Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Anak (ISPA)

Diajukan untuk memenuhi tugas Kep Anak Sehat Dan Sakit Akut

Dosen Pengampu: Ima Sukmawati, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh:

Anita Ayu Usniar 2103277057


Mochamad Faiz S.A 2103277082

PROGRAM SUTUDI S-1 KEPERAWATAN


STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan
Anak Sehat Dan Sakit Akut. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “ISPA” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ima Sukmawati, S.Kep., Ners., M.Kep.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak Sehat Dan Sakit Akut yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa.

Ciamis, 8 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I...................................................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................


1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................
1.3 TUJUAN PENULISAN........................................................................................

BAB II.................................................................................................................................

2.1 DEFINISI.................................................................................................................
2.2 KLASIFIKASI.........................................................................................................
2.3 MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................
2.4 FAKTOR FAKTOR................................................................................................
2.5 PATOFISIOLOGI...................................................................................................
2.6 PENATALAKSANAAN.........................................................................................
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN ISPA PADA ANAK..............................................

BAB III................................................................................................................................

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) merupakan infeksi saluran pernapasan akut


yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari, ISPA mengenai struktur saluran diatas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagaian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Pitriani,
2020). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sangat
sering dijumpai dan merupakan penyebab kematian paling tinggi pada Balita
(Hartono, 2016). ISPA adalah infeksi akut saluran pernapasan atas maupun bawah
yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa
atau disertai dengan radang parenkim paru (Wijayaningsih, 2013). Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi yang melibatkan organ saluran pernapasan
bagian atas dan bagian bawah yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit
dari infeksi ringan sampai berat (Kementeria Kesehatan RI, 2017). Menurut diagnosa
tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) ISPA merupakan infeksi saluran
pernapasan akut dengan gejala demam, batuk kurang dari dua minggu, pilek atau
hidung tersumbat dan sakit tenggorokan (Kementerian Kesehatan RI, 2018). ISPA
berlangsung sampai 14 hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin
maupun udara pernapasan yang mengandung kuman, dimana ISPA diawali dengan
gejala seperti pilek biasa, batuk, demam, bersin-bersin, sakit tenggorokan, sakit
kepala, sekret menjadi kental, nausea, muntah dan anoreksia (Wijayaningsih, 2013).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan terjadinya risiko kematian yang
disebabkan oleh penyakit ISPA yaitu dengan melakukan upaya penanganan dan
pencegahan yang telah dilakukan pemerintah seperti program pemberian vitamin A,
program imunisasi lengkap, dan program Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
yang telah dilakukan diberbagai puskesmas serta pemberian pendidikan kesehatan
tentang penatalaksanaan ISPA (Ani, 2014). Upaya dalam menanggulangi penyakit
ISPA baik yang dilakukan oleh Ibu atau Keluarga lainnya dapat dilakukan dengan
mengusahakan agar Balita memperoleh gizi yang baik, memberikan imunisasi
lengkap, menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih serta
mencegah Balita berhubungan dengan klien ISPA (Silaban, 2015). Peran aktif orang
tua terhadap pencegahan ISPA sangat penting dalam melakukan perawatan kepada
Balita karena yang biasa terkena dampak dari ISPA adalah usia Balita yang kekebalan
tubuhnya masih rentan terserang oleh penyakit, sehingga orang tua harus mengerti
tentang dampak negatif dari penyakit ISPA serta mengetahui cara-cara pencegahan
ISPA yaitu dengan mengatur pola makan Balita, menciptakan lingkungan yang
nyaman, dan menghindari faktor pencetus (Sukarto dkk, 2016). World Health
Organization (WHO), memperkirakan insiden infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran
hidup adalah 15% - 20% per tahun pada golongan usia balita. Menurut WHO 13 juta
anak balita di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut
terdapat di negara berkembang, dimana pneumonia merupakan salah satu penyebab
utama kematian dengan menubuh 4 juta anak balita setiap tahun (Silaban, 2015).
Kejadian ISPA pada Balita di Indonesia yaitu mencapai 3-6 kali per 3 tahun dan 10-
20% adalah pneumonia (Himawati & Fitria, 2020). Kasus ISPA terbanyak terjadi di
India 43 juta kasus, China 21 juta kasus, Pakistan 10 juta kasus dan Bangladesh,
Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta kasus, semua kasus ISPA yang terjadi
dimasyarakat 7-13% merupakan kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit
(Aditama, 2012). Menurut Kemenkes RI (2017) kasus ISPA mencapai 28% dengan
533,187 kasus yang ditemukan pada tahun 2016 dengan 18 provinsi diantaranya
mempunyai prevalensi di atas angka nasional (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi ISPA?


2. Apa klasifikasi ISPA?
3. Apa manifestasi klinis pada ISPA?
4. Apa faktor yang mempengaruhi ISPA?
5. Apa patofisiologi ISPA?
6. Apa penatalaksanaan ISPA?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada ISPA?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi ISPA.


