Anda di halaman 1dari 52

GANGGUAN KEBIASAAN DAN IMPULS

Oleh:
Wahyuni Taslim
N111 17 087
Pembimbing :
Dr. Merry Tjandra, M.Kes.Sp.KJ
Kepaniteraan ilmu kedokteran jiwa
RSD MADANI
Palu 2018
PENDAHULUAN
• Gangguan pengendalian impuls sejak lama telah
dikenali. Pada tahun 1836. Jean Etienne Esquirol
mengajukan istilah Nomanik instinctives untuk
menggambarkan perilaku yang ditandai dengan
dorongan yang tidak tertahankan tanpa motif
yang jelas.
• Pasien dengan gangguan pengendalian impuls
tidak menolak dorongan atau ajakan untuk
melakukan suatu yang membahayakan dirinya
atau orang lain.
GANGGUAN KEBIASAAN DAN IMPULS

Gangguan ditandai oleh tindakan berulang


yang tidak mempunyai motivasi rasional yang
jelas, serta yang umumnya merugikan
kepentingan penderita sendiri dan orang lain
(maladiptif). Penderita melaporkan bahwa
perilakunya berkaitan dengan impuls untuk
bertindak yang tidak dapat dikendalikan.
Terdapat periode prodormal berupa
ketegangan dengan rasa legah pada saat
terjadinya tindakan tersebut.
ETIOLOGI
- Faktor psikodinamik
Gangguan impuls memiliki suatu usaha untuk
melewati (bypass) pengalaman gejala yang
mengganggu atau afek yang menyakitkan dengan
berusaha bertindak pada lingkungan.
Dalam penelitiannya terhadap remaja yang
nakal, August Aichhorn mengerti bahwa perilaku
impulsive adalah berhubungan dengan superego
yang lemah dan struktur ego yang lemah
berhubungan dengan trauma psikis akibat
kerugian dimasa anak-anak.
LANJUTAN..
• - Faktor psikososial
Beberapa peneliti telah menekankan
pentingnya aspek psikososial dari gangguan,
seperti peristiwa kehidupan awal. Faktor
parental tertentu seperti kekerasan di rumah,
penyalahgunaan alkohol, promiskuitas, dan
kecenderungan antisocial diperkirakan penting
Lanjutan..
- Faktor biologi
Banyak peneliti telah memusatkan pada
kemungkinan factor organic dalam gangguan
pengendalian impuls, khususnya bagi pasien yang
berperilaku yang kasar. Percobaan telah
menunjukan bahwa daerah otak tertentu, seperti
sistem limbic, adalah berhubungan dengan
aktivitas impulsive dan kasar dan daerah otak
lainnya adalah berubungan dangan inhibisi
perilaku tersebut
Kriteria Diagnosis Menurut kriteria
PPDGJ III :
* Kategori ini meliputi gangguan perilaku tertentu yang tidak
termasuk dalam rubrik lain.
• Gangguan ditandai oleh tindakan berulang yang tidak
mempunyai motivasi rasional yang jelas, serta umumnya
merugikan kepentingan penderita sendiri dan orang lain.
Penderita melaporkn bahwa perilakunya berkaitan dengan
impuls untuk bertindak yang tidak dapat dikendalikan
terdapat periode prodromal berupa ketegangan dan rasa
lega pada saat terjadinya tindakan tersebut.
• Tidak termsuk : kebiasaan memakai alkohol atau zat
psikoaktif yang berlebihan (f10-f19), gangguan kebiasaan
dan impuls seksual (f65) atau perilaku makan (f52), bukan
sekunder terhadap sindrom gangguan jiwa lainnya.
KLASIFIKASI
Revisi ke empat Diagnostic and Statistical Manual
of Mental ì (DSM-IV-TR) menyusun enam kategori
gangguan pengendalian impuls yang tidak digolongkan
dimanapun
(1) gangguan ledakan intermiten,
(2) kleptomania,
(3) piromania,
(4) judi patologis,
(5) trikotilomania dan
(6) gangguan pengendalian impuls yang tidak
tergolongkan.
Klasifikasi berdasarkan PPDGJ III
gangguan kebiasaan dan implus f63
- Judi patologis (f63.0)
- Bakar patologis (f63.1)
- Curi patologis (f63.2)
- Trikotlomania (f63.3)
- Gangguan kebiasaan dan impuls lainnya
(f63.8)Termasuk gangguan eksploratif
- Dan Gagguan kebiasaan dan impuls YTT
(f63.9)
Judi patologis (f63.0)

