Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA

NEONATUS,BALITA DAN PRASEKOLAH


DI PUSKESMAS PADANG LUA

DISUSUN OLEH :
ASTARI WAHYUNI
2015901002

PROGRAM PROFESI PRODI KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN AJARAN 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur  kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah seminar ini. Dan tidak lupa pula kami panjatkan
syukur kami kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kami
dari alam kebodohan menjadi alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti sekarang ini. Makalah ini berisikan tentang ”Laporan Kasus dan
Asuhan Kebidanan Pada Neonatus,Balita dan Anak Prasekolah di
Puskesmas Padang ”.Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada:
1. Dosen pembimbing kami, Ibu Vedjhy Medhyna S.ST,M.Keb yang
telah memberikan ilmu dalam makalah ini.
2. Dosen penguji kami ibu Febriniwati Rifdi,S.SiT,M.Biomed yang
telah memberi ilmu dalam kekuarangan makalah ini.
3. Kepada ibu dr.Nurhayati selaku Kepala Puskesmas Padang Lua yang
telah memberi izin kami menggunakan Puskesmas
4. Kepada ibu Leni Sovita.SKM selaku pembimbing dilapangan yang
telah memberikan ilmu dalam makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Jambi, 03 April 2021

                               Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
Latar Belakang............................................................................1
Tujuan Penulisan.........................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................4
Pengertian Diare..........................................................................4
Penatalaksanan Diare..................................................................4
Rehidrasi Diare ...........................................................................5
Pemberian Zinc ..........................................................................5
Pemberian Nutrisi........................................................................6
Sikap............................................................................................7

BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................10


BAB IV PEMBAHASAN......................................................................16
BAB V PENUTUP.................................................................................17
Kesimpulan..................................................................................17
Saran............................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diare merupakan salah satu permasalahan kesehatan dunia yang patut
menjadi perhatian global. Berdasarkan data World Health Organization (WHO)
dilaporkan bahwa terdapat hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi di dunia tiap
tahunnya (WHO, 2013). Diare merupakan penyebab utama kedua kematian anak
setelah pneumonia yaitu sebesar 11 % dari seluruh kematian anak dibawah 5
tahun (WHO dan UNICEF, 2013).
Setiap tahunnya, 1,9 juta anak dibawah 5 tahun meninggal akibat
diareterutama di negara berkembang. Sekitar 78 % kematian tersebut terjadi di
daerah Afrika dan Asia Tenggara. Diperkirakan di negara berkembang setiap
anak vii dibawah 3 tahun mengalami 3 kali episode diare akut setiap tahunnya.
Setiap episode tersebut akan menekan nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan. Oleh karena itu, diare juga menjadi penyebab utama malnutrisi
pada anak (Farthing dkk, 2012). Sebagai negara berkembang, Indonesia juga
masih memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi akibat penyakit
diare. Berdasarkan hasil survei morbiditas dari Subdit Diare Departemen
Kesehatan, dari tahun 2000 sampai dengan 2010 terdapat kecenderungan insiden
diare meningkat. Pada tahun 2000, insiden rate penyakit diare sebesar 301/1000
penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik
menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menurut kelompok umur,
penyakit diare tersebar di seluruh kelompok umur dengan prevalensi tertinggi
pada anak dibawah 5 tahun (1-4 tahun) yaitu sebesar 16,7%. Diare juga menjadi
penyebab terbesar kematian anak balita (12-59 bulan) yaitu 25,2 % (Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
Tingginya morbiditas dan mortalitas diare mendorong WHO dan UNICEF
untuk mengeluarkan pedoman penatalaksanaan diare yang ditindaklanjuti oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia untuk menerbitkan buku Pedoman
Pengendalian Penyakit Diare. Secara garis besar, tatalaksana diare pada anak
yang direkomendasikan adalah dengan melanjutkan pemberian makanan,
menggantikan cairan yang keluar dengan oralit formula baru dan pemberian
suplemen zinc. Oralit formula baru yang direkomendasikan dapat menurunkan
muntah, menurunkan tinja yang keluar, menurunkan kemungkinan hipernatremia
dan menurunkan keperluan infus intravena dibandingkan dengan standar ORS
1
yang sebelumnya (Farthing dkk, 2012). Selain itu dengan pemberian zinc
dikatakan dapat menurunkan 25 % durasi dari episode diare dan berkaitan dengan
penurunan volume tinja sebesar 30 % (WHO, 2013).

