Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK NEONATUS, BAYI, BALITA DI PUSKESMAS

PADANG LUA KECAMATAN AGAM BUKITTINGGI

TAHUN 2021

Laporan Kelolaan

HEMA YUNITA

2015901004

PROGRAM SUTUDI PROFESI BIDAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN 2020/2021
LEMBARAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS KELOLAAN

PRAKTER ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS NEONATUS, BAYI, BALITA

Ka. Prodi Profesi Bidan

(Febriniwati Rifdi, S.SiT, M. Biomed)

CI Akademik CI Lapangan

(Febriniwati Rifdi, S.SiT, M. Biomed) (Nurlena, S.ST)


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah ucapkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas “Laporan Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Neounatus, Bayi,

Balita, di Puskesmas Padang Lua kecamatan Agam, Bukittinggi 2021.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak dapat bimbingan serta dukungan dari berbagai

Penulis menyadari dalam penyusuanan laporan ini jauh dari kata sempurna karena keterbatasan

kemampuan yang dimuliki. Untuk ini dengan hati terbuka penulis menerima saran dan kritik bersifat

membangun dan semangat dalam penulisan laporan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua

dan mendapatkan ridha dari Allah SWT. Amin

Bukitinggi, April 2021

Hema Yunita
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN ..................................................................................i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................................1

B. Tujuan penulis .....................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)................................................4

B. Klasifikasi ISPA .....................................................................................4

C. Penyebab penyakit ISPA ......................................................................8

D. Tanda dan Gejala ISPA .........................................................................8

E. Penatalaksanaan Kasus ISPA ................................................................10

F. Pencegahan ISPA .................................................................................11

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Manajemen 7 Langkah Varney ............................................................13

BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................................19

BAB V PENUTUP ......................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ISPA adalah proses infeksi akut yang berlangsung selama 14 hari, yang di sebabkan

oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, atau lebih dari saluran napas, mulai

dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), beserta organ – organ

disekitarnya seperti sinus, rongga telinga, dan pleura (Anik Maryunani, 2010).

Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, kemudian diikuti dengan nafas

cepat dan sesak nafas. Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernafas, tidak dapat

minum, kejang, kesadaran menurun, dan meninggal bila tidak segera diobati (Syair, 2009).

World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per

1000 kelahiran hidup adalah adalah 15 % - 20 % pertahun pada golongan usia balita.

Menurut WHO ±13 juta balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian

tersebut terdapat di negara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab

utama kematian membunuh ± 4 juta balita setiap tahun (Kemenkes RI, 2017).

Di Indonesia kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan

pertama penyebab 32,1% kematian bayi pada tahun 2009, serta penyebab 18,2% kematian

pada balita pada tahun 2010 dan 38,8% tahun 2011. Berdasarkan data dari P2 program ISPA

tahun 2009 cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang di peroleh 18.749

kasus sementara target yang ditetapkan hanya 16.534 kasus. Survey moralitas yang

dilakukan di subdir ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA atau Pneumonia sebagai

penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh

kematian balita (Kemenkes RI, 2012).

Tingginya angka kejadian ISPA pada balita disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah faktor instrinstik, faktor ekstinstik. Faktor instrinstik meliputi umur,

jenis kelamin, status gizi, status asi eklusif, status imunisasi. Sedangkan faktor ekstrinstik

meliputi kondisi fisik lingkungan rumah, meliputi yang kepadatan hunian, polusi udara, tipe
rumah, ventilasi, asap rokok, penggunaan bahan bakar, serta faktor perilaku baik

pengetahuan dan sikap ibu (Marlina, 2015).

Period prevalensi ISPA di Sumatera Barat sebesar 25,7% dan merupakan provinsi

ke 10 dengan prevalensi ISPA tertinggi di Indonesia (Kemenkes RI, 2013). Di Kota Padang,

ISPA menduduki urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak per puskesmas. Pada tahun

2017 proporsi ISPA pada balita di Kota Padang adalah 26,5%. Jumlah kasus ISPA tertinggi

di Puskesmas Andalas tercatat 2.821 kasus (33,2%) (DKK Kota Padang, 2017).