2. Untuk mengetahui klasifikasiISPA.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis ISPA.
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi ISPA.
5. Untuk mengetahui patofisiologi ISPA.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan ISPA.
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada ISPA.
Bab II

2.1 Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab utama
kematian pada balita didunia. Penyakit ini paling banyak terjadi di negaranegara
berkembang di dunia. Populasi penduduk yang terus bertambah dan tidak terkendali
mengakibatkan kepadatan penduduk di suatu wilayah yang tidak tertata baik dari segi
aspek sosial, budaya dan kesehatan (Adesanya & Chiao, 2017). Kondisi ini akan
bertambah buruk dengan status sosial ekonomi keluarga yang rendah atau berada dibawah
garis kemiskinan karena tidak dapat memenuhi asupan gizi yang baik dan sehat untuk
balita ditambah dengan kondisi fisik rumah yang tidak layak tinggal (Kolawole,
Oguntoye, Dam, & Chunara, 2017).(Mahendra & Farapti, 2018) Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan
bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Inveksi ini disebabkan oleh virus,
jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi)
menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah lima tahun
karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang masih rentan terhadap berbagai penyakit. (Karundeng Y.M, et al. 2016)(Suriani,
2018).

2.2 Klasifikasi

Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris saluran pernafasan.
Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan
(respiratory tract). Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu
(Cahyaningrum, 2012):
a. ISPA Non-Pneumonia Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan
istilah batuk dan pilek (common cold).
b. ISPA Pneumonia Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri,
yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan
dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-programpemberantasan ISPA (P2 ISPA)
mengklasifikasikan ISPA(Cahyaningrum, 2012) sebagai berikut:
1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60
kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat
dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari
60 menit.
2. Kelompok umur 2 bulan -<5 tahun diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding dada
dan bagian bawah ke dalam.
b. Pneumonia Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 -<12 bulan dan 40 kali per menit atau
lebih pada umur 12 bulan -<5 tahun.
c. Bukan pneumonia Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada
nafas cepat, frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada anak umur 2-<12 bulan dan
kurang dari 40 permenit 12 bulan -< 5 tahun.

2.3 Manifestasi Klinis

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu
badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan
adanya penyulit.

2.4 Faktor faktor yang mempengaruhi

Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma. Komplikasi lain yang
dapat timbul yaitu:

1. Otitis media

2. Croup

3. Gagal nafas

4. Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu (Wuandari.D &
Purnamasari. L, 2015

2.5 PATOFISIOLOGI

Menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap
yaitu:

a. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.

b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk.
d. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan
saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan
epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri
mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi
yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa
dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara),
sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag
banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap
rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol
akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah
Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita
yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien
keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA
dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.

2.6 Penatalaksanaan

1. Upaya pencegahan Menurut Wijayaningsih tahun 2013, hal-hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain:

a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.

b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap
penyakit baik. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.

d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA.

2. Upaya perawatan Prinsip perawatan ISPA antara lain:

a. Meningkakan istirahat minimal 8 jam per hari

b. Meningkatkan makanan bergizi

c. Bila demam beri kompres dan banyak minum

d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung

e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat

f. Bila anak terserang ISPA tetap berikan makanan dan ASI

3. Penatalaksaan medis : pemberian antibiotik sesuai jenis kuman penyebab


.

2.7 Konsep asuhan keperawatan

a. Pengkajian

Pengkajian menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014):

1. Identitas Pasien

2. Umur Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih
lanjut.

3. Jenis kelamin Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,
dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara
Denmark.

4. Alamat Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Diketahui bahwa penyebab
terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara
didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya
ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang
terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak.

b. RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat penyakit sekarang Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit


kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit
tenggorokan.

2. Riwayat penyakit dahulu Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami


penyakit ini.

3. Riwayat penyakit keluarga Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah
mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut. 4. Riwayat sosial Klien mengatakan
bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya. (Nursing
Student, 2015).
c. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.

2. Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien.

3. Kepala Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala .

4. Wajah Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak .

5. Mata Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak,
keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan .

6. Hidung Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan
yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman .

7. Mulut Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak,
apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah
ada kesulitan dalam berbicara.

8. Leher Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis.

9. Thoraks Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada
Pengkajian Sistem Pernafasan a. Inspeksi → Membran mukosa- faring tamppak
kemerahan → Tonsil tampak kemerahan dan edema → Tampak batuk tidak produktif →
Tidak ada jaringan parut dan leher → Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan, pernafasan cuping hidung b. Palpasi → Adanya demam → Teraba adanya
pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis →
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid c. Perkusi → Suara paru normal
(resonance) d. Auskultasi → Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi
paru.

10. Abdomen Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising
usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.

11. Genitalia Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat
keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.