2
3
Penanganan penyakit diare sangat sederhana, terjangkau, dan tidak
memerlukan teknologi yang canggih. Namun dalam implementasinya,
penatalaksanaan sesuai dengan standar masih sangat kurang. Secara global, hanya
40 % anak dibawah 5 tahun dengan diare yang mendapatkan terapi rehidrasi oral
dan melanjutkan pemberian makanan sesuai dengan rekomendasi (UNICEF,
2015). Gambaran perilaku penanganan diare di rumah tangga menurut hasil
survei viii morbiditas diare tahun 2010 yang dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan RI menunjukkan bahwa dari 508 penderita, hanya 37 % penderita
yang diberikan cairan oralit dan hanya 7,28% penderita diberi larutan gula garam
(LGG). Tatalaksana penyakit diare yang tidak tepat dan cepat dapat berdampak
serius bagi penderitanya. Sebagian besar kematian akibat diare disebabkan oleh
dehidrasi berat dan kehilangan cairan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Penatalaksanaan yang diberikan biasanya dengan pemberian oralit, kaolin
pectin, tablet zinc, antibiotik jika diperlukan, serta pemberian edukasi terkait
perawatan anak dan tanda-tanda diperlukan rujukan ke rumah sakit. Dikatakan
bahwa pasien dengan dehidrasi berat tidak ada yang datang ke Puskesmas Abang
I karena masyarakat biasanya langsung membawa ke rumah sakit tidak melalui
puskesmas. Berdasarkan keterangan dari pemegang program P2M Diare
menyebutkan bahwa penyuluhan tentang diare tidak pernah dilakukan secara
mengkhusus kepada masyarakat. Penyuluhan terkait pencegahan dan
penanggulangan diare biasanya hanya dilakukan perseorangan pada pasien diare
yang sedang melakukan pengobatan di Puskesmas Padang Lua.
Hal ini dapat menyebabkan tidak semua ibu mengetahui cara
penanggulangan maupun pencegahan diare. Seorang ibu akan melakukan
pencegahan dan penanganan suatu penyakit apabila ia mengetahui tujuan dan
manfaat bagi keluarganya, dan apa bahayanya jika pencegahan dan penanganan
itu tidak dilakukan. Berdasarkan survei singkat yang dilakukan pada 10 orang ibu
balita terkait dengan penanganan diare di rumah didapatkan bahwa sebagian
besar ibu balita memberikan penanganan yang kurang tepat. Hanya 30 % ibu
balita memberikan penanganan dengan oralit ataupun larutan gula garam dengan
penyajian yang benar. Sedangkan 70 % lainnya mengatakan memberikan teh
pahit, air putih, campuran kecap dan jeruk nipis, ataupun menyajikan larutam
gula garam dengan cara penyajian yang kurang tepat. Hal ini menunjukkan masih
kurangnya pengetahuan dari ibu balita terhadap penanganan diare di rumah.
4
Berdasarkan atas latar belakang tersebut, peneliti melakukan studi
epidemiologi mengenai pengetahuan, sikap, dan praktik ibu anak balita tentang
penatalaksanaan diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Padang Lua
A. Tujuan Penulisan
Dapat melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Neonatus,Balita dan Prasekolah di
Puskesmas Padang Lua
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Diare
Bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (lebih dari tiga kali
per hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa
darah maupunlender, dapat disebut juga sebagai diare. Kandungan air di dalam
tinja melebihi normal yaitu lebih dari sepuluh mL/kgBB/hari. Peningkatan
kandungan air dalam tinja adalah akibat adanya gangguan keseimbangan fungsi
usus halus dan usus besar dalam proses absorpsi substrat dan air. Sebagian besar
diare berlangsung selama tujuh hari, dan biasanya sembuh sendiri (self limiting
disease).
Hanya sepuluh persen yang melanjut sampai empat belas hari. Bila diare
berlangsung kurang dari empat belas hari dinamakan dengan diare akut. (Arhana,
2010) 2.2 Manifestasi Klinis Sesuai dengan definisinya, diare ini ditandai dengan
pengeluaran tinja cair atau lembek yang berlangsung dalam 24 jam selama kurang
dari 14 hari. Selain itu terdapat berbagai macam manifestasi klinis dari diare
tergantung dari penyebabnya seperti adanya panas, diare bercampur darah, atau
lendir, mual, dan muntah (Farthing dkk, 2012).
Dehidrasi dapat timbul pada anak-anak ketika terjadi diare berat dan
