Disusun Oleh:
Amelia Putri Andriani
NPM 2350321026
7. Komplikasi
Menurut Wahid&Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi
pada TB paru adalah:
a. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang
dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
c. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif)
pada paru.
d. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan:
kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal, jantung
f. Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).
8. Penatalaksanaan Klinis
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil
tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Obat yang
digunakan untuk Tuberculosis digolongkan atas dua kelompok yaitu :
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol,
Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi
dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita
dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin,
Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur ba
efektif
Anjurkan tarik napas dalam mela
hidung selama 4 detik, ditahan sela
2 detik, kemudian keluarkan d
mulut dengan bibir mencu
(dibulatkan) selama 8 detik
Anjurkan mengulangi tarik nap
dalam hingga 3 kali
Anjurkan batuk dengan kuat langsu
setelah tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
kolaborasi pemberian mukolitik a
ekspektoran, Jika perlu
Terapeutik
Pertahanan kepatenan jalan nap
dengan head-tift dan chin-lift (ja
thrust jika curiga trauma servikal)
Posisikan Semi-Fowler atau Fowler
Berikan minuman hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lendir kura
dari 15 detik
Lakukan hiperoksigenasi sebel
penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda pa
dengan proses McGill
Berikan Oksigen, Jika perlu
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/h
Jika tidak komtraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilat
ekspektoran, mukolitik, Jika perlu
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosed
pemantauan
Informasikan ha
pemantauan, jika perlu
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantuan Respirasi (I.01014)
pertukaran gas keperawatan … x 24 jam Definisi
diharapkan pertukaran gas Mengumpulkan dan menganalisis d
(L.01003) meningkat untuk memastikan kepatenan jalan nap
dengan kriteria hasil : dan keefektifan pertukaran gas
1. Tingkat kesadaran Tindakan
meningkat Observasi
2. Dyspnea menurun Monitor frekuensi, irama, kedalam
3. Bunyi napas dan upaya napas
tambahan menurun Monitor pola napas (seperti bradipn
4. Pusing menurun takipnea, hiperventilasi, kussma
5. Penglihatan kabur Cheyne-Stokes, biot, ataksik)
menurun Monitor kemampuan bantuk efektif
6. Gelisah menurun Monitor adanya produksi sputum
7. PCO2 membaik Monitor adanya sumbatan jalan nap
8. PO2 membaik
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
9. Pola napas membaik
Auskultasi bunyi napas
10. Warna kulit membaik
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai AGD
Monitor hasil x-ray toraks
Teraupetik
Atur interval pemantauan respir
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosed
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perl
Terapiutik
Bersihkan sekret pada mulut, hidu
dan trakea, jika perlu
Perhatikan kepatenan jalan napas
Siapkan dan atur peralatan pember
oksigen
Berikan oksigen tambahan, jika perl
Tetap berikan oksigen saat pas
ditransportasi
Gunakan perangkat oksigen ya
sesuai dengan tingkat mobilitas pasi
Edukasi
Anjurkan pasien dan keluarga c
menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen s
aktivitas dan atau tidur
3 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertemia (I.15506)
keperawatan … x 24 jam Definisi
diharapkan Termoregulasi Mengidentifikasi dan mengel
(L.14134) membaik peningkatan suhu tubuh akibat disfun
dengan kriteria hasil : termoregulasi
1. Mengigil menurun Tindakan
2. Kulit merah menurun Observasi
3. Kejang menurun Identifikasi penyebab hipotermia (m
4. Konsumsi oksigen dehidrasi, terpapar lingkungan pan
menurun penggunaan inkubator)
5. Pucat menurun Monitor suhu tubuh
6. Takikardi menurun Monitor kadar elektrolit
7. Takipnea menurun Monitor haluaran urine
8. Suhu tubuh membaik Monitor komplikasi akibat hiperterm
9. Suhu kulit membaik
10. Kada glukosa darah
Terapeutik
membaik
Sediakan lingkungan yang dingin
11. Tekanan darah
Longgarkan atau lepaskan pakaian
membaik
Basahi dan kipas permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau le
sering jika mengalami hiperhidro
(keringat berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal (m
selimut hipotermia atau komp
dingin pada dahi, leher, da
abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik a
aspirin
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan d
elektrolit intravena, Jika perlu
Terapeutik
Pasang alat pemantau suhu konti
jika perlu
Tingkatkan asupan cairan dan nut
yang adekuat
Bedong bayi segera setelah lahir un
mencegah kehilangan panas
Masukkan bayi BBLR ke dal
plastik segera setelah lahir (mis. bah
polyethytene,polyurethane)
Gunakan topi bayi untuk menceg
kehilangan panas pada bayi baru lah
Tempatkan bayi baru lahir di baw
Radiant warmer
Pertahankan kelembaban indika
50% atau lebih untuk mengura
kehilangan panas karena pro
evaporasi
Atur suhu inkubator sesuai kebutuh
Hangatkan terlebih dahulu bah
bahan yang akan kontak dengan b
(mis. selimut, kain bedong
stetoskop)
Kolaborasi
Kolaborasi pember
antipiretik Jika perlu
4 Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I. 03119)
keperawatan … x 24 jam Defisi : mengidentifikasi dan mengel
diharapkan status nutrisi asupan nutrisi yang seimbang
(L.03030) membaik Tindakan Observasi:
dengan kriteria hasil : Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makanan yang Identifikasi alergi dan intolera