12. Integumen Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.

13. Ekstremitas atas Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk. (Nursing Student, 2015).
d. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan d.d
sputum berlebihan .

2. Hipertermia b.d proses penyakit d.d takipnea .

3. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologi d.d pola nafas berubah .

4. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d membran mukosa kering.

5. Risiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan menelan makanan.

6. Intoleransi aktivitas b.d ketidakmampuan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d
merasa lemah.

e. Analisa data

1. DS → Pasien mengatakan sulit bernafas → Pasien mengatakan sulit berbicara.


DO : → RR = 36 x/mnt → Ronchi (+) → Pasien tampak gelisan → Sianosis → Pola
nafas berubah Bakteri, virus dan jamur ↓ Terhisap masuk ke saluran pernapasan ↓
Menempel pada hidung, sinus, faring, laring, bronkus ↓ ISPA ↓ Menginvasi sel ↓ Respon
pertahanan sel ↓ Produksi mukus ↑ ↓ Kongesti pada hidung ↓ Kesulitan bernafas ↓
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang
tertahan d.d sputum berlebihan
2. DS: → Pasien mengatakan tubuh nya panas → Pasien mengatakan kulitnya terasa
panas .
DO : → Suhu = 390C → Kulit tampak merah Bakteri, virus dan jamur ↓ Terhisap masuk
ke saluran pernapasan ↓ Menempel pada hidung, sinus, faring, laring, bronkus ↓ ISPA ↓
Invasi kuman ↓ Merangsang tubuh melepas zat pirogen ↓ Hipotalamus ke bagian
termoregulator Hipertermia b.d proses penyakit d.d takipnea → Kulit terasa hangat ↓ ↓
Hipertermia .
3. DS: → Pesien mengatakan sakit → Pasien batuk sejak beberapa hari yang lalu .
DO : → Pasien tampak meringis → Skala nyeri 7 → Pasien tampak gelisah → Pola
napas berubah Bakteri, virus dan jamur ↓ Terhisap masuk ke saluran pernapasan ↓
Menempel pada hidung, sinus, faring, laring, bronkus ↓ ISPA ↓ Inflamasi ↓ Merangsang
pengeluaran zat-zat seperti mediator kimia, bradikinin serotonin, histamin, dan
prostaglandin ↓ Nociseptor ↓ Thalamus ↓ Korteks serebri ↓ Nyeri Akut Nyeri Akut b.d
agen pencedera fisiologi d.d pola nafas berubah.
4. DS : → Pasien mengatakan merasa lemah → Pasien mengatakan sering merasa haus .
DO: Bakteri, virus dan jamur ↓ Terhisap masuk ke saluran pernapasan ↓ Menempel pada
hidung, sinus, faring, laring, bronkus ↓ ISPA ↓ Virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa ↓ Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d membran mukosa kering → Suhu
= 390C → Nadi = 60 x/mnt → Turgor kulit menurun → Membran mukosa kering →
Nadi teraba lemah ↓ Tubuh menjadi lemah dan daya tahan tubuh menjadi rendah ↓ Diare
↓ Hipovolemia.
5. DS : → Pasien mengatakan kesulitan menelan.
DO: → Terdengar suara ronchi(+) → Pasien tampak kesulitanbernafas Bakteri, virus
dan jamur ↓ Terhisap masuk ke saluran pernapasan ↓ Menempel pada hidung, sinus,
faring, laring, bronkus ↓ ISPA ↓ Aktivitas sistem imun ↓ Limfadenopati regional ↓
Menyumbat makanan ↓ Nyeri saat menelan (disfgia) ↓ Risiko Defisit Nutrisi Risiko
defisit nutrisi d.d ketidakmampuan menelan makanan.
6. DS: → Pasien mengatakan badannya lemas → Pasien mengatakan lelah.
DO : Bakteri, virus dan jamur ↓ Terhisap masuk ke saluran pernapasan ↓ Menempel
pada hidung, sinus, faring, laring, bronkus ↓ ISPA Intoleransi aktivitas b.d
ketidakmampuan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d merasa lemah → Pasien
tampak lelah → Sianosis → Gambar EKG menujukkan aritmia saat/setelah aktivitas ↓
Penumpukan sekret mukus pada jalan napas ↓ Suplai jaringan O2 ke jaringan↓ ↓
Penurunan metabolisme sel ↓ Intoleransi Aktivitas.

f. Intervensi

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d sputum berlebihan

- Kaji tandatanda vital dan auskultasi bunyi napas.

Berikan pasien untuk posisi yang nyaman dengan posisi semi fowler.

Pertahankan lingkungan yang nyaman.

Tingkatkan masukan cairan, dengan memberi air hangat. 5. Dorong atau bantu latihan
napas dalam atau batuk efektif. 6. Kolaborasi dalam pemberian obat dan humidifikasi,
seperti nebulizer.

2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh (proses penyakit).