asupan oral terbatas akibat mual dan muntah. Dehidrasi pada anak-anak
bermanifestasi sebagai menurunnya aktivitas anak, sensitif, rasa haus, mata
cekung, pada bayi ubun-ubun cekung, bibir kering, nadi melemah atau tidak
teraba, tangan dan kaki dingin, penurunan turgor kulit yaitu yaitu bila kulit perut
dicubit tetap berkerut, tidak mampu berkeringat, penurunan jumlah buang air
kecil dengan warna gelap, sampai kejang atau kesadaran menurun (Simadibrata &
Daldiyono, 2009).
2. Penatalaksanaan Diare
Berdasarkan buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, terdapat lima langkah penuntasan diare
yang terdiri dari pemberian oralit, pemberian tablet zinc selama 10 hari,
melanjutkan ASI dan makanan terus menerus, penggunaan antibiotik selektif, dan
pemberian nasihat serta edukasi kepada keluarga. Di dalam rumah tangga, peran
keluarga khususnya ibu i dalam penatalaksanaan diare pada anak di rumah untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut akibat diare baik berupa dehidrasi berat,
malnutrisi, atau bahkan kematian. Penatalaksanaan awal di rumah tangga yang
6
dapat dilakukan adalah melakukan rehidrasi dengan memberikan anak cairan
lebih banyak dari
7
biasanya, pemberian tablet zinc, mencegah kekurangan gizi dengan
melanjutkan ASI dan terus memberi makanan, serta mengetahui tanda-tanda
bahaya yang menunjukkan anak harus segera dibawa ke petugas kesehatan
(Harianto, 2004).
3. Rehidrasi Penanganan diare
utama pada anak adalah dengan memberikan Oral Rehydration Therapy
(ORT). Oral Rehydration Salts (ORS) atau oralit yang digunakan dalam ORT,
mengandung komponen spesifik baik air maupun elektrolit yang hilang dari
tubuh saat terjadinya diare (WHO,2005).
Pemilihan penanganan terapi ORT pada anak dengan diare dilakukan
berdasarkan derajat dehidrasi anak. Penanganan diare tanpa dehidrasi lebih sering
dilakukan di rumah dibandingkan dengan di instansi kesehatan kecuali terdapat
komplikasi seperti anak tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen
dan profus. Terdapat berbagai cairan yang direkomendasikan untuk diberikan di
rumah. Namun, dari berbagai cairan yang diberikan minimal salah satunya
mengandung garam. Cairan yang dapat diberikan kepada anak dengan diare
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
a. Cairan yang mengandung garam : cairan oralit, minuman bergaram
(seperti air beras dengan garam, minuman yoghurt dengan garam), sup sayur atau
ayam dengan garam
b. Cairan yang tidak mengandung garam : air mineral, air dalam cereal
yang telah dimasak, sup tanpa garam, minuman yoghurt, air kelapa hijau, teh
tanpa pemanis, jus buah segar tanpa pemanis. Pada diare anak, cairan yang
berbahaya untuk diberikan adalah minuman dengan pemanis gula karena dapat
menyebabkan diare osmosis dan hipernatremia. Beberapa contohnya adalah
minuman berkarbonasi, commercial fruit juice, dan teh manis. Selain itu, cairan
lain yang perlu dihindari adalah kopi yang memiliki efek stimulan, diuretik dan
purgative. (WHO,2005; IDAI, 2009).
4. Pemberian zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang diperlukan dalam tubuh
untuk metabolisme dan memfasilitasi proses katalisis, fungsi regulator dan
fungsional dari beberapa enzim (Chiabi dkk, 2010).
Zinc berfungsi untuk memicu epitelisasi ii dinding usus yang mengalami
kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kementerian Kesehatan
RI, 2011) Pemberian zinc sebagai terapi tambahan dalam penatalaksanaan diare
8
terbukti mampu menurunkan keparahan dan episode diare pada anak di negara
berkembang sehingga dapat menurunkan resiko diare (Farthing dkk, 2012).
Berdasarkan rekomendasi WHO, untuk mengganti zinc yang keluar pada
saat diare, anak-anak dengan diare diberikan suplementasi zinc sebanyak 10 mg
(1/2 tablet) pada bayi
berumur 2 bulan atau kurang dan 20 mg (1 tablet) pada semua anak diatas
2 bulan selama 10-14 hari (WHO, 2005).
4. Pemberian Nutrisi
Pada anak dengan diare tanpa gejala dehidrasi, pemberian makanan tetap
dilakukan seperti biasa sesuai dengan menu makanan sehat menurut umur. Jika
pasien yang mengalami dehidrasi masih menyusui, lanjutkan pemberian ASI
