terjadinya
menggigil

30
Temperature regulation
- Monitor suhu
minimal tiap 2
jam
- Rencanakan
monitoring suhu
secara kontinyu
- Monitor TD, Nadi
dan RR
- Monitor warna
dan suhu kulit
- Monitor tanda-
tanda hipertermi
dan hipotermi
- Tingkatkan
intake cairan dan
nutrisi
- Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya
kehangatan
tubuh
- Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan akibat
panas
- Diskusikan
tentang

31
pentingnya
pengaturan suhu
dari
kemungkinan
efek negative
dari kedinginan
- Beritahukan
tentang indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency yang
diperlukan
- Ajarkan indikasi
dari hipotermi
dan penanganan
yang diperlukan
- Berikan anti
piretik jika perlu
Vital sign Monitoring
- Monitor TD,
Nadi, Suhu dan
RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
- Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau

32
berdiri
- Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
- Monitor TD,
Nadi, RR,
sebelum, selama,
dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas
dari nadi
- Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
- Monitor suara
paru
- Monitor pola
pernapasan
abnormal
- Monitor Suhu,
Warna, dan
Kelembaban kulit
- Monitor sianosis
perifer
- Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi

33
yang melebar,
bradikardi,
peningkatan
sistolik)
- Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital
sign.

39 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC NOC


dari kebutuhan tubuh  Nutritional Nutrition Management
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup status: - Kaji adanya
untuk memenuhi kebutuhan  Nutritional alergi
metabolic status: food and makanan
Batasan Karakteristik : fluid intake - Kolaborasi
 Kram abdomen  Nutritional dengan ahli
 Nyeri abdomen status: nutrient gizi dan nutrisi
 Menghindari makanan intake yang

 Berat badan 20% atau lebih  Welgiht control dibutuhkan

dibawah berat badan ideal Kriteria Hasil : pasien.

 Kerapuhan kapiler  Adanya - Anjurkan

 Diare peningkatan pasien untuk

 Kehilangan rambut berat badan meningkatkan


sesuai dengan protein dan

34
berlebihan tujuan vitamin C
 Bising usus hiperaktif  Berat badan - Berikan
 Kurang makanan ideal sesuai substansi gula
 Kurang informasi dengan tinggi - Yakinkan diet

 Kurang minat pada badan yang dimakan

makanan  Mempu mengandung

 Penurunan berat badan mengidentifikas tinggi serat

dengan asupan makanan i kebutuhan untuk

adekuat nutrisi mencegah

 Kesalahan konsepsi  Tidak ada konstipasi.

 Kesalahan informasi tanda-tanda - Berikan

 Membrane mukosa pucat malnutrisi makanan yang

 Ketidakmampuan memakan  Menunjukkan terpilih (sudah

makanan peningkatan dikonsultasika

 Tonus otot menurun fungsi n dengan ahli

 Mengeluh gangguan sensasi pengecapan gizi)

rasa dari menelan - Ajarkan pasien


 Tidak terjadi bagaimana
 Mengeluh asupan makanan
penurunan membuat
kurang dari RDA
berat badan catatan
(Recommended Daily
yang berarti makanan
Allowance)
harian.
 Cepat kenyang setelah
- Monitor
makan
jumlah nutrisi
 Sariawan rongga mulut
dan
 Streatorea
kandungan
 Kelemahan otot pengunyah
kalori
 Kelemahan otot untuk
- Berikan
menelan
informasi
Faktor-faktor yang berhubungan :

35
 Factor biologis tentang
 Factor ekonomi kebutuhan
 Ketidak mampuan untuk nutrisi
mengabsorbsi nutrien - Kaji

 Ketidak mampuan untuk kemampuan


mencerna makanan pasien untuk

 Ketidak mampuan menelan mendapatkan

makanan nutrisi yang

 Factor psikologis dibutuhkan


Nutrition Monitoring
- BB pasien
dalam batas
normal
- Monitor
adanya
penurunan
berat badan
- Monitor tipe
dan jumlah
aktivitas yang
biasa
dilakukan
- Monitor
interaksi anak
atau orang tua
selama makan
- Monitor
lingkungan
selama makan