. Kaji/pantau TTV. 2. Berikan kompres hangat. 3. Anjurkan klien untuk memperbanyak


minum air putih. 4. Kolaborasi dalam pemberian terapi obat.

3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.

1. Tanyakan pasien tentang nyeri, Tentukan karaktersitik nyeri. 2. Kaji pernyataan verbal
dan non verbal nyeri pasien. 3. Evaluasi keefektifan pemberian obat. 4. Berikan tindakan
kenyamanan, ubah posisi, pijatan punggung dll. 5. Berikan lingkungan tenang. 6.
Kolaborasi: Berikan analgesik rutin s/d indikasi.

4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkospasme, respon


pada dinding bronkus

1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. 2. Auskultasi bunyi napas. 3.
Tinggikan kepala dan bentuk mengubah posisi. 4. Kolaborasi pemberian oksigen.
5. Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan.

1. Kaji kebiasaan diet. Evaluasiberat badan dan ukuran tubuh. 2. Aukultasi bising usus.
3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dan teratur. 4.
Anjurkan perawatan oral, dan cara mengeluarkan sekret.

6. Ansietas berhubungan dengan perkembangan penyakit dan perubahan status kesehatan

1. Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa. 2. Akui rasa


takut, masalah pasien, dan dorong mengekspresikan perasaan. 3. Libatkan pasien/orang
terdekat dalam perencanaan keperawatan

g. Implementasi

Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau melaksanakan


rencana asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu
klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015). Pada tahap pelaksanaan
ini kita benar-benar siap untuk melaksanakan intervensi keperawatan dan aktivitas-
aktivitas keperawatan yang telah dituliskan dalam rencana keperawatan pasien. Dalam
kata lain dapat disebut bahwa pelaksanaan adalah peletakan suatu rencana menjadi
tindakan yang mencakup : a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan b. Pelaksanaan
intervensi keperawatan c. Pendokumentasian tindakan keperawatan d. Pemberian
laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon pasien terhadap
intervensi keperawatan Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat
terhadap penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal, dan
kemampuan intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam praktek.

h. evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2015). Dalam evaluasi
pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat digunakan perawat untuk
memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
keperawatan tercapai, yaitu :

a. Tujuan tercapai.

b. Tujuan sebagian tercapai.

c. Tujuan tidak tercapai.

Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :

a. Evaluasi Proses (Formatif) Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan


analisis perawat terhadap respon klien segera stelah tindakan. Evaluasi formatif
dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
b. Evaluasi Hasil (sumatif) Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses
keperawatan selesai dilakukan. Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari
observasi dan analisis status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang
ditetapkan. Evaluasi sumatif bertujuan menjelaskan perkembangan kondisi klien dengan
menilai dan memonitor apakah tujuan telah tercapai. Evaluasi pencapaian tujuan
memberikan umpan balik yang penting bagi perawat untuk mendokumentasikan
kemajuan pencapaian tujuan atau evaluasi dapat menggunakan kartu/format bagan SOAP
(Subyektif, Objektif, Analisis dan Perencanaan).

Bab III

Kesimpulan

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang bersifat akut
yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai alveolus
termasuk (sinus, rongga telinga tengah, pleura). Upaya pencegahan yang dilakukan untuk
menghindari ISPA yaitu:

a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya dengan cara memberikan
makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.

b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit
baik. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.

d. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA.

2. Upaya perawatan Prinsip perawatan ISPA antara lain:

a. Meningkakan istirahat minimal 8 jam per hari

b. Meningkatkan makanan bergizi

c. Bila demam beri kompres dan banyak minum

d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung

e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat

f. Bila anak terserang ISPA tetap berikan makanan dan ASI

3. Penatalaksaan medis : pemberian antibiotik sesuai jenis kuman penyebab.


Contoh Kasus

An. D (5 tahun) di bawa ke puskesmas 01 November 2020 karena batuk berdahak dan pilek selama 2
hari. Dari pemeriksaan perawat didapatkan data : Anak lemas, ibu pasien mengatakan nafsu makan
menurun, BB saat pengkajian 19 kg BB sebelum sakit 20kg, ronkhi (+), suhu tubuh 375C nadi 100
x/menit, pernafasan 36x/menit, saat bernafasa ada tarikan kedalam epigastrium, ibu pasien
mengatakan tidak tahu apa yang terjadi dengan anaknya.

