“BIOSTATISTIK LANJUT"
ANISAH LUBIS
SUNINGSIH
DWI ANI RAHAWATI
ASMIDAR
FARACH DIBA
IRZA MENKA DEVILISNNY KABAN
NADHIRAH
NORI ALISHA
SALBIYA
FADHILAH SETIO RINI
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmatNya Tugas Kelompok Biostatistik ini telah selesai disusun.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada dosen mata kuliah biostatistik kami Tugas ini merupakan
langkah yang baik untuk lebih menambah wawasaan kami demikiaanlah akhir
kata, kami ucapkan sekian dan terimakasih
Penyusun
Kelompok 5 Biostatistik
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
Identifikasi Variabel ................................................................................. 1
Data dari masing-masing variable ........................................................... 3
Skala Ukur ................................................................................................ 4
Kesimpulan Diskusi ................................................................................. 21
ii
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PENYAKIT ISPA PADA PASIEN DI RS
Dari judul Faktor - Faktor Yang berhubungan dengan kejadian penyakit Penyakit ISPA
di Rs X
Dapat di Identifikasi:
B. Variabel devenden
Kejadian ISPA
1
ISPA diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala,
tenggorokan terasa sakit atau nyeri saat menelan, pilek, batuk kering atau
berdahak. Umumnya penyakit infeksi saluran pernapasan akut biasanya ditandai
dengan keluhan dan gejala yang ringan, namun seiring berjalannya waktu,
keluhan dan gejala yang ringan tersebut bisa menjadi berat kalau tidak segera
diatasi. Oleh sebab itu, jika Pasien sudah menunjukkan gejala sakit ISPA, maka
harus segera diobati agar tidak menjadi berat yang bisa menyebabkan gagal napas
atau bahkan kematian. ISPA merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan
akut yang meliputi infeksi saluran pernapasan atas yang ditandai dengan gejala
demam, pilek, batuk, radang tenggorokan, serta infeksi telinga (2).
2
tingkat pendapatan keluarga. Menurut Nirmolia et al (2018) di pemukiman kumuh
Kota Dibrugarh banyak faktor yang mempengaruhi kejadian gangguan pernafasan
pada masyarakat, polusi udara dan tingginya tingkat pencemaran udara. (3)
3
Ventilasi alamiah berguna untuk mengalirkan udara di dalam ruangan
yang terjadi secara alamiah melalui jendela, pintu dan lubang Angin, Selain itu,
ventilasi alamiah dapat juga melalui jendela, Pintu, dan Lubang Angin, dan
ventilasi alamiah dapat juga menggerakkan udara sebagai hasil sifat porous
dinding ruangan, atap, dan lantai. (4)
4
menumpuk, akibatnya risiko terkena infeksi pada saluran pernafasan juga semakin
besar. Rumah yang tidak pernah disapu akan menyebabkan akumulasi debu yang
ada di dalam ruangan, jika terkena angin maka debu tersebut akan beterbangan
dan terhirup oleh manusia. Debu yang terhirup akan menyebabkan saluran
pernafasan terganggu dan dapat menyebabkan ISPA. (8)
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melalui sistem pernafasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh
bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di
udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui system pernapasan Jauhnya penetrasi
zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat
berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan
partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru paru, zat
pencemaran diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh Tubuh
(Budiman, 2006) (8)
Menurut Kemenkes RI, 201 Rumah sehat adalah rumah yang memiliki
pencahayaan yang baik, pencahayaan yang tidak berlebihan ataupun kurang.
Pencahayaan yang kurang mengakibatkan ketidak nyamanan pada penghuninya
untuk tinggal dan juga merupakan media yang baik untuk tumbuh dan
berkembang bakteri, virus dan parasit yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan terutama pernafasan penyebab terjadinya ISPA dan apabila cahaya yang
masuk berlebihan juga menimbulkan masalah kesehatan pada penglihatan.
Pencahayaan dibedakan menjadi pencahayaan alami yaitu pencahayaan yang
berasal dari sinar matahari yang efektif untuk membunuh bakteri, virus, parasit
dan jamur yang ada di dalam rumah. Pencahayaan pada perumahan yang padat
dapat dimodifikasi dengan berbagi cara seperti membuat ventilasi Udara dan
jendela.
Pencahayaan alami dianggap baik jika besarnya antara 60-120 lux dan
buruk jika kurang dari 60 lux atau lebih dari 120 lux. Hal yang perlu diperhatikan
agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam ruangan, dan tidak terhalang
5
oleh bangunan lain. Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi juga
sebagai jalan masuk cahaya. (8)
Hasil penelitian Gapar, Putra, & Pujaastawa (2015) tentang kejadian ISPA
yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pencahayaan yang kurang dengan
kejadian ISPA pada warga. Penelitian yang dilakukan oleh Suryani, Edison, &
Nazar (2015) di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang menyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kondisi pencahayaan rumah dengan
kejadian ISPA.
Dari kedua variabel dapat ditentukan skala ukur dari variabel tersebut
berdasarkan data yag ada pada masing-masing variabel
6
Kesimpulan dari data yang di dapap berdasarkan hasil diskusi yang di lakukan
kelompok 1 sebagai berikut:
7
DAFTAR PUSTAKA
9998===`
8
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan
Indonesia 2008. Jakarta : Depkes RI.P. 39-40.
2. Marianta, Desi. 2016. Hubungan Kualitas Fisik Rumah Terhadap Kejadian Ispa
Pasca Bencana Erupsi Gunung Sinabung Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Tiganderket Karo Sumatera Utara Pada Tahun 2015. [Skripsi].
Medan : Universitas Sumatera Utara.
6. Kiki, R. 2015. Faktor risiko Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas lepo-Lepo