- Judi patologis ditandi dengan judi maladaptif yang berulang dan


menetap dan menimbulkan masalah ekonomik serta gangguan yang
signifikan di dalam fungsi pribadi, sosial, dan pekerjaan.

- Aspek perilaku maladaptif mencakup (1) preokupasi terhadap judi; (2)


kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang semakin
bertambah untuk memperoleh kegairahan yang diinginkan; (3) upaya
berulang yang tidak berhasil untuk mengendalikan, mengurangi atau
menghentikan judi; (4) berjudi sebagai cara untuk melarikan diri dari
masalah; (5) berjudi untuk membalas kekalahan; (6) berbohong untuk
menutupi tingkat keterlibatan dengan perjudian; (7) melakukan
tindakan ilegal untuk membiayai judi; (8) membahayakan atau
kehilangan hubungan baik pribadi maupun pekerjaan karena judi; dan
(9) mengandalkan orang lain untuk membayar hutang.
Etiologi

• Faktor psikososial, Beberapa faktor dapat menjadi


predisposisi seseorang dapat mengalami
gangguan ini : kehilangan orang tua karena
meninggal, perpisahan, perceraian, atau
ditinggalkan sebelum anak berusia 15 tahun;
disiplin orantua yang tidak tepat (tidak ada, tidak
konsisten, atau kasar); pajanan terhadap, dan
ketersediaan, aktivitas perjudian untuk remaja;
tekanan keluarga terhadap materi dan simbol
keuangan; serta tidak adanya dorongan keluarga
untuk menabung, merencanakan dan
manganggarkan.
- Faktor biologis, Beberapa studi mengesnakan
bahwa perilaku mengambil-risiko pada para
penjudi mungkin memiliki penyebab
neurobiologis yang mendasari. Teori ini berpusat
pada sistem reseptor serotonergik dan
nradrenergik
- Penjudi kronis memiliki aktivitas monoamin
oksidase (MAO) trombosit yang rendah, suatu
penanda aktivitas serotonin, juga terkait dengan
kesulitan inhibisi. Studi lebih lanjut dibutuhkan
untuk meyakinkan temuan ini.
Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR judi Patologis
Perilaku judi yang berulang dan menetap seperti yang
ditunjukkan oleh 5 (atau lebih) hal berikut:

• Preokupasi terhadap perjudian (contoh. Preokupasi


terhadap menghidupkan kembali pengalaman berjudi
sebelumnya, kegagalan atau merencanakan spekulasi
berikutnya, atau memikirkan cara untuk mendapatkan
uang, yaitu dengan berjudi)
• Kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang
semakin meningkat memperoleh kegairahan yang
diinginkan
• Memiliki upaya berulang yang tidak berhasil untuk
mengendalikan, mengurangi, atau menghentikan judi
• Gelisah atau mudah marah ketika mencoba
mengurangi atau menghentikan judi
• Berjudi sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah
atau untuk melegakan mood disforik (contoh, rasa
tidak berdaya, bersalah, ansietas, depresi)
• Setelah kehilangan uang berjudi, sering kembali esok
harinya untuk membalas (“mengejar” kekalahan
dirinya)
• Berbohong terhadap anggota keluarganya, terapis, atau
yang lainnya untuk menutupi sejauh mana
keterlibatannya dengan perjudian
• Melakukan tindakan ilegal, seperti pemalsuan,
penipuan, pencurian, atau penggelapan untuk
emmbiayai judi
• Merusak atau kehilangan hubungan,
pekerjaan, pendidikan, atau kesempatan karir
yang bermakna karena judi
• Mengandalkan orang lain untuk memberikan
uang guna memulihkan situasi keuangan yang
disebabkan oleh judi
• Perilaku berjudi ini sebaiknya tidak disebabkan
oleh episode manik.
Menurut kriteria diagnostik PPDGJ III

