Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

TUBERKULOSIS PARU

Oleh :
FILLIA PRISCILLA SIMARMATA, S.Ked
0508111324

Pembimbing :
dr. Rohani, Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2011
TUBERKULOSIS PARU

1. Definisi
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit yang menyerang jaringan paru
disebabkan infeksi basil Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis).1

2. Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan dunia yang penting
khususnya di negara berkembang. Pada bulan Maret tahun 1993 World Health
Organization (WHO) telah mendeklarasikan tuberkulosis sebagai “Global Health
Emergency”. Berdasarkan laporan Penanggulangan TB Global yang dikeluarkan
oleh WHO pada tahun 2007, angka insidensi TB pada tahun 2007 mencapai
555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan
merupakan kasus baru. Asia termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis
(TB) tertinggi di dunia sebesar 33%. Setiap 30 detik, ada satu pasien di Asia
meninggal dunia akibat penyakit ini.2,3,4
Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia
setelah Cina dan India Perkiraan kejadian BTA positif di Indonesia adalah
266.000 kasus tahun 1998. TB menempati peringkat nomor 3 sebagai penyebab
kematian teringgi di Indonesia setelah penyakit jantung dan penyakit pernafasan
akut pada seluruh kalangan usia.2

3. Etiologi
Mikobakterium tipe humanus dan tipe bovinus adalah mikobakterium yang
paling banyak menyebabkan penyakit tuberkulosis. Kuman ini berbentuk batang,
bersifat aerob, dinding sel mengandung; lipid, fosfatida polisakarida, tuberkulo
protein, mudah mati pada air mendidih (5 menit pada suhu 80 0C, dan 20 menit
pada suhu 600C), dan apabila terkena sinar ultraviolet (matahari). Basil
tuberkulosis tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan ruangan yang
lembab. Ia mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan,
oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA).1,4,5

1
4. Cara Penularan
Penularan penyakit ini melalui inhalasi droplet khususnya yang didapat dari
pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung BTA
positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk droplet (percikan Dahak). Orang dapat terinfeksi kalau droplet
tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Dalam 1 tahun, 1 penderita TB
BTA positif menularkan 10-15 orang. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,
salura napas,atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya.1,5,6
Risiko mendapat infeksi Mycobacterium tuberculosis ditentukan terutama
oleh faktor-faktor eksogen :3
a. Kontak dengan penderita BTA positif (seberapa dekat dan seberapa
lama)
b. Lingkungan tempat kontak (lingkungan yang padat dan ventilasi ruang
yang buruk)
Sedangkan faktor-faktor endogen :3
a. Daya tahan tubuh
b. Usia
c. Penyakit penyerta (infeksi HIV, silikosis, limfoma, leukemia, malnutrisi,
gagal ginjal kronis, diabetes melitus, orang dengan terapi imunosupresif
dan hemophilia).

5. Patogenesis
5.1 Tuberkulosis Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan ke alveolus dan
menetap di sana. Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Di sini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang tuberkulosis

2
pneumonia kecil dan disebut kompleks primer atau fokus Ghon. Kompleks primer
ini dapat terjadi di setiap bagian jaringan paru. Waktu antara terjadinya infeksi
sampai pembentukan kompleks primer adalah 3-8 minggu.1-4
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer
tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas
seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persisten atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya
tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam
beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis.3,4,6
Kompleks primer tersebut selanjutnya dapat menjadi:2
1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini yang paling sering
terjadi.
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik,
kalsifikasi di hilus dan 10% diantaranya dapat terjadi reaktivasi lagi
karena kuman yang dormant.
3. Berkomplikasi dan menyebar secara :
a. Per kontinuitatum, yakni menyebar kesekitarnya
b. Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru di
sebelahnya. Kuman ini juga tertelan bersama sputum dan ludah
sehingga menyebar ke usus.
c. Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya
d. Secara limfogen.

5.2 Tuberkulosis Post Primer (Sekunder)


Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-
tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa
(tuberkulosis post primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas reinfeksi
mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi karena imunitas menurun seperti
malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS dan gagal ginjal.

