TAHUN 2021
Laporan Kelolaan
HEMA YUNITA
2015901004
FAKULTAS KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
LEMBARAN PENGESAHAN
CI Akademik CI Lapangan
Alhamdulillah ucapkan kepada Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas “Laporan Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Neounatus, Bayi,
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak dapat bimbingan serta dukungan dari berbagai
Penulis menyadari dalam penyusuanan laporan ini jauh dari kata sempurna karena keterbatasan
kemampuan yang dimuliki. Untuk ini dengan hati terbuka penulis menerima saran dan kritik bersifat
membangun dan semangat dalam penulisan laporan. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua
Hema Yunita
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA adalah proses infeksi akut yang berlangsung selama 14 hari, yang di sebabkan
oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, atau lebih dari saluran napas, mulai
dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), beserta organ – organ
disekitarnya seperti sinus, rongga telinga, dan pleura (Anik Maryunani, 2010).
Gejala awal yang timbul biasanya berupa batuk pilek, kemudian diikuti dengan nafas
cepat dan sesak nafas. Pada tingkat yang lebih berat terjadi kesukaran bernafas, tidak dapat
minum, kejang, kesadaran menurun, dan meninggal bila tidak segera diobati (Syair, 2009).
Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per
1000 kelahiran hidup adalah adalah 15 % - 20 % pertahun pada golongan usia balita.
Menurut WHO ±13 juta balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian
tersebut terdapat di negara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab
utama kematian membunuh ± 4 juta balita setiap tahun (Kemenkes RI, 2017).
Di Indonesia kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan
pertama penyebab 32,1% kematian bayi pada tahun 2009, serta penyebab 18,2% kematian
pada balita pada tahun 2010 dan 38,8% tahun 2011. Berdasarkan data dari P2 program ISPA
tahun 2009 cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang di peroleh 18.749
kasus sementara target yang ditetapkan hanya 16.534 kasus. Survey moralitas yang
dilakukan di subdir ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA atau Pneumonia sebagai
penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh
Tingginya angka kejadian ISPA pada balita disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah faktor instrinstik, faktor ekstinstik. Faktor instrinstik meliputi umur,
jenis kelamin, status gizi, status asi eklusif, status imunisasi. Sedangkan faktor ekstrinstik
meliputi kondisi fisik lingkungan rumah, meliputi yang kepadatan hunian, polusi udara, tipe
rumah, ventilasi, asap rokok, penggunaan bahan bakar, serta faktor perilaku baik
Period prevalensi ISPA di Sumatera Barat sebesar 25,7% dan merupakan provinsi
ke 10 dengan prevalensi ISPA tertinggi di Indonesia (Kemenkes RI, 2013). Di Kota Padang,
ISPA menduduki urutan pertama dari 10 penyakit terbanyak per puskesmas. Pada tahun
2017 proporsi ISPA pada balita di Kota Padang adalah 26,5%. Jumlah kasus ISPA tertinggi
di Puskesmas Andalas tercatat 2.821 kasus (33,2%) (DKK Kota Padang, 2017).
ISPA menurut Trisnawati (2012) dipengaruhi atau ditimbulkan oleh tiga hal yaitu
adanya mikrobakteri (terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan riketsia), keadaan
daya tahan tubuh (status nutrisi, imunisasi) dan keadaan lingkungan (rumah yang kurang
ventilasi, lembab, basah, dan kepadatan penghuni).Selain itu, faktor risiko yang secara
umum dapat menyebabkan terjadinya ISPA adalah keadaan sosial ekonomi menurun, gizi
terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan balita dari keluarga yang tidak merokok.
Selain itu dari penelitian lain didapat bahwa episode ISPA meningkat 2 kali lipat akibat
Berdasarkan observasi di lapangan pada balita An”P” mengalami batuk flu selama 2
minggu dari hasil anamnesa ibu anak menyatakan bahwasannya ayah anak perokok, dari
hasil observasi lapangan didapatkan rumah yang belum memenuhi persyaratan rumah sehat.
Masih terdapat rumah yang tidak mempunyai ventilasi, dinding tidak permanen dan lantai
B. Tujuan Penulis
Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan pada An”P” dengan ISPA di Puskesmas
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang
menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari,
ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai
bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008). ISPA
adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan
mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
Jadi ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi
disetiapbagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan pernafasan yang
B. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan dan
a. Pneumonia Berat Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan
b. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa) Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur
2) Kejang
3) Kesadaran menurun
4) Stridor
5) Wheezing
6) Demam / dingin.
a. Pneumonia Berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada
bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa anak
b. Pneumonia Sedang Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah: 1)Untuk
c. Bukan Pneumonia Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan
tidak ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun yaitu :
b) Kejang
c) Kesadaran menurun
d) Stridor
e) Gizi Buruk
a. ISPA ringan Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk,
b. ISPA sedangISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C
c. ISPA berat Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu
makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.