ISPA menurut Trisnawati (2012) dipengaruhi atau ditimbulkan oleh tiga hal yaitu

adanya mikrobakteri (terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia), keadaan

daya tahan tubuh (status nutrisi, imunisasi) dan keadaan lingkungan (rumah yang kurang

ventilasi, lembab, basah, dan kepadatan penghuni).Selain itu, faktor risiko yang secara

umum dapat menyebabkan terjadinya ISPA adalah keadaan sosial ekonomi menurun, gizi

buruk, pencemaran udara dan asap rokok (Rikky G, 2020).

Pada keluarga yang merokok, secara statistik balitanya mempunyai kemungkinan

terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan balita dari keluarga yang tidak merokok.

Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat

orang tua merokok (Rikky G, 2020).

Berdasarkan observasi di lapangan pada balita An”P” mengalami batuk flu selama 2

minggu dari hasil anamnesa ibu anak menyatakan bahwasannya ayah anak perokok, dari

hasil observasi lapangan didapatkan rumah yang belum memenuhi persyaratan rumah sehat.

Masih terdapat rumah yang tidak mempunyai ventilasi, dinding tidak permanen dan lantai

tidak memenuhi syarat.

B. Tujuan Penulis

Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada An”P” dengan ISPA di Puskesmas

Padang Lua Tahun 2021


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang

menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari,

ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai

bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008). ISPA

adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan

mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga

tengah dan pleura (Nelson, 2013).

Jadi ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi

disetiapbagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang

berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

B. Klasifikasi ISPA

Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan

untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):

1. Golongan Umur Kurang 2 Bulan

a. Pneumonia Berat Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian

bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan

yaitu 6x per menit atau lebih.

b. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa) Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat

dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur

kurang 2 bulan, yaitu:

1) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari ½

volume yang biasa diminum)

2) Kejang

3) Kesadaran menurun

4) Stridor
5) Wheezing

6) Demam / dingin.

2. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun

a. Pneumonia Berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada

bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak

harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).

b. Pneumonia Sedang Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah: 1)Untuk

usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih

2)Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.

c. Bukan Pneumonia Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan

tidak ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :

a) Tidak bisa minum

b) Kejang

c) Kesadaran menurun

d) Stridor

e) Gizi Buruk

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2012) adalah :

a. ISPA ringan Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk,

pilek dan sesak.

b. ISPA sedangISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C

dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.

c. ISPA berat Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu

makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

ISPA diklasifikasikan menjadi infeksi saluran pernapasanatas dan bawah:

a. Infeksi saluran pernapasan atas:

1) Batuk pilek Batuk pilek (common cold) adalah infeksi primer nesofaring dan hidung yang

sering mengenai bayi dan anak. Penyakit ini cenderung berlangsung lebih berat kerena

infeksi mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah, dan nesofaring disertai demam
yang tinggi. Faktor predisposisinya antara lain kelelahan, gizi buruk, anemia dan

kedinginan. Pada umumnya penyakit terjadi pada waktu pergantian musim (Ngastiyah,

2005).

2) Sinusitis Sinusitis adalah radang sinus yang ada di sekitar hidung, dapat berupa sinusitis

maksilaris atau sinusitis frontalis. Biasanya paling sering terjadi adalah sinusitis

maksilaris, disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas, dibantu oleh

adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal, namun 13

dapat juga disebabkan oleh campuran kuman seperti streptokokus, pneumokokus,

hemophilus influenzae, dan klebsiella pneumoniae. Jamur dapat juga menyebabkan

sinusitis (Ngastiyah, 2005).

3) Tonsilitis Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau

amandel. Organisme penyebabnya yang utama meliputi streptokokus atau staphilokokus.

Infeksi terjadi pada hidung menyebar melalui sistem limpa ke tonsil. Hiperthropi yang

disebabkan infeksi, bisa menyebabkan tonsil membengkak sehingga bisa menghambat

keluar masuknya udara. Manifestasi klinis yang ditimbulkan meliputi pembengkakan

tonsil yang mengalami edema dan berwarna merah, sakit tenggorokan, sakit ketika

menelan, demam tinggi dan eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil, selain itu juga

muncul abses pada tonsil.

4) Faringitis Faringitis adalah proses peradangan pada tenggorokan. Penyakit ini juga sering

dilihat sebagai inflamasi virus. Namun juga bisa disebabkan oleh bakteri, seperti hemolytic

stretococcy, staphylococci, atau bakteri lainnya Tanda dan gejala faringitis antara lain

membran mukosa dan tonsil merah, demam, malaise, sakit tenggorokan, anoreksia, serak

dan batuk (Behrman, 2009).

