ALOPESIA AREATA
OLEH :
WAHYUNI TASLIM
N 111 17 087
PEMBIMBING KLINIK
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Rambut adalah struktur solid yang terdiri atas sel yang mengalami
keratinisasi padat. Berasal dari folikel epidermal yang berbentuk seperti kantong
yang tumbuh ke dalam dermis.
Kerontokan sering merupakan masalah, khususnya bagi mereka yang
mengutamakan penampilan. Pada manusia kerontokan rambut dapat terjadi di
salah satu bagian saja misalnya di kepala atau dapat terjadi pada seluruh bagian
tubuh. Rata-rata pada kulit kepala manusia terdapat ±100.000 helai rambut, secara
normal setiap hari ±100 rambut di kepala akan rontok.
Banyak faktor penyebab kerontokan rambut seperti: pemakaian sampo
yang tidak tepat, rambut sering ditarik-tarik, stres, nutrisi serta umur; juga dapat
disebabkan oleh faktor keturunan. Ada yang disebabkan penyakit yang menyerang
sistem kekebalan tubuh, pada jenis ini sel darah putih akan menyerang sel-sel
folikel rambut, serta akan menghambat pertumbuhan sel-sel tersebut sejalan
dengan proses tumbuh kembang, rambut akan mengalami fase kerontokan.
Alopesia salah satu penyakit kulit yang masih merupakan masalah didalam
menentukan penyebab maupun cara mengobatinya. Alopesia dapat memberikan
dampak negatif terhadap penderita, baik secara fisik, psikologik maupun
kosmetik.
Penyakit ini biasanya bermanifestasi dengan ditemukannya area-area
tertentu yang kehilangan rambut (mengalami kerontokan total) pada kulit kepala
atau bagian tubuh yang berambut lainnya yang biasanya berbentuk bulat atau
lonjong dengan batas yang tegas.
Pengobatan terhadap alopesia areata banyak macamnya, baik pengobatan
topikal, intralesi, sistemik dan foto kemoterapi ataupun kombinasinya.Setiap
peneliti berusaha memberikan pengobatan sesuai dengan teori - teori etiologi yang
dianutnya.
Berikut penjelasan tentang Alopesia areata mengenai definisi, etiologi,
patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Definisi
Alopesia areata adalah peradangan yang kronis, berulang dari rambut
terminal, yang ditandai oleh timbulnya satu atau lebih bercak kerontokan
rambut pada scalp dan atau kulit yang berambut terminal lainnya. Lesi pada
umumnya berbentuk bulat atau lonjong dengan batas tegas, permukaan licin
tanpa adanya tanda-tanda atropi, skuamasi maupun sikatriks.
2.2 Insiden
2.3 Etiopatogenesis
Patofisiologi alopecia areata belum diketahui jelas, diduga disebabkan
oleh kelainan autoimun yang diawali proses mediasi Sel-T. Proses ini diikuti
terbentuknya autoantibodi. Autoantibodi yang terbentuk ini akan
mempengaruhi fase anagen sehingga menjadi memendek, folikel rambut akan
masuk ke fase katagen yang mengakibatkan kerontokan. Autoantibodi ini
dapat menghambat perkembangan rambut pada fase anagen karena infiltrasi
sel-sel limfosit CD4+ dan CD8+, efeknya akan menurunkan jumlah sel T
yang akan mengakibatkan pemendekan fase anagen. Selain mekanisme
autoimun beberapa studi juga menunjukkan pengaruh beberapa gen yang
menginduksi alopesia areata. Antigen leukosit manusia DQ3 (DQB1*03)
ditemukan pada ±80% penderita. Antigen leukosit lainnya seperti DR4
(DRB1*0401) juga ditemukan pada penderita alopecia totalis dan alopecia
universalis. Gen antagonis reseptor interleukin-1 juga salah satu gen yang
ikut mempengaruhi terjadinya alopecia. Dari semua gen-gen yang telah
disebutkan di atas tidak ada satu gen dominan, penyakit ini merupakan jenis
polygenic yang dipengaruhi oleh banyak gen. Lingkungan juga menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi kemunculan fenotip alopecia areata.
2.4 GAMBARAN KLINIS
Lesi alopesia areata stadium awal, paling sering ditandai oleh bercak
kebotakan yang bulat atau lonjong, berbatas tegas. Permukaan lesi tampak
halus, licin, tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi maupun skuamasi. Pada tepi
lesi kadang- kadang tampak exclamation-mark hairs yang mudah
dicabut.Pada awalnya gambaran klinis alopesia areata berupa bercak atipikal,
kemudian menjadi bercak berbentuk bulat atau lonjong yang terbentuk
karena rontoknya rambut, kulit kepala tampak berwarna merah muda
mengkilat, licin dan halus, tanpa tanda-tanda sikatriks, atrofi maupun
skuamasi. Kadang-kadang dapat disertai dengan eritem ringan dan
edema.Bila lesi telah mengenai seluruh atau hampir seluruh scalp disebut
alopesia totatis. Apabila alopesia totalis ditambah pula dengan alopesia
dibagian badan lain yang dalam keadaan normal berambut erminal disebut
alopesia universalis.