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK


Pengkajian tanggal : 02 Desember 2020
Jam : 10.00 WIB
Tanggal MRS : 01 Desember 2020
No. RM : 2090 Ruang/Kelas : Mawar 1
Dx. Masuk : Ispa
I. IDENTITAS
Identitas anak Identitas Orang Tua Nama : An. D Nama ayah / ibu : Ny. A
Tanggal lahir : 02 Desember 2015
Pekerjaan ayah / ibu : Ibu rumah tangga
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan ayah / ibu : SD
Diagnosa medis : ISPA
Agama : Islam
Sumber informasi : Orang tua
Suku / bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl Melati 26 Surabaya Alamat : Jl Melati 26 SBY
II. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
Keluhan utama : Batuk berdahak dan pilek selama 2 hari, anak tampak
lemas, ibu mengatakan anaknya tidak nafsu makan dan pasien juga
mengatakn bahwa tidak tau apa yang terjadi pada anaknya.
Riwayat penyakit saat ini :
Ibu pasien mengatakan anak nya batuk berdahak dan pilek selama 2 hari,
selain itu anaknya juga tidak nafsu makan.
Riwayat kesehatan sebelumnya :
Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya .
Penyakit yang pernah diderita :
-Batuk pilek
-Operasi : Tidak
Alergi : Tidak ada
Imunisasi :
BCG (umur 3 Bulan ) Polio 4x (umur 1,2,3,4 bulan) DPT 3x (umur 2,4 dan 6
bulan) Campak (umur 18 Bulan) Hepatitis 3x (umur 2,3,4 bulan ).
Riwayat kesehatan keluarga :
Penyakit yang pernah diderita keluarga : Tidak ada
Lingkungan rumah dan komunitas : Tidak ada
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : Tidak ada
Persepsi keluarga terhadap penyakit anak : Tidak ada
Riwayat Nutrisi :

Sebelum MRS Selama MRS

Nafsu Tidak Tidak


Makan
Pola 3x/sehari 1x/sehari
Makan
Minum Jenis: Air mineral Jenis: Air Mineral
Jumlah: 300 cc/hari Jumlah : 100cc/hari
Menu Nasi Bubur
Makanan
Pantangan makan: Tidak ada
Riwayat pertumbuhan :
BB saat ini : 19 Kg TB :100cm LK : 50 cm LLA : cm BB lahir :2500.gram
BB sebelum sakit : 20 Kg
Panjang lahir : 50 cm
Keterangan : Terjadi penurunan berat badan saat sakit
III. REVIEW OF SYSTEM
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : TD : 110/80 mmHg
N : 100 x/mnt S :37oC
RR : 36x/mnt
Masalah keperawatan : Besihan Jalan Napas Tidak Efektif(D.0001)
IV. B1 (BREATH)
Bentuk dada : Normal
Pola nafas : Tidak teratur
Jenis : Dispnoe
Suara nafas : Stridor
Sesak : Ya
Batuk : Ya
Produktif : Ya
Bentuk dada : Silinder
Retraksi otot bantu nafas : Ada
Alat bantu pernafasan : Tidak ada
Masalah keperawatan : Besihan Jalan Napas Tidak Efektif(D.0001)
V. B2 (BLOOD)
Irama jantung : Reguler
S1/S2 tunggal : Ya
Bunyi jantung : Normal
CRT : < 3 dtk
Akral : Hangat
Masalah keperawatan : Tidak ad
VI. B3 (BRAIN)
GCS : Eye : Verbal : Motorik : Total :
Refleks fisiologis : Menghisap Menoleh Menggenggam Moro Patella Triseps
Biseps Lain-lain :
Refleks patologis : Kaku kuduk Babinsky Budzinsky Kernig Lain-lain :
Istirahat / tidur : 10 jam/hari Gangguan tidur : Tidak ada
Kebiasaan sebelum tidur : Minum susu
Pupil : Isokor
Strabismus Sclera/konjungtiva : Anemis
Pendengaran (telinga):
Gangguan pendengaran : Tidak
Penciuman (hidung):
Bentuk : Normal
Gangguan penciuman : Ya
Masalah keperawatan : Tidak ada
VII. B4 (BLADDER)
Kebersihan : Bersih
Jumlah : …………. cc/hari Warna : Bau :
Alat bantu (kateter, dll) : Kandung kemih :
Membesar :Tidak
Nyeri tekan : Tidak
Bentuk alat kelamin : Normal
Uretra : Normal
Gangguan : Anuria Oliguria Retensi Inkontinensia Nokturia Lain-lain : Diare
Lain-lain : ..................................................................................
Masalah keperawatan : Tidak ada
VIII. B5 (BOWEL)
Nafsu makan : Menurun Frekuensi : 1.x/hari
Mual Muntah (Warna : Konsistensi : Jumlah : )
Porsi makan : Tidak
Minum : Jumlah : 100 cc/hr Jenis : air mineral
Mulut dan tenggorokan :
Mulut : Bersih
Mukosa : Kering
Tenggorokan : Kesulitan menelan
Abdomen : Tegang Kembung Asites Nyeri tekan, Lokasi : Peristaltik
usus: ...........x/menit
Pembesaran hepar : Tidak
Pembesaran lien :
Tidak Buang air besar :
Teratur : Ya
Frekuensi : 1x/hr
Konsistensi : Bau : Warna : Lain-lain :
Masalah keperawatan : Risiko Defisit Nutrisi
IX. B6 (BONE)
Kemampuan pergerakan sendi : Bebas
Kekuatan otot :
Kepala : Chepal hematome
Kulit :
Warna : Kemerahan
Turgor : Sedang
Odema : Ada Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
X. . ENDOKRIN
Tyroid : Membesar : Tidak
Hiperglikemi : Tidak
Hipoglikemi : Tidak
Luka Gangren : Tidak
Masalah keperawatan : Tidak ada
XI. PERSONAL HYGIENE
Mandi : 1 x/hr
Sikat gigi : 2 x/hr
Keramas : 2 x/minggu
Memotong kuku : 1 Minggu sekali
Ganti pakaian : 3 x/hr
Masalah keperawatan : Tidak ada
XII. PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
Ekspresi afek dan emosi : Cemas
Hubungan dengan keluarga : Akrab
Dampak hospitalisasi bagi anak : Tidak ada
XIII. DATA PENUNJANG (LAB., FOTO, USG, DLL)
Tidak ada
XIV. . TERAPI / TINDAKAN LAIN
Tidak ada
DAFTAR PRIORITAS MASALAH
1. Besihan Jalan Napas Tidak Efektif
2. Risiko Defisit Nutrisi d.d ketidakmampuan menelan