5) Laringitis Laringingitis adalah proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk

laring. Penyebab laringitis umumnya adalah streptococcus hemolyticus, streptococcus

viridans, pneumokokus, staphylococcus hemolyticus dan haemophilus influenzae. Tanda

dan gejalanya antara lain demam, batuk, pilek, nyeri menelan dan pada waktu bicara, suara

serak, sesak napas, stridor. Bila 14 penyakit berlanjut terus akan terdapat tanda obstruksi
pernapasan berupa gelisah, napas tersengal-sengal, sesak dan napas bertambah berat

(Ngastiyah, 2005).

C. Penyebab penyakit ISPA

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah satu

penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya

digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan

masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas

memasak tiaphari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap

tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat

mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut

mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen

yang sangat berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2012).

D. Tanda dan Gejala ISPA

ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan

atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif

vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliare (Muttaqin,

2008). Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise

(lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya),

gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi

suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada

gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson,

2010). Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2012) adalah :

a. Gejala dari ISPA Ringan Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika

ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Batuk

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu

berbicara atau menangis).


3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung. 4) Panas atau demam, suhu

badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba.

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba.

a. Gejala dari ISPA Sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai

gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun

atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara

menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.

Untuk menghitung dapat digunakan arloji.

2) Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer).

3) Tenggorokan berwarna merah.

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

a. Gejala dari ISPA Berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai

gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertaisatu atau lebih gejala-gejala sebagai

berikut:

1) Bibir atau kulit membiru.

2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.

3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.

5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

7) Tenggorokan berwarna merah.

E. Penatalaksanaan Kasus ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar

merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada

pengobatan penyakit ISPA). Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan

petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan

antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk

yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang

pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting

bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2012) :

a. Pemeriksaan Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anakdengan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini

penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan

frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung

napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu

membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah,

baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit

pneumonia dapat didiagnosa dan diklasifikasi.

F. Pencegahan ISPA

Menurut Depkes RI, (2012) pencegahan ISPA antara lain:

a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik.Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu

akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.

Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air

putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga

badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan

semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke

tubuh kita.
b. Imunisasi Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang

dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah

terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.

c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan Membuat ventilasi udara serta pencahayaan

udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,

sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan

terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik 24 dapat memelihara kondisi sirkulasi udara

(atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.


BAB III

LEMBAR PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK “P”UMUR 18 BULAN

A. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK


1. Subyektif
a. Identitas Anak
Nama : Phalif Alfati
Umur : 1,8 Tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Anak ke- :3
b. Identitas Orangtua
Ibu Suami

Nama :Ny Desi E Tn. Irvan


Umur : 30 tahun 32 tahun
Suku / Bangsa :Minang/Indo Minang/Indo
Agama :Islam Islam
Pendidikan :SMP SMA
Pekerjaan :IRT Buruh
Alamat : Padang Lua

c. Keluhan Utama : ibu mengatakan anak batuk, filek sudah 1 minggu lebih, dan
demam saat dimalam hari
d. Data Kesehatan
1) Riwayat Kehamilan
Penyulit/komplikasi selama hamil: tidak ada penyulit
2) Riwayat Persalinan
a) Usia kehamilan saat anak lahir : 39 minggu
b) Jenis persalinan/Penolong/tempat :operasi/Dokter/Rs. Yarsi
c). Penyulit/masalah : riwayat persalinan lalu operasi
3) Riwayat setelah kelahiran :
ASI eksklusif : ya : ya
Penyulit/masalah : icterus/ kejang / hipotermi / hipoglikemia/ kelainan
kongenital/tidak ada
2) Riwayat Kesehatan yang Lalu
a) Penyakit yang lalu
Penyakit yang pernah dialami :
cacar/polio/difteri/tetanus/pertusis/thypoid/ fever/ TBC/ varicella/
hepatitis/ morbili
Lainnya :
b) Riwayat Perawatan
Pernah dirawat di: tidak ada
Penyakit : tidak ada
c) Riwayat Operasi
Pernah dioperasi di: tidak ada
Penyakit : tidak ada
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang
pernah menderita sakit
( ) Kanker ( ) Penyakit Hati ( ) Hipertensi
( ) Diabetes Melitus ( ) Penyakit Ginjal ( ) Penyakit Jiwa
( ) Kelainan Bawaan ( ) Hamil Kembar ( ) TBC
( ) Epilepsi ( ) Alergi :
4) Riwayat Imunisasi : tidak ada riwayat imunisasi