selama fase rehidrasi. Pemberian ASI dan susu formula pada bayi dengan diare
harus lebih sering, namun tidak ada formula atau larutan khusus yang dibutuhkan.
Namun, jika tidak menyusui, rehidrasi merupakan prioritas utama untuk
memulihkan kondisi akibat dehidrasi. Pola makan pada anak dengan diare
sebaiknya lebih sering yaitu 6 kali tiap hari (Farthing dkk, 2012).
Nutrisi yang baik sangat penting pada penanganan diare anak untuk
menggantikan energi yang keluar pada saat diare maupun untuk mencapai
pertumbuhan yang normal (Farthing dkk, 2012). 2
5. Tanda-tanda anak harus dibawa ke fasilitas kesehatan
Orang tua atau pengasuh harus membawa anaknya ke fasilitas kesehatan
apabila ditemukan gejala-gejala seperti muntah dan diare hebat terus menerus,
terdapat tanda-tanda dehidrasi, tidak ada perbaikan selama tiga hari, anak
mengalami panas atau diare berdarah, serta anak tidak makan atau minum secara
normal 2Perilaku Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus
atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon
sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan. Aspek dalam perilaku terdiri dari pengetahuan, sikap dan praktik.
Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
atau kognitif iii sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt
behaviour) (Notoatmojo, 2007).
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor
umur, pendidikan, dan pengalaman (Notoatmojo, 2007).
Umur seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan dalam hal
pemahaman terhadap informasi yang ada dan semakin bertambah usia seseorang
maka pengetahuan juga bertambah dan menjadi matang. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Ghasemi dkk (2013) menyebutkan bahwa pengetahuan ibu
balita mengenai penatalaksanaan diare berhubungan secara signifikan dengan
usia ibu (Ghasemi dkk, 2013).
Faktor pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan dimana semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah menerima informasi
tentang objek atau yang berkaitan dengan pengetahuan. Hal ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ansari dkk (2011) yang menyatakan terdapat
hubungan yang positif antara pengetahuan ibu terkait diare dan penanganannya
dengan tingkat pendidikan ibu (Ansari dkk, 2011).
Pada penelitian Ghasemi dkk (2013) juga menyebutkan jumlah anak
berpengaruh terhadap pengetahuan ibu balita dalam penatalaksanaan diare. Ibu
yang memiliki anak lebih dari tiga memiliki pengetahuan yang lebih baik dalam
penatalaksanaan diare (Ghasemi dkk, 2013).
Hal ini juga dikaitkan dengan pengalaman yang dimiliki ibu balita yang
memiliki anak lebih dari tiga. Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi
pengetahuan, semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal maka
semakin banyak pengetahuan seseorang akan hal tersebut (Notoatmojo, 2007)
6. Sikap
Sikap merupakan respon atau reaksi yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Menurut seorang ahli psikologi, Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas
akan tetapi predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap relatif konstan dan cukup
sulit untuk berubah kecuali dengan adanya tekanan yang kuat (Indrayani, 2012).
Dalam pembentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah
iv mendengar tentang penyakit diare (penyebab, akibat, pencegahannya, dan
sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha
supaya anaknya tidak terkena terkena diare. Dalam hal berpikir ini, komponen
emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat melakukan
perilaku hidup bersih dan sehat agar anaknya tidak diare. Ibu ini mempunyai
sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit diare. Hal ini menunjukkan
terdapat faktor pengetahuan yang berperan mendasar dalam pembentukan sikap
(Notoatmodjo, 2007).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chuks (2014) ditemukan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap caregiver
dalam penggunaan terapi rehidrasi oral pada anak yang menderita diare (Chuks,
2014).
