Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT INSPA PADA ANAK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen pengajar : Idris Handriana, S,Kep.,M.Kep

Disusun oleh

Kelompok 5 :

Ade Hidayat (085320372108)

Detry Permata Mulya (082216860197)

Febria Enggar Sari (085524973286)

Yuyum Yumita Dewi (085817953533)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA

2019-2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wataala, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ‘Asuhan Keperawatan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Anak’. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah ‘Keperawatan Anak’.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini. 

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Majalengka, Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
TINJAUAN TEORITIS...................................................................................................................2
A. Definisi.................................................................................................................................2
B. Etiologi.................................................................................................................................2
C. Patofisiologi..........................................................................................................................4
D. Tingkat Penyakit ISPA.........................................................................................................5
E. Manifestasi Klinis.................................................................................................................6
F. Penatalaksanaan....................................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................8
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................8
A. Pengkajian.............................................................................................................................8
B. Diagnosa keperawatan........................................................................................................10
C. Intervensi keperawatan.......................................................................................................10
D. Implementasi Keperawatan................................................................................................12
E. Evaluasi...............................................................................................................................12
F. Jurnal ISPA.........................................................................................................................13
BAB IV..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di negara berkembang masih merupakan masalah
kesehatan yang menonjol, terutama pada anak. Penyakit ini pada anak merupakan penyebab
kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) yang tinggi. Angka kematian ISPA di
negara maju berkisar antara 10 -15 %, sedangkan di negara berkembang lebih besar lagi.
di Indonesia kematian penyakit inspa diperkirakan mencapai 20%, Hingga saat ini salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA. (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut). ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.
Setiap anak diperkirakan mengalami 3 - 6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60 % dari
kunjungan di puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim, 2009).

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

a. Agar mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan


penyakit ISPA
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakuakan pengkajian kepada pasien dengan penyakit ISPA
b. Mampu melakukan interverensi keperawatan pada pasien dengan ISPA
c. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan ISPA
d. Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan ISPA
e. Mampu melakukan evaluasi pada pasien ISPA

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya
bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik,
namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
antibiotik dapat mengakibat kematian.
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas
maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun
reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. 

B. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA
antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus,
Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya
sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih didasarkan pada hasil
penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO, penelitian di berbagai negara
menunjukkan bahwa di negara berkembang streptococcus pneumonia dan haemophylus
influenza merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi,

2
yakni 73, 9% aspirat paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di
negara maju, dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.
1. Faktor Pencetus ISPA
a. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit
ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya
tahan tubuhnya lebih rendah.
b. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
c. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap
rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
2. Faktor Pendukung terjadinya ISPA
a. Kondisi Ekonomi
Keadaan ekonomi yang belum pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan
berdampak peningkatan penduduk miskin disertai dengan kemampuannya menyediakan
lingkungan pemukiman yang sehat mendorong peningkatan jumlah Balita yang rentan
terhadap serangan berbagai penyakit menular termasuk ISPA. Pada akhirnya akan
mendorong meningkatnya penyakit ISPA dan Pneumonia pada Balita.
b. Kependudukan
Jumlah penduduk yang besar mendorong peningkatan jumlah populasi Balita
yang besar pula. Ditambah lagi dengan status kesehatan masyarakat yang masih rendah,
akan menambah berat beban kegiatan pemberantasan penyakit ISPA.
c. Geografi
Sebagai daerah tropis, Indonesia memiliki potensi daerah endemis beberapa
penyakit infeksi yang setiap saat dapat menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat.
Pengaruh geografis dapat mendorong terjadinya peningkatan kaus maupun kemaian
penderita akibat ISPA. Dengan demikian pendekatan dalam pemberantasan ISPA perlu
dilakukan dengan mengatasi semua faktor risiko dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.