3
Tuberkulosis pasca primer ini dimulai dari sarang dini yang berlokasi di regio atas
paru (bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior). Invasinya adalah ke
daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru. Sarang dini ini mula-
mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini
menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel histiosit dan sel
Datia-Langhans yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.1-4
Sarang dini pada tuberkulosis sekunder ini akan mngikuti salah satu jalan
sebagai berikut:2-4
1. Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat.
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan
dengan serbukan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran
dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang tersubut dapat
menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan keju dan
menimbulkan kavitas bila jaringan keju dibatukkan keluar.
3. Sarang tersebut meluas, membentuk jaringan keju. Kavitas akan muncul
dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kavitas awalnya berdinding
tipis, kemudian dindinganya akan menjadi tebal (kavitas sklerotik).
Kavitas tersebut akan menjadi:
a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang baru.
b. Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan sembuh, dan mungkin aktif kembali,
mencair lagi dan terus menjadi kavitas lagi.
c. Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kavitas
menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil.
Kemungkinan berakhir sebagai kavitas yang terbungkus dan menciut
sehingga kelihatan seperti bintang.

6. Klasifikasi
TB paru diklasifkasikan atas:2,7
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)

4
1. TB paru BTA(+)
2. TB paru BTA (-)
b. Berdasarkan lokasi
1. TB paru
2. TB extra paru
c. Berdasarkan tipe pasien
1. Kasus baru, bila pasien belum pernah mendapat pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan obat kurang dari satu bulan.
2. Kasus relaps (kambuh), bila pasien sebelumnya pernah mendapat
pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan sputum BTA
(+).
3. Kasus defaulted atau drop out , bila pasien telah menjalani pengobatan
≥ 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih
sebelum masa pengobatan selesai.
4. Kasus gagal, bila pasien BTA positif yang masif tetap positif atau
kembali positif pada akhir bulan ke 5 atau akhir pengobatan.
5. Kasus kronik, bila pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan
pengawasan yang baik.
6. Kasus bekas TB, bila hasil pemeriksaan BTA negatif dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif.

7. Gejala Klinis
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu gejala
lokal (repiratorik) dan gejala sistemik.
a. Gejala Respiratorik2,3,8
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai
gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.

5
1. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus. Batuk ≥
2 minggu dan mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkus, selanjutnya akibat
adanya peradangan pada bronkus batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif
ini berguna untuk membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat
bersifat mukoid atau purulen.
2. Batuk darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringannya
batuk darah yang timbul tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisma pada dinding
kavitas, juga dapat terjadi karena ulserasi pada mukosa bronkus. Batuk darah
inilah yang paling sering membawa penderita berobat ke dokter.
3. Nyeri dada
Gejala ini jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik/melepaskan nafasnya.
4. Wheezing
Terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret,
peradangan, jaringan granulasi dan ulserasi.
5. Dispneu
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang
cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah didapatkan.

b. Gejala sistemik-4,8,9
1. Demam
Demam merupakan gejala pertama dari TB paru, biasanya subfebril, mirip
demam influenza yang segera mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh dan
virulensi kuman, serangan demam yang berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6
bulan, 9 bulan (multiplikasi 3 bulan). Demam dapat mencapai suhu tinggi yaitu
40-41°C.

6
2. Keringat malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit
tuberkulosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut,
kecuali pada orang-orang dengan vasomotor labil, keringat malam dapat timbul
lebih dini.
3. Malaise dan nafsu makan berkurang
Tuberkulosis bersifat radang menahun sehingga dapat terjadi rasa tidak enak
badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala dan
mudah lelah.
4. Gangguan Menstruasi
Terjadi pada proses tuberkulosis paru sudah menjadi lanjut.

8. Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis paru dibuat atas dasar1,3,4,8:
a. Anamnesa
Dari anamnesa didapatkan keluhan pasien berupa keluhan respiratorik dan
keluhan sistemik.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva dan kulit yang pucat karena anemia, suhu demam subfebris, badan
kurus atau berat badan menurun.
Dasar kelainan anatomis tuberkulosis paru terletak pada lobuli, jadi meliputi
alveoli dan beberapa bronkiolus terminalis. Tanda-tanda dini berupa konsolidasi
serta didapatkan sekret dibronkus kecil. Karena proses menjalar pelan-pelan dan
menahun, maka biasanya penderita datang dengan keadaan yang sudah lanjut
sehingga kelainan fisik mudah diketahui, berupa:
- Kelainan parenkim yaitu konsolidasi, fibrosis, atelektasis, dan/atau
kerusakan parenkim dengan sisa suatu kavitas.
- Kelainan saluran pernafasan : berupa radang dari mukosa disertai dengan
penyempitan maupun penimbunan sekret.

