Anda di halaman 1dari 6

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP

PRODI DIV KEBIDANAN


UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

Mata Kuliah : Obgyn


Dosen : dr. Erman Ramli, Sp.OG (K)
SOAL :
1. Seorang pasien 30 tahun dikonsulkan dengan diagnose Pre Eklamsia Berat. Kehamilan 38
minggu. Sebutkan apa keluhan subjektif dan gejala objektif yang mungkin ditemukan !
2. Terangkan faktor resiko terjadinya persalinan prematurus. Dan apa usaha pencegahannya
!
3. Ketuban sangat mempengaruhi pertumbuhan janin. Terangkan faktor resiko terjadinya
polihidramnion pada kehamilan!
4. Mikrosomia adalah bayi yang ukurannya kecil dari normal. Apa perbedaan antara BBLR
dengan IUGR !
5. HPP primer merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Terangkan langkah –
langkah yang harus dilakukan jika ditemukan pasien dengan HPP primer!

Selamat Ujian
JAWABAN UJIAN

Mata Kuliah : Obgyn


Dosen : dr. Erman Ramli, Sp.OG (K)

1. Subjektif :
Ny. G 29 tahun G1P0A0 hamil 38 minggu dating ke PMB. Pasien dating mau melahirkan
disertai kejang kurang lebih 10 jam SMRS yang diawali dengan sakit kepala, kejang
berlangsung selama sekitar 15 menit, 5 kali sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien
tidak sadar setelah kejang, terdapat riwayat perut mulas yang menjalar ke pinggang, semakin
lama semakin sering dan kuat, terdapat riwayat keluar darah lendir sejak 2 jam yang lalu.
Pasien mengaku hamil cukup bulan dan gerakan anak masih dapat dirasakan. Didapatkan dari
alloanamnesis dengan suami pasien, kurang lebih 10 jam SMRS, pasien kejang-kejang yang
diawali sakit kepala, kejang berlangsung selama ±15 menit, ±5 kali dari pukul 10 pagi sampai
pukul 5 sore. Pasien tidak sadar setelah kejang, terdapat riwayat perut mulas yang menjalar ke
pinggang, semakin lama semakin sering dan kuat, terdapat riwayat keluar darah lendir sejak 2
jam yang lalu. Suami pasien mengaku pasien tidak pernah memeriksakan kandungan ke
bidan/dokter, suami pasien mengatakan pasien tidak punya riwayat darah tinggi sebelum
hamil. Pasien mengatakan hamil cukup bulan karena terakhir periksa di bidan pasien sudah
masuk 9 bulan namun pasien lupa tanggal HPHT. Gerakan anak masih dapat dirasakan.

Objektif
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat dengan kesadaran delirium,
gelisah. Tekanan darah pasien tinggi 170/110 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 20 x/menit, suhu
37,40 C. Edema pretibial (+), status obstetri didapatkan dari Pemeriksaan luar FUT 2 jari
dibawah processus xiphoideus (30 cm), memanjang, punggung kanan, his (+) 2x/10’/25”,
kepala, penurunan 4/5, DJJ 190x/mnt, DJJ II: 186 x/menit, DJJ III: 185 x/menit, TBJ: ± 2635
gram. Dari Pemeriksaan dalam dengan vaginal toucher: Portio lunak, posisi posterior, eff 30%,
Ø 1 cm, ketuban (+), terbawah kepala, HI , penunjuk belum bisa dinilai. Pemeriksaan
penunjang didapatkan darah rutin dan kimia darah: Hb: 11,2 gr/dl, Leukosit: 23000/ul,
Trombosit: 321.000/mm3 , SGOT: 35U/L, SGPT: 16U/L, LDH : 574, Ureum: 19mg/dl,
Kreatinin: 0,8 mg/dl, USG konfirnasi didapatkan kesan hamil 37 minggu jth preskep.
Proteinuria +3 dengan hasil indeks gestosis berjumlah 8

2. Ada beragam faktor yang bisa meningkatkan risiko wanita hamil melahirkan bayi
prematur, mulai dari usia saat hamil, pernah melahirkan prematur, gaya hidup yang kurang
sehat, hingga masalah kesehatan tertentu. Sebagian besar dari faktor risiko tersebut
sebenarnya dapat dicegah. Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kandungan
mencapai 37 minggu. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan
bahwa Indonesia menempati urutan kelima sebagai negara dengan jumlah bayi prematur
terbanyak di dunia.

Faktor Risiko Melahirkan Prematur


Seorang ibu hamil lebih berisiko untuk melahirkan bayi prematur jika:

• Berusia di bawah 17 tahun atau di atas 35 tahun.


• Hamil anak kembar.
• Memiliki riwayat melahirkan prematur.
• Pertambahan berat badan selama hamil tidak mencukupi.
• Jarak antara kehamilan sekarang dan sebelumnya kurang dari setengah tahun.

Selain itu, beberapa kondisi medis bisa turut meningkatkan risiko ibu hamil melahirkan bayi
prematur, antara lain:

• Menderita penyakit tertentu, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, preeklamsia, penyakit
jantung, penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, dan penyakit menular seksual.
• Pernah mengalami keguguran atau melakukan aborsi.
• Memiliki berat badan yang terlalu rendah atau berlebihan sebelum hamil.
• Mengalami perdarahan vagina di trimester 1 atau 2 kehamilan.
• Memiliki air ketuban yang terlalu banyak (polihidramnion).
• Memiliki kelainan pada plasenta, serviks (mulut rahim), atau rahim.

Gaya hidup ibu hamil yang kurang sehat juga bisa meningkatkan risiko melahirkan secara
prematur. Beberapa di antaranya adalah:

• Pola makan yang buruk, sehingga ibu hamil kekurangan gizi.


