Disusun Oleh :
Kelompok 8 Reguler A
Dosen Pembimbing :
Ibu Enung Mardiyana H, S.Kep.,Ns.,M.Kes
Mata Kuliah :
Keperawatan Anak
TINGKAT 2 SEMESTER 4
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SUTOMO
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AJARAN 2023/2024
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan segala restu dan tuntunan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah " Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kasus Bronchopnemonia",
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan dosen pengampu Ibu
Enung Mardiyana H, S.Kep.,Ns.,M.Kes. Tak lupa, salawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kita
cahaya keimanan.
Tanpa disadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan agar dapat menyempurnakan
kekurangan-kekurangan yang ada, sehingga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................................1
BAB II ...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
1. Definisi ...................................................................................................................6
3. Penatalaksanaan ......................................................................................................6
D. Pelaksanaan Keperawatan.................................................................................28
PENUTUP .......................................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial
serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan yang memiliki ciri
diantaranya memiliki kemampuan merefleksikan perhatian individu sebagai
manusia, memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks lingkungan baik
secara internal maupun eksternal dan memiliki hidup yang kreatif dan produktif
(Yuliastati & Arnis, 2016).
Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan dan
perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain atau toddler (1- 3
tahun), pra sekolah (3-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11- 18
tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat latar
belakang anak berbeda. Pada anak terdapat tentang perubahan pertumbuhan dan
perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses berkembang anak
memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial (Yuniarti,
2015).
1
infeksi akut pada bronkus yang disebut dengan bronkopneumonia (Kholisah et al,
2015).
2
seperti pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan bisa menimbulkan
kematian (PPNI, 2017).
3
indikasi yang dianjurkan oleh dokter dan perawat memiliki peran dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia secara
optimal, professional dan komprehensif, sedangkan pada aspek rehabilitatif,
perawat berperan dalam memulihkan kondisi klien dan menganjurkan pada orang
tua klien untuk kontrol ke rumah sakit.
4
1.4 Manfaat penulisan
1. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengetahui tentang Asuhan Keperawatan
pada Anak dengan Kasus Bronkopneumonia.
2. Bagi Masyarakat
Memberi informasi atau pengetahuan bagi masyarakat tentang Asuhan
Keperawatan Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kasus
Bronkopneumonia.
3. Bagi Instansi
Sebagai bahan kepustakaan dan sumber bacaan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan khususnya dengan Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kasus Bronkopneumonia.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan
Memberi pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Asuhan Keperawatan
pada Anak dengan Kasus Bronkopneumonia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan
peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di sekitarnya.
Bronkopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia lobularis karena peradangan
yang terjadi pada parenkim paru bersifat terlokalisir pada bronkiolus berserta
alveolus di sekitarnya (Muhlisin, 2017).
2. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) secara umum bronkopneumonia
diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki mekanisme pertahanan
tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glotis dan batuk, adanya
lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan
sekresi humoral setempat.
6
sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi bronkus ini ditandai
dengan adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif,
ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka
komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
3. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme
(jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah
(droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan
reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan peradangan, dimana ketika
terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada
penderita.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi
saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal
dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul masalah pencernaan.
7
tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan mengakibatkan
timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas
dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara,
aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring serta perluasan
langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu alveolus
terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu
(host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi
padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga
warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga orang dewasa akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
8
padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan
kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan,
dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli
telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti
secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley, 2011). Berikut
ini klasifikasi pneumonia sebagai berikut :
5. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 37,6-
40°C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Selain itu, anak bisa
menjadi sangat gelisah, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping
hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Sedangkan, batuk biasanya tidak
9
dijumpai pada awal penyakit, seorang anak akan mendapat batuk setelah beberapa
hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
6. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada anak-
anak, orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan orang-orang
dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes (Akbar Asfihan, 2019).
Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin terjadi, termasuk :
a. Infeksi Darah
Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan menginfeksi
organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan kegagalan organ.
b. Abses Paru-paru
Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paru-paru.
Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi kadang-kadang
diperlukan pembedahan untuk menyingkirkannya.
10
c. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di sekitar paru-
paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya dikeringkan dengan
jarum atau tabung tipis. Dalam beberapa kasus, efusi pleura yang parah
memerlukan intervensi bedah untuk membantu mengeluarkan cairan.
d. Gagal Napas
Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru, sehingga
tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena gangguan fungsi
pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal napas dapat menyebabkan organ
tubuh berhenti berfungsi dan berhenti bernapas sama sekali. Dalam hal ini,
orang yang terkena harus menerima bantuan pernapasan melalui mesin
(respirator).
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat digunakan cara :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi
agen infeksius.
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa.
5) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba
11
b. Pemeriksaan radiologi
1) Ronthenogram thoraks
2) Laringoskopi/bronskopi
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan
bronkopneumonia yaitu:
12
bronkopneumonia adalah penggunaan 2 antibiotik (Alexander & Anggraeni,
2017).
b) Keluhan utama :
Keluhan utama menjelaskan keluhan yang terjadi saat dikaji.
Pada anak dengan Bronkopneumonia adalah sesak nafas dan batuk.
Keluhan utama secara terperinci dengan menggunakan PQRST :
13
pemicu bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu
atau polusi dalam jangka panjang.
e) Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, fontanel sudah
tertutup atau belum, kebersihan kepala klien, apakah ada
pembesaran kepala, apakah ada lesi pada kepala, Pada klien
bronchopneumonia biasanya akan ditemukan rambut mudah
rontok karena kekurangan nutrisi, rambut tampak kotor dan
lengket akibat peningkatan suhu.
2) Mata
Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih kecil, amati
kelopak mata terhadap penepatan yang tepat, periksa alis mata
terhadap kesimetrisan dan pertumbuhan rambutnya, amati
distribusi dan kondisi bulu matanya, periksa warna konjungtiva,
dan sklera, pupil isokor atau anisokor, lihat apakah mata tampak
cekung atau tidak serta amati ukuran iris apakah ada peradangan
atau tidak. Pada klien dengan Bronkopneumonia biasanya akan
ditemukan kondisi konjungtiva tampak pucat akibat intake nutrisi
yang tidak adekuat.
3) Telinga
Periksa penempatan dan posisi telinga, amati penonjolan
atau pendataran telinga, periksa struktur telinga luar dan ciri ciri
yang tidak normal, periksa saluran telinga luar terhadap hygiene.
Lakukan penarikan apakah ada nyeri atau tidak dilakukan palpasi
pada tulang yang menonjol di belakang telinga untuk mengetahui
adanya nyeri tekan atau tidak, pada klien Bronkopneumonia
terjadi otitis media.
4) Hidung
Amati ukuran dan bentuk hidung, lakukan uji indra
penciuman dengan menyuruh anak menutup mata dan minta anak
14
untuk mengidentifikasi setiap bau dengan benar, akan nampak
adanya pernapasan cuping hidung, kadang terjadi sianosis pada
ujung hidung, lakukan palpasi setiap sisi hidung untuk menetukan
apakah ada nyeri tekan atau tidak. Pada klien Bronkopneumonia
biasanya ditemukan pernapasan cuping hidung dan produksi
sekret, adanya sianosis.
5) Mulut
Periksa bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakan, lesi, periksa gusi lidah dan palatum terhadap
kelembaban dan perdarahan, amati adanya bau, periksa lidah
terhadap gerakan dan bentuk, periksa gigi terhadap jumlah, jenis
keadaan, insfeksi faring menggunakan spatel lidah dan amati
kualitas suara, refleks sucking dan rooting ada. Pada klien
Bronkopneumonia, sianosis disekeliling mulut, terdapat sputum
yang sulit dikeluarkan.