- Gambaran yang esensial dari gangguan ini


adalah berjudi secara berulang yang menetap,
yang berlanjut dan seringkali meningkat
meskipun ada konsekuensi sosial yang
merugikan seperti menjadi miskin , hubungan
dalam keluarga terganggu dan kekacauan
kehidupan pribadi.
• Judi patolois harus dibedakan dari :
• Judi dan taruhan untuk kesenangan atau sebagai upaya
mendapatkan uang; orang ini dapat menahan diri
apabila kalah banyak atau ada efek yang merugikan.
• Judi berlebihan oleh penderita gangguan manik (F30);
• Judi pada kepribadian dissosial (F60.2); ( disini terdapat
lebih banyak gangguan dalam perilaku sosial lain yang
menetap, terlihat pada tindakan-tindakan agresif atau
cara-cara lain yang menunjukkan sangat kurang peduli
terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain)
Terapi
Penjudi jarang datang langsung secara
sukarela untuk diterapi. Masalah hukum,
tekanan keluarga, atau keluhan psikiatrik
lainnya membawa penjudi pada terapi
- Terapi kognitif perilaku (contoh, teknik relasksasi
digabungkan dengan visualisasi penghindaran judi)
memiliki beberapa keberhasilan.
- Hanya sedikit yang diketahui mengenai efektivitas
farmakoterapi untuk menerapi pasien dengan judi
patologis. Satu studi melaporkan bahwa 7 dari 10
pasien tetapi tidak berjudi selama 8 minggu setelah
mengonsumsi fluvoxamine. Juga terdapat laporan
kasus mengenai keberhasilan terapi dengan lithium
dan clomipramine (anafranil). Jika judi disertai
gangguan depresif, mania, ansietas, atau gangguan jiwa
lain, farmakoterapi dengan antidepresan, lithium, atau
agen antiansietas dapat berguna.
Bakar patologis /Piromia(f63.1)
Piromania merupakan perilaku membuat api
secara berulang, disengaja dan bertujuan.
Gambaran terkait mencakup tegangan atau
rangsangan afekteif sebelum melakukannya;
terpesona dengan, berminat pada, rasa ingin tahu
mengenai, atau tertarik dengan api dan aktivitas
serta perlengkapan yang berkaitan dengan
pemadaman api; dan kesenangan, kepuasan atau
perasaan lega saat membuat api atau ketika
menyaksikan atau berpartisipasi setelah kejadian.
Pyromania adalah sebuah gangguan
pengendalian implus yang melibatkan adanya
dorongan yang tak dapat ditolak untuk
melakukan pembakaran di mana orang itu
merasakan ketegangan atau rangsangan
sebelum melakukan pembakaran dan ada
perasaan puas atau lega.5 Pyromania
merupakan keinginan yang tidak bisa ditekan
untuk membakar sesuatu.
Epidemiologi

• Gangguan ini ditemukan jauh lebih sering


pada anak laki- laki dibandingkan perempuan.
Faktor psikososial, sejumlah pasien dengan
piromonia merupakan pembuat api volunter
yang membuat api untuk membuktikan bahwa
diri mereka berani,untuk mendorong
pembuatan api lainnya beraksi, atau untuk
menunjukkan kekuatan mereka memadamkan
api. Tindakan pembakaran ini adalah suatu
cara untuk mengeluarkan kemarahan yang
bertumpuk terhadap frustasi yang disebabkan
oleh rasa inferioritas social, fisik, atau seksual
Faktor Biologis, Rendahnya kadar 5-HIAA dan
3-metoksi-4hidroksifenilglikol (MHPG) yang
signifikan di dalam cairan serebrospinal telah
ditemukan pada pembuat api, yang mengesankan
kemungkinan keterlibatan serotonergik atau
adrenergik. Adanya hipoglikemia reaktif,
berdasarkan kadar gula darah pada uji toleransi
glukosa, telah dikemukakan sebagai penyebab
piromania. Meskipun demikian, diperlukan studi
lebih lanjut.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia (PPDGJ III), Untuk diagnosis pasti bakar
patologis atau piromania:

• Gambaran yang esensial dari gangguan ini


adalah:
- Berulang-ulang melakukan pembakaran tanpa
motif yang jelas, misalnya motif untuk
mendapatkan uang, balas dendam, atau alasan
politis.
- Sangat tertarik menonton peristiwa kebakaran,dan
- Perasaan tegang meningkat sebelum melakukan,
dan sangat terangsang (intense excitement)
segera setelah berhasil dilaksanakan.
Bakar patologis (piromania) harus dibedakan
dari:
- Sengaja melakukan pembakaran tanpa
gangguan jiwa yang nyata
- Pembakaran oleh anak muda dengan gangguan
tingkah laku, dimana didapatkan gangguan
perilaku lain seperti mencuri, agresi, atau
membolos sekolah.
- Pembakaran oleh orang dewasa dengan gangguan kepribadian
dissosial, dimana didapatkan gangguan perilaku sosial lain
yang menetap seperti agresi, atau indikasi lain perihal
kurangnya peduli terhadap minat dan perasaan orang lain
- Pembakaran pada skizofrenia, dimana kebakaran adalah khas
ditimbulkan sebagai respons terhadap ide-ide waham atau
perintah dari suara halusinasi.
- Pembakaran pada gangguan mental organik, dimana
kebakaran ditimbulkan karena kecelakaan akibat adanya
kebingungan (confusion), kurangnya daya ingat, atau
kurangnya kesadaran akan konsekuensi dari tindakannya, atau
campuran dari faktor-faktor tersebut.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder (DSM) V, Ciri-ciri diagnostik dari
piromania yaitu:

• Menciptakan kebakaran yang disengaja dan


bertujuan pada lebih dari satu kejadian.
• Ketegangan atau rangsangan afektif sebelum
tindakan.
• Terpesona kepada, tertarik kepada, ingin tahu
tentang, atau terpikat kepada api dan konteks
situasionalnya (misalnya, parafernalia,
• pemakaiaannya, akibatnya). Rasa senang, puas, atau
reda jika menimbulkan kebakaran, atau jika
menyaksikan atau berperan serta dalam kejadiannya.
• Menciptakan kebakaran bukan dilakukan untuk
tujuan moneter, sebagai ekspresi ideology
sosiopolitik, untuk mengekspresikan kemarahan
atau balas dendam, untuk memperbaiki
lingkungan hidupnya, atau sebagai akibat
gangguan pertimbangan (misalnya, pada
demensia, retardasi mental, intoksikasi zat).
• Menciptakan kebakaran tidak dapat diterangkan
lebih baik oleh gangguan konduksi, episode
manik, atau gangguan kepribadian antisosial.
Perjalanan gangguan dan prognosis

• Piromania biasanya dimulai pada masa kanak-kanak,


usia khas onset piromania belum diketahui. Jika onset
pada masa remaja atau dewasa, menciptakan
kebakaran cenderung bersifat merusak yang disengaja.
Perilaku membuat api pada piromania bersifat episodik
dan frekuensinya naik turun.
• Prognosisnya baik pada anak yang mendapatkan terapi,
dan remisi penuh realistic untuk dicapai. Prognosis
untuk orang dewasa terbatas karena mereka
menyangkal tindakan mereka, menolak bertanggung
jawab, bergantung pada alcohol dan memiliki tilikan
buruk
penatalaksanaan
Pendekatan yang tepat untuk piromania
adalah dengan sejumlah modalitas, termaksud
pendekatan perilaku. Karena sifat piromania
yang berulang, setiap program terapi harus
mencakup pengawasan pasien guna
mencegah episode berulang perilaku pembuat
api.
Curi patologis (f63.2)