• Merokok atau memakai obat-obatan terlarang.
• Mengalami stres berat.
• Menjalani pekerjaaan yang banyak menguras tenaga, misalnya bekerja di shift

Ibu hamil yang mengalami cedera, terutama di bagian perut, juga berisiko melahirkan secara
prematur. Cedera bisa terjadi akibat terjatuh, atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

Mencegah Kelahiran Prematur


Untuk mengurangi risiko terjadinya kelahiran prematur, ada beberapa langkah pencegahan yang
bisa dilakukan, yaitu
Menerapkan pola hidup sehat sebelum dan selama masa kehamilan
Caranya adalah dengan:

• Mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Ini termasuk mencukupi asupan protein,


karbohidrat, omega-3, serta vitamin dan , seperti zat besi dan asam folat.
• Tidak merokok, menghindari asap rokok, dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol
serta obat-obatan terlarang.
• Menjaga berat badan agar tidak terlalu kurus atau terlalu gemuk.
• Rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter sesuai jadwal.
• Menghindari stres.

Terapi progesteron
Terapi ini ditujukan bagi wanita yang memiliki risiko tinggi melahirkan bayi prematur, terutama
dengan riwayat kelahiran prematur dan kelainan serviks. Dokter dapat memberikan
terapi progesteron dalam bentuk obat minum, koyo, suntikan, atau tablet yang dimasukkan melalui
vagina.

Prosedur pengikatan leher rahim


Dalam prosedur ini, leher rahim akan ditutup dengan cara dijahit, agar tidak terjadi kelahiran
prematur. Pengikatan leher rahim umumnya dianjurkan kepada ibu hamil yang pernah mengalami
keguguran, kelahiran prematur, maupun yang memiliki kelainan pada leher rahim.
Dengan mengetahui faktor risiko melahirkan prematur dan langkah pencegahan yang bisa
dilakukan, setiap calon ibu diharapkan dapat mengupayakan kehamilan yang sehat, agar bayi bisa
terlahir normal dan cukup bulan.
Wanita yang memiliki risiko tinggi melahirkan prematur disarankan untuk berkonsultasi ke dokter
kandungan, baik saat merencanakan kehamilan maupun selama masa kehamilan, untuk
mendapatkan penanganan yang sesuai.

3. Faktor Risiko Polihidramnion

Ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan terjadinya polihidramnion, antara lain:

• Infeksi bawaan (terjadi saat kehamilan).

• Janin mengalam kelainan pencernaan yang menghambat saluran cairan.

• Sindrom transfusi kembar.

• Janin mengalami gagal jantung.

• Perbedaan golongan darah atau rhesus darah ibu dan janin.

• Kurangnya sel darah merah pada janin.

• Kehamilan kembar.

• Masalah pada plasenta.


• Masalah genetik pada bayi

Ada banyak faktor yang memicu seseorang untuk terkena kondisi ini, antara lain:

• Kehamilan kembar (dua atau tiga bayi, atau lebih)


• Cacat lahir pada otak dan tulang belakang
• Penyumbatan pada sistem pencernaan
• Kelainan genetik (masalah dengan kromosom yang diturunkan)

4. Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lebih rendah
dari berat badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan mengalami BBLR jika beratnya kurang
dari 2,5 kilogram, sedangkan berat badan normal bayi yaitu di atas 2,5 atau 3 kilogram.
Sementara pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1,5 kilogram, dinyatakan
memiliki berat badan lahir sangat rendah. Selain memiliki berat badan lahir yang lebih
rendah dari bayi normal, bayi BBLR juga akan tampak: Lebih kurus., Memiliki lemak
tubuh yang lebih sedikit.,Memiliki ukuran kepala yang besar dibanding ukuran tubuh
lainnya.

IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) adalah kondisi ketika pertumbuhan janin di
dalam kandungan terhambat. IUGR ditandai dengan ukuran dan berat badan lahir bayi yang
rendah. Kondisi ini dapat membuat bayi lebih lemah dan rentan terkena beberapa masalah
kesehatan. Janin di dalam kandungan akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan
seiring bertambahnya usia kandungan ibu. Kebanyakan bayi memiliki ukuran dan berat
badan yang rendah ketika ia dilahirkan terlalu cepat (kelahiran prematur). Akan tetapi,
terkadang bayi juga bisa memiliki ukuran dan berat badan yang rendah meski ia dilahirkan
cukup bulan. Kondisi inilah yang disebut dengan IUGR.

5. Tatalaksana Umum
Penatalaksanaan secara umum pada perdarahan postpartum meliputi :
▪ Penilaian kegawatdaruratan, tanda-tanda syok, dan pemberian oksigen
▪ Memasang jalur intravena dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16 G atau 18 G)
untuk Resusitasi
▪ Pemberian cairan kristaloid atau normal saline. Dapat diberikan secara bolus jika
terdapat syok hipovolemik
▪ Pada pasien PPH primer dengan perdarahan aktif yang masif atau gejala hipovolemia
pada PPH primer dan sekunder, dilakukan pemeriksaan golongan darah, crossmatch dan
darah lengkap, serta transfusi sesuai protocol
▪ Memasang kateter urin untuk memantau urine output
▪ Pada PPH sekunder, persiapkan transfusi darah apabila Hb <8g/dL atau secara klinis
menunjukkan tanda-tanda anemia berat
▪ Pantau terus tanda-tanda vital pasien
▪ Menentukan penyebab atau sumber perdarahan dan mulai dilakukan tatalaksana khusus

Anda mungkin juga menyukai