Berdasarkan jumlah lesi dan area yang terkena, alopesia areata dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Alopesia areata monokuler: Hanya terdapat satu lesi kebotakan pada kulit
kepala
2. Alopesia areata multikuler: Terdapat banyak lesi pada kulit kepala
3. Alopesia areata total: Pasien mengalami kebotakan pada seluruh kulit
kepala
4. Alopesia areata universalis : Lesi tidak hanya terdapat pada kulit kepala,
tetapi juga bagian tubuh yang lain, termasuk rambut pubis.
5. Alopesia areata barbae: Lesi hanya terdapat pada daerah jambang
6. Alopesia traksi: Kebotakan pada daerah frontal dan temporal, karena
tekanan konstan akibat seringnya mengikat rambut dengan kuat.
Alopesia areata universalis
Klasifikasi alopesia areata menurut Ikeda adalah sebagai berikut:
1. Tipe umum, meliputi 83% kasus diantara umur 20-40 tahun, dengan
gambaran lesi berupa bercak-bercak bulat selama masa perjalanan
penyakit. Penderita tidak mempunyai riwayat stigmata atopi ataupun
penyakit endokrin autonomik, lama penyakit biasanya kurang dari 3 tahun.
2. Tipe atopik, meliputi 10% kasus, umumnya memiliki stigmata atopi, atau
penyakitnya telah berlangsung lebih dari 10 tahun. Tipe ini dapat menetap
atau mengalami kekambuhan pada musim tertentu.
3. Tipe kombinasi, meliputi 5% kasus, terjadi pada umur di atas 40 tahun
dengan gambaran lesi bulat atau reticular. Penyakit endokrin autonomik
yang terdapat pada penderita antara lain berupa diabetes mellitus dan
kelainan tiroid.
4. Tipe prehipertensif, meliputi 4% kasus, dengan riwayat hipertensi pada
penderita maupun keluarganya. Bentuk lesi biasanya reticular
2.5 Diagnosis
1. Anamesis
Selama anamnesis pasien biasanya mengeluhkan kebotakan rambut
pada area tertentu yang terjadi secara mendadak, pada area kulit kepala,
alis, bulu mata, atau jambang. Lesi kebotakan bisa satu atau multipel.
Terasa gatal, tidak nyaman, atau seperti terbakar pada area kebotakan.
Selain itu, beberapa faktor lain juga harus dipertimbangkan untuk
mendukung diagnosis, antara lain umur pasien, pola dan penyebaran lesi,
tingkat kerontokan rambut, riwayat kebotakan atau kerontokan rambut
sebelumnya, riwayat keluarga, riwayat penyakit atopi atau autoimun,
riwayat penyakit sebelumnya (termasuk infeksi atau penyakit lain dalam
kurun waktu 6 bulan), riwayat pengobatan (penyakit lain dan penyakit ini),
perawatan rambut, diet, dan dari segi psikologi berupa pandangan dan
ekspektasi pasien terhadap kondisi yang dialami, serta apakah ada tanda-
tanda depresi atau gangguan psikologis lainnya.
2. Pemeriksaan fisik
Dari pemeriksaan fisik biasanya ditemukan tanda-tanda sebagai
berikut.
a) Gambaran klinis alopesia areata yang berbentuk khas, bulat berbatas
tegas, pada kulit kepala atau rambut pada wajah, biasanya tidak
memberikan kesulitan untuk menegakkan diagnosisnya
b) Kulit kepala pada lesi berwarna kemerahan atau normal, tanpa
jaringan parut (pori folikel masih terlihat)
c) Exclamation mark hairs (rambut dengan bagian pangkal rambut
yang lebih kecil dari ujung rambut serta mudah dicabut) dapat
ditemukan di sekitar tepi lesi saat fase aktif penyakit.
d) Dapat pula terjadi perubahan pada kuku, misalnya pitting (burik),
onikilosis (pelonggaran), splitting (terbelah), garis Beau (cekungan-
cekungan transversal), koilonikia (cekung), atau leukonikia (bercak
putih di bawah kuku)
e) Bisa terdapat skuama, akan tetapi harus dipikirkan juga
kemungkinan diagnosis lain, misalnya infeksi jamur pada Tinea
kapitis.
f) Inspeksi juga area lesinya untuk mengetahui adanya trauma fisik
seperti luka, terbakar, jaringan parut. Jika terdapat tanda tersebut,
kebotakan dicurigai tidak disebabkan oleh alopesia areata.
g) Perhatikan lokasi lesi dan penyebarannya.