Ciri penting dari kleptomania adalah


kegagalan rekuren untuk menahan impuls
untuk mencuri benda-benda yang tidak
diperlukan untuk pemakaian pribadi atau yang
memiliki arti ekonomi. Benda-benda yang
diambil seringkali dibuang, dikembalikan
secara rahasia, atau disimpan bahkan
disembunyikan.
Seperti gangguan pengendalian impuls
lainnya, kleptomania ditandai oleh ketegangan
yang memuncak sebelum tindakan, diikuti
oleh pemuasan dan peredaan ketegangan
dengan atau tanpa rasa bersalah, penyesalan,
atau depresi selama tindakan. Biasanya
mecuri pada kleptomania adalah tidak
direncanakan dan tidak melibatkan orang lain
epidemiologi
Kleptomania lebih banyak ditemukan pada
perempuan dibandingkan laki-laki dengan
rasio laki-laki-perempuan adalah 1:3
Kriteria untuk mendiagnosa kleptomania berdasarkan
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, edisi
keempat, teks revisi (DSM-IV-TR)
• Kegagalan berulang dalam menahan impuls untuk mencuri benda-
benda yang tidak diperlukan untuk keperluan pribadi atau untuk
nilai ekonominya.
• Meningkatnya perasaan ketegangan segera sebelum melakukan
pencurian.
• Rasa senang, puas, atau redanya rasa ketegangan pada saat
bersamaan melakukan pencurian.
• Mencuri tidak dilakukan untuk mengekspresikan kemarahan atau
balas dendam, dan bukan sebagai respon suatu waham atau
halusinasi.
• Mencuri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
konduksi, episode manik, atau gangguan kepribadian antisosial.
Kriteria untuk mendiagnosa kleptomania (curi
patologis) berdasarkan PPDGJ-III,
• Adanya peningkatan rasa tegang sebelum, dan rasa
puas selama dan segera sesudah melakukan tindakan
pencurian
• Meskipun upaya untuk menyembunyikan biasanya
dilakukan, tetapi tidak setiap kesempatan yang ada
digunakan.
• Pencurian basanya dilakukan sendiri (solitary act), tidak
bersama-sama dengan pembantunya.
• Individu mungkin tampak cemas, murung dan rasa
bersalah pada waktu diantara episode pencurian tetapi
hal ini tidak mencegahnya mengulangi perbuatan
tersebut.
Terapi
. Psikoterapi berorientasi tilikan dan psikoanalisis dapat
behasil tetapi bergantung pada motivasi pasien.
Mereka yang merasa bersalah dan malu dapat dibantu
dengan psikoterapi berorientasi tilikan karena tingginya
motivasi mereka untuk mengubah perilaku sendiri.
SSRI, seperti fluoxetin (Prozac) dan fluvoxamine (Luvox),
tampak efektif pada beberapa pasien dengan
kleptomania. Juga terdapat laporan kasus mengenai
keberhasilan terapi dengan obat trisiklik, trazodone
(Desyrel), lithium, valproate (Depaken), naltrexone
(ReVia) dan terapi elektrokonvulsi (ECT).
Perjalanan penyakit dan prognosis
Perjalanan penyakit ini bisa bertambah dan
berkurang tapi cenderung menjadi kronis. Angka
kesembuhan spontan tidak diketahui. Pada
pasien dengan penyakit yang serius biasanya
sering tertangkap dan ditahan. Kebanyakan
pasien biasanya secara sadar mempertimbangkan
konsekuensi dari perilaku mereka. Prgonosis
dengan pengobatan bisa baik, tapi sedikit pasien
yang datang secara sadar untuk mencari
pertolongan.
Trikotilomania
f63.3
• Hair-pulling disordera dalah kelainan kronis yang
ditandai dengan penarikan rambut berulang, yang
menyebabkan kerontokan rambut bervariasi.
• Trikotilomania adalah salah satu bentuk gangguan
kompulsif yang ditandai dengan kegiatan menarik
rambut berulang yang biasanya terjadi di kepala, alis,
bulu mata, ketiak, maupun pubis yang didahului
dengan ketegangan kemudian diikuti dengan rasa puas
ataulega setelahnya. Kegiatan ini ditandai dengan
adanya kerontokan rambut yang mencolok dan juga
tidak disebabkan oleh kelainan kulit kepala atau
rambut lain ataukegiatan stereotipi yang lain.
epidemiologi
• Trikotimania lebih lazim ditemukan pada
permpuan dibandingkan laki-laki tetapi tidak
menunjukkan perbedaan jenis kelamin pada
anak-anak. Tidak ada informasi mengenai
riwayat familial, tetapi satu studi melaporkan
bahwa 5 dari 19 orang anak memiliki riwayat
keluarga yang mengalami beberapa bentuk
alopesia.
Etiologi