7
- Kelainan pleura : oleh karena proses terletak dekat pleura, maka hampir
selalu terjadi reaksi pleura berupa penebalan atau nyeri pleura.
Konsolidasi dan fibrosis pada parenkim paru dengan saluran pernafasan
yang masih terbuka akan meningkatkan penghantaran getaran suara sehingga
fremitus suara meningkat. Suara nafas menjadi bronko-vesikuler atau bronkial,
didapatkan bronkofoni atau suara bisik yang disebut whispered pectoraliloque.
Sekret yang berada didalam bronkus akan menyebabkan suara tambahan
berupa ronki basah. Suara ronki kasar atau halus tergantung dari tempat sekret
berada. Penyempitan saluran pernafasan menimbulkan ronki kering, dan
penyempitan ini disertai kavitas dapat terdengar suara yang disebut hallow sound
sampai amforik.
c. Pemeriksaan laboratorium

 Sputum

Sputum dijadikan tanda yang patognomonis, dengan ditemukannya


kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu
pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang
sudah diberikan. BTA dari sputum bisa juga didapat dengan cara bilasan bronkus,
jaringan paru, pleura, cairan pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan
serebrospinal, urin dan tinja. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena
mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Bila sputum sudah didapat, kuman BTA
pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman baru dapat ditemukan bila bronkus
yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar. Cara pengambilan sputum yaitu
3 kali (sewaktu-pagi-sewaktu). Pembacaan hasil pemeriksaan sediaaan sputum
dilakukan dengan menggunakan skala International Union Against Tuberkulosis
and Lung Disease (IUATLD), sebagai berikut:
a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
b. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman
yang ditemukan.
c. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut + (1+)
d. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ (2+), minimal
dibaca 50 lapang pandang.

8
e. Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+), minimal
dibaca 20 lapang pandang.
Hasil pemeriksaan dikatakan positif bila apabila sedikitnya 2 dari 3
spesimen SPS hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan
pemeriksaan lebih lanjut yaitu pemeriksaan rontgen dada atau pemeriksaan
sputum SPS diulang.

 Darah

Pemeriksaan darah tidak dapat digunakan sebagai pegangan untuk


menyokong diagnosis TB paru, karena hasil pemeriksaan darah tidak
menunjukkan gambaran yang khas. Tapi gambaran darah kadang-kadang dapat
membantu menentukan aktivitas penyakit.
- Laju endap darah
Laju endap darah sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju endap
darah yang normal tidak dapat mengesampingkan proses tuberkulosis
aktif.
- Leukosit
Jumlah leukosit dapat normal atau sedikit meningkat pada proses yang
aktif.
- Hemoglobin
Pada penyakit tuberkulosis berat sering disertai dengan anemi derajat
sedang. Bersifat normositik dan sering disebabkan defisiensi besi.

 Tes tuberkulin

Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau


pernah mengalami infeksi M. Tuberculosa, M. Bovis, vaksinasi BCG dan
Mycobacteria patogen lainnya.

4. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan standar ialah foto thoraks PA. Pada pemeriksaan foto toraks,
tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif1 :

9
- Bayangan berawan / nodular disegmen apikal dan posterior lobus atas paru
dan segmen superior lobus bawah paru.
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan
atau nodular.
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif :
- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan
dapat dinyatakan sebagai berikut:
- Lesi minimal, bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan, serta tidak dijumpai kavitas
- Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.

9. Diagnosis Banding
Pada proses paru minimal sebagai diagnosis banding adalah simple
bronchopneumonia, kanker paru stadium dini, dan pneumonia lobaris. Pada
proses tuberkulosis menahun perlu diingat bahwa ada penyakit paru non
tuberkulosis yang bersifat menahun, seperti bronkiektasis, bronkitis, emfisema
dan kanker paru.4,8

10. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas:2
- Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, dan laringitis
- Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas (SOPT : Sindrom Obstruksi Paska
Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat, fibrosis paru, kor pulmonal,
sindrom gagal nafas, yang sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.

10
11. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis ditujukan untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kekambuhan dan menurunkan tingkat penularan. Pengobatan dibagi menjadi 2
fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan:1-4,6
a. Tahap intensif
Penderita mendapat obat setiap hari, awasi langsung. Bila pengobatan
tahap intensif diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi
tidak menular dalam 2 minggu. Sebagian besar penderita BTA positif akan
menjadi negatif pada akhir pengobatan
b. Tahap lanjutan
Paduan obat yang digunakan terdiri dari panduan obat utama dan obat
tambahan.
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
a. Isoniazid (INH), bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.
b. Rifampisin, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman
yang tidak dapat dibunuh INH.
c. Prazinamid, bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada
dalam sel dengan suasana asam.
d. Streptomisin, bersifat bakterisid.
e. Ethambutol, bersifat bakteriostatik.
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) :
- Kanamisin
- Amikasin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam
klavulanat
Obat-obatan tersebut tersedia dalam kemasan obat tunggal dan obat kombinasi
(Fixed Dose Combination/FDC). FDC direkomendasikan bila tidak dilakukan
pengawasan menelan obat.6