Selain itu, pemeriksaan pull test dapat dilakukan pada tepi lesi untuk
mengetahui adanya kerontokan rambut yang aktif. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara menarik sekitar 60 rambut dengan lembut tapi
mantap. Tes ini positif jika terdapat kerontokan 2-10 rambut atau lebih.
Perkiraan jumlah kerontokan rambut juga harus diperhitungkan.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak begitu diperlukan pada mayoritas kasus
alopesia areata. Jika gejala dan tanda klinis mengarah pada suatu penyakit
autoimun (misalnya kerontokan pada hipotiroidisme), maka pemeriksaan
lanjutan dapat digunakan untuk menentukan penyebabnya. Jika terdapat
keraguan dalam menegakkan diagnosis.
Biopsi kulit (histopatologi), Potongan horizontal lebih dipilih karena
dapat menganalisa lebih banyak folikel rambut di level berbeda. Biopsi
pada tempat yang terserang menunjukkan infiltrat limfosit peribulbar pada
sekitar folikel anagen atau katagen yang terlihat seperti gerombolan lebah.
Infiltrat tersebar dan hanya terdapat pada beberapa rambut yang
berpenyakit. Penurunan jumlah rambut terminal yang signifikan
berhubungan dengan peningkatan jumlah rambut vellus dengan
perbandingan 1,1:1 (normalnya 7:1). Penampakan lainnya adalah terlihat
inkontinensia pigmen di bulbus rambut dan folikel. Perubahan juga terjadi
pada rasio anagen-telogen. Pada keadaan normal, rasionya sekitar 90%
anagen dan 10% telogen. Pada alopesia areata, ditemukan 73% rambut
pada fase anagen dan 27% pada fase telogen. Pada kasus yang sudah
berlangsung lama persentase rambut telogen dapat mencapai 100%.
Perubahan degeneratif pada matriks rambut dapat ditemukan tetapi jarang.
Dapat ditemukan eosinofil pada jalur fibrosa dan dekat bulbus rambut.
Terdapat rambut distrofi dan exclamation mark hairs.
Pada stadium akut ditemukan distrofi rambut anagen yang disertai
dengan exclamation mark hair pada bagian proksimal. Sedangkan pada
stadium kronis akan ditemukan peningkatan jumlah rambut telogen,
perubahan lain meliputi berkurangnya diameter serabut rambut,
miniaturisasi, serta pigmentasi rambut yang tidak teratur. Sikatriks pada
lesi alopesia areata yang kronis dapat pula terjadi oleh karena berbagai
manipulasi sehingga perlu dilakukan pemeriksaan biopsy kulit. Alopesia
areata episode berat dapat menyebabkan perhentian siklus anagen disertai
formasi exclamation mark hair. Rambut yang terserang bisa diganti oleh
rambut normal atau rambut kecil. Alopesia areata episode sedang
menyebabkan inhibisi fase anagen, menimbulkan rambut distrofi, yang
dapat digantikan oleh rambut normal, kecil, atau nanogen.
Gambar. Siklus Rambut pada Alopesia Areata yang Terlihat pada Pemeriksaan Histopatologi
Gambar. Akar rambut yang bentuknya seperti tanda seru (exclamation mark hair)
Gambar 4. Trikotilomania
Gambar 3. Trikotilomania
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Prognosis
Progresivitas alopesia areata tidak dapat diprediksi.Beberapa pasien
hanya menderita kehilangan rambut sedikit, tetapi ada juga yang banyak.
Umumnya pertumbuhan akan normal kembali dalam 1 tahun tanpa
pengobatan, tetapi bila tidak terjadi perbaikan dapat terjadi kebotakan yang
lebih luas.
BAB III
KESIMPULAN
10. MacDonal Hull et al. 2003. Guidelines for the managemen of alopecia
areata. British Journsl of Dermstology 149(4), 692-99 dikutip 26 Agustus
2018 dari www.medscape.com
12. Robert Allison, 2017. Hair Loss: Common Causes and Treatment. Dikutip
26 Agustus 2018 dari Dikutip 26 Agustus 2018 dari
https://www.medscape.com/viewarticle/756101_print
13. Sladden M et al.2012. British Association of Dermatologists' Guidelines
for the Management of Alopecia Areata. Dikutip 26 Agustus 2018 dari
https://www.medscape.com/viewarticle/762854_print
15. Tseng W et al. 2011. Alopesia Areata Comorbidities, and Age of onset.
Dikutip 26 Agustus 2018 dari www.medscape.com/viewartcle/756101-
print.