6) Leher
Inspeksi bentuk leher klien, kaji adanya nyeri menelan,
pergerakan leher, palpasi terhadap adanya nyeri, ada atau
tidaknya pembesaran thyroid dan kelenjar getah bening dan
terhadap adanya masa/pembengkakan.
7) Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau tarikan
dinding dada kedalam, amati jenis pernapasan, amati gerakan
pernapasan dan lama inspirasi serta ekspirasi, lakukan perkusi
diatas sela iga, bergerak secara simetris atau tidak dan lakukan
auskultasi lapangan paru, amati apakah ada nyeri di sekitar dada,
suara napas terdengar ronchi, kalau ada pleuritis terdengar suara
gesekan pleura pada tempat lesi, kalau ada efusi pleura suara
napas melemah. Pada klien Bronkopneumonia biasanya akan
ditemukan ronchi atau wheezing dan kemungkinan terdepat
retraksi dinding dada.
15
8) Abdomen
Periksa kontur abdomen ketika sedang berdiri atau
berbaring terlentang, simetris atau tidak, periksa warna dan
keadaan kulit abdomen, amati turgor kulit. Lakukan auskultasi
terhadap bising usus serta perkusi pada semua area abdomen.
Pada klien Bronkopneumonia biasanya akan ditemukan ekspansi
kuman melalui pembuluh darah yang masuk kedalam saluran
pencernaan dan mengakibatkan infeksi sehingga terjadi
peningkatan peristaltic usus dan kekakuan pada dinding
abdomen.
9) Punggung dan bokong
Pada umumnya tidak terjadi kelainan, pada klien
Bronkopneumonia biasanya akan ditemukan bunyi ronchi saat
dilakukan auskultasi pada paru bagian belakang dan ketidak
simetrisan pergerakan thorks saat di palpasi.
10) Genetalia dan anus
Periksa kulit sekitar daerah anus terhadap kemerahan
dan ruam, kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia, inspeksi
ukuran penis, inspeksi adanya tanda-tanda pembengkakan, amati
ukuran skrotum, periksa anus terhadap tanda-tanda fisura,
hemoroid dan polip.
11) Ekstermitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan
jari, apakah terdapat sainosis pada ujung jari. Adanya atrofi dan
hipertrofi otot, masa otot tidak simetris, tonus otot meningkat,
rentang gerak terbatas, kelemahan otot, gerakan abnormal seperti
tremor distonia, edema, tanda kernig positif (nyeri bila kaki
diangkat dan dilipat), trugor kulit tidak cepat kembali setelah
dicubit kulit kering dan pucat, amati apakah ada klabing pinger.
Pada klien dengan Bronkopneumonia biasanya akan ditemukan
sianosis pada ujung jari, biasanya CRT kembali lebih dari 2 detik.
16
f. Data Penunjang
Semua prosedur diagnostik dan laboratorium yang dijalani klien.
hasil pemeriksaan ditulis termasuk nilai rujukan, pemeriksaan terakhir
secara bertutut-turut, berhubungan dengan kondisi klien.
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah menunjukan leukositosis dengan
predominan PMN atau dapat ditemukan leukopenia yang
menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau
sedang (Riyadi, 2013).
2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologis memberikan gambaran bervariasi
yaitu bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia, bercak
konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris, gambaran
bronkopneumonia difus atau infiltrast pada pneumonia stafilokok
(Riyadi, 2013).