11
Program Nasional Penanggulangan TB paru di Indonesia menggunakan paduan
OAT:2
1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Diberikan untuk penderita baru TB paru BTA positif, TB paru BTA
negatif rontgen positif yang sakit berat, dan penderita TB paru ekstra paru
berat.
2. Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E)
Diberikan untuk penderita kambuh (relaps), penderita gagal (failure) dan
penderita dengan pengobatan lalai (drop out).
3. Kategori III (2HRZ/4H3R3)
Diberikan untuk penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit
ringan, pasien ekstra paru ringan yaitu limfadenitis TB, TB kulit, TB
tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
4. Obat sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intendif pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori I atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan
kategori II hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif.
Dosis OAT yaitu:3
Dosis Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
TAHAP INTENSIF TAHAP LANJUTAN*
BB SELAMA 2 BULAN SELAMA 4 BULAN
PENDERITA TIAP HARI TIAP HARI* 3 X SEMINGGU*
( Kg ) TABLET 4FDC TABLET 2FDC TABLET 2FDC
R150+H75+Z400+E275 R150+H75 R150+H150

30 -37 2 TABLET 2 TABLET 2 TABLET

38 - 54 3 TABLET 3 TABLET 3 TABLET

55 - 70 4 TABLET 4 TABLET 4 TABLET

> 71 5 TABLET 5 TABLET 5 TABLET

KETERANGAN: 1 BULAN = 28 HARI.


UTK TAHAP LANJUTAN, PILIH SALAH SATU CARA PEMBERIAAN,
APAKAH TIAP HARI ATAU 3 KALI SEMINGGU.

12
Dosis Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
TAHAP INTENSIF TAHAP
BERAT SELAMA 3 BULAN LANJUTAN
BADAN TIAP HARI TIAP HARI 3 X SEMINGGU
2 BULAN 1 BULAN SELAMA 5 BULAN

30 - 37 Kg 2 Tab 4FDC 2 Tab 4FDC 2 Tab 2FDC


+ 2 ml Strepto + 2 Tab Etamb

38 - 54 Kg 3 Tab 4FDC 3 Tab 4FDC 3 Tab 2FDC


+ 3 ml Strepto +3 Tab Etamb

55 - 70 Kg 4 Tab 4FDC 4 Tab 4FDC 4 Tab 2FDC


+ 4 ml Strepto +4 Tab Etamb

> 70 Kg 5 Tab 4FDC 5 Tab 4FDC 5 Tab 2FDC


+ 4 ml Strepto +5 Tab Etamb

12. Pencegahan
a. Terhadap Infeksi tuberkulosis4
1. Pencegahan terhadap sputum yang infeksius
- bila batuk, mulut ditutup
- Isolasi penderita dan mengobati penderita
- Ventilasi harus baik, kepadatan penduduk dikurangi.
- Jangan sembarangan membuang dahak bila batuk
2. Pasteurisasi susu sapi dan membunuh hewan yang terinfeksi oleh
Mikobakterium bovis akan mencegah tuberkulosis bovin pada manusia
b. Meningkatkan daya tahan tubuh1,4
1. Memperbaiki standar hidup
2. Usahakan peningkatan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG
Imunisasi BCG diberikan dibawah usia 2 bulan, jika baru diberikan setelah
usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux dahulu. Vaksinasi dilakukan bila
hasil tes tersebut negatif.

ILUSTRASI KASUS

13
Identitas pasien :
 Nama : Nn. O
 Umur : 17 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Pelajar
 Status : Belum menikah
 Alamat : Dusun Sei Liti Kampar Kec. Kampar kiri
 Masuk RS : 14 Maret 2011
 Pemeriksaan : 16 Maret 2011

Anamnesis
Autoanamnesis

Keluhan Utama
Batuk berdarah sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS)