No Jenis TanggalI Tanggal II Tanggal III Tanggal IV


1 Hepatitis B 14-03-2020
2 BCG
3 DPT-HB-HiB
4 Polio
5 Campak
6 MMR
7 Meningitis

e. Riwayat Perkembangan motorik kasar


1. Miring : 3 bulan
2. Tengkurap : 3 bulan
3. Merangkak : umur 5 bulan
4. Tumbuh gigi pertama : umur 6 bulan
5. Berdiri : umur 9 bulan
6. Berjalan : umur 1 tahun

f. Psikososial
1. Interaksi dengan saudara kandung : ada
2. Interaksi dengan orang tua :ada
3. Interaksi dengan teman :ada
4. Interaksi dengan keluarga :ada
5. Keluhan :-

g. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


1) Nutrisi dan cairan
Pola makan : 3x1
Makanan pokok :nasi, lauk pauk
Makanan yang disukai :jajanan
Makanan yang tidak disukai :sayur
Porsi :1 piring
Lauk pauk :ikan
Sayuran dan buah :tidak ada
Minum :susu
Nafsu makan :kurang
Keluhan :ibu mengatakan susah untuk memberi
makan

2) Pola Istirahat
Tidur siang : 30 menit
Tidur malam : 9 jam
3) Eliminasi
BAK :4x sehari
BAB :1 x 2 hari
4) Personal Hygiene
Mandi : 2 x sehari
Ganti pakaian : 2 x sehari
5) Pola Aktivitas : bermain

2. Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : composmentis
2) Tanda-tanda Vital:HR : 100 × / menit
RR : 55 × / menit
T :37,8 ° C
3) BB sekarang : 8 kg
4) PB atau TB : 65 cm
5) Lingkar kepala : 48 cm
6) LILA : 14 cm

b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : simetris tidak ada odema
2) Wajah : simetris tidak ada odem
3) Mata : konjungtiva merah muda
4) Telinga : simetris tidak ada pengeluaran cairan
5) Hidung : simetris tidak ada polip
6) Mulut : gigi kuning, ada caries
7) Leher : tidak ada pembekakan kelenjar thyroid
8) Dada : simetris tidak ada odem
9) Perut : simetris tidak ada pembengkakan
10) Ekstermitas : tidak ada pembengkakan ekstremitas atas bawah
11) Anogenital :tidak ada
12) Kulit : bersih

c. Pemeriksaan perkembangan anak dengan KPSP/DDST:


Hasil interpretasi :
1. Mengambar suatu objek di ataskertas dengan krayon dan pensil
2. Bernyayi lagu anak-anak kecil
3. Sudah biasa makan sendiri
4. Menyebut 5 bagian tubuh
5. Menyebut angka-angka
d. Pemeriksaan penunjang :tidak dilakukan

3. Analisa :
Anak umu 1,8 bulan dengan ISPA
4. Penatalaksanaan

Perencanaan
a. Beritahu hasil pemeriksaan pada orang tua
b. Jelaskan pada ibu tentang terjadinya ISPA
c. Anjurkan ibu untuk melakukan imunisasi
d. Anjurkan ibu memberi asupan makan kepada anak
e. Anjurkan ibu kungjungan ulang

Pelaksanaan

Tanggal : 23 Maret 2021


Waktu : 13.30 wib
a. Memberi tahu hasil pemeriksaan pemeriksaan
b. Menjelaskan pada ibu tentang terjadinya ISPA
c. Menganjurkan ibu agar m e l a k u k a n I m u n i s a s i
d. Menganjurkan ibu untuk mememberi dan mengatur pola makan
e. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang

Evaluasi
Tanggal : 23 Maret 2021
Waktu : 13.30 wib

a. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan pada anaknya


b. Ibu mengerti tentang ISPA
c. Ibu tidak bersedia untuk Imunisasi
d. Ibu bersedia untuk mengatur pola makan anak
e. Ibu mengatakan bersedia untuk kunjungan ulang
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANANPADA ANAK ”P” UMUR 18 BULAN
DENGAN INFEKSI SALURAN PENAFASAN AKUT RINGAN DIPUSKESMAS
PADANG LUA TAHUN 2021
Tanggal : 24 Maret 2021
Pukul : 13.00 WIB ( Catatan perkembang Hari Ke-2)
Tanggal Subjektif Objektif Assasement Perencanaan Penatalaksanaan Paraf

