Diajukan untuk memenuhi tugas Kep Anak Sehat Dan Sakit Akut
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan
Anak Sehat Dan Sakit Akut. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang “ISPA” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ima Sukmawati, S.Kep., Ners., M.Kep.
Selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak Sehat Dan Sakit Akut yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi
pembacanya, terutama mahasiswa.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I...................................................................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
2.1 DEFINISI.................................................................................................................
2.2 KLASIFIKASI.........................................................................................................
2.3 MANIFESTASI KLINIS.........................................................................................
2.4 FAKTOR FAKTOR................................................................................................
2.5 PATOFISIOLOGI...................................................................................................
2.6 PENATALAKSANAAN.........................................................................................
2.7 ASUHAN KEPERAWATAN ISPA PADA ANAK..............................................
BAB III................................................................................................................................
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
1.3 Tujuan
2.1 Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab utama
kematian pada balita didunia. Penyakit ini paling banyak terjadi di negaranegara
berkembang di dunia. Populasi penduduk yang terus bertambah dan tidak terkendali
mengakibatkan kepadatan penduduk di suatu wilayah yang tidak tertata baik dari segi
aspek sosial, budaya dan kesehatan (Adesanya & Chiao, 2017). Kondisi ini akan
bertambah buruk dengan status sosial ekonomi keluarga yang rendah atau berada dibawah
garis kemiskinan karena tidak dapat memenuhi asupan gizi yang baik dan sehat untuk
balita ditambah dengan kondisi fisik rumah yang tidak layak tinggal (Kolawole,
Oguntoye, Dam, & Chunara, 2017).(Mahendra & Farapti, 2018) Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernafasan
bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Inveksi ini disebabkan oleh virus,
jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi)
menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah lima tahun
karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh
yang masih rentan terhadap berbagai penyakit. (Karundeng Y.M, et al. 2016)(Suriani,
2018).
2.2 Klasifikasi
Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris saluran pernafasan.
Berdasarkan batasan tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan
(respiratory tract). Program pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu
(Cahyaningrum, 2012):
a. ISPA Non-Pneumonia Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan
istilah batuk dan pilek (common cold).
b. ISPA Pneumonia Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri,
yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan
dinding dada bagian bawah.
Berdasarkan kelompok umur program-programpemberantasan ISPA (P2 ISPA)
mengklasifikasikan ISPA(Cahyaningrum, 2012) sebagai berikut:
1. Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah ke dalam dan adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60
kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa) Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat
dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang dari
60 menit.
2. Kelompok umur 2 bulan -<5 tahun diklasifikasikan atas:
a. Pneumonia berat Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding dada
dan bagian bawah ke dalam.
b. Pneumonia Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas cepat,
frekuensi nafas 50 kali atau lebih pada umur 2 -<12 bulan dan 40 kali per menit atau
lebih pada umur 12 bulan -<5 tahun.
c. Bukan pneumonia Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada
nafas cepat, frekuensi kurang dari 50 kali per menit pada anak umur 2-<12 bulan dan
kurang dari 40 permenit 12 bulan -< 5 tahun.
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu
badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual,
muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan
adanya penyulit.
Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma. Komplikasi lain yang
dapat timbul yaitu:
1. Otitis media
2. Croup
3. Gagal nafas
4. Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu (Wuandari.D &
Purnamasari. L, 2015
2.5 PATOFISIOLOGI
Menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap
yaitu:
a. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
c. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam
dan batuk.
d. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan
saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan
epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri
mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat infeksi
yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa
dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara),
sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag
banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi. Asap
rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedangkan alkohol
akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah
Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan
memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita
yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien
keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA
dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
2.6 Penatalaksanaan
1. Upaya pencegahan Menurut Wijayaningsih tahun 2013, hal-hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain:
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap
penyakit baik. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat
a. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Umur Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih
lanjut.
3. Jenis kelamin Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun,
dimana angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi daripada laki-laki di negara
Denmark.