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Wulandari & Erawati (2016), diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada anak brokopneumonia adalah
17
C. Perencanaan Keperawatan
18
dalam 6. Mengajarkan klien
hingga 3 untuk menarik
kali nafas dalam hingga
3 kali
Kolaborasi Kolaborasi
7. Kolaborasi 7. Mengurangi atau
pemberian mencegah
mukolitik pembentukan
atau sumbatan mukus
espektoran yang kekal di
bronkiolus
19
14. Berikan 14.Untuk menjaga
oksigen, saturasi oksigen pasien
jika perlu tetap dalam keadaan
normal
Edukasi Edukasi
15. Anjurkan 15.Cairan dapat
asupan meningkatan distensi
cairan 2000 dan tekanan pada
ml/hari, jika diafragma
tidak
kontraindik
asi
Kolaborasi Kolaborasi
16. Kolaborasi 16.Mengurangi dan
pemberian mencegah sumbatan
bronkodilat mukus yang dikental di
or, bronkiolus
ekspektoran
, mukolitik,
jika perlu
20
dispnea, 1. Kemampuan dan kemampuan 3. Untuk memonitor
menelan
takikardia, menelan bunyi napas
meningkat
adanya bunyi 2. Kelemahan 2. Monitor status
otot
nafas tambahan pernapasan
menurun
(D.0003). 3. Monitor bunyi
napas, terutama Terapeutik
setelah 4. Untuk
makan/minum mengurangi
resiko aspirasi
Terapeutik
pada pasien
4. Posisikan 5. Agar pasien dapat
semi fowler bernapas dengan
(30 – 45 lebih lega
derajat) 30 6. Untuk
menit sebelum mengurangi
memberi resiko tersedak
asupan oral dan aspirasi
5. Pertahankan 7. Agar lebih mudah
kepatenan jalan ditelan oleh
napas (mis. pasien
Teknik head-tilt
chin-lift, jaw
thrust, in line)
6. Berikan makanan
dengan ukuran
kecil dan lunak
7. Berikan obat oral
dalam bentuk cair
Edukasi
Edukasi
8. Agar pasien tidak
8.Ajarkan makan tersedak lalu terjadi
secara perlahan aspirasi
21
9.Ajarkan strategi 9. Agar pasien dapat
mencegah aspirasi menerapkan dan
mengurangi resiko
terjadinya aspirasi
efektif efektif
4. Memantau
4. Auskultasi bunyi nafas
bunyi nafas tambahan
5. Memastikan
5. Monitor
saturasi
saturasi
oksigen pasien
oksigen
22
6. Monitor dalam kondisi
nilai AGD normal
6. Mengetahui
Terapeutik
ketidakseimban
7. Dokumenta g
Terapeutik
8. Jelaskan
7. Melakukan
tujuan dan
pemantauan respirasi
prosedur
pasien supaya tetap
pemantauan
dalam kondisi stabil
Edukasi
8. Melakukan edukasi
kepada pasien terhadap
tujuan dan tatalaksana
pemantauan
Resiko Setelah dilakukan Manajemen cairan
Manajement
ketidakseimbang asuhan Observasi
cairan (I.03098)
an cairan ditandai keperawatan 1. Untuk memantau
dengan diharapkan Observasi status hidrasi
kehilangan cairan masalah pola pasien
1. Monitor
berlebih, nafas tidak efektif 2. Untuk
status
penurunan dapat teratasi menentukan
hidrasi (mis.
masukan oral. dengan kriteria berat badan
frekuensi
hasil: pasien dalam
nadi,
1. Dapat kondisi normal
kekuatan
menunjukkan 3. Untuk
nadi, akral,
memasttikan
23
keseimabanga pengisian berat badan
n cairan. kapiler, dalam kondisi
2. Membrane kelembapan normal
mukosa lembab mukosa, 4. Untuk
turgor kulit turgor kulit, mengetahui hasil
normal,pengisi tekanan lab dan
an kapiler cepat darah) memantau
keadaan pasien
2. Monitor
5. Melakukan
berat badan
monitor
harian
hemodiamik
3. Monitor
berat badan
sebelum
dan sesudah
dialysis
4. Monitor
hasil
pemeriksaa
n
labolatoriu
m (mis.
hematokrit,
Na, K, Cl,
berat jenis
urine, BUN)
5. Monitor
status
hemodinami
k (mis.