Jam Pelaksanaan

23/03/2021 Ibu mengatakan 1. KU : Composmentis An “P” umur 18 bulan 1. Jelaskan hasil 13.20 1. Menjelaskan hasil
anak batuk dan flu 2. TTV WIB pemeriksaan kepada
semalam 1 minggu N : 97x/i
dengan Infeksi Saluran pemeriksaan
ibu dan keluarga
lebih dan disertai P : 42x/i Pernapasan Akut kepada ibu dan bahwa keadaan
demam S : 37,8 °C pasien baik
3. Mata tidak cekung Ringan keluarga
dan conjungtiva E : Ibu dan keluarga
merah muda sudah mengetahui
4. BB : 8 kg hasil pemeriksaan

2. Memberikan terapi ,
2. Berikan terapi oral 07.50 yusimox syr 1x1, ctm
WIB 3x tab, GG 3x tab

E : Terapi sudah
diberikan

3. Anjurkan ibu untuk 3. Menganjurkan ibu


tetap memberikan untuk tetap
asupan makan dan memberikan asupan
13.20
air putih yang makan dan air putih
banyak, dan WIB yang banyak
melarang ayah
E : Makan dan minum
merokok di depan
telah diberikan
anak

13:20 4. Memberitahu ibu dan


keluarga bahwa untuk
4. Beritahu ibu dan WIB
tetap memantau
keluarga bahwa
keadaan anaknya.
untuk tetap
E : Ibu bersedia untuk
memantau keadaan tetap memantau
keadaan anaknya
anaknya
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANANPADA ANAK ”P” UMUR 18 BULAN
DENGAN INFEKSI SALURAN PENAFASAN AKUT RINGAN DIPUSKESMAS
PADANG LUA TAHUN 2021
Tanggal : 27 Maret 2021
Pukul : 13.00 WIB ( Catatan perkembang Hari Ke-3)
Tanggal Subjektif Objektif Assasement Perencanaan Penatalaksanaan

Jam Pelaksanaan

25/03/2021 Ibu mengatakan : 1. KU: Composmentis An “P” umur 18 bulan 1. Jelaskan hasil 13.20: 1. Menjelaskan hasil
Anak batuk berkurang 2. TTV WIB pemeriksaan kepada
dan masih flu sudah N : 100x/i
dengan Infeksi Saluran pemeriksaan kepada
ibu dan keluarga
tidak demam lagi P : 40x/i Pernafasan Akut ringan ibu dan keluarga bahwa keadaan pasien
S : 36,8 °C baik
3. Mata tidak cekung dan pemantaun hari ketiga
congjungtiva merah E : Ibu dan keluarga
muda sudah mengetahui hasil
4. BB : 8 kg pemeriksaan
2. Anjurkan ibu untuk 2. Menganjurkan ibu
tetap memberikan untuk tetap
asupan makan dan air memberikan asupan
putih yang banyak makan dan air putih
yang banyak

13:30
WIB
E : Makan dan minum
3. Observasi keadaan telah diberikan

anak selama 10 menit 3. Mengobservasi


E : keadaan anak sudah
mulai baik, batuk sudah
mulai berkurang
4. Beritahu ibu dan 13:40 4. Memberitahu ibu dan
keluarga bahwa untuk keluarga bahwa untuk
WIB
tetap memantau tetap memantau
keadaan anaknya, dan keadaan anaknya dan
melarang ayah untuk melarang ayang untuk
merokok di depan tidak merokok depan
anak anak
E : Ibu dan ayah
bersedia dan
melaksanakan yang di
anjurkan
22
BAB IV

PEMBAHASAN

Didalam bab ini penulis mebahsan tentang asuhan kebidanan pada An”P”

dengan ISPA di Puskesmas Padang Lua, di lakukan sejak tanggal 23 Maret 2021

kecamatan Agam Sumatera Barat. Di dalam bab ini penulis membandingkan apakah ada

kesejajaran antara teori dan praktek dilapangan.

