HIPERTIROID
Oleh:
Pembimbing:
dr. Marlina Epriliawati, Sp.PD-KEMD, FINASIM
PENDAHULUAN
Tiroid adalah kelenjar endokrin dalam tubuh manusia dan merupakan satu-satunya organ
yang memproduksi hormon tiroid yang berperan dalam metabolism karbohidrat, protein, lemak
dan seluruh aktivitas fisiologis manusia. Kelenjar tiroid terletak di leher depan bagian bawah,
dengan dua bagian: lobus kanan dan lobus kiri.
Hormon tiroid akan mempengaruhi seluruh jaringan dan sistem organ, seperti
meningkatkan thermogenensis jaringan dan laju metabolik basal (BMR), menurunkan kadar
kolesterol serum dan resistensi vaskular sistemik. Efek yang menonjol dari peningkatan kadar
hormon tiroid adalah pengaruhnya terhadap sistem kardiovaskuler.
Gangguan tiroid adalah kondisi gangguan kelenjar tiroid akibat: gangguan pembentukan,
perubahan bentuk (difus atau nodular, soliter atau multipel), gangguan fungsi kelenjar (meningkat
atau menurun). Etiologi gangguan tiroid dapat berasal dari autoimun, genetic, goitrogen, radiasi,
lingkungan, infeksi, atau gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI) pada daerah endemic.
Faktor resiko gangguan tiroid adalah umur, jenis kelamin, genetik, riwayat penyakit keluarga yang
berhubungan dengan autoimun, stress, merokok, obat-obatan, lingkungan.
Prevalensi penyakit hipertiroid menurut RISKESDAS 2013 adalah 10 kali lebih sering
pada wanita (0.6%) dibanding pria (0.2%). Penyebab tersering adalah penyakit hipertiroid graves,
struma multinodusa toksik (TMNG, toxic multinodular goiter) dan adenoma toksik. Rentang usia
15-24 tahun 0.4%, usia 25-34 tahun 0.3%, 35 tahun keatas 0.5%.
Hipertiroid adalah salah satu bentuk tirotoksikosis akibat peningkatan sintesis dan seksresi
hormone tiroid oleh kelenjar tiroid. Hipertiroid berbeda dari tirotoksikosis, yaitu keadaan klinik
akibat kelebihan hormon tiroid.
Tirotoksikosis disebabkan oleh 4 etiologi, yaitu: kelenjar tiroid dirangsang secara
berlebihan oleh faktor-faktor trofik, faktor otonom yang mengaktivasi sintesis dan sekresi hormon
tiroid berlebihan, simpanan tiroid yang terbentuk secara pasif dan dilepaskan berlebihan ke
vaskular akibat proses autoimun, infeksi, kimiawi, atau mekanik, ekspos terhadap sumber ekstra
tiroid, endogen (struma ovarii, jaringan metastasis kanker kelenjar tiroid) atau eksogen
(tirotoksikosis faktitia). Pada tirotoksikosis dapat ditemukan hipertiroid graves 60%-90%, struma
nodosa toksik (SNT), adenoma toksik (nodul tiroid otonom), atau tiroiditis lain.
Tujuan pengobatan hipertiorid graves adalah menurunkan kadar hormon tiroid yang
meningkat dengan obat antitiroid / pengobatan definitif ablasi kelenjar tiroid dengan iodium
radioaktif atau pembedahan. Sehingga masih dibutuhkan pemaparan lebih mengenai apa itu
hipertiroid, penyebab serta dampak yang dapat ditimbulkan bagi masyarakat umum dan kalangan
rekan dalam bidang medis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelenjar tiroid berada di kedalaman dari otot sternothyroid dan sternohyoid, terletak di
anterior leher sepanjang C5-T1 vertebrae. Kelenjar ini terdiri dari lobus kanan dan kiri di
anterolateral dari laring dan trakea. Kedua lobus ini disatukan oleh bagian yang menyatu yang
disebut isthmus, di cincin trakea kedua dan ketiga. Kelenjar tiroid dikelilingi oleh suatu fibrous
capsule tipis, yang membuat septa kedalam kelenjar. Jaringan ikat padat menempel pada cricoid
cartilage dan superior tracheal ring. Dari external ke capsule adalah loose sheath yang dibentuk
oleh visceral portion dari lapisan pretracheal di kedalaman cervical fascia.
Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan bagian tengah
farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan pertama disebut
pharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen
ceacum, yang berada ventral di bawah cabang farings I.
Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch melalui
saluran yang disebut ductus thyroglossus.
Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus thyroglossus
akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra cervicalis 5, 6, dan
7.
Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di pangkal
lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang lain.