Pada penelitian yang dilakukan di Bandung juga menyebutkan hubungan
yang berarti antara pengetahuan dengan sikap dalam penanganan awal diare pada
anak prasekolah di RW 12 Desa Jaya Mekar (Listianingsih dkk, 2014).
Praktik Suatu sikap belum tentu dapat diwujudkan dalam bentuk praktik
atau tindakan. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui,
proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa
yang diketahuin atau disikapinya (dinilai baik). Hal ini yang disebut dengan
praktik (Notoatmojo, 2007). Sikap dapat terwujud atau terealisasi menjadi suatu
praktik apabila terdapat faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan
(Indrayani, 2012).
Pengetahuan merupakan hal yang sangat mendukung terjadinya suatu
tindakan seseorang, dan berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi tindakan (praktik) seseorang, akan tetapi pengetahuan yang baik
sering mendorong perilaku yang baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
Semarang menyatakan terdapat hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang
diare dengan praktik ibu dalam pencegahan diare pada anak balita usia 1-5 tahun.
Pada penelitian tersebut mayoritas ibu memiliki pengetahuan baik sehingga
memiliki praktik yang baik dalam v kehidupan sehari-hari (Megasari dkk, 2014).
Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2012) juga menyebutkan
berdasarkan analisis statistic terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang
diare dengan penanganan diare pada balita di rumah sebelum dibawa ke Rumah
Sakit Islam Surakarta. (Kusumawati, 2012).
Rogers dalam Notoatmodjo mengemukakan pengalaman dan penelitian
membuktikan bahwa praktik yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada praktik yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2007).
Penelitian terkait pengetahuan, sikap dan praktik penatalaksaan diare
Aspek perilaku yang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan praktik merupakan
faktor pendorong yang mempengaruhi penatalaksanaan diare pada balita.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indriyani (2012) menunjukkan
bahwa 84,9% ibu memiliki pengetahuan yang tergolong dalam kategori sedang
tentang penatalaksanaan pada anak yang terkena diare, sebesar 11,3% termasuk
dalam kategori kurang dan 3,8% ibu memiliki pengetahuan yang baik mengenai
penanganan diare pada balita (Indriyani, 2012).
Selain itu, menurut Wulandari (2013) dalam penelitiannya, tingkat
pengetahuan ibu yang mempunyai anak balita 1-5 tahun tentang penanganan
diare di Posyandu Sari Mulyo VI terbanyak pada kategori cukup. Hal ini karena
masih banyak ibu yang tidak mengerti tentang penanganan diare secara awal
dengan membuat cairan oralit dan macam-macam diare (Wulandari, 2013).
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmah, dkk (2013) di Wilayah
Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki sikap negatif dalam pemberian cairan rehidrasi oral pada
balita dengan diare yaitu sebesar 53 % dan didapatkan sebanyak 60, 2 %
responden tidak memberikan cairan rehidrasi. Penelitian ini juga menyebutkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap
responden terhadap praktik pemberian cairan rehidrasi pada balita dengan diare.
Responden yang memiliki pengetahuan rendah dan sikap yang negatif, akan
cenderung tidak memberikan cairan rehidrasi, sedangkan responden dengan
pengetahuan baik dan sikap yang positif, maka responden akan memberikan
cairan rehidrasi (Rahmah dkk, 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Indrayani (2012) juga menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap
praktik penanganan diare akut pada balita (Indrayani, 2012). Maramis, dkk
(2013) vi menyebutkan dalam penelitiannya bahwa pengetahuan dan sikap orang
tua khususnya ibu balita terhadap kesehatan anaknya sangat penting agar anak
yang sedang menderita diare tidak jatuh dalam kondisi yang lebih buruk dan hal
ini tentunya harus diwujudkan dalam bentuk suatu praktik atau tindakan
(Maramis dkk, 2013).
LEMBAR PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA
BALITA DAN PRASEKOLAH

A. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA ANAK


1. Subyektif
a. Identitas Anak
Nama : by.M
Umur : 4 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Anak ke- : ke-2 (Dua)

b. Identitas Orangtua
Ibu Suami

Nama : NY.N TN.S


Umur : 28 Tahun 30 Tahun
Suku / Bangsa : Minang Minang
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : IRT
SWASTA
Alamat : Ladang Laweh

c. Keluhan Utama : ibu mengatakan anaknya diare dari kemarin sore 7-8x
d. Data Kesehatan
1) Riwayat Kehamilan
Penyulit/komplikasi selama hamil : tidak ada
2) Riwayat Persalinan
a) Usia kehamilan saat anak lahir : 38 minggu
b) Jenis persalinan/Penolong/tempat :Normal/bidan/Rumah Bidan
c). Penyulit/masalah : Tidak ada
3) Riwayat setelah kelahiran :
ASI eksklusif : ya / tidak : sampai usia 2 Tahun
Penyulit/masalah : icterus/ kejang / hipotermi / hipoglikemia/ kelainan
kongenital/ Tidak ada
2) Riwayat Kesehatan yang Lalu
a) Penyakit yang lalu
Penyakit yang pernah dialami : cacar/polio/difteri/tetanus/pertusis/thypoid/
fever/ TBC/ varicella/ hepatitis/ morbili
Lainnya : Tidak ada

b ) Riwayat Perawatan
Pernah dirawat di:
Penyakit : Tidak Ada
c )Riwayat Operasi
Pernah dioperasi di: Tidak Ada
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang
pernah menderita sakit
(-) Kanker (-) Penyakit Hati (-) Hipertensi
(-) Diabetes Melitus (-) Penyakit Ginjal (-) Penyakit Jiwa
(-) Kelainan Bawaan (-) Hamil Kembar (-) TBC
(-) Epilepsi (-) Alergi :
4) Riwayat Imunisasi

N Jenis Tangga Tanggal Tanggal Tanggal


o lI II III IV
1 Hepatitis
2 B
3 BCG
4 DPT-
5 HB-HiB
6 Polio
7 Campak
8 MMR
Meningit
is
e. Riwayat Perkembangan motorik kasar
1. Miring :ada
2. Tengkurap :ada
3. Merangkak :ada
4. Tumbuh gigi pertama :ada
5. Berdiri :ada
6. Berjalan :ada
f. Psikososial
1. Interaksi dengan saudara kandung :ada
2. Interaksi dengan orang tua :ada
3. Interaksi dengan teman :ada
4. Interaksi dengan keluarga :ada
5. Keluhan :tidak ada

g. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


1) Nutrisi dan cairan
Pola makan :3-4x seharu
Makanan pokok :nasi,lauk-pauk,sayuran
Makanan yang disukai :ayam
Makanan yang tidak disukai :tidak ada
Porsi :1 piring
Lauk pauk :ikan,ayam,dagig,telur dll
Sayuran dan buah :bayam,kangkung,apel,pir dll
Minum :5-6 gelas/hari
Keluhan :tidak ada
1) Pola Istirahat
Tidur siang : 1 jam
Malam : 7-8 jam
2) Eliminasi
BAK : 5-6 x sehari
BAB :3-4x seharI
3) Personal Hygiene
Mandi : 2x sehari
Ganti pakaian : 2-3x sehari
2. Obyektif
a) Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Tanda-tanda Vital:
HR : 125 × / menit
RR : 32× / menit T : 36,4°C
3. BB/TB : 15kg/105cm
4. Lingkar Kepala :48cm
5. Pemeriksaan Fisik Khusus
1) Kulit : bersih dan tidak ada ketombe
2) Kepala : bersih dan tidak ada benjolan
3) Mata :simetris , konjungtiva merah muda, selera putih
4) Mulut :bersih,tidak ada lemak
5) Perut : simetris
6) Ekstermitas :jari tangan kiri dan kanan lengkap, jari kaki kiri kanan lengkap.
7) Genetalia : preputium dan testis sudah turun ke skrotum