MAP, CVP,
24
PAP,
PCWP jika
tersedia)
Terapeutik
Terapeutik
6. Catat 6. Untuk
intake- memastikan
cairan 24 7. Memberikan
Kolaborasi
Kolaborasi
9. Kolaborasi 9. Mengkolaborasik
pemberian an dengan dokter
diuretic, mengenai
jika perlu pemberian
diuretik
25
Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Manajemen
berhubungan asuhan nutrisi (I.03119) Observasi
dengan keperawatan 1. Untuk
Observasi
peningkatan diharapkan mengkaji zat
1. Identifikasi
kebuthan masalah resiko gizi yang
status
metabolisme tinggi terhadap dikonsumsi dan
nutrisi
dibuktikan nutrisi kurang dari suplemen yang
dengan berat kebutuhan tubuh 2. Identifikai diperlukan
demam menurun dapat teratasi alergi dan
10% dibawah dengan kriteria intoleransi 2. Melakukan
rentang hasil : makanan pengecekan
ideal,nafsu 1.Menunjukkan apakah pasien
3. Monitor
makan menurun, peningkatan nafsu mempunyai
berat badan
dan membrane makan alergi
mukosa pucat 2.Mempertahanka
3. Mengukur IMT
n atau
Terapeutik (Indeks Massa
meningkatkan
4. Fasilitasi Tubuh) pasien
kembali
menentukan
Terapeutik
pedoman
4. Untuk
diet (mis.
meningkatkan
piramida
asupan nutrisi
makanan)
yang adekuat
5. Berikan 5. Untuk
makanan memenuhi
tinggi serat kadar protein
untuk tinggi,
mencegah menambah atau
konstipasi mengurangi
kalori, vitamin,
6. Berikan
mineral atau
suplemen
suplemen
26
makanan, 6. Untuk
jika perlu menambah
nafsu makan
Edukasi
pada anak
7. Anjurkan Edukasi
posisi 7. Untuk
27
yang yang cocok
dibutuhkan, bagi pasien
jika perlu
D. Implementasi Keperawatan
Pada pasien bronkopneumonia dengan bersihan jalan napas tidak efektif, implementasi
yang dilakukan yaitu membina hubungan terapeutik dengan klien dan orang tua,
mengobservasi tanda-tanda vital dan pola nafas, mengauskultasi bunyi nafas tambahan
(ronchi dan wheezing), atur posisi semi fowler atau fowler, buang secret pada tempat
sputum, ajarkan batuk efektif, anjurkan Tarik nappas dalam hingga 3 kali, kolaborasi
pemberian mukolitik atau ekspektoran
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari
rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat, 2009). Evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif dan evaluasi somatif :
1. Evaluasi formatif
2. Evaluasi Somatif
Evaluasi somatif adalah rekapitulasi hasil observasi dan analisis status pasien pada
waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan pada tahap perencanaan. Evaluasi
sebagai alat ukur suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan
28
apakah tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian. Menurut Rohmah & Walid
(2013) untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien,
digunakan komponen SOAP/SOAPIE/SOAPIER.
S : Data Subjektif
O : Data Objektif
Data berdasarkan hasil observasi langsung kepada klien yang dirasakan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
A : Assesment
Masalah yang masih terjadi atau masalah baru yang terjadi akibat perubahan status
kesehatan klien yang telah teridentifikasi melalui data subjektif dan data objektif.
P : Planning
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bronkopneumonia adalah merupakan peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai dengan gejala
panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk
kering dan produktif. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia.
3.2 Saran
Dengan adanya laporan tentang bronkopneumonia ini diharapkan pada tenaga
kesehatan dapat menyesuaikan tindakan berdasarkan prinsip pengelolaan
bronkopneumonia. Pada keluarga pasien setelah pulang ke rumah dapat memantau
perkembangan bayinya, terutama penambahan berat badan bayinya.
30
DAFTAR PUSTAKA
31