2. Definisi
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam
sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang
hiperaktif. Dengan kata lain hipertiroid terjadi karena adanya peningkatan hormon tiroid dalam
darah dan biasanya berkaitan dengan keadaan klinis tirotoksikosis.
3. Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu penyakit tiroid
autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormonyang berlebihan.
Penyebab hipertiroid lainnya yang jarang selain penyakit graves adalah:
a. Toksisitas pada strauma multinudular
b. Adenoma folikular fungsional atau karsinoma (jarang)
c. Edema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis)
d. Tumor sel benih, misal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan bahan mirip-
TSH) atau teratoma (yang mengandung jarian tiroid fungsional)
Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato) yang keduanya dapat berhubungan
dengan hipertiroid sementara pada fase awal. Penyebab-penyebabnya antara lain:
a. Herediter. Penyebab yang sering menimbulkan hipertiroidisme seperti penyakit
Graves. Pada umumnya terjadi pada usia 30-40 tahun dan sering terjadi pada wanita
daripada laki-laki.
b. Tumor kelenjar hipofise
c. Tiroiditis granulomatosa subakut. Inflamasi kelenjar tiroid yang terutama menyerang
wanita berusia 40 sampai 50 tahun.
d. Kanker tiroid
e. Terapi hormon tiroid berlebihan.
Ketika terstimulasi oleh TSH, sel epitel folikel mengeluarkan globulin dari lumen dan
memisahkan DIT dan MIT, sehingga T3 dan T4 dapat berikatan dengan protein plasma dalam
darah.
Pembentukan dan sekresi T3 dan T4 serta pertumbuhan kelenjar tiroid distimulasi oleh
thyrotropin (TSH) dari pituitary anterior. Berikutnya secara bergantian, pelepasannya dari
hipotalamus distimulasi oleh thyrobelin (TRH). Hal-hal yang meningkatkan kerja TSH adalah
stress, peningkatan esterogen, sementara yang menghambat adalah glukokortikoid, somatostatin,
dan dopamin.
Sintesis thyroid stimulating immunoglobulin (TSI) dari kelenjar tiroid, sumsum tulang, dan
lymph nodes akan membentuk antibodi thyrotropin-binding inhibitory immunoglobulin (TBII)
yang terdeteksi di bioassay. Akibatnya terbentuk infiltrasi di otot luar mata dan sel T terktivasi dan
mengeluarkan sitokin seperti IFN-γ, TNF, dan IL-1. Terjadi aktivasi fibroblas dan peningkatan
sintesis glikosaminolikan yang menyebabkan cairan terjebak di dalam, dan terjadi pembengkakan
otot, dan menjadi fibrosis yang bersifat irreversible. Sel T limfosit menjadi lebih sensitif terhadap
antigen dalam kelenjar tiroid, merangsang B limfosit untuk mensintesis antibodi terhadap antigen
tersebut. Salah satu antibodi menyerang tempat reseptor TSH di membran sel tiroid yang
merangsang pertumbuhan dan fungsi sel tiroid. Beberapa faktor yang mendorong respon imun
terhadap graves disease adalah kehamilan, kelebihan iodin, terapi litium, infeksi bakteri dan viral,
pengeluaran glukokortikoid. Limfosit sitotoksik dan antibodi sensitif sitotoksik terhadap TSH-R,
antigen yang terdapat di fibroblast orbital, otot orbital, dan jaringan tiroid. Sitokin dari limfosit
yang sensitif berakibat inflamasi fibroblast dan myositis fibrositis, menyebabkan pembengkakan
otot orbital, proptosis bolamata, diplopia, kemerahan, penyumbatan, edema konjungtiva,
periorbital (tiroid optalmophaty).
6. Diagnosis HIpertiroid
Evaluasi klinis
Evaluasi biokimia dari TSH dan hormon tiroid adalah tes diagnostik awal yang paling
penting bagi orang yang dicurigai krisis hipertiroidisme / tirotoksik berdasarkan manifestasi
klinis.
TSH serum
Pengukuran TSH serum memiliki sensitivitas tertinggi dan spesifisitas tes darah tunggal
dan digunakan sebagai tes skrining awal untuk hipertiroidisme. Pada hipertiroidisme, serum
TSH akan kurang dari 0,01 mU / L atau bahkan tidak terdeteksi.
Ketika ada inkonsistensi antara tanda-tanda dan gejala klinis, atau ketika manifestasi klinis
yang halus, atau pengujian biokimia konfirmasi tidak mudah diakses, mungkin akan membantu
untuk menggunakan indeks diagnostik yang disebut indeks Wayne' s. Ini adalah sistem penilaian
yang telah dikembangkan sejak tahun 1972 untuk membantu meningkatkan akurasi diagnostik
penilaian klinis.
Table 1. Wayne’s index of signs and symptoms scoring system in diagnostic approach of hyperthyroidism
> 19 = toxic
11-19 = equivocal
hipertiroidisme subklinis didefinisikan sebagai normal perkiraan serum bebas T4 dan jumlah T3
normal atau perkiraan T3 bebas, dengan konsentrasi TSH di bawah normal serum.
Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan dengan pasien dalam posisi terlentang dan leher hiper-diperpanjang. USG dapat
mendeteksi lobus tiroid atau lesi sekecil 2 mm. Hal ini dapat membedakan nodul solid dari kista
sederhana dan kompleks. Hal ini dapat memperkirakan ukuran tiroid, memberikan perkiraan
kasar kepadatan jaringan, menunjukkan aliran pembuluh darah dan kecepatan dan bantuan dalam
menempatkan jarum untuk tujuan diagnostik. Studi Doppler dapat ditambahkan ketika
menjalankan ultrasonografi.
a. Metode Titrasi
Methimazole/Carbimazole diberikan dengan dosis awal 20-40 mg/hari sekali sehari atau
Propylthiouracil 300-600/hari tiga hari sekali. OAT diberikan sampai keadaan eutiroid tercapai,
kemudian dosis diturunkan secara bertahap dan dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan serendah
mungkin.
b. Metode block-suplement:
Setelah mencapai keadaan eutiroid dengan OAT, pengobatan dilanjutkan dengan menambhakn
I-tiroksin 100-150 mcg/hari. Tujuannya untuk menurunkan angka kekambbuhan dan antisipasi
rerjadinya hipotiroid.
Pemantauan:
Pemantauan fungsi tiroid dilakukan dengan menentukan kadar FT4 setiap 4-6 minggu
sekali; kadar TSHditentukan setiap 4-6 minggu setelah kadar FT4 mencapai nilai normal.
Penyesuaian dosis OAT dilakukan berdasarkan kadar FT4; bila telah mecapai remisi,
dosis
OAT dihentikan atau dosis dikurangi. OAT dapat di berikan sampai beberapa tahun
kecuali bila ada reaksi alergi atau toksil, kepatuhan pasien minum OAT secara teratur
merupakan factor penting.
Pasien dinyatakan mencapai remisi sempurna bila kladar FT4 dan TSHs berada dalam
batas normal setelah OAT dihentikan selama satu tahun; sebaliknya pasien dinyatakan
kambuh bila kadar FT4 kembali meningkat dan kadar TSHs tersupresi beberapa waktu
setelah OAT dihentikan.
Adenoma toksik/ Nodul tiroid Otonom atau Struma Multinodusa Toksik tiodak akan
mencapai remisi sempurna dengan pemberian OAT, OAT hanya digunakan sebagai
persiapan sebelum pengobatan definitifablasi dengan pembedahan atau iodium radioaktif.
Terapi yodium radioaktif sangat disukai pada pasien GD dengan kondisi klinis berikut:
a. Betina merencanakan kehamilan di masa depan (dalam lebih dari 4-6 bulan setelah terapi
radioiodine, disediakan kadar hormon tiroid normal),
b. Individu dengan komorbiditas meningkatkan risiko bedahPasien dengan sebelumnya
dioperasikan atau eksternal iradiasi leher, atau kurangnya akses ke ahli bedah tiroid
volume yang tinggi
c. Kontraindikasi pada penggunaan ATDs
Prosedur bedah direkomendasikan pada pasien dengan GD dengan ketentuan sebagai berikut:
a. kompresi gejala atau gondok besar (≥80 g)
b. serapan relatif rendah yodium radioaktif
c. Ketika keganasan tiroid didokumentasikan atau dicurigai (misalnya, mencurigakan atau
tak tentu sitologi);
d. Besar nonfunctioning, photopenic atau hypofunctioning nodul
e. hiperparatiroidisme hidup bersama yang membutuhkan pembedahan
f. Wanita yang merencanakan kehamilan di <4-6 bulan (yaitu, sebelum kadar hormon
tiroid akan normal jika yodium radioaktif dipilih sebagai terapi), terutama jika tingkat
TRAb sangat tinggi
g. Pasien dengan moderat sampai berat GO aktif
PENUTUP
Tiroid adalah kelenjar endokrin dalam tubuh manusia yang mempengaruhi aktivitas
fisiologis manusia. Kelainan dan penyakit tiroid masih dianggap masalah serius dan butuh
pengetahuan terperinci dan penanganan lebih lanjut.