c. Pemeriksaan perkembangan anak dengan KPSP/DDST:


Hasil interpretasi :
d. Pemeriksaan penunjang :
3. Analisa :
Anak umur 48 bulan dengan diare dari kemarin sore 7-8x
4. Penatalaksanaan
Perencanaan
a. Beritahu hasil pemeriksaan pada orang tua
b. Jelaskan pada ibu tentang terjadinya Diare pada anaknya
c. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan anak
d. Anjurkan ibu menjaga pola makan anaknya
e. Anjurkan ibu kungjungan ulang
Pelaksanaan
Tanggal : 18 Maret 2021
Waktu : 08.40 Wib
a. Memberi tahu hasil pemeriksaan
Keadaan umum :lemah
N:125x/M RR:32x/M S: 36,4°C
b. Menjelaskan pada ibu tentang terjadinya Diare pada anaknya (SAP terlampir)
c. Menganjurkan ibu agar menjaga kebersihan pada anaknya. (SAP terlampir)
d. Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan anaknya (SAP terlampir)
e. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang
Evaluasi
Tanggal : 18 Maret 2021
Waktu : 08.50 Wib
a. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan pada anaknya
Keadaan umum :lemah
N:125x/M RR:32x/M S: 36,4°C
b. Ibu mengerti tentang terjadinya Diare pada anaknya
c. Ibu bersedia untuk menjaga kebersihan anaknya
d. Ibu bersedia untuk menjaga pola makan anaknya
e. Ibu mengatakan bersedia untuk kunjungan ulang
B. CATATAN
PERKEMBANGAN
Hari / Tanggal :18
Maret 2021
Jam :
09.05 Wib
S : ibu
mengatakan
anaknya Diare
sejak kemarin
sore 7-8 x
mencret sampai
pagi ini
O : Ku: lemah
TTV, Suhu:
36,5C Nadi:
125x/ menit
pernapasan 32 x/
menit
pemeriksaan pada
dada Normal
A :anak umur 4
tahun dengan
Diare
P :-Menjelaskan
pada ibu tentang
terjadinya Diare
pada anaknya
-Menganjurkan ibu agar menjaga kebersihan pada anaknya
-Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan anaknya

Hari / Tanggal :19


Maret 2021
Jam :
10.05 Wib
S : ibu
mengatakan
anaknya pagi ini
masih mencret
tapi telah
berkurang
O : Ku: baik
TTV, Suhu:
36,5C Nadi:
123x/ menit
pernapasan 34 x/
menit
pemeriksaan pada
dada Normal
A :anak umur 4
tahun dengan
Diare
P :-Menjelaskan
pada ibu tentang
keadaan anaknya
sekarang
-Menganjurkan ibu agar menjaga kebersihan pada anaknya
-Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan anaknya

Hari / Tanggal :20


Maret 2021
Jam :
09.05 Wib
S : ibu
mengatakan
anaknya telah
sehat dan nafsu
makannya telah
kembali
O : Ku: baik
TTV, Suhu: 36,6
C Nadi: 127x/
menit pernapasan
32 x/ menit
pemeriksaan pada
dada Normal
A :anak umur 4
tahun dengan
Diare
P :-Menjelaskan
pada ibu tentang
keadaan anaknya
-Menganjurkan ibu agar menjaga kebersihan pada anaknya
-Menganjurkan ibu untuk menjaga pola makan anaknya