36
- Jadwalkan
pengobatan
dan tindakan
tidak selama
jam makan
- Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
- Monitor
turgor kulit
- Monitor
kekeringan,
rambut
kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual
dan muntah
- Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb,
dan kadar Ht
- Monitor
pertumbuhan
dan
perkembanga
n
- Monitor
pucat,

37
merahan, dan
kekringan
jaringan
konjungtiva
- Monitor kalori
dan intake
nutrisi
- Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papilla lidah
dan cavitas
oral
- Catat jika lidah
berwarna
magenta,
scarlet

38
49 Resiko Infeksi NOC NOC
Definisi : Mengalami  Immune status Infection Control (control
peningkatan resiko terserang  Knowledge : infeksi)
organisme patogenik infection control - Bersihkan
Faktor-faktor resiko :  Risk control lingkungan
 Penyakit kronis Kriteria Hasil : setelah dipakai
- Diabetes mellitus  Klien bebas dari pasien lain
- Obesitas tanda dan gejala - Pertahankan
 Pengetahuan yang infeksi teknik isolasi
tidak cukup untuk  Mendeskripsikan - Batasi
menghindari proses penularan pengunjung bila
pemajanan pathogen penyakit, factor perlu
 Pertahanan tubuh yang - Instruksikan
primer yang tidak mempengaruhi pada
adekuat penularan serta pengunjung
- Gangguan penatalaksanaann untuk mencuci
peristalsis ya tangan saat

39
- Kerusakan  Menunjukkan berkunjung dan
integritas kulit kemampuan setelah
(pemasangan untuk mencegah berkunjung
kateter intravena, timbulnya infeksi meninggalkan
prosedur invasif)  Jumlah leukosit pasien
- Perubahan sekresi dalam batas - Gunakan sabun
pH normal antimikrobia
- Penurunan kerja  Menunjukkan untuk cuci
sillaris perilaku hidup tangan
- Pecah ketuban dini sehat - Cuci tangan
- Pecah ketuban setiap sebelum
lama dan sesudah
- Merokok tindakan
- Stasis cairan tubuh keperawatan
- Trauma jaringan - Gunakan baju,
(misl., trauma sarung tangan
dstruksi jaringan) sebagai alat
 Ketidak adekuatan pelindung
pertahanan sekunder - Pertahankan
- Penurunan lingkungan
hemoglobin aseptic selama
- Imunosupresi pemasangan alat
(mils., imunitas - Ganti letak IV
didapat tidak perifer dan line
adekuat, agen central dan
farmaseutikal dressing sesuai
termasuk dengan petunjuk
imunosupresan, umum
steroid, antibody - Gunakan kateter

40
monoclonal, intermiten untuk
imunomudulator) menurunkan
- Supresi respon infeksi kandung
inflamasi kencing
 Vaksinasi tidak - Tingkatkan
adekuat intake nutrisi
 Pemajanan terhadap - Berikan terapi
pathogen lingkungan antibiotic bila
meningkat perlu infection
- Wabah protection
 Prosedur invasive (proteksi
 Malnutrisi terhadap infeksi)
- Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan
local
- Monitor hitung
granulosit, WBC
- Monitor
kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi
pengunjung
- Sering
pengunjung
terhadap
penyakit
menular
- Pertahankan

41
teknik asepsis
pada pasein
yang beresiko
- Pertahankan
teknik isolasi k/p
- Berikan
perawatan kulit
pada area
epidema
- Inspeksi kulit dan
membrane
mukosa
terhadap
kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
- Dorong
masukkan nutrisi
yang cukup
- Dorong
masukkan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan
pasien untuk
minum antibiotic
sesuai resep
- Ajarkan pasien
dan keluarga

42
tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara
menghindari
infeksi
- Laporkan
kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur
positif

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat
dirumuskan bahwa tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
kuman  Mycobacterium tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis
sehingga dapat mengenai organ tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus
limfe.
B. Saran
Agar seluruh orang tahu bahwa penyakit tuberculosis sangat berbahaya dan
mempelajari apa sebenarnya penyakit tuberkulosis itu

43
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/31571799/ASKEP_TB_docx

Materi kumpulan kuliah : Diagnosa Keperawatan Berdasarkan NANDA 2015-2017, NIC dan
NOC

44

Anda mungkin juga menyukai