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Bakteri, virus dan jamur Bersihan jalan napas tidak
→ Ibu pasien ↓ efektif b.d sekresi yang
mengatakan anak Terhisap masuk ke saluran tertahan d.d sputum
nya batuk pernapasan berlebihan
berdahak dan pilek ↓
selama 2 hari Menempel pada hidung,
→ Pasien sinus, faring, laring, bronkus
mengatakan ↓
kesulitan saat ISPA
bernafas ↓
DO : Menginvasi sel
→ Suhu =370C ↓
→ RR = 36 x/mnt Respon pertahanan sel
→ Nadi 100 x/mnt ↓
→ TD=110/80 Produksi mukus ↑
mmHg ↓
→ Ronchi (+) Kongesti pada hidung
→ Pasien tampak ↓
lemas Kesulitan bernafas

Bersihan Jalan Napas Tidak
Efektif
2. DS : Bakteri, virus dan jamur Risiko defisit nutrisi d.d
→ Ibu pasien ↓ ketidakmampuan menelan
mengatakan Terhisap masuk ke saluran makanan
anaknya pernapasan
mengalami ↓
penurunan nafsu Menempel pada hidung,
makan sinus, faring, laring, bronkus
→ Ibu pasien ↓
mengatakan badan ISPA
anaknya mulai ↓
kurus sejak sakit Aktivitas sistem imun
DO : ↓
→ Suhu =370C Limfadenopati regional
→ RR = 36 x/mnt ↓
→ Nadi 100 x/mnt Menyumbat makanan
→ TD=110/80 ↓
mmHg Nyeri saat menelan (disfgia)
→ BB saat sakit 19 ↓
kg BB sebelum Risiko Defisit Nutrisi
sakit 20 kg
→ Pasien tampak
lemas
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Klien : An. D