- Trikotilomania semakin sering dipandang memiliki


penyebab yang ditentukan secara biologis yang
dapat mencerminkan aktivitas motorik yang
dikeluarkan dengan tidak tepat.
- Teori biologi juga mengacu pada perbedaan
metabolik dalam sistem serotonin dan opioid
- Anggota keluarga pasien dengan trikotilomania
sering memiliki riwayat tic, gangguan
pengendalian impuls, dan gangguan obsesif
kompulsif, yanglebih menyokong lagi
kemungkinan predisposisi genetik.
Menurut The American Psychiatric Association’s
Diagnostic and StatisticalManual of Mental Disorders,
Fifth Edition (DSM-5),
• Mencabut rambut sendiri secara rekuren yang menyebabkan
kebotakanyang jelas.
• Peningkatan perasaan tegang segera sebelum mencabut rambut
atau jika berusahauntuk menahan perilaku tersebut.
• Rasa senang, puas atau reda jika mencabut rambut.
• Gangguan tidur tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan
mental lain danbukan karena kondisi medis umum (misalnya,
kondisi dermatologis).
• Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis
atau gangguandalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting
lainnya.
• Diagnosis ini jangan dibuat apabila sebelumnya sudah ada
peradangan kulit, atau apabila pencabutan rambut adalah respons
terhadap waham atau halusinasi
Kriteria Diagnosis PPDGJ III
• Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah:
• Kerontokan rambut kepala yang tampak jelas (noticeable)
disebabkan olehberulangkali gagal menahan diri terhadap
impuls untuk mencabut rambut.
• Pencabutan rambut biasanya didahului oleh ketegangan
yang meningkat dansetelahnya diikuti dengan rasa lega
atau puas.
• Diagnosis tidak ditegakkan apabila sebelumnya ada
inflamasi kulit atau apabila pencabutan rambut dilakukan
akibat suatu waham atau halusinasi. Periode transien
menarik rambut pada anak usia dini dapat dianggap suatu
"kebiasaan" ringandengan jangka waktu terbatas.
Terapi
Gangguan kebiasaan dan impuls
lainnya f3.8
- Gangguan Eksplosif Intermiten
Gangguan eksplosif intermiten ditemukan pada
individu yang memiliki episode kehilangan kendali implus
agresif, yang menyebabkan penyerangan yang serius atau
merusak barang-barang. Derajat agresivitas yang
diekspresikan adalah jelas di luar proporsi terhadap tiap
stresor yang mungkin membantu mendatangkan episode.
Gejala yang dapat digambarkan adalah individu melakukan
serangan atau serbuan, tampak dalam beberapa menit atau
jam, dan terlepas dari durasinya, menghilang spontan dan
cepat. Masing-masing episode biasanya diikuti oleh
penyesalan atau pencelaan diri yang murni.