Dari hasil anamnesa ibu mengatan anak sudah batuk pilek 1 minggu lebih, dan

demam di malam hari, dari teori yang di nyatakan oleh Nelson, 2013 anda dan gejala

ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak

nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar

sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya

23
tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dari hasil pemeriksaan didapatkan

bahwasannya anak bernafas sesak, tidak nafsu makan, batuk.

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari setiap responden.

Kriteria diagnosis ISPA ini berdasarkan atas tiga bagian, yaitu waktu sakit kurang dari

14 hari, tidak ada riwayat atopi, dan terdapat gejala ISPA baik non-pneumonia maupun

pneumonia. Subjek tergolong pada ISPA non-pneumonia bila terdapat demam dan salah

satu gejala yaitu pilek, hidung tersumbat, batuk kering, nyeri tenggorok, suara serak,

stridor, batuk berdahak, napas cepat, mengi, dan keluar cairan telinga (kholisa, 2009)

Dari teori menyatakan faktor-faktor penyebab terjadinya ISPA menurut

Depkres, 2009 salah satunya ialah Faktor Intrinsik yaitu status imunisasi . Imunisasi

berarti memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.Salah satu strategi untuk

mengurangi kesakitan dan kematian akibat ISPA pada anak adalah dengan pemberian

imunisasi, sementara itu pada An”P” hanya melakukan imunisasi HB 0 saat lahiran

setelah itu tidak pernah melakukan imunisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Presilya (2014), yang menyatakan tidak

terdapat hubungan antara pemberian imunisasi dasar lengkap dengan kejadian ISPA.

Hal ini menunjukkan bahwa balita dengan imunisasi dasar lengkap juga memiliki resiko

yang sama untuk terkena ISPA yang berulang.

Penelitian Biradar, 2019 bahwa anak yang diimunisasi sebagian dan tidak

imunisasi lebih rentan untuk mendapatkan penyakit menular, karena vaksin merupakan

zat kekebalan biologis yang dirancang untuk menghasilkan perlindungan khusus

terhadap penyakit tertentu, merangsang produksi antibodi pelindung dan mekanisme

24
kekebalan tubuh lainnya. Dalam penelitian ini, kurangnya informasi dan motivasi yang

menyebabkan sejumlah besar anak-anak putus dari jadwal imunisasi.

Ada pun teori dari Prabu, 2009 bahwasaanya ventilasi rumah berpengaruh

dengan pernafasan, contoh membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap atau pun

debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara, sementara itu dari

kondisi rumah pasien tidak didapatkan ventilasi yang sehat.

Hasil penelitian Dewi, 2014 diperoleh dari 53 responden ventilasi yang

memenuhi syarat terdapat 42 responden (45,65%) dengan tidak ada kejadian ISPA, dari

39 responden dengan ventilasi tidak memenuhi syarat terdapat 37 orang (40,21%)

mengalami ISPA. Hal ini berarti kondisi sanitasi rumah pada ventilasi ruang tidur

menunjukkan adanya kecenderungan data bahwa semakin tidak memenuhi syarat

ventilasi maka kejadian ISPA lebih tinggi. Hasil ini menunjukkan secara statistic ada

hubungan yang signifikan ventilasi ruang tidur dengan kejadian ISPA di wilayah kerja

Puskesmas IV Denpasar Selatan.

Dari teori yang di katakan oleh Anwar, A 2012 asap rookk dan penggunaan

bahan bakar seperti kayu bakar untuk memasak resiko terhadap terjadinya infeksi

saluran pernapasan Ditambah lagi dengan kebiasaan ibu yang membawa bayi/anak

balitanya di dapur yang penuh asap sambil memasak akan mempunyai resiko yang lebih

besar untuk terkena ISPA dibandingkan dengan ibu yang tidak membawa bayi/anak

balitanya didapur.

Penelitian Mahalastri, 2014 mengatakan bahwa pada 60 rumah, 83,33%

diantaranya atau sebanyak 50 rumah terdapat anggota keluarga yang merokok. Sisanya

yaitu sebesar 16,67% atau sebanyak 10 rumah tidak terdapat anggota keluarga yang

25
merokok. Diketahui bahwa paparan asap rokok dalam rumah berhubungan dengan

kejadian pneumonia balita.

