Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN

Kecanduan adalah suatu kelekatan yang kompleks, progresif dan


berbahaya terhadap zat psikoaktif (alcohol, heroin zat adiktif lainnya) atau
perilaku (seks, kerja, judi).kecanduan juga dapat diartikan sebagai suatu sindrom
yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dan
tidak mampu mengontrol kegiatannya tersebut. Kecanduan yang tidak dapat di
control atau tidak mempunyai kekuatan untuk menghentikan kegiatan tersebut
dapat mengakibatkan individu menjadi lalai terhadap kegiatan lain.1

Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu


nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai dengan menyadari bahwa adanya risiko
dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa- peristiwa permainan, pertandingan,
perlombaan dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya.
Poerwadarminto memberi arti berjudi sebagai permainan dengan bertaruh uang.
Perjudian didefinisikan sebagai kemungkinan terjadinya suatu kerugian. Adapun
aspek-aspek perilaku berjudi yaitu : 1. Adanya taruhan dari masing-masing pihak
yang terlibat. 2. Berspekulatif tidak ada keadilan (adanya memperoleh sesuatu
dengan cepat). 3. Adanya pihak yang dirugikan. 4. Membuat orang menjadi malas
untuk bekerja daripada yang sesungguhnya.3

Judi Patologis ditandai dengan judi maladaptif yang berulang dan menetap
dan menimbulkan masalah ekonomi serta gangguan yang signifikan di dalam
fungsi pribadi, sosial dan pekerjaan.Aspek perilaku maladaptif mencakup (1)
preokupasi terhadap judi; (2) kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang
semakin bertambah untuk memperoleh kegairahan yang diinginkan;(3) upaya
berulang yang tidak berhasil untuk mengendalikan, mengurangi atau
menghentikan judi; (4) berjudi sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah;
(5) berjudi untuk membalaskekalahan; (6) berbohong untuk menutupi tingkat
keterlibatan dengan perjudian; (7) melakukantindakan ilegal untuk membiayai
judi; (8) membahayakan atau kehilangan hubungan baik pribadimaupun pekerjaan
karena judi; dan (9) mengandalkan orang lain untuk membayar hutang.6

1
BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Gangguan terdiri dari episode berjudi yang berulang dan


sering, yang mendominasi kehidupan individu yang merusak nilai dan
ikatan sosial, perkerjaan, material dan keluarga. Penderita gangguan ini
mungkin mempertaruhkan pekerjaannya, mempunyai banyak
hutang,berbohong dan melakukan pelanggaran hukum untuk memperoleh
uang dan menghindari pelunasan hutang. Pasien memperlihatkan dorongan
yang kuat untuk berjudi , yang sukar dikendalikan dengan preokupasi ide
dan khayalan tentang kegiatan perjudian itu dan keadaan yang menyertai
perjudian itu. Gangguan ini disebut juga “judi kompulsif”, tetapi istilah ini
kurang tepat,karena perilakunya bukan kompulsif dalam arti teknis,
maupun tidak berhubungan dengan neurosis obsesif-kompulsif.2

2.2 EPIDEMIOLOGI

Diperkirakan jumlah penjudi patologis adalah 1-3% orang dewasa di


populasi amerika serikat. Gangguan ini lebih sering pada laki-laki
dibandingkan wanita. Ayah dari laki-laki dan ibudari perempuan dengan
gangguan kemungkinan memiliki gangguan dibandinkan populasi pada
umumnya.wanita dengan gangguan lebih mungkin untuk menikahi laki-
laki alkoholikyang sering tidak ada dirumah dibandingkan dengan wanita
yang tidak terkena gangguan. Ketergantungan alcohol adalah lebih sering
pada orang tua penjudi patologis dibandingkan populasi keseluruhan.7

2.3 ETIOLOGI

Berdasarkan faktor predisposisi: kehilangan orang tua meninggal,


perpisahan, perceraian, atau meninggalkan anak sebelum usia 15 tahun;
disiplin orang tua yang tidak sesuai (absen, inkonsistensi, atau kekerasan);
perkenalan dan tersedianya aktivitas berjudi bagi remaja; penekanan

2
keluarga pada material dan symbol finansial; dan tidak ada penekanan
orang tua tentang menabung, perencanaan dan penganggaran.

Terdapat hubungan antara berjudi dan gangguan mood, khususnya


gannguan depresif berat, gangguan lainnya: gannguan panic, gangguan
obsesif kompulsif, dan agoraphobia. Gangguan defisitatensi/hiperaktivitas
masa anak-anak mungkin merupakan faktor predisposisi judi. Gangguan
pada metabolisme katekolamin telah diajukan, pada penjudi yang mencari
pengalaman efek aktivitas norepinefrin yang menyertai ketegangan yang
berhubungan dengan penjudi.6

2.4 DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS

Disamping gambaran yang telah dijelaskan, penjudi


patologis sering tampak terlalu percaya diri, terkadang kasar, energik,
dan boros. Mereka sering menunjukkan tanda-tanda stres diri yang jelas,
cemas, dan depresi. Mereka lazim memiliki sikap bahwa uang merupakan
penyebab dari, dan solusi bagi, semua masalah mereka. Mereka tidak
melakukan upaya yang serius untuk menganggarkan atau menghemat
uang.

Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR judi Patologis: Perilaku judi yang


berulang dan menetap seperti yang ditunjukkan oleh hal berikut :4

1) Preokupasi terhadap perjudian (contoh. Preokupasi terhadap


menghidupkan kembali pengalaman berjudi sebelumnya, kegagalan
atau merencanakan spekulasi berikutnya, atau memikirkan cara untuk
mendapatkan uang, yaitu dengan berjudi).

2) Kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang semakin


meningkatmemperoleh kegairahan yang diinginkan.

3) Memiliki upaya berulang yang tidak berhasil untuk mengendalikan,


mengurangi,atau menghentikan judi.

3
4) Gelisah atau mudah marah ketika mencoba mengurangi atau
menghentikan judi.

5) Berjudi sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah atau untuk
melegakanmood disforik (contoh: rasa tidak berdaya, bersalah, ansietas,
depresi).

6) Setelah kehilangan uang berjudi, sering kembali esok harinya untuk


membalas(“mengejar”) kekalahan dirinya.

7) Berbohong terhadap anggota keluarganya, terapis, atau yang


lainnyauntukmenutupi sejauh mana keterlibatannya dengan perjudian.

8) Melakukan tindakan ilegal, seperti pemalsuan, penipuan,


pencurian,atau penggelapan untuk membiayai judi.

9) Merusak atau kehilangan hubungan, pekerjaan, pendidikan, atau


kesempatan kariryang bermakna karena judi.

10) Mengandalkan orang lain untuk memberikan uang guna


memulihkan situasi keuangan yang disebabkan oleh judi

2.5 Diagnosis Banding

a. Judi dan taruhan (judi yang sering untuk kesenangan atau sebagai upaya
untuk mendapat uang; orang dalam katogeri ini dapat menahan diri
apabila kalah banyak atau ada efek merugikan lain)

b. Judi berlebihan oleh pasien manik

c. Judi oleh kepribadian sosiopatik2

2.6 Patofisiologi

Adiksi menunjukkan bahwa faktor-faktor di otak merupakan faktor


yang bertanggung jawab pada terjadinya adiksi yakni senyawa
neurokimiawi dicelah sinaptik yang disebut dopamine. Dopamine

4
merupakan suatu stimulant neurotransmitter yang dihasilkan di batang
otak. Batang ottak adalah dimana otak bagian atas berhubungan dengan
sumsum tulang belakang yang mengendalikan system saraf otonom
senyawa neurokimiawi yang berada dicelah sinaptik terdapat diantara
ujung sel saraf yang lain. Dopamine yang dikeluarkan oleh celah sinaptik
dari ujung sel saraf akan ditarik dan akan ditangkap oleh reseptor-reseptor
dopamine pada dinding ujung sel saraf lain pada celah itu. Keluarnya
dopamine yang cukup, dalam kondisi normal, akan menimbulkan rasa
nyaman secara fisik dan mental pada individu. Bila suatu saat pengeluaran
dopamine menurun, maka sirkuit otak yang didukung neurotransmitter lain
akan bereaksi meningkatkan dan akibatnya akan tercapai respon
kenikmatan lagi.3

2.7 Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Berjudi patologis timbul pada masa remaja untuk laki-laki dan


perempuan pada kehidupan lanjut. Gangguan hilang timbul dan cenderung
kronik. Tiga fase ditemukan pada judi patologis:6

1. fase kemenangan, berakhir dengan kemenangan besar, kira-kira sama


dengan pendapatan setahun, yang menjerat pasien.

2. fase kekalahan progresif, dimana struktur hidup pasien berkisar disektar


berjudi ; mereka berubah dan penjudi yang cemerlang menjadi penjudi
yang bodoh-mengambil resiko yang besar, mengambil simpanan,
meminjam uang, bolos bekerja dan kehilangan pekerjaan.

3. fase putus asa, dimana pasien berjudi gila-gilaan dengan sejumlah besar
uang, tidak membayar utang, menjadi terlibat dengan penagih utang,
menulis cek kosong dan kemungkinan penggelapan.

Gangguan mungkin memerlukan waktu 15 tahun untuk mencapai


fase ke-3, tetapi selanjutnya, dalam satu atau dua tahun, pasien sama sekali
memburuk.

5
2.8 Penatalaksanaan

A. Gamblers Anonymous didirikan di Los Angeles tahun 1957 dibentuk


berdasarkan Alcoholics Anonymous (AA). 12 Langkah terapi:

1. Kami mengakui bahwasanya kami tidak berdaya terhadap


kecanduan dan kehidupan kami menjadi tidak terkelola.