4. Alamat Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Diketahui bahwa penyebab
terjadinya ISPA dan penyakit gangguan pernafasan lain adalah rendahnya kualitas udara
didalam rumah ataupun diluar rumah baik secara biologis, fisik maupun kimia. Adanya
ventilasi rumah yang kurang sempurna dan asap tungku di dalam rumah seperti yang
terjadi di Negara Zimbabwe akan mempermudah terjadinya ISPA anak.
b. RIWAYAT KESEHATAN
3. Riwayat penyakit keluarga Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah
mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut. 4. Riwayat sosial Klien mengatakan
bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat penduduknya. (Nursing
Student, 2015).
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
2. Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien.
3. Kepala Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala .
5. Mata Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/ tidak,
keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan .
6. Hidung Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta cairan
yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam penciuman .
7. Mulut Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/ tidak,
apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam menelan, apakah
ada kesulitan dalam berbicara.
8. Leher Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi vena
jugularis.
9. Thoraks Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada
Pengkajian Sistem Pernafasan a. Inspeksi → Membran mukosa- faring tamppak
kemerahan → Tonsil tampak kemerahan dan edema → Tampak batuk tidak produktif →
Tidak ada jaringan parut dan leher → Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan, pernafasan cuping hidung b. Palpasi → Adanya demam → Teraba adanya
pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis →
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid c. Perkusi → Suara paru normal
(resonance) d. Auskultasi → Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi
paru.
10. Abdomen Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan bising
usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
11. Genitalia Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak. Pada wanita lihat
keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia mayora.
12. Integumen Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
13. Ekstremitas atas Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk. (Nursing Student, 2015).
d. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan d.d
sputum berlebihan .
3. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologi d.d pola nafas berubah .
6. Intoleransi aktivitas b.d ketidakmampuan antara suplai dan kebutuhan oksigen d.d
merasa lemah.
e. Analisa data
f. Intervensi
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d sputum berlebihan
Berikan pasien untuk posisi yang nyaman dengan posisi semi fowler.
Tingkatkan masukan cairan, dengan memberi air hangat. 5. Dorong atau bantu latihan
napas dalam atau batuk efektif. 6. Kolaborasi dalam pemberian obat dan humidifikasi,
seperti nebulizer.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
1. Tanyakan pasien tentang nyeri, Tentukan karaktersitik nyeri. 2. Kaji pernyataan verbal
dan non verbal nyeri pasien. 3. Evaluasi keefektifan pemberian obat. 4. Berikan tindakan
kenyamanan, ubah posisi, pijatan punggung dll. 5. Berikan lingkungan tenang. 6.
Kolaborasi: Berikan analgesik rutin s/d indikasi.
1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada. 2. Auskultasi bunyi napas. 3.
Tinggikan kepala dan bentuk mengubah posisi. 4. Kolaborasi pemberian oksigen.
5. Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake inadekuat, penurunan nafsu makan, nyeri menelan.
1. Kaji kebiasaan diet. Evaluasiberat badan dan ukuran tubuh. 2. Aukultasi bising usus.
3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dan teratur. 4.
Anjurkan perawatan oral, dan cara mengeluarkan sekret.
g. Implementasi
h. evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah
rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2015). Dalam evaluasi
pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat digunakan perawat untuk
memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
keperawatan tercapai, yaitu :
a. Tujuan tercapai.
Bab III
Kesimpulan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang bersifat akut
yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai alveolus
termasuk (sinus, rongga telinga tengah, pleura). Upaya pencegahan yang dilakukan untuk
menghindari ISPA yaitu:
a. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya dengan cara memberikan
makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
b. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit
baik. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
e. Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat
An. D (5 tahun) di bawa ke puskesmas 01 November 2020 karena batuk berdahak dan pilek selama 2
hari. Dari pemeriksaan perawat didapatkan data : Anak lemas, ibu pasien mengatakan nafsu makan
menurun, BB saat pengkajian 19 kg BB sebelum sakit 20kg, ronkhi (+), suhu tubuh 375C nadi 100
x/menit, pernafasan 36x/menit, saat bernafasa ada tarikan kedalam epigastrium, ibu pasien
mengatakan tidak tahu apa yang terjadi dengan anaknya.
Dx Medis : Ispa
file:///C:/Users/Novi/Downloads/LAPORAN_PENDAHULUAN_DAN_ASKEP_ISPA%20(1).pdf
file:///C:/Users/Novi/Downloads/ASUHAN%20KEPERAWATAN%20PADA%20A1%20new.pdf