Riwayat Penyakit Sekarang


 Sejak 1,5 bulan SMRS pasien sering batuk berdahak. Dahak kental awalnya
berwarna putih kemudian menjadi berwarna kuning atau hijau. Batuk
dirasakan semakin hari semakin berat. Pasien mengeluhkan demam yang
hilang timbul, tidak terlalu tinggi, tidak mengigil dan tidak berkeringat.
Pasien mengeluhkan sering tidak enak badan, cepat lelah, badan terasa letih,
nafsu makan menurun, terasa ada penurunan berat badan dan berkeringat
malam hari. Tidak ada keluhan sesak nafas, nyeri dada, sakit kepala
 Sejak satu hari SMRS, pasien batuk berdarah (darah segar, kadang-kadang
bercampur dahak), darah yang dikeluarkan ± < 1/4 gelas aqua. Tidak ada
keluhan sesak nafas dan nyeri dada. Pasien berobat ke klinik 24 jam, diberi
obat namun batuk berdarah hanya sedikit berkurang, pasien dibawa ke
RSUD AA.

Riwayat Penyakit Dahulu

14
 Riwayat minum obat paru 6 bulan tidak ada
 Riwayat asma tidak ada
 Riwayat hipertensi tidak ada
 Riwayat DM tidak ada
 Riwayat sakit jantung tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan seperti pasien.

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi, dan Kebiasaaan


 Riwayat merokok (-).
 Riwayat minum alkohol (-)
 Pasien berkerja sebagai pelajar.
 Berasal dari ekonomi menengah kebawah.
 Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk, cahaya matahari kurang
masuk ke dalam rumah. Ada tetangga pasien yang menderita batuk-batuk
lama.

Pemeriksaan Umum
 Kesadaran : Komposmentis
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 75 x / menit
 Nafas : 22 x / menit
 Suhu : 36,80C (aksila)
 Keadaan gizi : BB = 55 kg, TB = 159 cm, IMT = 21,73 (normal)

15
Pemeriksaan Fisik
Kepala
 Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor,
diameter 3/3 mm, reflek cahaya (+/+)
 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
JVP 5-2 cm H20
Toraks
 Paru : Inspeksi : Bentuk dan gerakan dada dextra = sinistra
Palpasi : Fremitus dextra = sinistra
Perkusi : Sonor dextra = sinistra
Auskultasi : vesikuler, ronki basah (+/+) pada kedua lapangan
paru, wheezing (-/-)
 Jantung: Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung kanan : LSD RIC V
Batas jantung kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Auskultasi : Suara jantung normal,teratur, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-).
Palpasi : Perut supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans
muscular (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
 Akral hangat
 Palmar eritem (-/-)
 Pitting oedem (-/-)

Pemeriksaan Penunjang
- Darah rutin :
 Tanggal 14 Maret 2011
Hb : 9,1 gr %

16
Leukosit : 9.700 / mm3
Trombosit : 364.000 / mm3
Ht : 29,9 vol %
BT : 2‘
CT : 4’
 Tanggal 15 Maret 2011
Hb : 7,8 gr %
Leukosit : 7.800 / mm3
Trombosit : 410.000 / mm3
Ht : 25,4 vol %
LED : 35/jam
- Kimia darah (tanggal 15 Maret 2011)
Glukosa : 69 mg/dl
Chol : 209 mg/dl
HDLD : 16,8 mg/dl
TG-B : 183 mg/dl
D-Bil : 0 mg/dl
T-Bil : 0,7 mg/dl
BUN : 4 mg/dl
Crea : 0,14 mg/dl
AST : 18 IU/L
ALT : 13 IU/L
Albumin : 2,7 gr/dl
Total protein : 7,1 gr/dl
SGT : 30
Indirect bil : 0,7 g/dl
Ureum : 8,6 mg/dl
Globulin : 4,4 mg/dl
LDL Chol : 155,6 mg/dl
- Sputum
 16 Maret 2011 : Hari I Sewaktu : BTA (+3)
 17 maret 2011 : Hari II Pagi : BTA (+3)

17
- Rontgen thoraks

Dari rontgen thoraks AP tampak adanya perselubungan pada kedua lapangan paru
atas. Fibrosis pada daerah parahiler dan kalsifikasi pada kedua lapangan paru.