3
d. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA. Perilaku bersih
dan sehat tersebut sangat dipengaruhi oleh budaya dan tingkat pendidikan penduduk.
Dengan makin meningkatnya tingkat pendidikan di masyarakat diperkirakan akan
berpengaruh positif terhadap pemahaman masyarakat dalam menjaga kesehatan Balita
agar tidak terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat dan
lingkungan sehat.
e. Lingkungan dan Iklim Global
Pencemaran lingkungan seperti asap karena kebakaran hutan, gas buang sarana
transportasi dan polusi udara dalam rumah merupakan ancaman kesehatan terutama
penyakit ISPA. Demikian pula perubahan iklim gobal terutama suhu, kelembapan, curah
hujan, merupakan beban ganda dalam pemberantasan penyakit ISPA.
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari terjadinya infeksi
saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang merupakan penyebab utama yakni golongan
A, hemolityc streptococus, clamydia trachomatis, mycoplasma dan staphylococus, haemophylus
influenzae, pneumokokus.
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka kejadian pada
usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari air susu ibu. Ukuran dari lebar
penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh didalam derajat keparahan penyakit.
Karena dengan lobang yang semakin sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup
secara keseluruhan dari jalan nafas.
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim, tetapi juga
biasa terjadi pada musim dingin (Whaley and Wong; 1991; 1420).

C. Patofisiologi

 Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :


1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.

4
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan
batuk.
 Tahap lanjut penyaklit, dibagi menjadi empat yaitu :
1. Dapat sembuh sempurna.
2. Sembuh dengan atelektasis.
3. Menjadi kronos.
4. Meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan saluran
pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga
unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak
mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di
mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti
yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini
seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi
pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.

D. Tingkat Penyakit ISPA

1. Ringan

Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung tersumbat atau
berair, tenggorokan merah, telinga berair.

2. Sedang

Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan
kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang
nyeri tekan (adentis servikal).

3. Berat

Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang, apnea,
dehidrasi berat atau tidur terus, tidak ada sianosis.

4. Sangat Berat

5
Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.

E. Manifestasi Klinis

 Pilek biasa
 Keluar sekret cair dan jernih dari hidung
 Kadang bersin-bersin
 Sakit tenggorokan
 Batuk
 Sakit kepala
 Sekret menjadi kental
 Demam
 Nausea
 Muntah
 Anoreksia

F. Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan
strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan
turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit
ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan


penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus
batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

1. Upaya pencegahan

a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.


b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

2. Pengobatan dan perawatan

a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari


b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek

6
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian

1. Identitas

Nama, status agama, tanggal masuk Rs, pendidikan, pekerjaan, Jenis klelamin.

7
Umur: ispa bisa menyerang siapa saja termasuk seseorang yang mengalami kelainan
sistem kekebalan tubuh, menurun dan juga memiliki resiko pada balita dan anak-anak
dikarenakan sistem kekebalan tubuh mereka belum terbentuk sepenuhnya.

2. Keluhan utama

Keluhan pada pasien ispa biasanya ditandai dengan gejala antara lain demam dan pilek
akibat infeksi pertama dan peradangan pada tenggorokan.

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat penyakit sekarang

Pada klien penyakit ispa keluhan yang ada adalah demam, batuk, pilek, muntah dan
anoreksi.

b. Riwayat penyakit dahulu

Menanyakan kepada klien atau keluarga tentang penyakit yang dialaminya sebelumnya
terutama yang mendukung atau yang memperberat kondisi sistem pernafasan pada klien
saat ini, pernahkan klien menderita asma, pneumonia dan sebagainya.

c. Riwayat penyakit keluarga

Adanya riwayat keturunan anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien. Atau salah satu keluarganya menderita penyakit asma.

4. Pemeriksaan fisik persistem

a. B1 (Breath)  :

1) Inspeksi:

 Membran mucosa hidung faring tampak kemerahan


 Tonsil tanpak kemerahan dan edema
 Tampak batuk tidak produktif
 Tidak ada jaringna parut pada leher

8
 Tidak tampak penggunaan otot- otot pernapasan tambahan,pernapasan cuping
hidung,tachypnea, dan hiperventilasi

2) Palpasi

 Adanya demam
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher / nyeri tekan pada nodus
limfe servikalis
 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

3) Perkusi

 Suara paru normal (resonance)

4) Auskultasi

 Suara napas vesikuler / tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

b. B2 (Blood) : kardiovaskuler Hipertermi


c. B3 (Brain) : penginderaan Pupil isokhor, biasanya keluar cairan pada telinga, terjadi
gangguan penciuman
d. B4 (Bladder) : perkemihan Tidak ada kelainan
e. B5 (Bowel) : pencernaan Nafsu makan menurun, porsi makan tidak habis Minum
sedikit, nyeri telan pada tenggorokan
f. B6 (Bone) : Warna kulit kemerahan(Benny:2010)

5) Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); pemeriksaan kultur untuk


mengidentifikasikan mikroorganisme yang menyebabkan infeksi klinis pada sistem
pernafasan
b. Uji fungsi pulmonal : pemeriksaan fungsi pulmonal untuk mendapatkan data tentang
pengukuran volume paru, mekanisme pernafasan dan kemampuan difusi paru

9
c. Pemeriksaan radiologi dada : untuk mendeteksi penyakit paru antara lain: TB,
PNEUMONIA, ABSES PARU dll.
d. Biopsi : pengambilan bahan spesimen jaringan untuk bahan pemeriksaan
e. Pemeriksaan sputum : untuk mengidentifikasi organisme patogenik dan menentukan
apakah terdapat sel-sel maligna atau tidak.

B. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak  efektif  berhubungan dengan  penurunan ekspansi paru.
2. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan  ketidak
mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan
4. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan kurang
informasi.

C. Intervensi keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak  efektif  berhubungan dengan  penurunan ekspansi paru.

 Kriteria hasil :

Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal

 Rencana tindakan :

a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi


b. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
c. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
d. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
e. Monitor respirasi dan status O2
f. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
g. Pertahankan jalan nafas yang paten
h. Monitor aliran oksigen

10
b. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
 Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
 Rencana tindakan :
a. Monitor suhu sesering mungkin
b. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
c. Berikan pasien kompres air hangat, hindari pemberian kompres dingin.
d. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas.
e. Kolaborasi pemberian antipiretik.
f. Identifikasi penyebab dari perubahan tanda vital

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan  ketidak


mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan
 Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Rencana tindakan :
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
c. nutrisi yang dibutuhkan pasien.
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
e. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
f. Monitor mual dan muntah

d. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan dengan kurang


informasi.
 Kriteria hasil :
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan.

11
 Rencana tindakan :
b. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik.
c. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
d. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.
e. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit.
f. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

D. Implementasi Keperawatan
Dalam tahap ini akan dilaksanakan tindakan keperawatan yang disesuaikan dengan
rencana.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001). Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan
myocarditis (Doenges, 1999) adalah :

1. Bersihan jalan nafas efektif, tidak ada bunyi atau nafas tambahan.
2. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36,5 -37,5 C
3. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB normal.
4. Pengetahuan adekuat serta tidak terjadi komplikasi pada klien.

F. Jurnal ISPA

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK DAN TINDAKAN PENDUDUK DENGAN


KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK
BUAYA

1. Tujuan Peneilitian

12
Untuk mengetahui hubungan lingkungan fisik berupa ventilasi, pencahayaa alami, kepadatan
hunian rumah, kelemapan rumah, membuka jendela, kebiasaan merokok dan penggunaan bahan
bakar rumah tangga dengan kejadian ISPApada balita.

2. Metode

Jenis metode ini adalah studi analituk dengan cross sectional. Populasi seluruh ibu yang
mempunyai balita di desa lubuk buaya, dengan sampel berjumlah 106 ibu yang diambil secara
simple random sampling.

3. Hasil

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang lemag antara ventilasi (p<0.05
(0.000) Cc=0.359), pencahayaa alami (p<0.05 (0.001) Cc=0.311), kepadatan hunian (p<0.05
(0.000) Cc=0.381, kebiasaan merokok (p<0.05 (0.002) Cc=0.302), kebiasaan buka jendela,
penggunaan bahan bakar rumah tangga (p<0.05 (0.027) Cc=0.210), sedangkan kelembapan
rumah tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA pada balita.

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun
bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau
disertai dengan radang parenkim paru. 
Di dapat beberapa factor resiko ISPA pada penderita yaitu: 1) fektor agen, 2) factor manusia
yang terdiri dari umur, jenis kelamin, dan status gizi, 3) lingkungan yang terdiri dari factor
kelembapan udara, suhu ruangan, ventilasi, penggunaan anti nyamuk, bahan bakar untuk
memasak dan keberadaan rokok.

13
B. Saran

1. Bagi orang tua hindarilah factor resiko yang dapat meningkatkan kejadian ISPA pada
anak, kecuali factor resiko yang tidak dapat diubah seperti umur dan jenis kelamin.
2. Membiasakan hidup sehat dan menjaga kebersuhan perseorangan dan lingkungan.

 
 
 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu//144432438/ASKEP_ISPA&ved=2ahUKEwi3mrb

http://jurnal.fk.unad.ac.id/index.php/jka/aticle/viw/215

14
15

Anda mungkin juga menyukai