BAB IV
PEMBAHASAN

Penulis melakukan pengkajian riwayat pada klien An. M yang datang ke puskesmas
pada tanggal 18 Maret 2021 di Ruang Anak, klien berjenis kelamin Laki-Laki, berusia 4
tahun, beragama Islam, beralamatkan Ladang Laweh. Selaku penanggung jawab klien Ny.N
berusia 28 tahun, Bekerja sebagai Ibu rumah tangga. Hubungan penanggung jawab dengan
klien adalah sebagai orang tua klien. Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 18 Maret
2021 pada pukul 08:40 WIB dan didapatkan data dari keterangan ibu klien yang mengatakan
bahwa klien dibawa ke Puskesmas Padang Lua dengan keluhan BAB encer yang di alami
sejak 5 hari yang lalu, sejak 5 hari sebelum masuk ke puskesman Padang Lua kemudian di
Ruang Anak Puskesmas Padang Lua klien diberikan tindakan Setelah diberikan tindakan
keperawatan di Ruang Anak, kemudian klien diberikan Obat untuk dikosumsi. Pada tanggal
18 Maret 2021 Juni 2018 pukul 09.00 WIB di Ruang Anak dilakukan pengkajian dan
ditemukan data subjektif dari keterangan ibu klien yang mengatakan klien BAB sudah 5x
sehari dengan konsistensi feses encer, berlendir , Ibu klien mengatakan nafsu makan klien
menurun, panas sudah 2 hari yang lalu dengan suhu 37°C. Sesuai dengan data yang di dapat
dari ibu klien bahwa anaknya BAB sudah 3 kali sehari dengan konsistensi feses encer, jadi
penulis menyatakan bahwa klien di diagnosis mengidap penyakit diare. Menurut teori
Nurasalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang
lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan gangguan
buang air besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
tinja cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Riskendas, 2013).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian asuhan pada anak An. M diare dehidrasi ringan+ diruang
perawatan anak puskesmas Padang Lua peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1) Hasil pengkajian pada An. M didapatkan anak BAB kali, BAB encer, tidak
berlendir, anak demam, nafsu makan berkurang, anak malas
2) Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 5 diagnosa yang muncul pada An. M
yaitu hipertermi berhubungan dengan infeksi, kekurangan volume cairan berhubungan
kehilangan cairan aktif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis. Diare berhubungan dengan proses infeksi,
kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB.
3) Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah yang ditemukan
pada An. M yaitu perawatan demam, manajemen ciran, manajemen nyeri, manajemen
nutrisi, monitor nutrisi, manajemen diare, manajemen tekanan.
4) Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah
disusun. Implementasi keperawatan ditentukan pada tanggal 18-20 Maret 2021
Sebagian besar rencana asuhan dapat dilaksanakan pada implementasi .
5) Evaluasi tindakan asuhan yang dpat dilakukan selama 3 hari dalam bentuk SOAP.
Diagnosa keperawatan pada An. M yaitu hipertemi berhubungan dengan proses infeksi
teratasi pada hari ketiga, kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan cairan
aktif teratasi pada hari ke tiga, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan faktor biologis teratasi pada hari ke tiga. Diare berhubungan
dengan prosesinfeksi teratasi pada hari ke tiga. Kerusakan integritasi kulit
berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB teratasi pada hari ke tiga.
B. SARAN
1. Bagi Puskesmas Padang Lua peneliti kepada pihak puskesmas Padang Lua lebih
menyediakan fasilitas dalam melakukan tindakan Asuhan dalam ruangan khususnya
fasilitas yang sangat dibutuhkan oleh pasien diare dehidrasi sedang.
2. . Perawatan ruangan saran peneliti bagi perawatan ruangan agar lebih
memperhatikan dalam menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi yang sudah
dilakukan dan mempertahankan agar intervensi berjalan secra optimal.
3. Peneliti selanjutnya Saran untuk peneliti selanjutanya agar lebih memperhatikan
masalah yang dia alami pasien khususnya dan mampu bekerja sama dengan baik
dengan perawat ruangan agar implementasi keperawatan yang dijalankan dapat
terlaksana dengan baik.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai