PENDAHULUAN
bersifat menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosa yang secara
Penyakit tubeculosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Pada
tahun 1882, ilmuwan Robert Koch berhasil menemukan kuman tuberculosis yang
merupakan penyebab penyakit ini.Kuman ini berbentuk batang (basil) yang dikenal
setelah China dan India. Berdasarkan survey kesehatan nasional tahun 2001, TB paru
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
bersifat menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosa yang secara
2.2 Etiologi
berukuran lebar 0,3-0,6 μm dan panjang1-4μm.Sebagian besar bakteri ini terdiri atas
lemak (60%), peptidoglikan dan arabinoman. Lipid inilah yang menyebabkan kuman
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam dan menghasilkan warna merah
pada preparat pada pewarnaan sehingga disebut pula bakteri tahan asam.
intraseluler yakni dalam sitoplasma makrofag. Sifat lain bakteri ini adalah aerob,
2
2.3 Cara penularan TB paru
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh M. tuberculosis biasanya
secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering
disbanding organ lainnya.penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil
yang mengandung droplet nuclei khusus yang didapat dari pasien TB paru dengan
keluar menjadi droplet nuclei. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
selama 1-2 jam. Bila droplet ini terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada
saluran pernapasan atau jaringan paru. Kuman akan dihadapai pertama kali oleh
netrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
makrofag, disni ia akan terbawa mauk ke organ lainnya. Kuman yang bersarang di
3
jaringan paru akan membentuk sarang tuberculosis pneumonia kecil dan disebut
sarang primer atau afek primer atau focus Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di
setiap bagian paru. Bila menjalar ke pleura maka terjadilah efisi pleura.6
Dari sarang primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(limfangitis local) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus
kompleks primer (Rankhe). Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib
integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain garis fibrotik, sarang
perkapuran dihilus) keadaan ini terdapat pada lesi yang luasnya >5 mm dan
10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi karena kuman yang dormant.
tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh
4
2.4.2 infeksi sekunder (post-primer)
Kuman yang dormant pada tuberculosis primer akan muncul bertahun tahun
maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis pasca primer dimulai dengan
sarang dini yang berlokasi di region atas paru ( segmen apical posteriorlobus
superioir atau inferior). Invasinya adalah ke bagian parenkim paru dan tidak ke nodus
hiler paru.6
Sarang dini ini mula mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel sel
histiosit dan sel datia langerhans yang dikelilingi oleh sel limfosit dan berbagai
jaringan ikat.6
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda sampai
usia tua, tergantung dari jumlah kuman, virulensinya dan imunitas pasien. Nasib
sarag pneumonik ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :
2. sarang tadi mula mula meluas, tapi segera terjadi proses penyembuhan
menjadi lebih keras, terjadi perkapuran, dan akan sembuh dalam bentuk
5
membentuk jaringan keju dan meninmbulkan kaviti bila jaringan dibatukkan
keluar.
disebut tuberkuloma
Kaviti bisa pula menjadi bersih dan menyembuh yang disebut open
termasuk pleura.
BTA positif
6
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif
M. tuberculosis
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
c. Kasus lalai berobat : Pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan
berobat.
7
d. Kasus gagal : Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak
1. Gejala Respiratorik
Batuk ≥ 3 minggu
Batuk darah
Sesak napas
8
Nyeri dada
2. Gejala sistemik
Demam
Gejala sistemik lain : malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan
menurun.8
2.8.1 Anamnesa
Pada pasien TB paru gejala klinis utama adalah batuk terus menerus dan
berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala tambahan yang mungkin menyertai
adalah batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
demam (subfebris),badan kurus atau berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik
pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama pada kasus dini atau sudah
luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umunya
sulit menemukan kelainan. Kelainan paru umumnya terletak didaerah lobus superior
9
terutama daerah apex dan segemen posterior, serat daerah apex lobus inferior. Pada
pemeriskaan fisik dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara
napas melemah, ronki basah, tanda- tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.8
a. infiltrat:
I : thoraks simetris
P : SF mengeras
P : sonor memendek
b. fibrosis:
P : SF melemah
P : beda
A : SP vesikuler melemah
c. Caverne:
P : SF melemah
P : sonor/hipersonor
10
2.8.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan spesimen
dengan cara :
Lung Disease) :
11
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan\
2. Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi:
foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis
Kalsifikasi
Kompleks ranke
12
Luluh paru (destroyed Lung ) :
parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya
proses penyakit
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat
Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang
Lesi luas
3. Pemeriksaan darah
untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat
13
proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis.