2. Percaya kepada kekuatan yang lebih besar daripada diri sendiri


dapat memulihkan kesehatan jiwa.

3. Membuat keputusan untuk mengubah keinginan dan kehidupan


kita ke dalam lindungan Tuhan sebagaimana kita mengertiNya.

4. Jadikan pencarian dan sikap moral tak kenal takut menjadi milik
kita sendiri.

5. Mengakui kepada Tuhan, diri sendiri dan orang lain bagaimana


kesalahan kita yang sebenarnya.

6. Bersiap sepenuhnya Tuhan akan memulihkan kerusakan


karakter.

7. Merendah hati meminta kepadaNya untuk menghilangkan segala


kelemahan kita.

8. Membuat daftar semua orang yang pernah kita lukai dan mulai
untuk memperbaikinya.

9. Memperbaiki / meminta maaf apabila memungkinkan kecuali


apabila akan menyakitkan mereka atau yang lainnya.

10. Introspeksi diri secara berkesinambungan dan ketika berbuat


salah segera kita mengakuinya.

11. Carilah melalui doa dan meditasi untuk memperbaiki aqidah


kita kepada Tuhan sebagaimana yang kita mengerti, berdoa hanya

6
untuk mengetahui apa yang diinginkanNya atas kita dan meminta
kekuatan untuk melaksanakannya.

12. Memiliki kesadaran spiritual sebagai hasil langkah-langkah ini.


kita berusaha membawa pesan ini kepada para penjudi kompulsif
dan melaksanakan dalam seluruh masalah yang kita hadapi.6

B. Jika berjudi disertai oleh gangguan depresif , mania, kecemasan, atau


gangguan mental lainnya, farmakoterapi dengan lithium, atau obat
antiansietas adalah berguna.6

1. Lithium diberikan dosis awal 300 mg sekali (Dosis akhir 900 dan 1800
mg) diberikan dalam dua atau tiga dosis terbagi

2. Antiansietas : - Benzodiazepine

- Buspirone tersedia dalam tablet 5 mg dan 10 mg


diberikan tiga kali sehari, dosis dapat di tingkatkan 5 mg
tiap dua sampai tiga hari sampai rentang dosis lazim 15
sampai 30 mg sehari. dosis maksimum 60 mg sehari

7
BAB III

KESIMPULAN

Judi Patologis ditandai dengan judi maladaptif yang berulang dan menetap
dan menimbulkan masalah ekonomi serta gangguan yang signifikan di dalam
fungsi pribadi, sosial dan pekerjaan.Aspek perilaku maladaptif mencakup (1)
preokupasi terhadap judi; (2) kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang
semakin bertambah untuk memperoleh kegairahan yang diinginkan;(3) upaya
berulang yang tidak berhasil untuk mengendalikan, mengurangi atau
menghentikan judi; (4) berjudi sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah;
(5) berjudi untuk membalaskekalahan; (6) berbohong untuk menutupi tingkat
keterlibatan dengan perjudian; (7) melakukan tindakan ilegal untuk membiayai
judi; (8) membahayakan atau kehilangan hubungan baik pribadimaupun pekerjaan
karena judi; dan (9) mengandalkan orang lain untuk membayar hutang.

Penatalaksanaan yang diberikan adalah Gamblers Anonymous didirikan di


Los Angeles tahun 1957 dibentuk berdasarkan Alcoholics Anonymous (AA) dan
Jika berjudi disertai oleh gangguan depresif , mania, kecemasan, atau gangguan
mental lainnya, farmakoterapi dengan lithium, atau obat antiansietas adalah
berguna

8
Daftar Pustaka

1. Lumban Gaol, Theresia. Hubungan kecanduan game online dengan prestasi


akademik mahasiswa di fakultas teknik UI. FIKUI. 2012

2. Maslim, Rusdi. Buku Saku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa


(PPDGJ III). Jakarta: PT. Nuh Jaya, 2003. Hal. 108-109

3. Mawan Wiji Hartono, Muslim. L. Rini sugiarti, Sk. Nawangsih. Perilaku Judi
Pada Remaja Ditinjau Dari Faktor Belajar. Fakultas Psikologi. Univeritas
Semarang.

4. Reilly, Cristine. Smith, Nathan. The Evolving Definition of Pathological


Gambling in the DSM-5. Washington, D.C. Office. 2013

5. George, Sanju. Ijeoma, Onuba. Bowden Jones, Henrietta. Gamblers


Anonymous: overlooked and underused. Article. Advances in psychiatric
treatment. 2013. vol. 19, 23–29

6. Kaplan IH, Sadock BJ, Greb JA. Kaplan-Sadock. Sinopsis psikiatrik


jilid dua. Tanggerang: Binarupa aksara Publisher. 2010; hal. 244-247

Anda mungkin juga menyukai