Dx. Medis : ISPA

No Rekam Medis : 2090

Tanggal : 2 Desember 2020

NO DX KEP TUJUAN HASIL INTERVENSI RASIONAL


KRITERIA
1. Bersihan Setelah Bersihan Jalan Latihan Batuk Efektif → Untuk
jalan napas dilakukan Napas a. Batuk Definisi : memaksimalkan
tidak intervensi efektif (3 sedang ) melatih pasien yang ventilasi
efektif b.d selama 4 x b. Sulit berbicara tidak memiliki → Untuk mnegetahui
sekresi 24 jam (4 cukup kemampua batuk adanya suara
yang maka membaik ) efektif untuk tambahan
tertahan Pernapasa c. Sianosi (3 membersihkan → Untuk memenuhi
d.d sputum n akan sedang ) laring, trakea, dan kebutuhan oksigen
berlebihan meningkat d. Gelisah (3 bronkiolus dari jalan → Untuk
(D.0001) sedang) napas atau memperbaiki pola
e. Frekuensi bendaasing di dalam napas
napas (4 cukup jalan napas → Untuk
membaik) Tindakan/ observasi mngoptimalkan
f. Pola napas (4 → Identifikasi pernapasan
cukup membaik) kemampuan batuk
Kontrol Gejala → Monitor tanda
a. Kemampuan dan gejala infeksi
memonitor saluran napas
munculnya gejala → Monitor input dan
secara mandiri (3 output cairan (mis.
sedang) Jumlah dan
b. Kemampuan karateristik
memonitor lama Terapeutik
bertahannya → Atur posisi semi
gejala (3 sedang) fowler atau fowler
c. Kemampuan → Pasang perlak
memonitor dan bengkok di
variasi gejala (2 pangkuan pasien
cukup menurun) → Buang sekret pada
Tingkat Infeksi tempat sputum
a. Nafsu makan Edukasi
(1 menurun) → Jelaskan tujuan
b. Demam (2 dan prosedur batuk
cukup meningkat) efektif
c. Kemerahan (3 → Anjurkan tarik
sedang) napas melaluihidung
selama 4 detik,
diahan selama 2
detik kemudian dari
mulut dengan bibir
mecucu selama 8
detik
→ Anjurkan
mengulangi tarik
napas dalam hingga
3kali Kolaborasi
→ Kolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran
jika perlu Edukasi
Fisioterapi Dada
Definisi :
Mengajarkan
memobilisasi sekresi
napas melalui
perkusi, getaran, dan
drainase postural
Tindakan /observasi
→ Identifikasi
kemampuan pasien
dan keluarga
menerima informasi
Terapeutik
→ Persiapan materi
dan edukasi
→ Jadwalkan
waktuyang tepat
untuk memberikan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan dengan
pasien dan keluarga
→ Berikan
kesempatan pasien
dan keluarga untuk
bertanya Edukasi
→ Jelaskan
kontraindikasi
fisioterapi dada
→ Jelaskan tujuan
dan prosedur
fisioterapi dada
→ Ajarkan
mengeluarkan sekret
melalui pernapasan
dalam
→ Ajarkan batuk
selama dan setelah
prosedur
2 Risiko Setelah Status Nutrisi Manajemen → Mengetahui
defisit dilakukan a. Porsi makanan Gangguan Makan kekurangan nutrisi
nutrisi d.d intervensi yang dihabiskan(2 Tindakan/Observasi pada pasien
ketidakma selama 4 x cukup menurun ) → Monitor asupan → Agar dapat
mpuan 24 jam b. Diare (2 cukup dan keluarnya dilakukan intervensi
menelan maka menurun ) makanan dan cairan dalam pemberian
makanan kebutuhan c. Berat badan (2 serta kebutuhan makanan pada pasien
metabolis cukup kalori → Membantu
me akan memburuk ) Teraupetik identifikasi
membaik d. IMT (2 cukup → Timbang berat malnutrisiprotein-
memburuk ) badan secara rutin kalori khusunya bila
e. Nafsu makan (2 → Diskusikan berat badan kurang
cukup perilaku makan dan dari normal
memburuk ) jumlah aktivitas → Untuk
fisik(termasuk menigkatkan nafsu
olahraga)yang sesuai makan
→ Lakukan kontrak → Untuk
→ Mengetahui memudahkan proses
kekurangan nutrisi makan
pada pasien
→ Agar dapat
dilakukan intervensi
dalam pemberian
makanan pada
pasien
→ Membantu
identifikasi
malnutrisiprotein-
kalori khusunya bila
berat badan perilaku
Kolaborasi
→ Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
target berat badan,
kebutuhan kalori dan
pilihan makanan
Manajemen Nutrisi
Definisi
Mengidentifikasi dan
mengelola asupan
nutrisi yang
seimbang Tindakan/
Obervasi
→ Identifikasi status
nutrisi
→ Identifikasi alergi
dan intoleransi
makanan
→ Identifikasi
makanan yang
disukai
→ Identifikasi
kebutuhan kalori dan
jenis nutrisi
→ Monitor berat
badan
→ Monitor asupan
nutrisi
Terapeutik
→ Lakukan oral
hygiene sebelum
makan
→ Sajikan makanan
dengan suhu sesuai
→ Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
→ Berikan suplemen
makanan
Edukasi
→ Ajarkan posisi
duduk
Kolaborasi
→ Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien : An. D