1) Batuk pilek Batuk pilek (common cold) adalah infeksi primer nesofaring dan hidung yang
sering mengenai bayi dan anak. Penyakit ini cenderung berlangsung lebih berat kerena
infeksi mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah, dan nesofaring disertai demam
yang tinggi. Faktor predisposisinya antara lain kelelahan, gizi buruk, anemia dan
kedinginan. Pada umumnya penyakit terjadi pada waktu pergantian musim (Ngastiyah,
2005).
2) Sinusitis Sinusitis adalah radang sinus yang ada di sekitar hidung, dapat berupa sinusitis
maksilaris atau sinusitis frontalis. Biasanya paling sering terjadi adalah sinusitis
maksilaris, disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas, dibantu oleh
adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal, namun 13
3) Tonsilitis Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau
Infeksi terjadi pada hidung menyebar melalui sistem limpa ke tonsil. Hiperthropi yang
tonsil yang mengalami edema dan berwarna merah, sakit tenggorokan, sakit ketika
menelan, demam tinggi dan eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil, selain itu juga
4) Faringitis Faringitis adalah proses peradangan pada tenggorokan. Penyakit ini juga sering
dilihat sebagai inflamasi virus. Namun juga bisa disebabkan oleh bakteri, seperti hemolytic
stretococcy, staphylococci, atau bakteri lainnya Tanda dan gejala faringitis antara lain
membran mukosa dan tonsil merah, demam, malaise, sakit tenggorokan, anoreksia, serak
5) Laringitis Laringingitis adalah proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk
dan gejalanya antara lain demam, batuk, pilek, nyeri menelan dan pada waktu bicara, suara
serak, sesak napas, stridor. Bila 14 penyakit berlanjut terus akan terdapat tanda obstruksi
pernapasan berupa gelisah, napas tersengal-sengal, sesak dan napas bertambah berat
(Ngastiyah, 2005).
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah satu
penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya
digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan
masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktifitas
memasak tiaphari menggunakan bahan bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap
tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat
mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut
mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan
atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongestif
vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta perubahan struktur fungsi siliare (Muttaqin,
2008). Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise
(lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya),
gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi
suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada
gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson,
a. Gejala dari ISPA Ringan Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba.
a. Gejala dari ISPA Sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun
atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara
menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.
a. Gejala dari ISPA Berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertaisatu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut:
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan
antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk
yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2012) :
mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini
penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan
frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung
napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu
membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah,
baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit
F. Pencegahan ISPA
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik.Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu
akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.
Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air
putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga
badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan
semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk ke
tubuh kita.
b. Imunisasi Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang
dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan Membuat ventilasi udara serta pencahayaan
udara yang baik akan mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan
terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik 24 dapat memelihara kondisi sirkulasi udara
c. Keluhan Utama : ibu mengatakan anak batuk, filek sudah 1 minggu lebih, dan
demam saat dimalam hari
d. Data Kesehatan
1) Riwayat Kehamilan
Penyulit/komplikasi selama hamil: tidak ada penyulit
2) Riwayat Persalinan
a) Usia kehamilan saat anak lahir : 39 minggu
b) Jenis persalinan/Penolong/tempat :operasi/Dokter/Rs. Yarsi
c). Penyulit/masalah : riwayat persalinan lalu operasi
3) Riwayat setelah kelahiran :
ASI eksklusif : ya : ya