dihabiskan meningkat makanan
2. Kekuatan otot Identifikasi kebutuhan kalori dan Ja
pengunyahan nutrient
meningkat Identifikasi perluhnya pengguna
3. Kekuatan otot selang nasogastric
menelan meningkat Monitoring asupan makanan
4. Verbalisasi keinginan
Monitoring berat badan
untuk meningkatkan
Monitoring hasil pemelihara
nutrisi meningkat
laboratorium
5. Pengetahuan tentang
Terapeutik
pilihan makanan dan
Lakukan oral hygiene sebel
minuman yang sehat
makan, jika perlu
meningkat
6. Perasaan cepat Fasilitasi menentukan pedoman die
kenyang menurun Sajikan makanan secara menarik d
7. Nyeri abdomen suhu yang sesuai
menurun Berikan makanan tinggi serat un
8. Sariawan menurun mencegah konstipasi
9. Diare menurun Berikan makanan tinggi kalori d
10. Berat badan membaik tinggi protein.
11. Frekuensi makan Berikan suplemen makanan, j
membaik perlu.
12. Nafsu makan Hentikan pemberian makan mela
membaik selang nasogatrik jika asupan o
13. Bising usus membaik dapat ditoleransi.
14. Membrane mukosa Edukasi
membaik
Anjurkan posisi duduk, jika perlu
Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medik
sebelum makan (mis. Pereda ny
antiametik), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi un
menentuhkan jumlah kalori dan je
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
Edukasi
Jelaskan pentingnya tidur cuk
selama sakit
Anjurkan menepati kebiasaan wa
tidur
Anjurkan menghindari makanan a
minuman yang mengganggu tidur
Anjurkan penggunaan obat tidur ya
tidak mengandung supresor terhad
tidur REM
Ajarkan faktor-faktor berkontrib
terhadap gangguan pola tidur (m
psikologis, gaya hidup, sering berub
shift bekerja)
Ajarkan relaksasi otot autogenik a
cara nonfarmakologi lainnya
Edukasi
Jelaskan pentingnya melakuk
aktivitas fisik atau olahraga sec
rutin
Anjurkan terlibat dalam aktivi
kelompok aktivitas bermain a
aktivitas lainnya
Anjurkan menyusun jadwal aktivi
dan istirahat
Ajarkan cara mengidentifik
kebutuhan istirahat (mis. kelelah
sesak napas saat aktivitas)
Ajarkan cara mengidentifikasi tar
dan jenis aktivitas sesuai kemampua
10. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan dari rancangan intervensi
keperawatan agar bisa menggapai maksud yang jelas. Fase
pengimplementasian diawali sesudah rencana intervensi telah tersusun
dan ditujukan pada nursing orders sebagai alat bantu pasien
menggapai maksud yang diinginkan. Maka rencana intervensi spesifik
tertera dijalankan sebagai sarana pemodifikasi faktor-faktor penyebab
masalah kesehatan pasien (Nursalam, 2016).
Tujuan mengimplementasi dapat mendukung klien dalam
menggapai suatu maksud yang sudah dituliskan sebagai pencakup
ketingkatan kesehatan, penegasian penyakit, pemulangan
kesehatan,dan mengakomodasi koping. Rancangan asuhan
keperawatan dijalankan dengan baik, apabila pasien sudah punya
ambisi sendiri ikut berperan dalam rencana implementasi asuhan
keperawatan. Selama tahap implementasi, perawat melaksanakan
penimbunan data dan memilah asuhan keperawatan yang lebih
konstan sesuai keperluan semua pasien. Dari semua intervensi
keperawatan tersebut dituliskan dalam bentuk tulisan paten yang
kemudian konsistenkan oleh pihak dinas rumah sakit (Nursalam,
2016).
11. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses keberhasilan tindakan
keperawatan yang membandingkan antara proses dengan tujuan yang
telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan
yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut
digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah
belum teratasi. Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari
rangkaian proses keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi
keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan
pasien (Dinarti & Muryanti, 2017). Evaluasi terdapat 2 jenis yaitu
sebagai berikut :
a. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan 48 dan
hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna
menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanaan.
Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang
dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan
klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan
data dengan teori) dan perencanaan. Komponen catatan
perkembangan, antara lain sebagai berikut: Kartu SOAP (data
subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan)
dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian
ulang.
1. S ( Subjektif ) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien,
kecuali pada klien yang afasia.
2. O (Objektif) : data objektif yang siperoleh dari hasil observasi
perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpangan fungsi fisik,
tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan.
3. A (Analisis/assessment) : Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial, dimana analisis ada 3, yaitu
(teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi) sehingga perlu tidaknya
dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu, seing memerlukan
pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana,
dan tindakan.
4. P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang
pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun
yang akan dating (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan
tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini berdasarkan
kriteria tujuan yang spesifik dan priode yang telah ditentukan.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua
aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini
bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan
respon klien dan keluarga terkait pelayanan keperawatan, mengadakan
pertemuan pada akhir layanan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.