RESUME
Nn. O, 17 tahun, datang ke RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau pada
tanggal 14 Maret 2011 dengan keluhan utama batuk berdarah sejak 1 hari SMRS.
Keluhan batuk berdahak sudah dirasakan sejak 1,5 bulan SMRS. Dahak kental
awalnya berwarna putih kemudian menjadi berwarna kuning atau hijau. Batuk
dirasakan semakin hari semakin berat. Pasien mengeluhkan demam yang hilang
timbul, tidak terlalu tinggi, tidak mengigil dan tidak berkeringat. Pasien
mengeluhkan sering tidak enak badan, cepat lelah, badan terasa letih, nafsu makan
menurun, terasa ada penurunan berat badan dan berkeringat malam hari. Tidak
ada keluhan sesak nafas, nyeri dada, sakit kepala
Pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva anemis, pada pemeriksaan
paru ditemukan ronki basah pada kedua lapangan paru. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan keluhan anemia (Hb 7,8 gr%). Pada rontgen thoraks AP
tampak adanya perselubungan pada kedua lapangan paru atas. Fibrosis pada
daerah parahiler dan kalsifikasi pada kedua lapangan paru.

18
DAFTAR MASALAH
 Tuberkulosis paru
 Anemia

PENGKAJIAN MASALAH
 Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan gejala respiratorik
dan sistemik dari TB paru. Keluhan respiratorik berupa batuk berdahak
sampai batuk berdarah. Keluhan sistemik berupa sering demam, badan
lemah, keringat malam hari, tidak nafsu makan dan penurunan berat badan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan ronki basah (+/+) pada kedua lapangan
paru. Pada rontgen toraks perselubungan pada kedua lapangan paru atas.
Fibrosis pada daerah parahiler dan kalsifikasi pada kedua lapangan paru.
Pada pemeriksaan sputum hari I (sewaktu) ditemukan adanya BTA (+3)
 Keadaan anemia dilihat dari konjugtiva anemis, dengan kadar hemoglobin
7,8 mg/dL. Anemia dapat disebabkan oleh defisiensi besi karena penurunan
nafsu makan (anoreksia).

Rencana Penatalaksanaan:
 OAT kategori I
 IVFD RL 20 tetes permenit

FOLLOW UP

17 Maret 2011
S : batuk darah sudah berkurang, batuk berdahak (+) warna putih dengan
bercak darah, demam (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), badan lemah,
kepala pusing jika berdiri, nafsu makan kurang.
O : TD = 120/80 mmHg
N = 85 x/i
RR = 21 x/i
T = 37oC

19
Kesadaran : komposmentis
Toraks: Inspeksi : pergerakan simetris kanan=kiri
Palpasi : fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronki basah (+/+) pada kedua lapangan
paru.
Hasil Sputum hari II (pagi) : BTA (+3)
A : TB paru
P : - OAT kategori I
- IVFD RL 20 tetes permenit

18 Maret 2011
S : batuk darah sudah berkurang, batuk berdahak (+) warna putih dengan
bercak darah, demam (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), sudah tidak
lemah, nafsu makan masih kurang.
O : TD = 110/80 mmHg
N = 83 x/i
RR = 22 x/i
T = 37,1oC
Kesadaran : komposmentis
Toraks: Inspeksi : pergerakan simetris kanan=kiri
Palpasi : fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronki basah (+/+) pada kedua lapangan
paru.
A : TB paru
P : - OAT kategori I
- IVFD RL 20 tetes permenit

19 Maret 2011
S : batuk darah (-), batuk berdahak (+) warna putih, demam (-), sesak nafas
(-), nyeri dada (-), badan lemah (-), nafsu makan masih kurang.

20
O : TD = 120/80 mmHg
N = 82 x/i
RR = 10 x/i
T = 37,4oC
Kesadaran : komposmentis
Toraks: Inspeksi : pergerakan simetris kanan=kiri
Palpasi : fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronki basah (+/+) pada kedua lapangan
paru.
A : TB paru
P : - OAT kategori I
- IVFD RL 20 tetes permenit

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Raviglion MC, O’Brien RJ. Tuberculosis. In: Harrison’s Principles of internal


medicine. 15th Edition. USA: McGraw-Hill, 2001.
2. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 2. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007.
988-993
3. Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006
4. Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit
Paru. Jakarta: Airlangga, 2002. 73-108
5. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA, Brooks GF, Butel JS, Ornston LN.
Mikrobiologi Kedokteran, Buku II Edisi I Jakarta: Salemba Medika, 2005.
6. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Program Penanggulangan
Tuberkulosis. http://www.tbcindonesia.or.id [Diakses 16 Maret 2011]
7. WHO. Standar Internasional Penanganan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 2006
8. Yunus F. Diagnosis Tuberkulosis. http://www.kalbe.co.id/files/cdk [Diakses
16 Maret 2011]
9. Permatasari A. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS.
http://www.Adln.lib.unair.ac.id/go.php.id=jiptunair [Diakses 16 Maret 2011]

22

Anda mungkin juga menyukai