Penyulit/masalah : icterus/ kejang / hipotermi / hipoglikemia/ kelainan
kongenital/tidak ada
2) Riwayat Kesehatan yang Lalu
a) Penyakit yang lalu
Penyakit yang pernah dialami :
cacar/polio/difteri/tetanus/pertusis/thypoid/ fever/ TBC/ varicella/
hepatitis/ morbili
Lainnya :
b) Riwayat Perawatan
Pernah dirawat di: tidak ada
Penyakit : tidak ada
c) Riwayat Operasi
Pernah dioperasi di: tidak ada
Penyakit : tidak ada
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang
pernah menderita sakit
( ) Kanker ( ) Penyakit Hati ( ) Hipertensi
( ) Diabetes Melitus ( ) Penyakit Ginjal ( ) Penyakit Jiwa
( ) Kelainan Bawaan ( ) Hamil Kembar ( ) TBC
( ) Epilepsi ( ) Alergi :
4) Riwayat Imunisasi : tidak ada riwayat imunisasi
f. Psikososial
1. Interaksi dengan saudara kandung : ada
2. Interaksi dengan orang tua :ada
3. Interaksi dengan teman :ada
4. Interaksi dengan keluarga :ada
5. Keluhan :-
2) Pola Istirahat
Tidur siang : 30 menit
Tidur malam : 9 jam
3) Eliminasi
BAK :4x sehari
BAB :1 x 2 hari
4) Personal Hygiene
Mandi : 2 x sehari
Ganti pakaian : 2 x sehari
5) Pola Aktivitas : bermain
2. Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : composmentis
2) Tanda-tanda Vital:HR : 100 × / menit
RR : 55 × / menit
T :37,8 ° C
3) BB sekarang : 8 kg
4) PB atau TB : 65 cm
5) Lingkar kepala : 48 cm
6) LILA : 14 cm
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : simetris tidak ada odema
2) Wajah : simetris tidak ada odem
3) Mata : konjungtiva merah muda
4) Telinga : simetris tidak ada pengeluaran cairan
5) Hidung : simetris tidak ada polip
6) Mulut : gigi kuning, ada caries
7) Leher : tidak ada pembekakan kelenjar thyroid
8) Dada : simetris tidak ada odem
9) Perut : simetris tidak ada pembengkakan
10) Ekstermitas : tidak ada pembengkakan ekstremitas atas bawah
11) Anogenital :tidak ada
12) Kulit : bersih
3. Analisa :
Anak umu 1,8 bulan dengan ISPA
4. Penatalaksanaan
Perencanaan
a. Beritahu hasil pemeriksaan pada orang tua
b. Jelaskan pada ibu tentang terjadinya ISPA
c. Anjurkan ibu untuk melakukan imunisasi
d. Anjurkan ibu memberi asupan makan kepada anak
e. Anjurkan ibu kungjungan ulang
Pelaksanaan
Evaluasi
Tanggal : 23 Maret 2021
Waktu : 13.30 wib
Jam Pelaksanaan
23/03/2021 Ibu mengatakan 1. KU : Composmentis An “P” umur 18 bulan 1. Jelaskan hasil 13.20 1. Menjelaskan hasil
anak batuk dan flu 2. TTV WIB pemeriksaan kepada
semalam 1 minggu N : 97x/i
dengan Infeksi Saluran pemeriksaan
ibu dan keluarga
lebih dan disertai P : 42x/i Pernapasan Akut kepada ibu dan bahwa keadaan
demam S : 37,8 °C pasien baik
3. Mata tidak cekung Ringan keluarga
dan conjungtiva E : Ibu dan keluarga
merah muda sudah mengetahui
4. BB : 8 kg hasil pemeriksaan
2. Memberikan terapi ,
2. Berikan terapi oral 07.50 yusimox syr 1x1, ctm
WIB 3x tab, GG 3x tab
E : Terapi sudah
diberikan
Jam Pelaksanaan
25/03/2021 Ibu mengatakan : 1. KU: Composmentis An “P” umur 18 bulan 1. Jelaskan hasil 13.20: 1. Menjelaskan hasil
Anak batuk berkurang 2. TTV WIB pemeriksaan kepada
dan masih flu sudah N : 100x/i
dengan Infeksi Saluran pemeriksaan kepada
ibu dan keluarga
tidak demam lagi P : 40x/i Pernafasan Akut ringan ibu dan keluarga bahwa keadaan pasien
S : 36,8 °C baik
3. Mata tidak cekung dan pemantaun hari ketiga
congjungtiva merah E : Ibu dan keluarga
muda sudah mengetahui hasil
4. BB : 8 kg pemeriksaan
2. Anjurkan ibu untuk 2. Menganjurkan ibu
tetap memberikan untuk tetap
asupan makan dan air memberikan asupan
putih yang banyak makan dan air putih
yang banyak
13:30
WIB
E : Makan dan minum
3. Observasi keadaan telah diberikan
PEMBAHASAN
Didalam bab ini penulis mebahsan tentang asuhan kebidanan pada An”P”
dengan ISPA di Puskesmas Padang Lua, di lakukan sejak tanggal 23 Maret 2021
kecamatan Agam Sumatera Barat. Di dalam bab ini penulis membandingkan apakah ada
Dari hasil anamnesa ibu mengatan anak sudah batuk pilek 1 minggu lebih, dan
demam di malam hari, dari teori yang di nyatakan oleh Nelson, 2013 anda dan gejala
ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak
nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar
sekret, stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya
23
tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dari hasil pemeriksaan didapatkan
Kriteria diagnosis ISPA ini berdasarkan atas tiga bagian, yaitu waktu sakit kurang dari
14 hari, tidak ada riwayat atopi, dan terdapat gejala ISPA baik non-pneumonia maupun
pneumonia. Subjek tergolong pada ISPA non-pneumonia bila terdapat demam dan salah
satu gejala yaitu pilek, hidung tersumbat, batuk kering, nyeri tenggorok, suara serak,
stridor, batuk berdahak, napas cepat, mengi, dan keluar cairan telinga (kholisa, 2009)
Depkres, 2009 salah satunya ialah Faktor Intrinsik yaitu status imunisasi . Imunisasi
berarti memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.Salah satu strategi untuk
mengurangi kesakitan dan kematian akibat ISPA pada anak adalah dengan pemberian
imunisasi, sementara itu pada An”P” hanya melakukan imunisasi HB 0 saat lahiran
terdapat hubungan antara pemberian imunisasi dasar lengkap dengan kejadian ISPA.