Epidemiologi

Gangguan ini tampak lebih 80% sering


pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan. Dan lebih sering ditemukan pada
penyakit genetik
etiologi
• Etiologi
• Faktor psikodinamik, psikoanalisis memperkirakan bahwa ledakan terjadi sebagai pertahanan
terhadap peristiwa mencederakan yang bersifat narsistik. Ledakan amarah amarah berfungsi
sebagai jarak interpersonal dan melindungi terhadap cedera narsistik lainnya.
• Faktor psikososial, pasien khasnya digambarkan sebagai laki-laki yang secara fisik besar
tetapi tidak mandiri dan rasa makulinitasnya buruk. Lingkungan dimasa kanak- kanak yang
tidak menyenangkan yang telah ketergantungan alkohol, pemukulan, dan ancaman terhadap
kehidupan biasanya pada pasien ini. Faktor predisposisi pada masa bayi dan masa kanak-
kanak mencakup trauma perinatal, epilepsi, trauma kepala, ensepalitis,disfungsi otak minimal,
dan hiperaktivita.
• Faktor biologis, Beberapa peneliti menyatakan bahwa fisiologi otak yang terganggu,
khususnya pada sistem limbik, adalah terlibat dalam sebagian besar kasus kekerasan episodic.
Bukti yang mengarahkan menunjukkan bahwa neoron serotogenik memerantarai inhibisi
perilaku.
• Faktor genetik, adanya keluarga dengan gangguan eksposif intermiten memiliki angka
gangguan pengendalian implus, gangguan depresif, dan gangguan penggunaan zat memiliki
resiko tinggi. Keluarga dengan gangguan ini cenderung memiliki riwayat bertabiat pemarah
atau meledak-ladak dibandingkan dengan populasi umum.
Kriteria diagnosa menrut DSM-IV

• Beberapa episode terpisah kegagalan untuk menahan


impuls agresif yang menyebabkan penyerangan yang serius
atau menghancurkan barang-barang.
• Derajat agresivitas yang diekspresikan selama episode
adalah jelas diluar proposi dari stressor psikososial yang
mencetuskannya.
• Episode agresif tidak dapat diterangkan lebih baik oleh
gangguan mental lain (misalnya, gangguan psikotik, episode
manik, gangguan konduksi, atau gangguan defisit-
atensi/hiperaktivitas) dan bukan karena efek fisiologis
langsung dai suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan
suatu medikasi), atau suatu kondisi medis
umum(misalnya,trauma kepala, penyakit Alzhaimer)
Perjalanan penyakit dan prognosis
Gangguan eksplosif intermiten dapat dimulai
pada setiap stadium kehidupan tetapi
biasanya dianatara masa remaja akhir dan
dewasa awal. Onstnya tiba-tiba atau perlahan,
dan perjalanan penyakit dapat episodik atau
kronik. Pada sebagian besar kasus berkurang
keparahannya pada onset diusia pertengahan.
Tetapi, gangguan organik yang timbul dapat
menyebabkan episode yang sering dan parah.
Terapi
• Terapi menggunakan kombinasi pendekatan
psikoterapi dan farmakologi memiliki kesempatan
berhasil yang terbaik. Psikoterapi dengan pasien yang
memiliki gangguan eksplosif intermiten sulit dilakukan
karena ledakan kemarahan. Terapi kelompok dapat
membantu dan terapi keluarga dapat berguna.
• Antikonvulsan telah lama digunakan dalam
mengobati pasien eksplosif, dengan hasil bermacam-
macam. Lithium (Ekskalith) dilaporkan dapat berguna
untuk mengurangi perilaku agresif secara
umum,arbamazepine (Tegretol), Valproat (Depakene),
dan phenitoin telah dilaporkan membantu beberapa
klinis juga telah menggunakan antikonvulsan lain.
Gangguan pengendalian impuls yang
tidak tergolongkan.
Kategori diagnosis DSM-IV-TR gangguan
pengendalian impuls yang tidak tergolongkan
adalah gejala sisa untuk gangguan
pengendalian impuls yang spesifik. Yang
termasuk di dalam kategori ini adalah perilaku
menyimpang seperti belanja kompulsif,
kecanduan video game atau internet, mutilasi
diri, sndiri secara berulang, dan perilaku
seksual impulsif.
• Kriteria Diagnosa DSM-IV- TR Gangguan
pengendalian impuls yang tidak tergolongkan.
Kategori untuk gangguan pengendalian
impuls ( muncubit kulit ) yang tidak memenuhi
kriteria gangguan pengendalian impuls yang
spesifik atau untuk gangguan jiwa lain yang
memiliki ciri yang melibatkan pengendalian
impuls yang dijelaskan ditempat lain. Pada buku
pegangan ( keregantungan zat, parafilia).

Anda mungkin juga menyukai