Dx Medis : Ispa

NO TGL JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI ( SOAP


1 2/12/ 10.00 → Melakukan kunjungan 17.50 S:
2020 pertama → An.D mengatakan bahwa dia
10.05 → Melakukan merasa lebih baik dari sebelum
pemeriksaan TTD nya
Besihan Jalan Napas Tidak → Keluarga An.D mengatakan
Efektif bahwa kondisi An.D sudah lebih
10.10 → Anjurkan posisi semi baik
fowler O:
10.20 → Mengidentifikasi → Suhu 370C → TD 110/80
kemampuan batuk mmHg,
10.30 → Identifikasi → Nadi : 100x/menit,
kemampuan pasien dan → RR : 36 x/menit
keluarga menerima → BB saat sakit 19 kg sebelum
informasi sakit 20 kg
10.40 → Monitor tanda dan A:
gejala infeksi saluran - Masalah belum teratasi.
napas P : Mengulagi dan melanjutkan
10.50 → Monitor input dan intervensi
output cairan → Monitor tanda dan gejala
Risiko Defisit Nutrisi infeksi saluran napas
11.00 → Identifikasi status → Monitor input dan output
nutrisi cairan
11.10 → Identifikasi alergi dan → Anjurkan posisi semi fowler
intoleransi makanan → Monitor berat badan
11.20 → Identifikasi makanan → Monitor asupan nutrisi
yang disukai → Anjurkan Pasang perlak dan
11.30 → Identifikasi kebutuhan bengkok di pangkuan pasien
kalori dan jenis nutrisi → Anjurkan Buang sekret pada
11.40 → Monitor berat badan tempat sputum
→ Monitor asupan nutris → Anjurkan tarik napas
11.50 melaluihidung selama 4 detik,
diahan selama 2 detik kemudian
dari mulut dengan bibir mecucu
selama 8 detik
→ Anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3kali
→ Anjurkan oral hygiene sebelum
makan
→ Berikan makanan dengan suhu
sesuai
4/12/ 14.00 → Melakukan kunjungan 21.00 S:
2020 kedua → An.D mengatakan bahwa dia
14.05 → Melakukan merasa lebih enakan dari sebelum
pemeriksaan TTV nya
Bersihan Jalan Napas → Keluarga An.D mengatakan
Tidak Efektif bahwa kondisi An.D sudah lebih
14.10 → Monitor tanda dan baik dari hari kemarin
gejala infeksi saluran O:
napas → Suhu 370C
14.15 → Monitor input dan → TD 110/80 mmHg,
output cairan → Nadi : 100x/menit,
14.20 → Anjurkan posisi semi → RR : 28 x/menit
fowler → BB saat sakit 19 kg sebelum
14.25 → Anjurkan Pasang sakit 20 kg
perlak dan bengkok di A:
pangkuan pasien - Masalah belum teratasi.
14.30 → Anjurkan Buang sekret P : Mengulagi dan melanjutkan
pada tempat sputum
14.35 → Anjurkan tarik napas
melaluihidung selama 4
detik, diahan selama 2
detik kemudian dari
mulut dengan bibir
mecucu selama 8 detik
14.40 → Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga
3kali
14.50 Risiko Defisit Nutrisi
14.55 → Monitor berat badan
15.00 → Monitor asupan nutrisi
→ Anjurkan oral hygiene
sebelum makan
15.10 → Berikan makanan
dengan suhu sesuai
6/12/ 10.00 → Melakukan kunjungan 7/12/ S: → An.D mengatakan bahwa dia
2020 hari ke tiga 2020 merasa lebih baik lagi dari
10.05 → Melakukan 17.05 sebelum nya → Keluarga An.D
pemeriksaan TTV mengatakan bahwa kondisi An.D
Bersihan Jalan Napas sudah jauh lebih baik dari hari
Tidak Efektif kemarin O : → Suhu 370C → TD
10.10 → Penyampaian materi 110/80 mmHg, → Nadi : 90
tentang edukasi x/menit, → RR : 24 x/menit → BB
fisioterapi dada saat sakit 19 kg sebelum sakit 20
1. Menjelaskan kg saat ini berat 19,5 kg A : -
kontraindikasi fisioterapi Masalah belum teratasi.
dada P : Mengulagi dan mengevaluasi
2. Menjelaskan tujuan pengetahuan keluarga
dan prosedur fisioterapi
dada
→ Ajarkan mengeluarkan
sekret melalui
pernapasan
dalam
→ Ajarkan batuk selama
dan setelah prosedur
Risiko Defisit Nutrisi
10.40 → Berikan makanan
tinggi kalori dan tinggi
protein
10.50 → Berikan makana
dengan bentuk-bentuk
yang menarik
10.55 → Berikan suplemen
makanan
11.00 → Monitor berat badan
11.05 → Monitor asupan nutrisi
8/02/ 10.00 → Melakukan kunjungan 16.30 S:
2020 hari ke empat → An.D mengatakan bahwa dia
10.05 → Melakukan sudah bisa bernapas seperti dulu
pemeriksaan ttv lagi
Bersihan Jalan Napas → Keluarga An.D mengatakan
Tidak Efektif bahwa kondisi An.D sudah sehat
10.20 → Monitor tanda dan seperti sebelumnya
gejala infeksi saluran O:
napas Risiko Defisit → Suhu 36,50C
Nutrisi → TD 120/80 mmHg,
10.30 → Monitor berat badan → Nadi : 90 x/menit,
→ RR : 19 x/menit
→ BB tgl 2/02/2020 19 kg
28/01/2020 20 kg
berat tgl 4/02/2020 19 kg
berat tgl 6/02/2020 19,5 kg
berat tgl 8/02/2020 20 kg
A:
- Masalah teratasi.
P : Hentikan intervensi
Daftar pustaka

file:///C:/Users/Novi/Downloads/LAPORAN_PENDAHULUAN_DAN_ASKEP_ISPA%20(1).pdf

file:///C:/Users/Novi/Downloads/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PADA%20A1%20new.pdf

Anda mungkin juga menyukai