Hal ini menunjukkan bahwa balita dengan imunisasi dasar lengkap juga memiliki resiko
Penelitian Biradar, 2019 bahwa anak yang diimunisasi sebagian dan tidak
imunisasi lebih rentan untuk mendapatkan penyakit menular, karena vaksin merupakan
24
kekebalan tubuh lainnya. Dalam penelitian ini, kurangnya informasi dan motivasi yang
Ada pun teori dari Prabu, 2009 bahwasaanya ventilasi rumah berpengaruh
dengan pernafasan, contoh membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap atau pun
debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara, sementara itu dari
memenuhi syarat terdapat 42 responden (45,65%) dengan tidak ada kejadian ISPA, dari
mengalami ISPA. Hal ini berarti kondisi sanitasi rumah pada ventilasi ruang tidur
ventilasi maka kejadian ISPA lebih tinggi. Hasil ini menunjukkan secara statistic ada
hubungan yang signifikan ventilasi ruang tidur dengan kejadian ISPA di wilayah kerja
Dari teori yang di katakan oleh Anwar, A 2012 asap rookk dan penggunaan
bahan bakar seperti kayu bakar untuk memasak resiko terhadap terjadinya infeksi
saluran pernapasan Ditambah lagi dengan kebiasaan ibu yang membawa bayi/anak
balitanya di dapur yang penuh asap sambil memasak akan mempunyai resiko yang lebih
besar untuk terkena ISPA dibandingkan dengan ibu yang tidak membawa bayi/anak
balitanya didapur.
diantaranya atau sebanyak 50 rumah terdapat anggota keluarga yang merokok. Sisanya
yaitu sebesar 16,67% atau sebanyak 10 rumah tidak terdapat anggota keluarga yang
25
merokok. Diketahui bahwa paparan asap rokok dalam rumah berhubungan dengan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Telah dilakukan anamnesa dan pengumpulan data pada An”P” dengan ISPA
data subjetif: ibu mengatakan anak sudah batuk lebih dari 1 minggu, data
3. Telah dilakukan tindakan yang telah di rencanaan pada An”P” dengan hasil yaitu
26
4. Telah dilakukan asuhan kebidanan pada An”P” dan dibuat dengan 7 langkah
varney.
B. Saran
1. Untuk Klien
Diharapkan kepada ibu untuk selalu menjaga anak dan melakukan imunisasi
lengkap untuk anak agar kekebalan tubuh anak baik, dan kepada ayah agar
mengurangi rokok didalam rumah agar mengurangai kejadian ISPA pada anak-
anak.
2. Untuk Puskesamas
3. Untuk Instutusi
4. Untuk Mahasiwa
tindakan serta pendokumentasian yang sesuai pada saat berada di lahan praktek.
27
DAFTAR PUSTAKA
Marlina A, Ade P. (2015). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Kejadian Ispa
Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Bukittinggi Tahun 2014. Jurnal
Keperawatan. Volume V. Nomor 1, Januari 2015.
Rahmi G, Rahmadhi P. (2020). Polusi Udara Dalam Rumah Terhadap Infeksi Saluran
Pernafasan Akut pada Balita di TPA Sukawinatan Palembang. Jurnal
Kesehatan Lingkungan. Volume 19. Nomor 1, April 2020.
28
Hidayati R, Darwel. (2020). Hubungan Lingkungan Rumah Dengan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut Pada Balita Di Kota Padang. Volume 9. Nomor 1, Oktober
2020.
Prabu, Putra. 2009. Rumah Sehat dan Perilaku Sehat. Jakarta: Rineka Cipta.
Kholisa N, Azhari R, Kartika P. (2009). Infeksi Saluran Napas Akut pada Balita di
Daerah Urban Jakarta. Volume 11. Nomor 9, Desember 2009.
Dewi PS, Darmadi IGW, Marwati NM. (2014) Hubungan Faktor-faktor Sanitasi
Rumah dengan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas IV Denpasar
Selatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Volume 4. Nomor 2, November 2014.
Mahalastri NND. (2014). Hubungan Antara Pencemaran Udara Dalam Ruang Dengan
Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Berkala Epidemiologi. Volume. 2. Nomor .
3, September 2014.
29