Uji tuberkulin
malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.8
Pengobatan tuberculosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
INH
Rifampisin
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
14
Obat lain yang masih dalam penelitian : makrolid dan amiksilin +
asam klavulanat
o Kapreomisin
o Sikloserin
o PAS
Kemasan
Obat tunggal
TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks : lesi luas
Panduan obat yang dianjurkan : 2RHZE / 4RH atau 2RHZE /6HE atau 2
RHZE/4R3H3
b) TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh
paru)
15
Bila ada fasilitas biakan dan uji resistensi , pengobatan disesuaikan dengan
hasil resistensi.
TB paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks : lesi minimal
RHZE/4R3H3
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase
lanjutan sesuai dengan hasil uji resitensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi
Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini 2 (contoh
a) Berobat ≥4 bulan
16
b) Berobat < 4 bulan
MDR TB
1. Isoniazid (INH)
2. Rifampisin
Ringan : sindrom flu, sindrom perut, dan sindrom kulit. Berat : hepatitis
air seni, keringat, air mata dan air liur namun tidak berbahaya.
3. Pirazinamid
Hepatitis imbas obat, nyeri sendi, kadang terdapat mual, kemerahan, demam,
4. Etambutol
17
Gangguan penglihatan.dan kontraindikasi pada anak
5. Streptomisin
2.11 komplikasi
arthropathy
2.12 prognosis
Prognosis umumnya baik jika infeksi terbatas di paru, kecuali jika infeksi
disebabkan oleh strain resisten obat atau pasien berusia lanjut dengan debilitas atau
18
Laporan Kasus
Tuberkulosis Paru
I. Identitas Pasien
Nama : Tengku Umar Rasyid
Umur : 34 Tahun
Jenis kelamin : laki laki
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : karyawan Swasta
Alamat : Limau Sunde, Batam
Tanggal masuk : 10-04-2016
Jam masuk : 22.00 WIB
II. Anamnesa
19
Riwayat pengobatan : Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada yang menderita penyakit seperti os
di keluarga
Riwayat pribadi dan kebiasaan : OS sudah menikah dan memiliki 2 orang anak,
OS merokok 2 bungkus setiap hari
III.Status Present
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Heart rate : 84 ×/menit
Respirasi rate : 32 ×/menit
Temperatur : 38,2 ‘C
Anemia : (-)
Ikterik : (-)
Cyanosis : (-)
Dyspneu : (-)
Sikap paksa : (-)
Pancaran Wajah : lemah
TB :173 cm
BB :52 kg
IMT :17,39
KU/KP/KG : Baik/sedang/kurang
20
Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Deviasi septum (-), PCH (-), sektet (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
Leher : TVJ 5-2 cmH2O, trakea medial, pembesaran KGB (-)
B. Torak (Paru)
Depan
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus mengeras
Perkusi : Sonor memendek pada lapang paru atas, batas paru
hepar ICS V
Auskultasi : SP= Vesikuler (+/+), ST= Ronkhi (+/+) Wheezing
(-/-)
Belakang
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus mengeras
Perkusi : Sonor memendek pada lapang paru atas, batas paru
hepar ICS V
Auskultasi : SP= Vesikuler (+/+), ST= Ronkhi (+/+) Wheezing
(-/-)
C. Torak (Jantung)
Inspeksi : Ictus cordis terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung atas L. Parasternalis sinistra ics II
Batas jantung kanan L. Parasternalis dextra ics IV
Batas jantung kiri L. Midclavicularis sinistra ics V
Auskultasi :HR= 84x/I, regular
21
A2>A1 P2>P1 T1>T2 M1>M2, Desah (-)
D. Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal
Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar tidak teraba
Perkusi : Thympani
F. Ekstermitas
Superior : oedema (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : oedema (-/-), akral dingin (-/-)
V. Diagnosa Banding
1. Tuberkulosis Paru
2. Pneumonia
3. Bronkiektasis
4. Bronkhitis Kronik
5. COPD
VI. Diagnosa
VII. Anjuran
Darah lengkap
KGDr
Foto torak PA
22
VIII. Penatalaksanaan
Bed rest
IVFD RL 20 gtt/i
O2 4L/i
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
FDC 1x2
Salbutamol tab 3x1
Neurodex tab 1x1
Ulsafat syr 3xCI
X. Resume
SMRS dan semakin memberat sejak 1 minggu ini. Os juga mengeluhkan sesak napas,
dan nyeri pada ulu hati. Os juga sering berkeringat malam, penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan. Mual (+), muntah (-), BAB (+) N, BAK (+) N.
23
Dari pemeriksaan fisik pada pemeriksaan paru didapati palpasi Stem Fremitus
mengeras dan pada perkusi didapati sonor memendek pada lapang paru atas. Pada
DAFTAR PUSTAKA
1. Modifikasi Catatan Interna. Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS. Pringadi. 2006.
Medan.
2. Tuberkulosis Paru : Sudoyo Aru W dkk Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
III, Edisi V, Jakarta : Interna Publishing: 2009 ; 2230
24