Dari pembahasan pada kasus ISPA An”P” di dapatkan kesenjajaran antara

teroi, jurnal, dan lapangan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Telah dilakukan anamnesa dan pengumpulan data pada An”P” dengan ISPA

data subjetif: ibu mengatakan anak sudah batuk lebih dari 1 minggu, data

objektif: BB: 8 kg, SH:37,80c, RR:42

2. Telah dilakukan penegakan diagnosa pada an”P” dengan ISPA ringan

3. Telah dilakukan tindakan yang telah di rencanaan pada An”P” dengan hasil yaitu

semua tindakan yang telah direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan

baik tanpa adanya hambatan.

26
4. Telah dilakukan asuhan kebidanan pada An”P” dan dibuat dengan 7 langkah

varney.

5. Telah dilakukan evaluasi dan pemberian penkes pada An”P”

B. Saran

1. Untuk Klien

Diharapkan kepada ibu untuk selalu menjaga anak dan melakukan imunisasi

lengkap untuk anak agar kekebalan tubuh anak baik, dan kepada ayah agar

mengurangi rokok didalam rumah agar mengurangai kejadian ISPA pada anak-

anak.

2. Untuk Puskesamas

Meningkatkan mutu pelayanan yang komprehensif sesuai dengan standar asuhan

kebidanan terkini dan efidenbesed.

3. Untuk Instutusi

Meningkatkan jumlah buku sumber untuk dijadikan referensi sehingga dapat

memudahkan mahasiswa dalam pembuatan pendokumentasian dengan

menggunakan 7 Varney dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam

menerapkan Asuhan Kebidanan.

4. Untuk Mahasiwa

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan

kebidanan secara komprehensif secara sistematis dan benar sesuai data-data

yang di dapat. Sehingga mahasiswa mampu dan mahir dalam melakukan

tindakan serta pendokumentasian yang sesuai pada saat berada di lahan praktek.

27
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Indeks.

Biradar, Mallikarjun K. et.al. (2014). Immunization Status and Occurrence of Acute


Respiratory Infection in Under Five Children. Journal of Advanced Scientific
Research. 2014.

Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Marlina A, Ade P. (2015). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Kejadian Ispa
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Bukittinggi Tahun 2014. Jurnal
Keperawatan. Volume V. Nomor 1, Januari 2015.

Rahmi G, Rahmadhi P. (2020). Polusi Udara Dalam Rumah Terhadap Infeksi Saluran
Pernafasan Akut pada Balita di TPA Sukawinatan Palembang. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Volume 19. Nomor 1, April 2020.

Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta

28
Hidayati R, Darwel. (2020). Hubungan Lingkungan Rumah Dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Pada Balita Di Kota Padang. Volume 9. Nomor 1, Oktober
2020.

Rikky G, Meti S, Reni N. (2020). Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian


Ispa Pada Balita Di Kelurahan Sukajaya Kecamatan Purbaratu Kota
Tasimalaya. Jurnal Keperawatan & Kebidanan. Volume 4. Nomor 1, Mei
2020. P-ISSN : 2599-0055, E-ISSN : 2615-1987.

Nelson, 2013. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. EGC. Jakarta.

Depkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Muttaqin, 2008. Infeksi Saluran Pernafasan Akut. EGC. Jakarta.

Presilya S, Yudi E, Fendi O. (2014). Hubungan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap


Dengan Kejadian Penyakit Ispa Berulang Pada Balita Di Puskesmas
Ranotana Weru Kota Manad. Volume 8, Nomor 1, Februari 2014.

Prabu, Putra. 2009. Rumah Sehat dan Perilaku Sehat. Jakarta: Rineka Cipta.

Kholisa N, Azhari R, Kartika P. (2009). Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di
Daerah Urban Jakarta. Volume 11. Nomor 9, Desember 2009.

Gunawan I, Arena L. (2021). Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga


Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Umur 1-5 Tahun. Healthcare Nursing
Journal. Volume. 3 Nomor. 1, Januari 2021

Dewi PS, Darmadi IGW, Marwati NM. (2014) Hubungan Faktor-faktor Sanitasi
Rumah dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas IV Denpasar
Selatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Volume 4. Nomor 2, November 2014.

Mahalastri NND. (2014). Hubungan Antara Pencemaran Udara Dalam Ruang Dengan
Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Berkala Epidemiologi. Volume. 2. Nomor .
3, September 2014.

29

Anda mungkin juga menyukai